Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI AKAR

LAPORAN

OLEH:

Yudith Aulia Salsabilla Simbolon / 170301165


AGROTEKNOLOGI III B

LABORATORIUM BOTANI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
ANATOMI AKAR

LAPORAN

OLEH:

Yudith Aulia Salsabilla Simbolon /170301165


AGROTEKNOLOGI III B

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melengkapi Momponen Penilaian di


Laboratorium Botani Tumbuhan Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM BOTANI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Judul Laporan : ANATOMI AKAR
Nama : Yudith Aulia Salsabilla Simbolon
NIM : 170301165
Prodi / Group : Agroteknologi III B

Diketahui oleh : Diperiksa oleh :


Asisten koordinator Asisten korektor

Rizky Wulandari Nur Hasanah


NIM : 130301256 NIM : 120301248

Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab

Ir.Meirani MP
NIP : 196505181992032001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan yang Maha Esa karena rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Adapun judul laporan ini adalah “ANATOMI AKAR” yang merupakan


salah satu syarat untuk melengkapi komponen penilaian di laboratorium
Botani,Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera
Utara,Medan.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Mata Kuliah Botani Ir.Meirani MP, Ir.Ratna rosanty lahay,
MP,Ir Hot Setiado Ph.D, Ir.Lisa mawarni,MP, Ir.Suhada,MS,Ph.D,
Ir.Emmy Harso Kardinata,M,Sc. Selaku dosen mata kuliah Botani, Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Kepada
Abang Kakak yang membimbing dan mengarahkan kami menyelesaikan tulisan
ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran demi kebaikan penulisan ini.

Medan, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Praktikum .......................................................................................... 2
Kegunaan Penulisan....................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum ....................................................................... 7
Bahan dan Alat .............................................................................................. 7
Metode Praktikum ......................................................................................... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil ............................................................................................................... 9
Pembahasan ................................................................................................... 10

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan………………………………………………………………… 13
Saran……………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tanaman dan biasanya

berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada pula akar yang tumbuh di

luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apeks

di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Akar embrio juga dinamakan

radikula. Pada Gymnospermae dan dikotil, akar serabut berkembang dan

membesar menjadi akar primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. Sistem

akar ini disebut akar tunggang (Hidayat,1995).

Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan dalam kehidupan tanaman

dan segera mengering. Dari dekat pangkalnya atau didekatnya akan muncul akar

baru yang disebut akar tambahan atau akar adventif. Keseluruhan akar adventif

seperti itu dinamakan susunan akar serabut (Hidayat,1995).

Akar adalah bagian pokok nomor tiga (disamping batang dan daun) bagi

tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar biasanya mempunyai

sifat-sifat berikut:

a. Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah,

dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air

(hidrotop), meninggalkan udara dan cahaya.

b. Tidak berbuku-buku, jadi juga tidak beruas dan tidak mendukung daun-

daun atau sisik-sisik maupaun bagian-bagian lainnya.

c. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan.

d. Tumbuh terus pada ujungnya, tetapi umumnya petumbuhannya masih

kalah jika dibandingkan dengan batang.


e. Bentuknya meruncing, sehingga lebih mudah untuk menembus tanah

(Tjitrosoepomo,2009).

Akar bagi tumbuhan mempunyai tugas untuk:

a. Memperkuat berdirinya tumbuhan

b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari

dalam tanah

c. Mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada tubuh

tumbuhan yng memerlukan

d. Sebagai tempat penimbunan makanan

Akar tidak mempunyai anggota tambahan yang dapat

dibandingkan dengan daun-daun pada batang. Akar tidak dilengkapi stomata dan

cabang-cabangnya bermula dalam jringan perisikel yang relatif matang

bertentangan dengan batang, pada cabang-cabang akar berasal dari meristem

apikal. Akar juga mempunyai tudung akar yang tidak terdapat pada batang (Fahn,

1982).

Pada waktu jaringan akar berkembang, sel-sel antara xylem dan floem

membentuk kambium vaskular yang menghasilkan jaringan xylem ke arah dalam

dan membentuk jaringan floem ke arah luar. Xylem dan floem dikelilingi oleh

satu lapisan sel-sel yang disebut perisikel. Jaringan vaskular dan perisikel

membentuk suatu tabung yang disebut stele. Di sebelah luar stele terdapat

endodermis. Pada sebelah luar dari sel-sel endodermis terdapat beberapa lapis sel

korteks yang berukuran besar dan berdinding tipis (Lakitan, 1993).


Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur anatomi

tumbuhan monokotil dan dikotil.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum di Laboratorium

Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Akar Monokotil dan Dikotil

Penampang melintang melalui akar primer (yang belum mengalami

penebalan sekunder) akan menunjukkan dari luar ke dalam epidermis, korteks,

dan silinder pusat. Sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa

katikula. Ciri khas akar adalah adanya rambut akar yang berdaptasi untuk

menyerapa air dan garam tanah. Rambut akar adalah sel epidermis yang

memnajang ke luar, tegak lurus ke permukaan akar, dan berbentuk tabung

( Hidayat , 1995).

Pada umumnya korteks terdiri dari sel parenkim. Pada sejumlah besar

monokotil yang tidak melepaskan korteksnya semasa akar masih hidup, banyak

sklerenkim yang dibentuk. Ruang antar sel yang dibentuk lisigen atau sizogen

sering terdapat pada tumbuhan darat yang terendam air, seperti padi. Parenkim

tersebut dianggap berperan dalam pengangkutan gas dan sebagai wadah oksigen

yang diperlukan dalam respirasi jaringan. Pada sejumlah besar tumbuhan, dinding

sel pada lapisan terluar korteks akan membentuk gabus, sehingga terjadi

jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan

epidermis ( Hidayat , 1995).

Endodermis terdiri atas sel-sel yang membentuk silinder uniserat dan

berkembang. Lapisan sel ini merupakan batas sebelah dalam korteks akar. Pada

bagian akar tersebut sistem pembuluh primer mulai menjadi matang dan jalur

Caspary muncul dalam dinding radial dan dinding melintang sel-sel endodermis

tersebut. Silider pembuluh menepati bagian tengah dari akar. Bentuknya lebih

nyata dari korteks akar dibandingkan dengan yang terdapat dalam batang.

Jaringan pembuluh primer dikitari oleh kumpulan sel yang dinamakan perisikel.
Pada monokotil, yang biasanya tidak mempunyai penebalan sekunder berlangsung

pembentukan sklereid (sklerefikasi) di sebagian atau seluruh perisikel. Ada

beberapa dikotiledon perisikelnya terdiri atas beberapa lapis sel (Fahn, 1982).

Salah satu sifat utama yang membedakan akar dari batang ialah susunan

jaringan pembuluh primer. Pada tubuh primer akar perisikel itu secara langsung

dibatasi di permukaan bagian dalam oleh untaian floem dan xylem. Untaian floem

selalu terpisah-pisah dan terpusat di pinggiran silinder pembuluh. Untaian xylem

dapat dalam satuan terpisah di tepi silinder pembuluh atau dapat meluas ke bagian

tengah, xylem tampak seperti bintang pada irisan melintang. Pada monokotiledon

untaian xylem pada akar seminal sedikit, seperti pada akar dikotiledon, tetapi akar

–akar liarnya poliark dan banyaknya untaian pada Palmae dan Pandanaceae dapat

100 atau lebih (Fahn, 1982).

Tubuh sekunder adalah merupakan hasil bentukan kambium. Kambium

mula-mula terlihat pada ujung sebelah dalam dari floem. Tetapi kambium ini

membentuk jaringan sekunder, pericycle di depan kutub xylem membelah.

Derivat sel-sel ini yang disebelah dalam berubah menjadi cambium sehingga

Kambium menjadi bersambung. Kambium ini akan membentuk lingkaran karena

pembentukan xylem didekat floem terjadi lebih dahulu. Kambium ini akan terus

membentuk jaringan sekunder sehingga xylem primer akan terbenam. Dengan


14
mengembangnya lingkaran kambium oleh pertumbuhan sekunder maka sebagian

dari korteks dan pericycle akan mengelupas sehingga akhirnya hanya tinggal

lapisan gabus ( Napitupulu, 2013).

Perbedaan struktur anatomi akar monokotil dan dikotil. Pada akar

monokotil, terdapat xylem yang banyak atau poliarch, biasanya bervariasi antara

11-20. Perisikel yang terdapat pada akar monokotil hanya menghasilkan akar
lateral. Tidak memiliki kambium serta pada akar monokotil tidak terjadi

pertumbuhan sekunder. Empulur berkembang dan membesar. Sedangkan pada

akar dikotil, terdapat berkas xylem yang beragam anatar 2-6 (diarch- heksarch).

Perisikel yang terdapat pada akar dikotil selain menghasilkan akar lateral judga

menghasilakan meristem sekunder. Pada akar dikotil terdapat cambium sehingga

dapat melangsungkan pertumbuhan sekunder. Empulurnya kecil seperti tidak ada

(Upi, 2014).

Batas ujung akar dan kaliptra pada akar monokotil tampak jelas. Perisikel

terdiri dari beberapa lapisan, mempunyai empulur yang luas sebagai pusat akar,

letak xylem dan floem berselang-seling. Sedangkan pada akar tanaman dikotil

batas ujung akar dan kaliptra tidak tampak jelas, perisikel hanya terdiri atas satu

lapis, empulurnya sempit, letak xylem didalam dan floem diluar (dengan

kambium sebagai pembatas) (Kurnia, 2013).


BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan

Adapun praktikum ini dilakukan di Laboratorium Botani Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanaian Universitas Sumatera Utara, Medan

dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Pada hari Selasa, 6 November 2017 pukul

10.00 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah sebagai

berikut; akar mangga ( Mangifera indica L.) dan akar padi ( Oryza sativa L.)

sebagai objek praktikum. Gabus batang ubi kayu (Manihot utilisima Pohl.)

sebagai tempat untuk mensisipi akar yang akan diiris. Lilin paraffin sebagai cairan

yang digunakan untuk membuat cetakan. Air digunakan sebagai cairan yang akan

ditetesi diatas irisan akar. Kertas A4 digunakan untuk menggambar hasil

penampang anatomi akar yang telah diamati.

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut; mikroskop untuk melihat atau

mengamati akar monokotil dan dikotil. Objek glass sebagai tempat meletakkan

irisan akar. Pisau silet digunakan untuk mengiris akar setipis mungkin. Lampu

berfungsi sebagai sumber cahaya. Kain planel digunakan sebagai alas objek glass

dan deck glass agar tidak berserakan. Serbet digunakan untuk membersihkan

objek glass dan deck glass serta mikroskop yang telah selesai digunakan.

Mikrotom digunakan untuk memotong atau mengiris cetakan preparat yang

terbuat dari lilin. Preparat abadi digunakan untuk membandingkan hasil

pengamatan dengan preparat basah yang dibuat sendiri. Deck glass digunakan

untuk menutupi irisan akar yang telah ditetesi air.

.
Prosedur Percobaan

Preparat kering

1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan ,

2. Dibuat cetakan persegi dengan alumunium foil,

3. Dipanaskan lilin parafin hingga meleleh,

4. Kemudian dituang lilin ke dalam cetakan sedalam setengah bagian,

5. Dimasukkan organ tumbuhan (akar) ke dalam cetakan tersebut,

6. Kemudian ditung lilin parafin hingga penuh atau mentupi permukaannya,

7. Dipotong atau diiris cetakan dengan menggunakan mikrotom,

8. Diambil potongan objek dan diletakkan diatas kaca preparat,

9. Kemudian ditimpa dengan deck glass,

10. Diamati dibawah mikroskop.

Preparat basah

1. Disediakan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum,

2. Dibelah gabus batang ubi kayu dengan menggunakan pisau silet,

3. Kemudian masukkan akar mangga ke dalam gabus dan dipotong ujung

akar yang tersisa. Dilakukan hal yang sama pada akar padi,

4. Diiris tipis mungkin gabus yang telah disisipi akar dengan menggunakan

pisau silet,

5. Diletakkan irisan tipis tersebut diatas objek glass dan ditetesi air sedikit

lalu ditutup dengan deck glass,

6. Diamati preparat tersebut dibawah mikroskop


HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Penampang Melintang Akar Mangga


1. Epidermis
2. Korteks

3. Eksodermis
4. Endodermis
5. Stele (vascular)
6. Xylem
7. Floem

10 x 40

Gambar 2. Penampang Melintang Akar Padi


1. Epidermis
2. Korteks

3. Stele (Vascular)
4. Endodermis
5. Pericycle
6. Xylem
7. Empulur
8. Floem

10x 40
1. Gambar Penampang Melintang Akar Monokotil (Root of monocotyl)

1. Epidermis

6. Korteks
7.
5. Exodermis
4. Endodermis

3. Xylem

2. Parenchyma

1. Phloem

10 x 40

2. Gambar Penampang Melintang Akar Dikotil (Root of dicotyl)

1. Epidermis

2. Korteks

3. Floem
4. Xylem
5. Endodermis

10 x 40
PEMBAHASAN

Secara garis besar jika pada akar yang muda dipotong secara melintang

akan terlihat bagian-bagian struktur anatomi pada akar tersebut. Hal ini sesuai

dengan literature Hidayat (1995), yang mengemukakan bahwa penampang

melintang melalui akar primer (yang belum mengalami penebalan sekunder) akan

menunjukkan dari luar ke dalam epidermis, korteks, dan silinder pusat. Sel

epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa katikula. Ciri khas akar adalah

adanya rambut akar yang berdaptasi untuk menyerapa air dan garam tanah.

Rambut akar adalah sel epidermis yang memnajang ke luar, tegak lurus ke

permukaan akar, dan berbentuk tabung .

Berbeda dengan epidermis batang dan daun, epidermis akar yang muda

(rhizodermis) terdiri dari selapis sel yang kompak. Jaringan ini berperan khusus

untuk penghisapan air. Sedangkan keoteks pada akar terutama pada tumbuhan

dikotilodon misalnya yang mempunyai pertumbuhan sekunder dimana korteksnya

akan mengelupas dengan cepat,maka dari itu korteksnya hanya terdiri atas sel

parenkim saja. Hal ini sesuai dengan literatur Hidayat (1995) yang

mengemukakan bahwa, Pada umumnya korteks terdiri dari sel parenkim. Pada

sejumlah besar monokotil yang tidak melepaskan korteksnya semasa akar masih

hidup, banyak sklerenkim yang dibentuk. Ruang natar sel yang dibentuk lisigen

atau sizogen sering terdapat pada tumbuhan darat yang terendam air, seperti padi.

Parenkim tersebut dianggap berperan dalam pengangkutan gas dan sebagai wadah

oksigen yang diperlukan dalam respirasi jaringan. Pada sejumlah besar tumbuhan,

dinding sel pada lapisan terluar korteks akan membentuk gabus, sehingga terjadi

jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan

epidermis.
Berkas pembuluh pada akar tersusun secara radial dengan xylem exarch

dan floem yang terletak dipinggir central silinder. Perkembangan xylem dan

floem adalah centripetal, sehingga bagisn-bsgisn ini merupakan kutub-kutub.

Banyaknya kutub uuntuk jenis tumbuhan tetentu umumnya adalah tetap,

walaupun hal ini masih ditentukan oleh besarnya diameter akar. Hal ini sesuai

dengan literatur Fahn (1982) yang mengemukakan bahwa, Salah satu sifat utama

yang membedakan akar dari batang ialah susunan jaringan pembuluh primer. Pada

tubuh primer akar perisikel itu secara langsung dibatasi di permukaan bagian

dalam oleh untaian floem dan xylem. Untaian floem selalu terpisah-pisah dan

terpusat di pinggiran silinder pembuluh.

Untaian xylem dapat dalam satuan terpisah di tepi silinder pembuluh atau

dapat meluas ke bagian tengah, xylem tampak seperti bintang pada irisan

melintang. Pada monokotiledon untaian xylem pada akar seminal sedikit, seperti

pada akar dikotiledon, tetapi akar –akar liarnya poliark dan banyaknya untaian

pada Palmae dan Pandanaceae dapat 100 atau lebih.

Awal mula perkembangan cambium pembuluh adalah dengan pembelahan

sel pprokambium diantara xylem primer dan floem primer yang belum

terdiferensiasi. Umumnya pertumbuhan sekunder hanya terjadi pada akar tanaman

dikotil untuk memperbesar ukuran akar tunggangnya. Hal ini sesuai dengan

literature Napitupulu (2013) yang mengemukakan bahawa, Tubuh sekunder

adalah merupakan hasil bentukan kambium. Kambium mula-mula terlihat pada

ujung sebelah dalam dari floem. Tetapi kambium ini membentuk jaringan

sekunder, pericycle di depan kutub xylem membelah. Derivat sel-sel ini yang

disebelah dalam berubah menjadi cambium sehingga Kambium menjadi

bersambung. Kambium ini akan membentuk lingkaran karena pembentukan


xylem didekat floem terjadi lebih dahulu. Kambium ini akan terus membentuk

jaringan sekunder sehingga xylem primer akan terbenam. Dengan

mengembangnya lingkaran kambium oleh pertumbuhan sekunder maka sebagian

dari korteks dan pericycle akan mengelupas sehingga akhirnya hanya tinggal

lapisan gabus.

Secara garis besar terlihat jelas perbedaan pada anatomi akar tumbuhan

monokotil dan dikotil. Secara morfologi, tanaman monokotil berakar serabut dan

tanaman dikotil berakar serabut. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2014),

yang mengatakan bahwa, Perbedaan struktur anatomi akar monokotil dan dikotil.

Pada akar monokotil, terdapat xylem yang banyak atau poliarch, biasanya

bervariasi antara 11-20. Perisikel yang terdapat pada akar monokotil hanya

menghasilkan akar lateral. Tidak memiliki kambium serta pada akar monokotil

tidak terjadi pertumbuhan sekunder. Empulur berkembang dan membesar.

Sedangkan pada akar dikotil, terdapat berkas xylem yang beragam anatar 2-6

(diarch- heksarch). Perisikel yang terdapat pada akar dikotil selain menghasilkan

akar lateral judga menghasilakan meristem sekunder. Pada akar dikotil terdapat

cambium sehingga dapat melangsungkan pertumbuhan sekunder. Empulurnya

kecil seperti tidak ada.

Batas ujung akar dan kaliptra pada akar monokotil tampak jelas. Perisikel

terdiri dari beberapa lapisan, mempunyai empulur yang luas sebagai pusat akar,

letak xylem dan floem berselang-seling. Sedangkan pada akar tanaman dikotil

batas ujung kar dan kaliptra tidak tampak jelas, perisikel hanya terdiri atas satu

lapis, empulurnya sempit, letak xylem didalam dan floem diluar (dengan

kambium sebagai pembatas)


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada akar yang masih muda jika dilakukan pemotongan secara melintang akan

terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam seperti epidermis, korteks,

eksodermis, endodermis, silinder pusat (stele).

2. Epidermis pada akar tersusun atas sel-sel yang rapat dan berdinding tipis dan

biasanya tanpa katikula.

3. Pada akar terdapat sebuah lapisan baru yang dapat menggantikan epidermis

yaitu eksodermis yang mengandung suberin.

4. Pada akar monokotil, terdapat xylem yang banyak atau poliarch, biasanya

bervariasi antara 11-20. Perisikel yang terdapat pada akar monokotil hanya

menghasilkan akar lateral.

5. Pada akar dikotil, terdapat berkas xylem yang beragam anatar 2-6 (diarch-

heksarch).

Saran

Sebaiknya bagi praktikan selanjutnya dalam melkuak percobaan haru

lebih teliti dalam memotong bahan. Agar hasil potongan yang didapatkan bisa

setipis mungkin, sehingga menghasilkan preparat dengan struktur anatomi akar

yang jelas pada saat diamati dengan mikroskop.


DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agribisnis Kasinus, 1997. Budidaya Tanaman Mangga. Kasinus.Yogyakarta.


http://www.repository .usu.ac.id/ /12345678/17659/4/chapter%20II.pdf
(Diakses 30 mei 2014).

Aksi Agribisnis Kasinus, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kasinus, Yogyakarta.


http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

BAPPENAS, 2007.
http://www.repository.usu.ac.id//12345678/17659/4/chapter%20II.pdf
(Diakses 30 mei 2014).

BAPPENAS, 2000.
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf
(Diakses 16 Juni 2014).

Chang, TE-Tzu and E.A. Bardenas, 1976. The Morphology and Varietal
Characteristic of Rice Plant . Technical Bulletin 4, The International
Rice Research Institute, Los Banos, Philippines.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).

Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2000.


http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17659/Chapter%20I
I.pdf (Diakses 17 Juni 2014).

Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat, 1982. Petunjuk Perlakuan Pasca Panen
Tanaman Padi. http://www.warintek.sistek.go.id/pertanian/padi.pdf
(Diakses 9 Juni 2014)

De Data, S.K, 1981. Principles and Practices of Rice Production. A Wiley


Interscience Publication. New York.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi _2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).

Fahn, A., 1982. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hidayat, E,. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB-Press, Bandung

Kurnia, R., 2013. http://id.scibd/mobile/doc/937553605 (Diakses 14 Juni 2014).


Lakitan, B., 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada,
Yogyakarta.
Manurung, S.O., dan M. Ismunadji. 1988. Morfologi dan Fisiologi Padi, hal 55-
103. Dalam M. Ismunadji, S. Partohardjono, M. Syam dan A. Widjono
(Eds). Padi-Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
http://dosen.nareotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/Pengujian-
Toleransi-Padi-Oryza-sativa-L-Terhadap-Salinitas-Pada-Fase-
Perkecambahan.pdf (Diakses 15 Juni 2014).

Napitupulu, J.A, 2013. Pengantar Anatomi Tumbuhan. USU-Press, Medan.

Pracaya, 2001. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya, Jakarta.


Purwono dan H. Purnamawati. 2008. Budidaya 8 jenis tanaman Pangan Unggul.
Penebar Swadaya. Depok. 139 hal
http://dosen.nareotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/Pengujian-
Toleransi-Padi-Oryza-sativa-L-Terhadap-Salinitas-Pada-Fase-
Perkecambahan.pdf (Diakses 15 Juni 2014).

Puslitbang, 2014.
http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/mangga.pdf
(Diakses 16 Juni 2014).

Reginawati, 2005. Padi (Oryza sativa L.)


http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya,


Jakarta.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi _2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).
Sumartono., B. Samad dan R. Hardjono, 1990. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna,
Jakarta.
http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Sunarjono, 1997. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.


http://www.repository.usu.ac.id//12345678/17659/4/chapter%20II.pdf
(Diakses 30 mei 2014).

Suparyono dan A. Setyono, 1996. Padi. Penebar Swadaya, Jakarta.


http://www.repository.usu.ac.id/bitsream/123456789/30835/4/Chapter%20
II.pdf (Diakses 10 Juni 2014).

Tjirosoepomo , G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rica


Research Institute. Los Banos, Philippines.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi _2009_ltkp
(Diakses 30 Mei 2014).

Warintek, 2014.
http://warintek.bantulkabz.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&
file=34 (Diakses 30 Mei 2014).

Anda mungkin juga menyukai