Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GEOMORFOLOGI DASAR

“Bentuklahan Fluvial”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Dasar


Yang diampu oleh:
Listyo Yudha Irawan, S.Pd, M.Pd, M.Sc,.

Disusun oleh:
Avanza Iqbal Ar Rafi (220722609679)
Melsya Ghaida Rizky (220722601726)
Ramadhan Zulfikar (220722610812)
Rida Audia Rahma (220722609951)

Tiara Eka Pambudi (220722604555)


Wardah Putri Adityani (220722608484)

PROGRAM STUDI S1 GEOGRAFI

DEPARTEMEN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Geomorfologi Dasar yang berjudul “Bentuklahan Fluvial”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Dasar semester
2 dengan dosen pengampu Listyo Yudha Irawan, S.Pd, M.Pd, M.Sc,. Tidak lupa kami
sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Geomorfologi Dasar yang telah memberikan
arahan dan bimbingannya dalam pembuatan makalah ini dan orang tua yang mendukung
kelancaran tugas kami.
Makalah ini dibuat berdasarkan sumber yang berkaitan dengan geomorfologi. Kami
sampaikan terimakasih atas perhatiannya terhadap makalah ini dan kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami khusunya. Dengan segala kerendahan hati, saran, dan kritik
yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan
makalah pada tugas yang lain di waktu mendatang.

Malang, 25 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..…ii
DAFTAR ISI………...……………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…...………………………………………………………………4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………....4

1.3 Tujuan………...……………………………………………………………………...4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………5

2.1 Pengertian bentuklahan fluvial………...……………………………………………5

2.2 Proses terbentuknya bentuklahan fluvial………...……………………………….....7

2.3 faktor yang mempengaruhi…………….………...…………………………………14

2.4 Hasil bentuklahan fluvial………………………...………………………………....17

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………...22

3.1 Kesimpulan…………………………….………...………………………………....22

3.2 Saran……………………………………………...………………………………...22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………....22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geomorfologi secara harfiah berarti studi tentang bentuklahan bumi. Hal ini
didefinisikan oleh International Association of Geomorphologists sebagai studi
interdisipliner dan sistematis tentang bentang alam dan lanskapnya serta proses di
permukaan bumi. Ahli geomorfologi menyelidiki bahwa bentang alam dan lanskap ini
membahas berbagai aspek seperti asal mula, morfometri, kronologi, dan evolusi masa
lalu dan masa depan.
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi yang mengakibatkan modifikasi permukaan bumi (Thornbury, 1970).
Penyebab proses geomorfologi adalah benda-benda alam yang dikenal dengan benda-
benda alam itu berupa angin dan air. Proses geomorfologi dibedakan menjadi dua
yaitu proses eksogen (tenaga asal luar bumi) yang umumnya sebagai perusak dan
proses endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) sebagai pembentuk, keduanya
bekerja bersama-sama dalam merubah permukaan bumi.
Air merupakan salah satu faktor yang dapat merubah bentuk lahan khususnya
bentuklahan fluvial. Selain dibutuhkan dalam kehidupan air juga dapat mempunyai
peranan penting bagi terbentuknya bentuklahan. Meskipun membutuhkan waktu yang
lama untuk mengubah bentang lahan, tetapi air bersifat konstan dalam mengubah
bentang lahan. Meskipun membutuhkan waktu yang lama untuk mengubah
bentuklahan air bersifat konstan. Bentuk-bentuk yang berada di permukaan bumi
salah satunya dipengaruhi oleh erosi dan pengendapan. Air yang berasal dari
presipitasi kemudian turun menuruni lereng dan membentuk alur-alur yang akan
menjadi sungai. Maka dari itu semua proses yang terjadi perlu dibahas bagaimana
semua proses itu terjadi khususnya yang disebabkan oleh faktor air yaitu bentuklahan
fluvial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bentuklahan fluvial?
2. Bagaimana proses terbentuknya bentuklahan fluvial?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi bentuklahan fluvial?
4. Bagaimanakah contoh bentuklahan fluvial?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi bentuklahan fuvial
2. Mengetahui proses terbentuknya bentuklahan fluvial
3. Mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi bentuklahan fluvial
4. Mengetahui macam-macam bentuklahan fluvial
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bentuklahan Fluvial


Pada permukaan bumi terdapat berbagai macam bentangalam, salah satunya
adalah bentangalam fluvial. Bentangalam fluvial merupakan bentangalam yang
terbentuk akibat proses fluvial (sungai). Proses fluvial meliputi erosi, pengangkutan
(transportasi) dan pengendapan (deposisi) yang disebabkan oleh agen air pada sungai.
Tiap tahun sungai dapat mengangkut sekitar 75.000 juta ton material, dimana 20.000
juta ton mencapai laut, sekitar 80% dalam bentuk padat dan 20% dalam bentuk
larutan. Oleh karena itulah sistem fluvial seringkali menjadi agen utama yang terlibat
dalam evolusi lanskap dan memberikan pengaruh utama pada sistem geomorfik yang
saling terkait seperti lereng bukit, kipas aluvial, delta atau pantai.
Pembentukan bentangalam fluvial ini tentunya tidak lepas dari dukungan
cekungan drainase (catchment) atau dapat disebut DAS (Daerah Aliran Sungai). DAS
memiliki peran penting terutama pada proses erosi dan transportasi/pengangkutan
yang dilakukan oleh air. Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah kesatuan
ekosistem yang dibatasi oleh pemisah topografi, dan berfungsi sebagai pengumpul,
penyimpan, dan penyalur air, sedimen, serta unsur hara dalam sistem sungai, dan
keluar melalui outlet tunggal. DAS terbagi menjadi 3 daerah yaitu hulu, tengah dan
hilir. Masing-masing DAS memiliki ciri tersendiri yaitu :
• Hulu. Merupakan daerah konservasi yang memiliki kerapatan drainase tinggi dan
memiiki kemiringan lereng yang besar (lebih dari 15%). Daerah ini juga bukan
termasuk daerah banjir mengingat kemiringan lerengnya yang besar sehingga kecil
kemungkinan terjadi banjir di daerah hulu. Pengaturan penggunaan air didaerah ini
juga bergantung pada poa drainasenya, sementara untuk vegetasinya berupa tegakan
hutan. Daerah hulu sangat penting karena memiliki peran sebagai perlindungan
terhadap seluruh bagian DAS terutama perlindungan dari segi fungsi tata air.
• Tengah. Merupakan daerah pemanfaatan, yang memiliki kemiringan menengah.
Selain itu daerah ini dapat diindikasi melalui kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
• Hilir. Merupakan daerah pemanfaatan. Daerah ini memiliki kerapatan drainase dan
kemiringan yang kecil, sehingga daerah ini rawan terjadi banjir. Pengaturan
penggunaan air di daerah ini diatur oleh bangunan irigasi, sementara vegetasi yang
tumbuh didaerah ini didominasi vegetasi pertanian untuk keperluan konsumsi, kecuali
daerah estuaria yang didominasi hutan bakau/gambut.
5

Siklus Hidrologi (Sumber: Ramdan, 2004)

Adanya DAS (Daerah Aliran Sungai) tentunya tidak lepas dari siklus hidrologi
yang banyak berpengaruh terhadap pembentukanya. Siklus hidrologi dikenal sebagai
proses pergerakan air secara terus menerus (kontinyu) dari bumi ke atmosfer dan
kembali lagi ke bumi (Triadmodjo, 2008). Beberapa proses yang dilalui siklus ini
antara lain adalah evaporasi, transpirasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, dan runoff
(aliran permukaan). Siklus hidrologi dimulai dengan terjadinya proses evaporasi yang
dipengaruhi oleh sinar matahari. Air di permukaan tanah, sungai, danau, dan laut akan
menguap ke udara sehingga menjadi uap air. Uap air tersebut kemudian mengalami
proses kondensasi dan berubah menjadi butiran-butiran air yang menggumpal
membentuk awan. Apabila jumlah butiran air sudah cukup banyak, maka butiran air
tersebut akan jatuh sebagai hujan (presipitasi). Presipitasi yang jatuh di permukaan
bumi akan menyebar ke berbagai arah seperti ke permukaan daratan maupun lautan.
Presipitasi yang jatuh di permukaan daratan sebagian besar tertahan sebentar pada
tanah di sekitar tempat jatuhnya atau mengalami proses infiltrasi yang akhirnya
mengumpul dan menjadi air tanah. Sebagian yang lainnya air akan mengalir di atas
permukaan tanah (runoff) menuju sungai, danau, maupun laut.
Di bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air permukaan maupun air dalam
tanah bergerak ke tempat yang lebih rendah yang akan mengalir ke laut. Namun,
sebelum air permukaan dan air tanah mencapai lautan, air tersebut akan dikembalikan
ke atmosfer melalui proses evaporasi dan transpirasi (penguapan oleh tumbuhan).

6
2.2 Proses terbentuknya bentuklahan fluvial
Fluvial berasal dari bahasa latin yaitu Fluvius yang berarti sungai, dalam
fenomena bentuklahan fluvial tidak lepas dari pengaruh aktivitas aliran sungai yang
mempengaruhi serta membentuk bentuklahan fluvial. Sungai selalu mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, aliran sungai sendiri dapat mengalirkan
68% unsur dari tanah di permukaan bumi sehingga aliran sungai mengandung banyak
unsur, akan tetapi sungai tidak dapat mengalir di lahan kering (hiperarid), kawasan
beku permanen, dan medan karst. Aliran sungai tidak dapat mengalir di kawasan beku
permanen karena akan langsung mengalami pembekuan yang menyebabkan sungai
membeku dan berhenti mengalir, Aliran sungai juga tidak dapat mengalir di lahan
kering dan medan karst karena dapat langsung mengering dan menghilang karena
tingkat penguapan yang tinggi. sungai juga menjadi sumber kehidupan bagi berbagai
macam makhluk hidup terutama manusia karena menjadi sumber mata pencaharian
dan untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya seperti pasokan air, transportasi,
pembangkit listrik, dan rekreasi. Hal ini juga dapat menimbulkan pengaruh aktivitas
manusia yang dapat mempengaruhi tanggul sungai seperti pembangunan bangunan
dan perubahan penggunaan lahan yang mengakibatkan banjir dari sungai yang
meluap.

Sungai terdiri dari berbagai saluran yang mempengaruhi bentuknya, ada dua
saluran utama yang bersifat kontras tergantung unsurnya. Saluran batuan dasar yang
terjadi karena aliran air memotong batuan dasar yang tidak dilapisi oleh endapan
aluvial. Saluran ini dicirikan dengan bentuk geometri yang agak stabil, sedangkan
saluran aluvial yang terbentuk pada lapisan aluvium yang tidak terkondensasi
mengalami perubahan terus menerus disebabkan proses erosi dan pengendapan.
Penyebab terjadinya perbedaan pada saluran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang memiliki keterkaitan satu sama lain seperti saluran air, debit air, pasokan
sedimen, dan jenis muatan sedimen.

1. Saluran Batuan Dasar


Saluran batuan dasar adalah saluran yang terbentuk karena pemotongan lapisan
batuan dasar oleh air yang disebabkan karena batuan dasar tidak memiliki penutup
atau lapisan dari endapan aluvial. Beberapa faktor yang mempengaruhi saluran ini
adalah faktor kemiringan yang tinggi, suplai sedimen yang terbatas dan batuan dasar
yang resisten. Saluran ini biasanya sempit dan tidak memiliki dataran yang dapat
dibanjiri sehingga aliran banjir mengalami peningkatan secara drastis di kedalaman
dan kecepatan aliran air yang relatif besar sehingga dapat mengikis batuan besar
secara lurus ataupun berliku-liku. Salah satu proses utama dari terbentuknya saluran
ini adalah proses erosi yang terjadi ketika aliran air bersentuhan langsung dengan
batuan dasar dan pengikisan oleh aliran air yang kuat sehingga unsur batuan dapat
larut.
7

Gambar 1.1 saluran batuan dasar, sungai civejna, montenegro (sumber : Landforms of the Earth
Francisco Gutiérrez Mateo Gutiérrez An Illustrated Guide)
8

Gambar 1.2 Little Colorado Ngarai sungai yang membelah sedalam lebih dari 350 m menjadi urutan
yang terangkat, dekat batugamping horizontal dan batupasir di Arizona utara, AS (sumber : Landforms
of the World with Google Earth, Anja M. Sche ers Simon M. May Dieter H. Kelletat)

2. Air terjun
Air terjun adalah saluran sungai yang memiliki interval yang curam antara hulu
dengan hilirnya mengakibatkan air sungai jatuh dengan kuat yang diakibatkan oleh
gaya gravitasi bumi. Aliran ini didominasi oleh aliran yang jatuh secara bebas tanpa
adanya hambatan maupun patahan dari batuan. Air terjun juga menjadi salah satu
faktor erosi yang dengan cepat mengikis batuan. Air yang jatuh cenderung
membentuk galian kolam, dalam beberapa kasus air yang jatuh membentuk kolam
dengan aliran yang berputar sehingga mengikis permukaan batuan membentuk
putaran.

Gambar 2.1 Air terjun niagara di kanada, AS (sumber : Landforms of the World with Google Earth,
Anja M. Sche ers Simon M. May Dieter H. Kelletat)
9

3. Saluran aluvial
Saluran aluvial adalah saluran yang terbentuk oleh aliran air yang memotong
batuan ataupun tanah menjadi sedimen yang tidak terkonsolidasi dan mengendap
melalui proses fluvial itu sendiri. Saluran ini biasanya berada diantara dataran banjir
dan relatif mendatar sehingga akan tergenang apabila debit air melebihi kapasitas
saluran. Berbeda dengan saluran baruan dasar saluran aluvial bersifat dinamis karena
sering mengalami perubahan morfologi melalui proses pengendapan dan juga proses
erosi terutama ketika terjadi banjir yang dapat mengubah jalur saluran. Saluran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor kemiringan lembah, debit air, fluk
sedimen, jenis unsur sedimen.

Gambar 3.1 contoh saluran aluvial diantara dataran yang relatif datar (sumber KEY CONCEPTS IN
GEOMORPHOLOGY, Paul R. Bierman & David R. Montgomery)

Gamb
ar 3.2 sungai Aguas Teurtas, Lembah Guarrinza, pyrenees Spanyol (sumber Landforms of the World
with Google Earth, Anja M. Sche ers Simon M. May Dieter H. Kelletat)
10

4. Saluran Efemeral
Saluran ini bisa disebut juga saluran sesaat yang tetap kering hampir sepanjang
tahun dan biasanya merujuk pada saluran pendek. Biasanya berada di daerah kering
dan semi kering seperti di Arab, India, dan Afrika Selatan.

Gambar 4.1 kanal efemeral, Arab Saudi utara (sumber Landforms of the World with Google Earth,
Anja M. Sche ers Simon M. May Dieter H. Kelletat)

5. Teras Aluvial
Teras di tepi sungai yang dibatasi oleh dinding curam di satu sisi dan lereng landai
di sisi lain.Teras-teras fluvial merupakan bekas dasar lembah yang terbengkalai oleh
kubu sungai. Permukaan teras, disebut tapak , dicirikan oleh geometri planar dengan
sedikit kemiringan hilir. Biasanya menghadap ke lembah yang curam.

Gambar 5.1 teras aluvial (sumber https://kelompoklimahmg09.wordpress.com/tag/teras-batuan/)

11
6. Kipas Aluvial
Kipas aluvial adalah bentuklahan yang berkembang di persimpangan anak sungai
dimana saluran kehilangan batasan yang menyebabkan pengendapan lebih cepat.
Biasanya terjadi di daerah hilir sungai. Peristiwa ini jarang terjadi biasanya ketika ada
peristiwa hujan deras yang menyebabkan banjir di titik persimpangan anak sungai dan
terjadi pelebaran.

Gambar 6.1 Kipas aluvial besar di Gurun Gobi, barat laut Chijinpu, Cina (sumber Landforms of the
World with Google Earth, Anja M. Sche ers Simon M. May Dieter H. Kelletat)

7. Rills
Rills adalah saluran erosi kecil yang dikembangkan di lereng dengan lebar
maksimum dan kedalaman beberapa puluh sentimeter. Biasanya berada di permukaan
yang bervegetasi, saluran ini terjadi karena curah hujan yang tinggi sehingga air
melebihi kapasitas infiltrasi tanah sehingga air menggenang dan mengalir ke lereng,
atau bisa juga terjadi karena aliran sumur yang menghasilkan sungai.
12

Gambar 7.1 Rills (sumber:https://www.worldatlas.com/articles/what-is-a-rill-in-geography.html)

8. Gully
Gully adalah saluran kecil dalam yang terbentuk pada aliran darat, umumnya
terkait dengan peristiwa curah hujan yang parah. Biasanya memiliki sisi yang curam
dan berada di lereng bukit membentuk parit lembah. Pembentukan parit dan lanskap
tanah tandus dapat dimulai oleh sejumlah faktor, termasuk pengurangan tutupan
vegetasi oleh sebab-sebab alami atau antropogenik, penurunan tingkat dasar, kejadian
curah hujan yang parah atau tanah longsor. Selain erosi oleh limpasan yang
terkonsentrasi di saluran, proses lain mungkin secara signifikan berkontribusi pada
pengembangan dan pembesaran parit.

Gambar 8.1 (sumber:https://cite.org.zw/gully-erosion-threatens-dete-mabale-community/)


13

2.3 Faktor yang mempengaruhi


Ada tiga aktivitas utama penyebab terjadinya bentuk lahan fluvial :

1. Erosi

Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai. Erosi yang
dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu Quarrying,
yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.

1. Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.

2. Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan


sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada Meander.

3. Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :

· Erosi vertikal

Erosi vertikal adalah erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi
pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman
lembah sungai.

· Erosi lateral

Erosi lateral yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi
pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .

· Erosi yang berlangsung terus

Erosi ini berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas
dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah
mencapai erosion base level.

· Erosion base

Level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang base level-nya
berupa permukaan air laut dan temporary base level yang base level-nya lokal
seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya.

Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran
sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan
mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir
meratakan sehingga mendekati ultimate base level.
14

Gambar 1.1 macam-macam erosi (sumber: https://www.gurupendidikan.co.id/)

2. Transportasi

Transportasi adalah terangkutnya material hasil erosi, dengan cara


terbawa dalam larutan, melompat, menggelinding. Transportasi mengangkut
material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga
kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi.Dalam
membahas transportasi sungai dikenal istilah :

· stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh


aliran sungai

· stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh


aliran sungai. Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum
melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load .

Mekanisme bed load

Pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai,


dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :

1. Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.

2. Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar


sungai.

3. Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar


sungai.

· Mekanisme suspended load

Material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai,


dibedakan menjadi :
15

1. Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur


dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh.

2. Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan


kimia.

Gambar 2.1 sungai muda (sumber: http://ayobelajargeologi.blogspot.com)

3. Deposisi

Proses sedimentasi yang terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material
yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran
kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.
Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut,
sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.
16

2.4 Hasil bentuklahan fluvial


1. Braided stream (sungai teranyam)

Braided stream merupakan alur sungai bercabang yang terdiri dari beberapa
alur dengan alur satu dengan alur lainnya. Sungai teranyam (Braided stream)
terbentuk akibat terjadi erosi dalam jumlah besar pada bagian hulu sungai dan terjadi
pengendapan yang berlebihan pada hilir sehingga terbentuk gosong tengah sungai
(channel bar). Karena banyaknya gosong tengah sungai maka terlihat seperti
teranyam (sering disebut pula sebagai anastomosing). Penyebab utama terbentuknya
alur sungai ini yaitu karena tingginya beban sedimen dasar sehingga sungai tidak
mampu mengangkut sedimen tersebut. Apabila beban sedimen yang terbawa semakin
banyak, maka proses pengendapan akan terjadi sehingga membuat kemiringan di
dasar sungai juga bertambah dan selanjutnya akan terjadi keseimbangan. Dengan
bertambahnya kemiringan dasar, maka kecepatan air akan naik dan selanjutnya akan
terbentuk beberapa alur (alur bercabang), sehingga secara keseluruhan sungai akan
menjadi lebih lebar. Hal lain yang terjadi pada alur bercabang adalah tebing yang
relatif mudah tererosi. Apabila tebing alur sungai mudah tererosi, maka pada saat
muka air tinggi lebar sungai akan menjadi lebih lebar dan pada saat air rendah
endapan akan menjadi stabil dan terbentuk pulau-pulau. Sungai teranyam biasanya
terdapat di daerah yang memiliki pola aliran yang sangat lemah dan batuan
disekitarnya lunak. Sungai ini bercirikan debit air dan pengendapan sedimen yang
tinggi. Daerah yang rata membuat aliran air menjdi mudah berelok karena adanya
endapan yang menghalanginya.

Gambar 1.1 sungai teranyam (Braided stream) (sumber:https://neededthing.blogspot.com/2018/02/sungai-


teranyam-braided-stream.htm)
17

Gambar 1.2 block diagram sungai teranyam dan susunan lapisan


pengendapannya.(sumber:https://neededthing.blogspot.com/2018/02/sungai-teranyam-braided-stream.htm)

2. Bar Deposite (Gosong tengah)

Bar deposite atau gosong tengah merupakan endapan yang terbentuk di daerah
tengah maupun di tepi sungai. Endapan yang berada di tengah sungai disebut dengan
gosong tengah (Channel bar) sedangkan yang berada di tepi sungai disebut dengan
(Point bar). Biasanya gosong tengah ditemukan pada tipe sungai teranyam sedangkan
point bar ditemukan pada tipe sungai meander.

Gambar 2.1 gosong tengah (channel bar)(sumber: https://neededthing.blogspot.com/2018/03/endapan-gosong-


bar-deposit.html)
18

Gambar 2.2 point bar Tikungan Terkenal Sungai Ardeche di Ngarai de l'Ardeche, Perancis Selatan-Tengah
(sumber: https://www.istockphoto.com/id/foto/tikungan-terkenal-sungai-ardeche-di-ngarai-de-lardeche-
perancis-selatan-tengah-gm1098369844-294999471)

3. Dataran Banjir (Flood Plain)

Sungai stadia dewasa membentuk dataran banjir dengan mengendapkan sebagian


material yang terangkut saat banjir pada sisi kanan maupun sisi kiri sungai. Seiring
dengan proses yang berlangsung kontinyu, akan terbentuk akumulasi sedimen yang
tebal dan menjadi tanggul alam.

Gambar 3.1 Floodplain pada sungai mississippi Amerika serikat (Sumber: https://www.nature.org/)
19

4. Alluvial Fan (kipas aluvial)

Kipas aluvial adalah bentang alam pengendapan dengan geometri semikonikal


yang berkembang di piedmont dan di persimpangan anak sungai, di mana saluran
pengumpan kehilangan batasan yang mendukung pengendapan cepat.Terjadi karena
adanya pengendapan yang menyerupai penurunan kecepatan aliran drastis, jadi kipas
aluvial ini hanya mengalami satu titik aliran saja yang menyebabkan berbentuk kipas.
Biasanya ditemukan di daerah pegunungan yang sedang berosi

Gambar 4.1 kipas fluvial (sumber:https://prodi4.stpn.ac.id/wp-content/uploads/2020/2020/Modul/Semester


%20I/General%20View/MODUL_PKL%20Bentang%20Lahan%20-westi.pdf)

5. Meander dan Danau tapal kuda (oxbow lake)

Danau tapal kuda yang memiliki tipe meander(berkelok-kelok), aliran sungai yang
berkelok-kelok secara teratur diikuti dengan dataran yang berliku-liku mengikuti
aliran sungai, dataran tersebut karena endapan aluvial. Waktu air pasang, antara
lingkaran satu dengan yang lainnya berhubungan langsung dan ketika air surut
terputuslah lingkaran-lingkaran tersebut.

Gambar 5.1 Meander pada sungai mahakam, kalimantan timur (sumber:https://kaltim.idntimes.com/)

20
6. Muara

Muara sungai berfungsi sebangai penghubung antara sungai dan laut, pada daerah
ini terjadi pertemuan antara arus sungai dan juga arus laut. Pertemuan arus ini
nantinya akan menyebabkan terjadi proses sedimentasi pada muara sungai. Sedimen
yang tersedimenasi nantinya akan mengalami proses transpor yang disebabkan oleh
pengaruh arus diperairan. Saat pasang, arus cenderung bergerak kearah darat (sungai)
sedangkan saat surut, arus bergerak ke arah laut.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bentangalam fluvial merupakan bentangalam yang terbentuk akibat proses fluvial
(sungai). Daerah aliran sungai (DAS) dan siklus hidrologi menjadi pemeran utama
dalam pembentukan bentang alam fluvial. Sungai terdiri dari berbagai saluran yang
mempengaruhi bentuknya, terdapat dua saluran utama yang bersifat kontras
tergantung unsurnya yaitu saluran batuan dasar dan saluran aluvial. Penyebab
terjadinya perbedaan pada saluran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memiliki
keterkaitan satu sama lain seperti saluran air, debit air, pasokan sedimen, dan jenis
muatan sedimen. Pembentukan bentangalam fluvial tentunya tidak terlepas dari faktor
yang mempengaruhinya yaitu erosi, transportasi dan deposisi. Hasil dari proses fluvial
ini juga berbeda-beda seperti Braided stream (sungai teranyam), Bar Deposite
(Gosong tengah), Dataran Banjir (Flood Plain), Alluvial Fan (kipas aluvial), Meander
dan Danau tapal kuda (oxbow lake) dan Muara.

3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar
kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf.

22
DAFTAR PUSTAKA

Apa yang menyebabkan terbentuknya bentuk lahan fluvial? - Fisika. (2020, March 22).
Dipetik March 4, 2023, dari Dictio Community: https://www.dictio.id/t/apa-yang-
menyebabkan-terbentuknya-bentuk-lahan-fluvial/124835
Asdak, C. (2022). Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah mada university
press Anggota IKAPPI dan APPTI. Dipetik maret 4, 2023
bierman, p. L., & Montgomery, d. R. (2014). key concepts in morphology. New york: W.H
Freeman and Company publisher. Dipetik februari 1, 2023
Fadila, F., Gumilang, N. A., Azizah, L., & Rohman, F. A. (2021, November 16). 10 Manfaat
Sungai bagi Kehidupan Manusia - Best Seller Gramedia. Dipetik March 6, 2023, dari
Gramedia.com: https://www.gramedia.com/best-seller/manfaat-sungai-bagi-
kehidupan-manusia/
Gutiérrez, F., & Gutiérrez, M. (2016). Landforms of the earth. swiss: springer international
publishing. Dipetik februari 4, 2023
Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS). (2015, December 6). Dipetik March 6, 2023, dari
PERKUMPULAN ELANG: https://elang.or.id/blog/pengertian-daerah-aliran-sungai-
das/
satria, F. w., saputro, s., & marwoto, j. (2017). jurnal title, volume 6, 47-53. Dipetik maret 4,
2023
scheffers, A. M., may, s. m., & kelletat, d. H. (2015). Landforms of the World with Google
Earth. New york: springer dordrecht heidelberg. Dipetik februari 4, 2023
Thornbury, W. D. (t.thn.). principles of geomorphology. bloomington, indiana: departemen of
geology indiana university. Dipetik februari 2, 2023

Anda mungkin juga menyukai