Anda di halaman 1dari 7

A.

Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan industri dapat berdampak positif atau negatif


bagi kehidupan manusia. Dampak positif (menguntungkan), yaitu dampak
yang diharapkan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan
hidup. Dampak negatif (merugikan), yaitu dampak yang dapat menurunkan
kualitas/kenyamanan hidup. Dampak ini tidak diharapkan karena
menimbulkan masalah yang harus diatasi, yaitu masalah kerusakan atau
pencemaran lingkungan.
Pencemaran adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi dalam
lingkungan (keseimbangan lingkungan) baik keadaan struktur maupun
fungsinya sehingga dapat mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran
lingkungan meliputi pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran
tanah (daratan). Lingkungan dapat tercemar karena: Kecepatan hilangnya
senyawa tertentu dari lingkungan lebih besar daripada kecepatan masuknya
senyawa pengganti, Rusaknya atau putusnya alur siklus biokimia, Kecepatan
masuknya senyawa ke dalam lingkungan lebih besar daripada kecepatan
pengambilannya, Masuknya senyawa yang tidak terdegredasi ke dalam
lingkungan.
Salah satu jenis pencemaran lingkungan adalah pencemaran air. Air
merupakan salah satu kebutuhan primer bagi makhluk hidup untuk sumber
minum, makan, memasak dan lain-lain. Jika terjadi penyimpangan dari
keadaan normal air dapat dikatakan air sudah tercemar. Pada keadaan normal:
1) Air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2, debu, 2) Air mata
air mengandung mineral Na, Mg, Ca, Fe, O2, 3) Air mengandung
bakteri/mikroorganisme lain dan 4) Air murni tanpa mineral tidak enak/segar.
Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, organik,
anorganik, olahan bahan makanan, cairan berminyak, zat kimia, dan panas.
1. Bahan Buangan Padat/Butiran.
a. Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna.
Larutan pekat dan berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari
ke dalam air, fotosintesis dalam air terganggu sehingga jumlah oksigen
terlarut berkurang dan akan berpengaruh terhadap kehidupan
organisme dalam air
b. Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan dasar

air, menghalangi fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur ikan


di dasar air, sehingga jumlah ikan berkurang. Pembentukan koloidal
yang melayang dalam air menyebabkan keruh dan menghalangi sinar
matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah oksigen terlarut berkurang
sehingga mempengaruhi kehidupan dalam air.
2. Bahan Buangan Zat Kimia
a. Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini

mengganggu lingkungan karena: Menaikkan pH air (Jika memakai


bahan non-pospat menaikkan pH menjadi 10,5 11), Bahan antiseptik

b.

c.

d.

e.

yang
ditambahkan
akan
dapat
membunuh/mengganggu
mikroorganisme, dan sebagian jenis sabun/deterjen tak dapat
terdegradasi.
Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak dapat/sulit
terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa tahun). Insektisida
sering dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga permukaan
air akan tertutupi minyak
Zat
pewarna.
Bersifat
racun
dan
cocarcinogenik
(merangsang/penyebab tumbuhnya kangker) dan dapat mempengaruhi
kandungan oksigen dan pH dalam air. Zat warna mengandung senyawa
kimia berbahaya chromogen dan auxsochrome
Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat untuk
air minum. Sebagai pengganti Cr untuk bahan penyamak dipakai
enzym. Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan didegradasi
menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (hasil
7 peruraian protein dan senyawa amin). Populasi mikroorganisme akan
bertambah dan memungkinkan berkembangbiaknya bakteri patogen
yang berbahaya.
Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai bidang
(pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan,
industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat radiasi dapat merusak
sel tubuh dan genetik.

B.

Permasalahan

Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat
yang mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya
sehingga air limbah sehingga air limbah tersebut harus diolah agar tidak
mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan. Limbah padat
berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan,
perkantoran, peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis
limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca,
organik, bakteri, kulit telur, dan lain-lain. Limbah cair adalah sisa dari suatu
hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair, sedangkan Polusi udara adalah
tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung
partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Salah satu contoh limbah cair adalah limbah industri laundry yang
mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya seperti deterjen dan yang
3

berdampak pada kesehatan ataupun lingkungan. Di kota Yogyakarta banyak


terdapat banyak usaha laundry, peluang usaha ini terjadi karena banyaknya
anak perantauan dari berbagai daerah yang menimba ilmu baik dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. Padatnya aktivitas seseorang menjadi salah
satu penyebab kurangnya waktu luang untuk mengerjakan pekerjaan rumah
sehingga lebih memilih untuk memanfaatkan jasa laundry. Semakin
berkembangnya jasa laundry, maka semakin besar pula limbah yang akan
dihasilkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Seperti yang dimuat dikoran Tribun pada hari Selasa, 5 Mei 2015 yang
membahas Bahan Kimia Melebihi Ambang Batas. Badan Lingkungan
Hidup (BLH) kota Yogyakarta telah melakukan studi untuk meneliti
kandungan yang terkandung pada limbah laundry. Adapun beberapa parameter
yang diuji di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan DIY yaitu Zat Padat
Tersuspensi (TSS), Zat Padat Terlarut (TDS), Biologycal Oxygen Demand
(BOD), dan Chemical Oxygen Demand (COD). Berdasarkan hasil uji yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah laundry melebihi ambang batas
yang telah ditentukan pada peraturan gubernur yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil uji parameter lingkungan
Parameter

Hasil

Ambang batas

Penurunan

Zat Padat Tersuspensi (TSS)


Zat Padat Terlarut (TDS)
Biologycal Oxygen Demand

limbah
455 mg/L
853 mg/ L
420 mg/ L

50 mg/L
1000 mg/L
50 mg/L

136 mg/L
643 mg/L
60 mg/L

(BOD)
Chemical Oxygen Demand

1350 mg/ L

125 mg/L

210 mg/L

(COD)
Kandungan deterjen
Fosfat

339 mg/L
600 mg/L

5 mg/L
3 mg/L

48 mg/L
15 mg/L

pengukuran

Setelah ditemukan banyak kandungan-kandungan zat kimia dalam


laundry yang melebihi ambang batas BLH kota Yogyakarta melakukan
tindakan penanggulangan dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) untuk mengurangi nilai-nilai dari parameter yang diuji agar
aman bagi lingkungan. Setelah dilakukan penanggulangan menggunakan alat
IPAL menunjukkan hasil penurunan yang cukup berpengaruh terhadap
penurunan kadar parameter lingkungan yang diukur. Jumlah tersebut memang
masih jauh diatas ambang batas namun haisl tersebut membuktikan kinerja
IPAL mampu menurunkan kuantitas zat berbahaya dan nilai dari setiap
parameter, sehingga aman bagi lingkungan.
Beberapa dampak buruk yang diakibatkan oleh limbah laundry pada
lingkungan salah satunya bila limbah laundry dibuang tanpa pengelolaan yang
tepat maka akan mencemari lingkungan sekitar seperti sumur,sungai,dan
sumber air lain. Padahal sumur, sungai merupakan salah satu sumber
konsumsi air dan keperluan lain seperti mandi, minum, memasak, dan
mencuci sehingga dapat berpengaruh pada kesehatan. Zat-zat yang ada dalam
deterjen tidak dapat terurai namun akan terus mengendap sehingga dampaknya
pada kesehatan akan terlihat dalam jangka waktu lama. Beberapa contoh
penyakit yang ditimbulkan seperti terjadinya penyakit dalam, batuk-batuk, dan
iritasi kulit secara langsung.
Apabila kadar limbah laundry melebihi ambang batas maka tidak
hanya

menyebabkan

terjangkitnya

berbagai

penyakit,

tetapi

juga

menyebabkan ketidakseimbangan alam. Misalnya air limbah yang mencemari


sungai dapat membuat ekosistem sungai terganggu, ikan menjadi banyak yang
mati serta tumbuhan dapat layu bahkan mati sehingga kadar oksigen di
lingkungan berkurang dan tidak ada penyerapan kadar karbondioksida di
udara dan semakin lama akan menyebabkan pencemaran udara akibat dari
penimbunan zat kimia di lingkungan.
C.

Solusi

1. SPAL (sistem pengolahan air limbah). Instalasi SPAL terdiri dari dua

2.

3.

4.

5.
6.

bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul
terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1
cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap
pasir dan tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air
dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu
koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam
detergen.
Pengolahan secara Biologi, Teknik pengolahan detergen secara biologi
yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-flotasi, adsorpsi karbon
aktif,
lumpur
aktif,
khlorinasi.
Mendestabilkan
Partikel
Detergen mempunyai sifat koloid. Karakteristik dari partikel koloid dalam
air sangat dipengaruhi oleh muatan listrik dan kebanyakan partikel
tersuspensi bermuatan negative.
Mendestabilkan partikel, ada dua tahap yaitu dengan mengurangi muatan
elektrostatis sehingga menurunkan nilai potensial zeta dari koloid, proses
ini lazim disebut sebagai koagulasi dan yang kedua adalah memberikan
kesempatan kepada partikel untuk saling bertumbukan dan bergabung,
yang dilakukan dengan cara pengadukan dan disebut sebagai flokulasi.
Menanami Selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar.
Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata
(bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati
air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat
pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut
terbuang ke selokan.
Filtrasi media karbon aktif dan proses antifoaming merupakan alternatif
lain dalam menurunkan kadar surfaktan dalam air limbah laundry.
Gunakan
deterjen
seminimal
mungkin
untuk mencegah dampak lebih parah diperlukan kesadaran konsumen agar
hanya memilih produk deterjen ramah lingkungan. Deterjen ramah
lingkungan dapat dilihat dari logo pada kemasan produk deterjen,
walaupun untuk membuktikan produk tersebut benar-benar ramah
lingkungan harus melalui uji laboratorium. Konsumen juga dapat
meminimalikan pemakaian deterjen karena pemakaian dalam kadar kurang
atau maksimal sama dengan takaran yang dianjurkan sudah cukup.
Tips Memilih Deterjen Cuci
a. Deterjen
tersebut
ramah
lingkungan.
Cara pengujiannya:
1) Campur deterjen dengan air, aduk merata, kemudian siramkan ke
tanaman dan lihat hasilnya.
2) apakah deterjen tersebut biodegradeable (mudah terurai secara
alamiah, tidak meninggalkan bekas).
3) jika ke tanaman, apakah tanaman tersebut masih hidup di hari-hari
berikutnya.
b. Tidak panas di tangan

Deterjen yang menyebabkan panas apabila digenggam di tangan


adalah karena reaksi dari soda campuran deterjen tersebut terhadap
lemak dibahwa lapisan kulit. Soda nama kimianya Sodium Hydroxide
(NaOH). Industri deterjen menggunakan ini karena murah dan
penangannya mudah. Sangat berbahaya, dalam dosis kecil bersifat
korosif, jika banyak dapat menimbulkan iritasi. cara pengujian
dilarutkan Produk sabun cair deterjen dalam air secukupnya, kemudian
rendamlah beberapa logam besi (misal: paku), biarkan beberapa hari.
Hasilnya paku akan berkarat (tanda Sodium Hydroxide mulai bekerja).
c. Tidak banyak berbusa.

Asumsi ibu-ibu makin banyak busa makin enak nyucinya, makin


bersih, namun asumsi tersebut belum tentu benar. Sebelum kita
menggunakan sabun atau sesuatu pertimbangkanlah secara matang
keuntungan
dan
kerugian
yang
akan
timbul
darinya.
Busa ( Carboxyl Methyl Cellulose) sejenis bahan kimia yang hanya
menghasilkan buih. Mencuci dengan banyak buih tidak memberikan
keuntunagan justru mempunyai kerugian meliputi: pemakaian air
bertambah (untuk membilas), tenaga lebih banyak keluar, waktupun
lebih banyak terbuang (karena harus membilas).
d. Deterjen yang bekerja untuk kita, bukan kita yang kerja untuk deterjen

Produk sabun cair Deterjen yang baik adalah deterjen yang mampu
bekerja sendiri menghilangkan kotoran (kotoran ringan).
e. Berat

jenis
lebih
berat
daripada
air.
Sabun cair deterjen memiliki berat jenis lebih berat dari pada air, jika
dilarutkan dalam air ia akan tenggelam.

Anda mungkin juga menyukai