Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BUMI DAN ANTARIKSA DALAM IPA SD

SUNGAI, DANAU, DAN LAUT


Dosen Pengampu: Drs. Sutrisno, M.Si.

Disusun oleh

Kelompok 10:
Arya Bintang Prasetyo (1107621139)
Fitria Hamidah (1107621132)
Luthfia Rosidin (1107621140)
Syifa Aulia (1107621169)

Kelas D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah Bumi dan Antariksa dalam IPA SD yang berjudul
“Sungai, Danau, dan Laut” ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai keterampilan membaca bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak Drs. Sutrisno, M.Si. selaku
dosen mata kuliah Bumi dan Antariksa dalam IPA SD yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
para pembaca merupakan hal yang sangat kami harapkan agar kami dapat meningkatkan
kualitas makalah ini dan makalah yang akan kami buat di kemudian hari. Terima kasih kami
ucapkan kepada pihak yang telah membaca makalah ini.

Jakarta, 30 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II ISI .................................................................................................................................. 3

A. Sungai ............................................................................................................................. 3

B. Danau .............................................................................................................................. 8

C. Laut ................................................................................................................................. 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 15

B. Saran ............................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permukaan bumi 71% bagiannya merupakan wilayah perairan dan lautan
menampung sekitar 96,5% seluruh air di bumi. Dari seluruh wilayah perairan di bumi,
97,2% merupakan perairan laut atau air asin dan 2,8% berupa perairan darat atau
disebut juga sebagai air tawar. Persentase perairan darat ini sendiri terbagi menjadi
es/gletser (2,15%), air tanah artesis (0,62%), air tanah freatik (0,005%), danau air tawar
(0,009%), danau air asin (0,008%), uap air (0,001%), dan sungai (0,0001%). Terdapat
tiga jenis perairan yang paling banyak tersebar di permukaan bumi dan merupakan
suatu bagian dari sistem hidrologi di bumi. Sungai, danau, dan laut merupakan suatu
bagian dari sistem hidrologi yang termasuk ke dalam air permukaan yang terkumpul di
atas tanah atau pada mata air. Air permukaan ini sendiri tidak mampu terserap, karena
lapisan tanah sangat keras. Kemudian nantinya aliran air yang terkumpul akan mengalir
menuju suatu titik, seperti sungai, danau maupun laut.
Keberadaan sungai, danau dan laut pada merupakan bagian dari suatu sistem
hidrologi yang terdapat di bumi. Keberadaan air di sungai, danau dan laut merupakan
bagian dari kuantitas air yang terdapat di muka bumi sedangkan sistem lainnya dapat
berupa daratan es dan air dalam tanah (Pranomo, 2003). Secara sederhana ketiga sistem
ini memiliki perbedaan pada bentuk dan interaksi fisis yang terdapat dalam ketiga
sistem tersebut. Pada sungai jenis interaksi fisis didominasi oleh fluida yang bergerak
dengan mengikuti sifat aliran fluida dari tempat yang tinggi menuju tempat yang
rendah. Selanjutnya pada danau yang merupakan suatu tampungan air dan terjebak
diantara daratan. Danau sendiri lebih cenderung menjadi induk sungai yang
menampung air dalam kuantitas tertentu dan nantinya akan dialirkan melalui sungai-
sungai menuju muara sungai yaitu lautan. Sehingga laut dapat didefinisikan sebagai
muara terbesar dalam sistem hidrologi yang ada di permukaan bumi. Pada lautan sendiri
terjadi interaksi fisis berupa fluida statis dan dinamis yang juga dipengaruhi oleh faktor
termodinamika di permukaan laut (Efendi, 2003)

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sungai dan jenis-jenisnya?
2. Apa yang dimaksud dengan danau dan jenis-jenisnya?
3. Apa yang dimaksud dengan laut dan jenis-jenisnya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sungai.
2. Untuk mengetahui pengertian dari danau.
3. Untuk mengetahui pengertian dari laut.

2
BAB II

ISI

A. Sungai
Sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-
menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai secara sederhana
digambarkan sebagai area yang mewadahi pengaliran air di daratan. Aliran air pada
sungai bermula dari dataran tinggi sebagai hulu sungai (didaerah pegunungan) menuju
dataran rendah (laut) sebagai muara. Selama proses mengalirnya, air di sungai melalui
beberapa daerah yang berada di sekitar sungai diantaranya:
1) Hulu sungai, biasa memiliki karakteristik berupa aliran air yang deras dan
memiliki kecenderungan curam. Hal ini disebabkan oleh lokasi dari hulu sungai
yang biasanya berada di daerah pegunungan atau kaki gunung. Pada
kenyataannya lokasi hulu sungai juga merupakan kumpulan dari banyak anak
sungai yang memiliki ukuran yang relatif lebih kecil. Ukuran dari hulu sungai
juga relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran sungai yang aslinya karena
belum banyak terjadi erosi pada dinding-dinding sungai di daerah hulu sungai
(Pawitan, 2004).
2) Lembah/Tengah sungai, bagian ini merupakan area yang menghubungkan
hulu sungai dan laut sebagai muara dari sungai. Bagian tengah sungai
merupakan bagian yang memiliki ukuran yang paling luas. Hal ini disebabkan
kecenderungan terjadinya erosi pada dinding sungai yang nantinya akan
membuat area daratan di sekitar sungai akan terbawa ke dalam sungai tersebut
dan akan menyebabkan ukuran sungai bertambah. Karena posisi dari lembah
sungai berada pada dataran pada umumnya maka karakteristik dari bagian ini
juga lebih landai. Sehingga aliran yang terdapat pada bagian ini adalah normal
dengan tingkat kedalaman sungai yang sedang. Pada bagian dasar sungai bagian
ini juga memiliki karakter yang tidak terlalu teratur yang disebabkan karena
material bawaan dari bagian hulunya (Suemi, Junaidi, & Imran, 2015).
3) Hilir/Muara sungai, bagian ini merupakan ujung dari sungai dan memiliki
kontak langsung dengan laut sebagai tempat pengumpulan semua air di muka
bumi.Karakteristik dari muara sungai sendiri memiliki aliran yang cenderung
yang lebih tenang yang disebabkan karena kemiringan yang sangat kecil.
3
Karakteristik dasar sungai pada bagian muara sendiri didominasi oleh endapan-
endapan lumpur yang terbawa dari hulu dan lembah sungai. Pada bagian ini juga
masih terjadi erosi dinding sungai akan tetapi dengan frekuensi yang lebih kecil
dibandingkan lembah sungai. Jenis erosi yang terjadi juga merupakan erosi
horizontal dengan output berupa danau tapal kuda. Hal ini disebabkan karena
endapan dari lumpur yang sangat mudah terbawa oleh aliran yang sekecil
apapun (Pawitan, 2004).

Sungai dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber airnya, berdasarkan


debit airnya, berdasarkan arah alirannya, berdasarkan struktur geologinya, dan
berdasarkan pola alirannya.
Jenis-jenis sungai berdasarkan sumber airnya dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber
mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa
Tenggara.
2. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh
sungai gletser adalah bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di
Peguungan Himalaya) dan bagian hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di
Pegunungan Alpen).
3. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es
(gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah
sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).

Berdasarkan debit airnya, sungai dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:


1. Sungai permanen yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap.
Biasanya sungai tipe ini ada di Kalimantan dan Sumatera contohnya Sungai
Kapuas, sungai Kahayan, Sungai Barito, Sungai Mahakam (Kalimantan), dan
Sungai Musi, Sungai Indragiri (Sumatera).
2. Sungai periodik yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak,
sedangkan pada musim kemarau airnya sedikit. Contohnya Sungai Progo,
Sungai Code, Sungai Opak, Sungai Kalibayem.
3. Sungai Intermitten atau sungai episodik yaitu sungai yang mengalirkan
airnya pada musim penghujan, sedangkan pada musim kemarau airnya kering.
4. Sungai Ephemeral yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan
4
Berdasarkan arah alirannya sungai dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng
awal.
2. Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya
mengikuti strike batuan.
3. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan
sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta
bermuara di sungai subsekuen.
4. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah
kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
5. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi
maupun struktur geologi.

Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:


1. Sungai anteseden, yaitu sungai dengan struktur batuan melintang. Sungai ini
memiliki arah aliran yang tetap dan memiliki arus yang kuat.
2. Sungai superposed, yaitu sungai dengan struktur batuan melintang dan
tersingkap. Sungai ini terletak di dataran yang hampir rata yang dipengaruhi
oleh tenaga eksogen.
3. Sungai reverse, yaitu sungai yang arah alirannya berubah karena arus airnya
kuat. Struktur batuan pada sungai ini tidak mampu mengimbangi pengangkatan.

Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 8 macam, yaitu:


1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya.
Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.

5
2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola
ini terdapat di daerah basin (cekungan).

3. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon,
di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya
terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.

4. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun. Sungai seperti ini
biasanya terletak di daerah-daerah lipatan. Sehingga, aliran air akan mengikuti
lipatan di daerah tersebut.

6
5. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir
siku-siku 90°. Biasanya berkembang di daerah retakan atau patahan.

6. Pinnate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk


sudut lancip. Pola ini biasanya terletak di lereng yang terjal.

7. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran. Pola ini
alirannya menyebar secara radial dari suatu ketinggian tertentu dan ke arah hilir
kembali bersatu. Pola sungai annular terletak di daerah kubah (dome).

8. Paralel atau sejajar, pola aliran ini hampir sejajar. Hal tersebut disebabkan
karena morfologi lereng yang terjal, maka terbentuklah aliran sungai yang
berbentuk lurus-lurus mengikuti arah lereng dengan cabang sungai yang relatif
sedikit.

7
B. Danau
Danau dapat didefinisikan sebagai cekungan yang menampung sejumlah air yang
berada di tengah-tengah daratan. Untuk kategori dari danau sendiri memiliki ukuran yang tidak
terlalu besar dan tidak terhubung langsung dengan laut. Meskipun pada kenyataannya terdapat
danau yang juga disebut sebagai laut karena ukurannya yang sangat luas. Danau sendiri dapat
dihasilkan dari proses pencairan es/gletser, aliran sungai yang terpotong (danau tapal kuda) dan
juga karena cekungan raksasa dan kemudian terisi oleh air (mata air/hujan). Selain danau yang
terbentuk secara alami tersebut juga terdapat danau yang merupakan buatan tangan manusia.
Sebagai contoh danau yang terbentuk pada bekas tambang atau dengan sengaja membuat danau
dengan tujuan tertentu (Hakanson, 2012). Berbeda dengan sungai yang banyak dilalui proses
fisis. Pada danau sendiri proses fisis yang terjadi lebih kepada fluida statis saja.

Berdasarkan sejarah terbentuknya danau-danau yang ada dapat diklasifikasikan


menjadi :
1. Danau tektonik yang tercipta karena perubahan topologi muka bumi karena
pergeseran lempeng bumi. Danau ini dapat berada di dataran tinggi maupun
dataran rendah.
2. Danau vulkanis yang tercipta akibat aktivitas gunung api dan juga karena
penumpukan lahar panas yang menyebabkan sebagian daerah memiliki bentuk
cekung. Danau ini biasanya berada disekitar gunung berapi. Danau vulkanik
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Danau maar adalah danau yang terjadi akibat letusan gunung api, hal ini
menyebabkan lubang yang kemudian terisi oleh air hujan, contohnya
seperti danau Grati di Jawa Timur.

8
- Danau kawah adalah danau yang terjadi karena lubang kepundan atau
kawah terisi oleh air hujan, contohnya danau Kelimutu di Flores.
3. Danau glasial yang terbentuk akibat melelehnya es pada bagian muka bumi dan
air es tersebut terkumpul di sekitar gunung es tersebut. Danau ini juga biasanya
berada didaerah pegunungan yaitu di kaki gunung es.
4. Danau Tekto Vulkanik, terbentuk akibat penggabungan proses tektonik dan
vulkanik. Proses terbentuknya danau ini adalah saat lempeng tektonik bergeser
oleh karena aktivitas vulkanik yang dahsyat (seperti gunung meletus).
Pergeseran lempeng tersebut menimbulkan suatu celah, yang ketika terisi oleh
air membentuk suatu genangan air.
5. Danau karst terbentuk melalui proses pelarutan zat kapur oleh air. Akibat
proses tersebut terbentuklah suatu dolina, yang terisi oleh air dan membentuk
danau karst.
6. Danau laguna terbentuk akibat kombinasi antara angin dan ombak yang
membentuk tanggul-tanggul pasir di sepanjang pantai. Kemudian, tanggul-
tanggul pasir tersebut membentuk suatu genangan air yang disebut danau
laguna.
7. Danau tapal kuda (oxbow lake) terbentuk akibat proses pemotongan saluran
sungai meander secara alami dan ditinggalkan oleh alirannya sehingga
terbentuklah danau yang berbentuk seperti tapal kuda. Danau ini juga sering
disebut sebagai kali mati.
8. Danau bendungan terbentuk ketika aliran air sungai terbendung oleh bahan-
bahan seperti runtuhan gunung, moraine dari gletser, dan aliran lava.
9. Danau buatan atau waduk adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan air.

C. Laut
Laut adalah air yang memiliki rasa asin dan terdapat dalam jumlah yang luas sekali
serta menggenangi hampir 2/3 wilayah permukaan bumi, adapun laut yang sangat luas sekali
disebut samudera, dimana untuk seluruh permukaan aliran air yang berada di daratan akan
bermuara di laut karena laut merupakan wilayah yang paling rendah di permukaan bumi.
Bahkan realitas inipula didukung oleh sifat air yang selalu mengalir dari tempat yang timggi

9
ke tempat yang lebih rendah. Untuk permukaan laut selalu dijadikan tolak ukur suatu tempat
yang berada di dataran. Hal ini dikarenakan laut merupakan permukaan bumi yang paling
rendah dan datar. Maka ketinggian suatu tempat di permukaan dataran akan lebih mutlak
ketinggiannya bila diukur atas dasar permukaan laut.

Adapun definisi laut menurut para ahli, antara lain :


• KBBI (2008), Laut adalah perkumpulan air asin yang didapaykan dari jumlah
yang banyak dan luas dalam menggenangi serta membagi daratan atas benua
atau pulau-pulau yang ada.
• Rahmat O (2008), Laut adalah percampuran dari 96,5% air murni dan
setidaknya terdapat 3,5% material garam, gas, bahan organik, dan partikel tak
terlarut. Sehingga untuk sifatnya ditentukan oleh 95% air murni.

Rasa air laut berbeda dngan air yang berada di daratan. Jika air darat kita mengenal air
tanah, air sungai, dan beberapa jenis air lain yang berada di daratan pasti rasanya tawar.
Berbeda dengan air payau yang berada di pinggiran pantai, air tersebut memiliki rasa
campuran antara tawar dengan asin. Air laut memiliki rasa asin yang sangat kuat. Rasa
asin dari air laut tersebut dihasilkan dari aliran air yang ada di dataran. Loh kan air darat
rasanya tawar. Penjelasannya kurang lebih seperti ini presipitasi air hujan yang
dikeluarkan oleh awan saat terjadi hujan air tersebut akan meresap masuk ke dalam
tanah. Air yang meresap ke dalam tanah tersebut keluar menjadi air tanah yang nantinya
akan mengalir ke sungai menuju laut. Pada saat air sungai mengalir dari hulu ke hilir
atau menuju ke laut, air sungai membawa banyak kandungan unsur mineral sehingga
banyak terjadi percampuran kandungan mineral tersebut akhirnya sampai laut menjadi
banyak kandungan garam. Pada saat terjadi penguapan karena sinar matahari, air laut
menjadi bagian yang sangat penting pada proses penguapan karena jumlahnya yang
sangat besar. Pada saat air laut menguap, penguapan yang terjadi adalah unsur
dihidrogen monoksida atau air. Garam tidak ikut serta pada proses penguapan. Maka
dari itu pembuatan garam adalah sederhana, yaitu menjemur air laut dalam proses yang
berjam–jam.
Faktor tingkat rasa asin yang terjadi pada air laut dipengaruhi faktor tempearatur. Pada
temperatur atau tekanan suhu yang panas penguapan terjadi dalam jumlah besar.
Karena sifat garam yang tidak terbawa proses penguapan, maka yang terjadi adalah

10
kandungan garam semakin bertambah dan jumlah air berkurang. Jadi semakin panas
daerah tersebut maka semakin asin pula tingkat keasinan laut tersebut. Faktor
berikutnya dari tingkat ketinggian rasa asin pada air laut adalah jenis batu dan tanah
dari sungai yang airnya mengalir ke laut. Unsur kandungan yang terdapat pada batuan
dan tanah sungai tersebut adalah natrium, kalium, dan kalsium. Kandungan usur zat
pada batuan dan tanah sungai seperti natrium, kalium, dan kalsium akan terbawa ke
lautan dan proses pencampurannya menyebabkan tingginya kadar garam sehingga air
laut menjadi asin.
Klasifikasi pembagian jenis laut dapat ditinjau dari menurut terjadi arus. Antara
lain;

o Laut Transgresi
Laut Transgresi adalah arus laut yang terjadi dikarenakan permukaan laut yang
mengalami perubahan ketinggian air laut. Peninjauan naiknya tingkat
ketinggian air laut bisa terjadi karena lautan yang memang meningkat atau
dataran yang semakin menurun. Hal ini mengakibatkan permukaan daratan
yang memiliki tingkat ketinggian yang rendah akan tergenang oleh air laut.
Proses laut transgresi terjadi pada zaman glasiasi. Contoh laut transgresi adalah
selat bali, selat sunda, selat Makassar, dan lain-lain.

o Laut Ingresi
Laut ingresi merupakan laut yang muncul diakibatkan oleh tanah yang
ketinggiannya mengalami penurunan. Tanah yang berada di dasar laut akan
membentuk sebuah palung. Contoh dari laut ingresi adalah palung mindanau
dan palung mariana.

o Laut Regresi
Laut regresi merupakan laut yang terjadi dikarenakan penyempitan yang berasal
dari pengendapan suatu batuan. Batuan tersebut mengendap karena unsur
pendorong pengendapan yaitu pasir dan lumpur. Contoh laut regresi adalah laut
jawa.

Pembahasan mengenai pembagian jenis laut menurut letaknya, yakni;

11
o Laut Tepi
Laut tepi merupakan laut yang letaknya di tepi samudera. Laut tepi dipisahkan
dari samudera karena keberadaan pulau-pulau. Contoh dari laut tepi adalah laut
cina selatan terpisah dari samudera pasifik dikarenakan terdapat kepulauan
Filipina dan Kepulauan Indonesia.

o Laut Pertengahan
Laut pertengahan adalah laut yang leaknya berada diantara benua – benua yang
terkumpul menjadi satu. Laut tepi memiliki kedalaman diatas 3.000 m di bawah
permukaan laut. Di tengah laut tepi juga memiliki beberapa pulau – pulau.
Contoh dari jenis laut pertengahan adalah laut tengah.

o Laut Pedalaman
Laut pedalaman adalah bentuk laut yang bisanya dikelilingi oleh wilayah
daratan. Laut pedalaman ini disisi lainnya merupakan jenis danau yang luas
sekali dan memiliki air yang asin seperti laut. Contoh dari laut pedalaman adalah
laut hitam.

Klasifikasi jenis laut menurut kedalamannya, yaitu;

▪ Zona Lithoral
Zona lithoral adalah klasifikasi jenis laut menurut kedalamannya yang
paling dangkal. Zona lithoral terdapat di wilayah pesisir pantai. Zona
lithoral ini pada saat air laut pasang akan tergenang oleh air laut. Namun
pada air laut surut akan berubah menjadi daratan. Zona lithoral sering
disebut sebagai zona air laut pasang surut.

▪ Zona Neritik
Zona neritik adalah klasifikasi jenis laut menurut kedalamannya dengan
tingkat kedalaman diatas zona lithoral. Zona neritik merupakan laut
yang membatasi zona lithoral. Zona neritik memiliki kedalaman hingga
150 m dibawah permukaan laut. Pada zona neritik matahari dapat
menembus dengan baik sehingga banyak kehidupan bawah laut yang
terdapat pada zona neritik.
12
▪ Zona Bathyal
Zona bathyal merupakan laut yang memiliki kedalaman dari 150 sampai
dengan 1.800 m di bawah permukaan air laut. Pada zona bathyal sinar
matahari tidak dapat masuk ke dalamnya. Sehingga kehidupan
organisme makhluk hidup pada zona bathyal berjumlah sedikit.

▪ Zona Abysal
Zona abysal merupakan laut dengan kedalaman diatas 1.800 m di bawah
permukaan laut. Dimana pada zona abysal inilah terdapat jumlah
makhluk hidup yang dapat hidup di wilayah ini jumlahnya sangat
terbatas karena suhu yang dingin.

Manfaat Laut
Laut memiliki manfaat yang berguna bagi makhluk hidup. Antara lain;

▪ Tempat rekreasi
Tangkahan sering disebut sebagai Surga Tersembunyi Sumatra karena
lingkungan alamnya yang indah ke pusat pengembangbiakan gajah.
Kawasan laut ini menjadi wisata ini berbatasan langsung dengan Taman
Nasional Gunung Leuser. Di Tangkahan wisatawan dapat melakukan
berbagai kegiatan yang menyenangkan dan alami. Salah satunya adalah
menunggang gajah di hutan liar. Saat menunggang gajah, wisatawan
akan dididik tentang hutan oleh penangannya. Aktivitas selanjutnya
adalah memandikan gajah. Wisatawan juga dapat melakukan arung
jeram di Sungai Alas serta mengunjungi konservasi orangutan Sumatra
yang terancam punah.

▪ Sumber makanan
Laut berfungsi sebagai sumber makanan bagi makhluk hidup. Alasan
tersebut muncul karena luas lautan diseluruh permukaan bumi mencapai
362 juta km yang sampai saat ini menjadi satu-satunya penghasil ikan
dengan beragam bentuknya yang tidak terbatas.

13
▪ Jalur transportasi air
Keadaan laut juga menjadi jalur transportasi yang tidak tergantikan.
Prihal ini bisa melihat beberapa pelabuhan yang ada di negara-negara
maju maupun berkembang. Contohnya saja adanya pelabuhan Tanjung
Perak di Surbaya, dan lainnya.

▪ Budidaya hewan laut


Proses pembudidayaan air laut menjadi salah satu bagian penting
daripada fungsi laut. Prihal inilah setidaknya dalam menjaga
ekosistemnya diperlukan penguasaan dalam konservasi pada hewan
langka dalam upaya menjaga kesetabilan maklhkuk hidup.

▪ Pembangkit listrik
Tenaga listrik yang kita rasakan pada saat ini sejatinya menjadi bagian
daripada fungsi laut. Prihal ini tentusaja memanfaatkan air terjun yang
hadir takala bermuara pada sungai ataupun danau. Oleh karena itulah
keberadaan sekaligus fungsi ini harus tetap terjaga.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang dikemukakan, dapat kita ketahui bahwa Sungai, danau, Laut adalah
bagian penting dalam menjaga ekosistem makhluk hidup. Terdapat berbagai jenis dari sungai,
danau, dan lautan, yaitu sungai Berdasarkan alirannya ada 5 macam, berdasarkan debit
volumenya ada 4 macam, berdasarkan pola alirannya ada 8 macam, kemudian danau terdapat
7 macam yaitu danau tektonik, vulkanik, tektovulkanik, karst, glasial, bendungan alami dan
bendungan buatan. Kemudian laut diklasifikasikan menurut proses terjadinya, menurut
letaknya, dan menurut kedalamannya. Dimana klasifikasi jenis laut menurut terjadinya dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu laut transgresi, laut ingresi, dan laut regresi. Sedangkan
klasifikasi jenis laut selanjutnya adalah peninjauan jenis laut menurut letaknya. Jenis laut
menurut letaknya terbagi atas 3 macam yaitu laut tepi, laut pertengahan, dan laut pedalaman.
Adapun untuk klasifikasi jenis laut yang diukur dari kedalamannya dibagi menjadi 4 macam,
yaitu zona lithoral, zona neritic, zona bathyal, dan zona abysal.

B. Saran
Guna memperdalam wawasan dan ilmu pengetahuan terkait materi "Sungai, Danau, dan
Laut", maka para pembaca disarankan untuk membaca berbagai sumber dan bahan lainnya.
Hal ini dikarenakan, penulis merasa materi yang disampaikan dalam makalah ini belum begitu
cukup.
Penulisan makalah tentang "Sungai, Danau. dan Laut" ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun kepada
penulis. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ghani, M. I. (2022). Pola Aliran Sungai dan Macamnya. Zenuis.


hardani, R. A. (2022). Pengertian Laut, Jenis, Manfaat, dan Contohnya. dosen
geografi.
Satria, R. (n.d.). Pengertian dan Jenis Jenis Danau. Academia Edu.
Zakwandi, R. (2018). Resume Sungai Danau dan Laut. Bandung: Academia
Edu.

16

Anda mungkin juga menyukai