Anda di halaman 1dari 10

GLISEROL

Disusun oleh:
Rara musfira siregar
Silvia rostriyani
Sindi amelia
Gliserol
Gliserol (bahasa Inggris: glycerol, glycerin,
glycerine) adalah senyawa gliserida yang
paling sederhana, dengan hidroksil yang
bersifat hidrofilik dan higroskopik. Gliserol
merupakan komponen yang menyusun
berbagai macam lipid, termasuk
trigliserida. Gliserol terasa manis saat
dikecap, dan di anggap tidak beracun.
Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol
C2H5(OH)3 yang terdiri atas tiga atom
karbon. Jadi tiap karbon mempunyai gugus –
OH. Gliserol (1,2,3 propanetriol) merupakan
cairan yang tidak berwarna, tidak berbau dan
merupakan cairan kental yang memiliki rasa
manis (Pagliaro dan Rossi., 2008).
Pembuatan Gliserol
Pembuatan gliserol dapat dilakukan
dengan beberapa metode diantaranya melalui
reaksi transesterifikasi, saponifikasi dan
hidrolisis minyak (Rahayu dkk., 2005).
Bahan baku utama yang digunakan dalam
pembuatan gliserol adalah minyak
diantaranya minyak sawit, minyak biji kapuk
dan minyak biji karet. Minyak goreng bekas
(limbah industri makanan dan rumah tangga)
juga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan gliserol.
1. Pembuatan gliserol dengan cara
transesterifikasi
Pembuatan gliserol dengan cara
transesterifikasi dilakukan dengan
mereaksikan minyak goreng bekas dan
metanol menggunakan katalis KOH. Gliserol
disini merupakan produk sampingnya (Aziz,
2007).
Pembuatan gliserol dengan cara ini
membutuhkan biaya yang cukup besar, karena
menggunakan metanol dan KOH. Reaksi
saponifikasi minyak juga membutuhkan KOH
untuk mendapatkan gliserol (Agustina dkk.,
2002).
2. Pembuatan gliserol dengan cara
hidrolisis
Pembuatan gliserol dengan cara hidrolisis dapat
dilakukan dengan bantuan katalis atau tanpa katalis.
Hidrolisis tanpa katalis dilakukan pada suhu 3730 C,
sedangkan dengan katalis dapat dilakukan pada suhu
1000 C. Katalis yang dapat digunakan bisa berupa
katalis homogen (HCl dan H2SO4) dan katalis
heterogen berupa resin (Yowi & Liew, 1999).
Keunggulan katalis homogen adalah konversi
reaksi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan katalis
heterogen. Reaksi hidrolisis minyak biji karet dengan
katalis HCl mendapatkan konversi reaksi sebesar 84%.
Pemilihan HCl sebagai katalis disebabkan karena
sifatnya yang lebih reaktif dan harganya yang murah
(Setyawardhani & Distantina, 2010).
3. Saponifikasi
Jika minyak atau lemak disaponifikasi
dengan kaustik soda, persamaan reaksinya
sebagai berikut:
Metode Pemurnian
1. Metode konvensional
Metode konvensional telah dikenal secara luas.
Beberapa pabrikan yang menggunakan metode ini
telah didirikan di seluruh dunia. Diantaranya adalah
Lurgi dan Feld & Hahn dari Jerman, Wurster &
Sanger dan Badger dari Amerika, C.M.B. (Ballestra)
dan Mecchaniche Moderne dari Italia.
2. Metode Ion Exchange (Resin Penukar Ion)
Pemurnian dengan penukar ion melibatkan bagian
material yang telah di prefilter melalui kation kuat,
anion lemah, dan mixed bed resin kation-anion kuat.
Unit operasi penukar ion beroperasi secara efisien
dengan larutan encer yang mengandung gliserin
sebesar 25-40 %.
Manfaat Gliserol
 Kosmetik
 Dental cream
 Industri Polimer
 Industri Farmasi (Obat-Obatan)
 Dalam budang kedokteran
 Sebagai campuran dalam pembuatan produk-
produk kosmetik.
 Dalam produk-produk makanan digunakan sebagai
foodemulsifier.
 Industri Logam
 Industri Kertas
 Industri Tekstil
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai