Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip kerja sistem refrigerasi


Refrigerasi adalah produksi atau pengusahaan dan pemeliharaan tingkat
suhu dari suatu bahan atau ruangan pada tingkat  yang lebih rendah dari pada suhu
lingkungan atau atmosfir sekitarnya dengan cara penarikan atau penyerapan panas
dari bahan atau ruangan tersebut.
Ada empat komponen utama pada sistem refrigerasi  kompresi, yaitu :
a. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk mensirkulasikan refrigeran ke seluruh system.
Kompresor merupakan jantung dari suatu sistem refrigerasi mekanik, berfungsi
untuk menggerakkan sistem refrigerasi agar dapat mempertahankan suatu
perbedaan tekanan antara sisi tekanan rendah dan sisi tekanan tinggi dari sistem
(Ilyas, 1993). Kompresor refrigerasi yang paling umum adalah kompresor torak
(reciprocating compressor), sekrup (screw), sentrifugal, sudu (vane).   (Stoecker,
1989). Menurut Hartanto (1985) berdasarkan cara kerjanya kompresor dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kompresor torak dan kompresor rotary.
1) Kompresor torak
Kompresor torak yaitu kompresor yang kerjanya dipengaruhi oleh gerakan
torak yang bergerak menghasilkan satu kali langkah hisap dan satu  kali
langkah tekan yang berlainan waktu.  Kompresor torak lebih banyak
digunakan pada unit mesin pendingin berkapasitas besar maupun kecil
seperti lemari es, coldstorage, collroom.

Gambar 2. 1 Kontruksi kompresor torak silinder ganda


2) Kompresor rotary
Kompresor rotary yaitu kompresor yang kerjanya berdasarkan putaran
roller pada rumahnya, prinsip kerjanya adalah satu putaran porosnya akan
terjadi langkah hisap dan langkah tekan yang bersamaan waktunya,
kompresor rotary terdiri dua macam yaitu kompresor rotary dengan pisau /
blade tetap.

Gambar 2. 2 Kompresor rotary dengan dua buah blade / pisau


b. Kondenser
Pengembun atau kondensor adalah bagian dari refrigerasi yang menerima
uap refrigeran tekanan tinggi yang panas dari kompresor dan mengenyahkan
panas pengembunan itu dengan cara mendinginkan uap refrigerant tekanan tinggi
yang panas ke titik embunnya dengan cara mengenyahkan panas sensibelnya.
Pengenyahan selanjutnya panas laten menyebabkan uap itu mengembun menjadi
cairan.(Ilyas,1993). Jenis- jenis kondensor yang kebanyakan dipakai adalah
sebagai berikut:
1) Kondensor pipa ganda (Tube and Tube)
Jenis kondensor ini terdiri dari susunan dua pipa koaksial, dimana
refrigeran mengalir melalui saluran yang berbentuk antara pipa dalam dan
pipa luar, dari atas ke bawah. Sedangkan air pendingin mengalir di dalam
pipa dalam dengan  arah yang berlawanan dengan arah aliran refrigeran.
Gambar 2. 3 Kondensor pipa ganda (Tube and Tube Condensor )
2) Kondensor tabung dan koil ( Shell and Coil )
Kondensor tabung dan koil adalah kondensor  yang terdapat koil pipa air
pendingin di dalam tabung yang di pasang pada posisi vertikal. Tipe
kondensor ini air mengalir dalam koil, endapan dan kerak yang terbantuk
dalam pipa harus di bersihkan dangan bahan kimia atau detergen.
3) Kondensor pendingin udara
Kondensor pendingin udara adalah jenis kondensor yang terdiri dari koil
pipa pendingin yang bersirip pelat (tembaga atau aluminium). Udara
mengalir dengan arah tegak lurus pada bidang pendingin, gas refrigeran
yang bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas dari koil dan secara
berangsur mencair dalam alirannya ke bawah.

Gambar 2. 4 Komponen Kondensor Pendingin Udara


4) Kondensor tabung dan pipa horizontal (Shell and Tube)
Kondensor tabung dan pipa horizontal adalah kondensor tabung yang di
dalamnya banyak terdapat pipa – pipa pendingin, dimana air pendingin
mengalir dalam pipa – pipa tersebut. Ujung dan pangkal pipa terikat pada
pelat pipa, sedangkan diantara pelat pipa dan tutup tabung dipasang sekat
untuk membagi aliran air yang melewati pipa – pipa.

Gambar 2. 5 Komponen Kondensor tabung dan pipa horizontal (Shell and Tube)
c. Katup Ekspansi
Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansikan secara adiabatik
cairan refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai mencapai
tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah.Pada waktu katup ekspansi
membuka saluran sesuai dengan jumlah refrigeran yang diperlukan oleh
evaporator, sehingga refrigeran menguap sempurna pada waktu keluar dari
evaporator (Arismunandar & Saito, 2005).
Apabila beban pendingin turun, atau apabila katup ekspansi membuka
lebih lebar, maka refrigeran didalam evaporator tidak menguap sempurna,
sehingga refrigeran yang terhisap masuk kedalam kompresor mengandung cairan. 
Jika jumlah refrigeran yang mencair berjumlah lebih banyak atau apabila
kompresor mengisap cairan, maka akan terjadi pukulan cairan (Liquid hammer)
yang dapat merusak kompresor. (Arismunandar & Saito, 2005)
Menurut Hartanto (1985), katup ekspansi berdasarkan cara kerjanya terdiri
dari :
1) Katup ekspansi manual / tangan
Berfungsi untuk mengontrol arus refrigerant supaya tepat mengimbangi
beban refrigrasi. Alat ini hanya digunakan kalau beban refrigrasi konstan
yang menunjukkan bahwa perubahan kecil dan berkembang lambat.
Sering dipasang paralel dengan alat kontrol lain sehingga system dapat
tetap dioperasikan jika katup yang lain dalam keadaan rusak (Ilyas,1993)
Gambar 2. 6 Katup Ekspansi Manual
2) Katup ekspansi automatik
Katup yang cara kerjanya berdasarkan tekanan dalam evaporator.  Cara
kerja katup ini adalah pada waktu mesin pendingin tidak bekerja, katup
ekspansi tertutup karena tekanan dalam evaporator lebih besar daripada
tekanan pegas katup yang telah diatur. Setelah mesin bekerja, uap didalam
evaporator akan terhisap oleh kompresor sehingga tekanan didalam
evaporator berkurang. Setelah tekanan didalam evaporator lebih rendah
daripada tekanan pegas maka pegas akan mengembangkan diafragma dan
mendorong katup sehingga membuka.

Gambar 2. 7 Katup ekspansi automatik

3) Katup ekspansi thermostatis (thermostaticexpantionvalve)


Katup ini bertugas mengontrol arus refrigran yang dioperasikan secara
mengindera oleh suhu dan tekanan di dalam evaporator dan mensuplai
refrigeran sesuai kebutuhan evaporator. Operasi katup ini dikontrol oleh
suhu bulb kontrol dan oleh tekanan didalam evaporator (Ilyas,1993).
Gambar 2. 8 Katup Ekpansi Thermostatik
d. Evaporator
Evaporator berguna untuk menguapkan cairan refrigeran, penguapan
refrigeran akan menyerap panas dari bahan / ruangan, sehingga ruangan disekitar
menjadi dingin. Menurut Arismunandar dan Saito (2005), penempatan evaporator
dibedakan menjadi empat macam sesuai dengan keadaan refrigeran didalamnya,
yaitu :
1) Evaporator kering (dry expantion evaporator)
Pada evaporator kering, cairan refrigeran yang masuk kedalam evaporator
sudah dalam keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari
evaporator dalam keadaan uap kering, karena sebagian besar dari
evaporator terisi uap maka penyerapan kalor tidak terlalu besar jika
dibandingkan dengan evaporator basah.  Namun, evaporator kering tidak
memerlukan banyak refrigeran, disamping itu jumlah minyak pelumas
yang tertinggal didalam evaporator sangat kecil (Arismunandar dan Saito ,
2005).

Gambar 2. 9 Evaporator kering


2) Evaporator setengah basah
Pada evaporator jenis setengah basah, kondisi refrigeran diantara
evaporato jenis ekspansi kering dan evaporator jenis basah.
3) Evaporator basah (flooded evaporator)
Pada evaporator basah terdapat sebuah akumulator untuk menampung
refrigeran cair dan gas, dari akumulator tersebut bahan pendingin cair
mengalir ke evaporator dan menguap didalamnya.  Sisa refrigeran yang
tidak sempat menguap di evaporator kembali kedalam akumulator,
didalam akumulator refrigeran cair berada dibawah tabung sedangkan
yang berupa gas berada diatas tabung.

Gambar 2. 10 Evaporator setengah basah

Adapun refrigeran adalah zat/bahan pendingin yang di sirkulasikan pada


siklus system refrigerasi :

Gambar 2. 11 siklus system refrigersi kompresi


Seperti yang terlihat pada gambar diatas kompresor menekan refrigerant
(dalam bentuk gas), sehingga refrigerant tersebut menjadi bertekanan tinggi dan
panas mengalir melalui saluran tekanan tinggi (3) yang disebut saluran discharge
menuju Kondenser. DI Kondenser kalor dari refrigerant dibuang, biasanya
didinginkan oleh udara , air atau kombinasi air dan udara. Sehingga terjadi
pengembunan atau perubahan zat dari gas menjadi cairan . Pada proses ini tekanan
dan temperature akan sedikit turun lalu mengalir  melalui saluran liquid (4)
menuju katup ekspansi.  Katup ekspansi boleh dikatakan penyempitan saluran
(nozzle) sehingga disana refrigerant dihambat alirannya agar tekanannya turun.
Refrigerant yang keluar dari katup ekspansi akan segera masuk ke Evaporator dan
terjadi penguapan atau perubahan zat dari cairan ke gas. Pada proses ini
refrigerant akan mengambil/menyerap kalor dari  media disekelilingnya.
Evaporator ditempatkan pada objek yang akan didinginkannya , misalnya pada
system Air Conditioning (AC), evaporator akan disimpan didalam ruangan yang
akan didinginkan. Refrigefran akan menyerap kalor  dari orang yang ada dalam
ruangan tersebut melalui  udara yang disirkulasikan melalui  evaporator atau yang
lebih populer disebut  Indoor unit. Setelah mengalami penguapan refrigeran akan
diisap menuju kompresor kembali melalui saluran isap yang bertekanan rendah
(2) yang disebut suction. Dan terus siklus tersebut akan berulang-ulang sampai
kompresor dimatikan.

2.2 Sikus Carnot (secara termodinamika)


Keadaan suatu sistem dalam termodinamika dapat berubah-ubah,
berdasarkan percobaan besaran-besaran keadaan sistem tersebut. Namun, besaran-
besaran keadaan tersebut hanya berarti jika sistem berada dalam keadaan
setimbang. Misalnya, jika Anda mengamati suatu gas yang sedang memuai di
dalam tabung, temperatur dan tekanan gas tersebut di setiap bagian tabung dapat
berubah-ubah. Oleh karena itu, Anda tidak dapat menentukan suhu dan temperatur
gas saat kedua besaran tersebut masih berubah. Agar dapat menentukan besaran-
besaran keadaan gas, gas harus dalam keadaan reversibel. Apakah yang dimaksud
dengan proses reversibel? Proses reversibel adalah suatu proses dalam sistem di
mana sistem hampir selalu berada dalam keadaan setimbang.

Gambar 2. 12 Perubahan keadaan gas dalam siklus reversibel.


Dari grafik p–V tersebut, suatu gas mengalami perubahan keadaan dari A
ke B. Diketahui bahwa pada keadaan A sistem memiliki tekanan p1 dan
volume V1. Pada tekanan B, tekanan sistem berubah menjadi p2 dan volumenya
menjadi V2. Jika gas tersebut mengalami proses reversibel, keadaan gas tersebut
dapat dibalikkan dari keadaan B ke A dan tidak ada energi yang terbuang. Oleh
karena itu, pada proses reversibel, kurva p–V yang dibentuk oleh perubahan
keadaan sistem dari A ke B dan dari B ke A adalah sama.
Dalam kenyataannya, sulit untuk menemukan proses reversibel karena
proses ini tidak memperhitungkan energi yang hilang dari dalam sistem
(misalnya, gesekan). Namun, proses reversibel memenuhi Hukum Pertama
Termodinamika. Tahukah Anda yang dimaksud dengan siklus termodinamika?
Siklus termodinamika adalah proses yang terjadi pada sistem sehingga akhirnya
sistem kembali pada keadaan awalnya.
Prinsip siklus termodinamika ini kali pertama dijelaskan oleh seorang
insinyur Perancis bernama Sadi Carnot dan disebut siklus Carnot. Siklus Carnot
adalah suatu siklus ideal reversibel yang terdiri atas dua proses isotermal dan
proses adiabatik.
Gambar 2. 13 Siklus Carnot
Siklus Carnot ini merupakan salah satu prinsip dasar siklus termodinamika
yang digunakan untuk memahami cara kerja mesin Carnot

Gambar 2. 14 Siklus Carnot pada mesin Carnot.


Pada gambar tersebut suatu gas ideal berada di dalam silinder yang terbuat
dari bahan yang tidak mudah menghantarkan panas. Volume silinder tersebut
dapat diubah dengan cara memindahkan posisi pistonnya. Untuk mengubah
tekanan gas, diletakkan beberapa beban di atas piston. Pada sistem gas ini terdapat
dua sumber kalor yang disebut reservoir suhu tinggi (memiliki suhu 300 K) gas
memiliki temperatur tinggi (300 K), tekanan tinggi (4 atm), dan volume rendah
(4 m3).Berikut urutan keempat langkah proses yang terjadi dalam siklus Carnot :
1) Pada langkah, gas mengalami ekspansi isotermal. Reservoir suhu tinggi
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston dikurangi.
Selama proses ini berlangsung, temperatur sistem tidak berubah, namun
volume sistem bertambah. Dari keadaan 1 ke keadaan 2, sejumlah kalor
(Q1) dipindahkan dari reservoir suhu tinggi ke dalam gas.
2) Pada langkah kedua, gas berubah dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan
mengalami proses ekspansi adiabatik. Selama proses ini berlangsung, tidak
ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem. Tekanan gas
diturunkan dengan cara mengurangi beban yang ada di atas piston.
Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya bertambah.
3) Pada langkah ketiga, keadaan gas berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4
melalui proses kompresi isotermal. Pada langkah ini, reservoir suhu
rendah (200 K) menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston
bertambah. Akibatnya tekanan sistem meningkat, temperaturnya konstan,
dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke keadaan 4, sejumlah kalor
(Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah untuk menjaga
temperatur sistem agar tidak berubah.
4) Pada langkah keempat, gas mengalami proses kompresi adiabatik dan
keadaannya berubah dari keadaan 4 ke keadaan1. Jumlah beban di atas
piston bertambah. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang
keluar atau masuk ke dalam sistem, tekanan sistem meningkat, dan
volumenya berkurang.
Menurut kurva hubungan p–V dari siklus Carnot, usaha yang dilakukan
oleh gas adalah luas daerah di dalam kurva p–V siklus tersebut. Oleh karena
siklus selalu kembali ke keadaannya semula, ΔUsiklus = 0 sehingga persamaan
usaha siklus (Wsiklus) dapat dituliskan menjadi.
Wsiklus = ΔQsiklus = (Q1 – Q2)
Dengan:
Q1 = kalor yang diserap sistem, dan
Q2 = kalor yang dilepaskan sistem.

Ketika mesin mengubah energi kalor menjadi energi mekanik (usaha).


Perbandingan antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi kalor
yang diserapnya (Q1) disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan matematis
efisiensi mesin ini dituliskan dengan persamaan :

η = (W/Q1) x 100 %
dengan η = efisiensi mesin.
Oleh karena usaha dalam suatu siklus termodinamika dinyatakan dengan :
W = Q1 – Q2
η = (Q1 - Q2 / Q1) x 100 %

2.3 Prestasi sistem refrigerasi


Disini saya mengambil salah satu jurnal mahasiswa tugas akhir Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) dengan judul “Performansi Sistem Refrigerasi Cascade
Menggunakan MC22 Dan R407F Sebagai Alternatif Refrigeran Ramah
Lingkungan Dengan Variasi Laju Pengeluaran Kalor Kondensor High Stage”

Gambar 7 Grafik pengaruh kecepatan aliran udara fan kondensor HS terhadap ṁ


udara

Pada grafik di atas terlihat bahwa grafik memiliki tren yang semakin naik,
nilai ṁ udara naik seiring dengan bertambah besarnya laju aliran udara pada
kondensor high stage. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dipelajari. Bila
ditinjau dari sisi perumusan, kita dapat menggunakan persamaan-persamaan
berikut ini :   A  v  udara udara udara udara m Dari persamaan di atas
ketika laju aliran udara kondensor high stage semakin besar nilai luasan dan
massa jenis udara yang relatif konstan maka akan menyebabkan nilai ṁ udara
semakin besar karena berbanding lurus.
Gambar 8 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor terhadap temperatur
kondensor HS

Pada grafik di atas terlihat bahwa grafik tekanan memiliki tren yang
cenderung turun, nilai tekanan kondensasi refrigeran HS semakin kecil seiring
dengan kenaikan laju pengeluaran kalor pada kondensor high stage. Karena
tekanan berbanding lurus dengan temperatur, maka tekanan kondensor HS akan
menurun seiring dengan turunnya temperatur. Ketika nilai laju pengeluaran kalor
pada kondensor HS bertambah besar, maka mengakibatkan kalor yang
dikeluarkan oleh kondensor semakin banyak. Sehingga tekanan yang berbanding
lurus dengan temperatur kondensasi HS mengalami penurunan.

Gambar 9 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor pada kondensor HS


terhadap kapasitas refrigerasi HS,LS

Ketika laju pengeluaran kalor pada kondensor high stage semakin besar,
maka banyak kalor yang dibuang ke lingkungan. Sehingga menyebabkan
temperatur kondensor semakin kecil. Temperatur kondensor yang turun akan
menyebabkan nilai efek refrigerasi dan nilai kapasitas refrigerasi semakin besar.
Gambar 10 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor kondensor HS terhadap
COP

Pada grafik terlihat tren yang cenderung semakin naik, nilai COP sistem
cascade semakin besar seiring dengan naiknya laju pengeluaran kalor pada
kondensor high stage. Koefisien prestasi adalah bentuk penilaian dari suatu mesin
refrigerasi. Semakin besar koefisien prestasi, maka semakin baik kerja suatu
mesin pendingin. Nilai koefisien prestasi yang semakin besar menunjukkan bahwa
kerja mesin tersebut semakin baik. Besarnya COP dipengaruhi oleh efek
refrigerasi dan kerja kompresi. Kenaikan kecepatan udara pendingin kondensor
menyebabkan efek refrigerasi meningkat, sedangkan kerja kompresi mengalami
penurunan sehingga nilai koefisien prestasi (COP) akan menjadi semakin naik.

Gambar 12 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor kondensor HS terhadap


effectiveness
Pada grafik diatas terlihat tren yang cenderung semakin naik. Nilai
effectiveness semakin besar seiring meningkatnya laju perngeluaran kalor
kondenser. Nilai effectiveness alat penukar panas plate heat exchanger akan
semakin naik seiring dengan naiknya laju pengeluaran kalor kondensor HS. Hal
ini diakibatkan karena semakin besar laju pengeluaran kalor kondensor maka
semakin meningkatnya laju aliran massa refrigeran dan kemampuan
mendinginkan pada alat penukar panas plate heat exchanger akan semakin besar.
Nilai q maks naik secara konstan sedangkan q aktual naik secara signifikan.
Kenaikan q aktual yang signifikan terjadi karena seiring dengan naiknya laju alir
massa refrigeran dan selisih suhu Thi dikurangi dengan Tho lebih besar
dibandingkan dengan selisih suhu Thi dikurangi dengan Tci.

2.4 Efek Refrigerasi


Efek refrigerasi (ER) merupakan jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran
di dalam evaporator untuk setiap satu satuan massa refrigeran, terjadi pada proses
4 ke 1. Satuan efek refrigerasi (ER) adalah BTU/lbm. Jadi dengan demikian maka
besarnya efek refriogerasi (ER) adalah :
ER = h1 – h4 (BTU/lbm)
Dimana :
h1 = enthalpy refrigeran pada titik 4 (sesi masuk evaporator, BTU/lbm).
h4 = enthalpy refrigeran pada titik 1 (sesi keluar evaporator, BTU/lbm).

Harga ER dari suatu sistim refrigerasi sangat penting artinya karena


menunjukkan banyaknya kalor yang bias diserap oleh refrigeran di dalam
evaporator untuk setiap pound (lbm) penguapan refrigeran. Dengan mengetahui
harga ER dan besarnya massa refrigeran yang dapat diuapkan tiap satu satuan
waktu pada evaporator, maka dapat ditentukan besarnya kapasitas pendinginan
(Cooling Capasity) dari sistim refrigerasi tersebut, demikian pula sebaliknya,jadi:
KR = 200 ER.mr.TonR (BTU/menit)
Dimana :
ER = efek refrigerasi (BTU/lbm).
Mr = laju aliran massa refrigeran (lbm/menit).

2.5 Kerja Kompresi


Besarnya kerja kompresi (Wk) sama dengan selisih enthalpi uap refrigeran
yang keluarkompresor dengan enthalpi uap refrigeran yang masuk ke kompresor.
Wk = h2 – h1 (kJ/kg)
Dimana :
h1 = entalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)
h2 = entalpi uap refrigeran pada sisi isap dan keluar kompresor (kJ/kg)

Hubungan tersebut diturunkan dari persamaan energi dalam keadaan tunak


(steady flowenergy equation) yaitu : q + h1 = h2 + Wk pada proses kompresi
adiabatik eversibel denganperubahan energi kinetik dan energi potensial
diabaikan. Perbedaan entalpinya merupakanbesaran negatif yang menunjukkan
bahwa kerja diberikan kepada sistem.

2.6 Daya Aktual Kompresor


Daya yang diperlukan kompresor tidak hanya untuk proses kompresi gas,
tetapi juga untuk mengatasi kendala-kendala mekanis, gesekan-gesekan, kendala
tahanan aerodinamik aliran udara pada katup dan saluran saluran pipa, kebocoran-
kebocoran gas, proses pendinginan. Cara menghitung besarnya kerja nyata
kompresor adalah
WKompresor = Ṁref (h2 – h1)

2.7 Kalor Buang Kondenser


Kondensor adalah alat yang berfungsi untuk membuang panas dari
refrigeran yang diperoleh dari evaporator dan kompresor ke udara luar, sehingga
fasanya berubah dari wujud uap menjadi cair jenuh.
qk= –k A Dt/ dx

Dimana :

qk= laju perpindahan panas secara konduksi,

Wattk= konduktivitas atau hantaran panasbahan, W/m

KA = luas permukaanperpindahan panas, m2dt/

dx = factor temperatur pada penampang, yaitulaju perubahan temperatur T


terhadap jarak dalam arah aliran panasx, K/ m
2.8 Kalor Buang Total Kondenser
Condenser berfungsi sebagai untuk membuang kalor ke lingkungan,
sehingga uap refrigeran akan mengembun dan berubah fasa dari uap ke
cair.Sebelum masuk ke condenser refrigeran berupa uap yang bertemperatur dan
bertekanan tinggi, sedangkan setelah keluar dari condenser refrigeran
berupacairan jenuh yang bertemperatur lebih rendah dan bertekanan sama (tinggi)
seperti sebelum masuk ke condenser.Didalam sistem kompresi uap (vapor
compression) Condenser adalah suatu komponen (part) yang berfungsi untuk
merubah fase refrigerant dari gas bertekanan tinggi menjadi cairan bertekanan
tinggi atau dengan kata lain pada condenser ini terjadi proses kondensasi .
Refrigerant yang telah berubah menjadi cair tersebut kemudian dialirkan ke
Evaporator melalui Katup Ekspansi.

2.9 COP (Coefficient Of Performance)


Koefisien kinerja atau COP dari pompa panas, lemari es atau sistem
pendingin udara adalah rasio pemanasan atau pendinginan yang berguna yang
disediakan untuk pekerjaan yang diperlukan. Namun, untuk pemanasan, COP
adalah rasio yang dihilangkan panas dari reservoir dingin ditambah pekerjaan
input yang dikenakan pada pekerjaan input:

Dimana :
QC = panas yang dikeluarkan dari reservoir dingin.
QH = panas yang dipasok ke reservoir panas.
2.10 Kesetimbangan Kalor pada Kondenser
Dalam kondenser refrigerant akan melepaskan kalor dan kalor
tersebut akan diserap di udara. Seperti terlihat pada persamaan dibawah ini
:

Mr ₄ ( h ₂−h ₃ ) =mud(t ₁−t ₂)


Dimana : Mr₄ = Laju Aliran Refrigerant (kg/menit)
Mud = Laju Aliran Massa Udara (kg/menit)
Cpud = Kapasitas Panas Udara Pada Tekanan Tetap (kj/kg.k)
t₁ . t₂ = Temperatur Udara Masuk dan Keluar Kondenser (⁰C)

2.11 Prinsip Kerja Termokopel dan Pengukurannya


Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya
Termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan
digabungkan ujungnya.  Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada
Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap)
sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas. Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat
gambar dibawah ini :

Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction


memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui
dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika
persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau
dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara
dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang
nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan
Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat
Celcius.Tegangan tersebut kemudian dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi
yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan pengukuran yang dapat dimengerti
oleh kita.

2.12 Prinsip Kerja Pressure Gauge


Pressure Gauge adalah alat untuk mengukur tekanan dalam suatu bejana
seperti vessel dan tank maupun fluida bertekanan didalam pipa. Tekanan yang
diukur biasanya adalah tekanan gauge atau tekanan dalam wadah yang sedang
diukur, ada juga pressure gauge yang sudah dikalibrasi sehingga sudah
menunjukan tekanan Atmosfernya dengan menambahkan 1atm pada hasil
pengukuran pressure gauge tentunya.
Berikut ini adalah gambar pressure gauge yang sering dipakai di dunia industri

 
Dalam kehiduan sehari-hari kita banyak menemui pressure gauge
di tabung LPG, pompa air rumahan, ataupun ketika kita mengisi angin
untuk ban kendaraan. Perbedaan pressure gauge industri dengan pressure
gauge pada umumny adalah rentang yang tinggi, akurasi,kehandalan, dan
keamanan untuk daerah berbahaya.
Prinsip kerja Pressure Gauge dibedakan berdasarkan tipe nya. Ada
yang menggunakan Bourdon Tube (Tipe C, Spiral, Helical), diaphragm,
Bellows dan Capsule.
Cara kerjanya hampir sama yaitu ketika fluida menekan pressure element
diatas makan akan terjadi perubahan bentuk seperti melengkung dan berputar
(Bourdon tube : C-Type, Helix, Spiral) ataupun memendek (bellows, Diaphragm,
Diaphragm Capsule). Yang kemudian dikonversi menjadi pergerakan pointer dan
dikalibrasi untuk menunjukan rentang tekanan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. (2010). Efek beban pendinginan terhadap performa sistem pendingin.


Jurnal SMARTEK, 8(3), 203-214.

Cengel, A. Yunus & Boles, Michael A. 1994, Thermodynamics An Engineering


Approach, Mc Graw-Hill Book Inc., New York.

Tampubolon, D., & Samosir, R. (2005). Pemahaman tentang refrigerasi. Jurnal


Teknik SIMETRIKA, 4(1), 312-316

Anda mungkin juga menyukai