Anda di halaman 1dari 41

LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

LEMBAR PENGESAHAN
(Percobaan Axial Fan)

Modul Praktikum ini telah diperiksa dan disetujui pada tanggal: Desember 2020.

Asisten laboratorium mesin-mesin fluida,

Jessica Tsaniyah Novita


NIM. D211 16 003

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

93
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM MESIN – MESIN FLUIDA

Nama : Erina Dwi Ramadhani

No.Induk Mahasiswa : D021 18 1305

Percobaan : Axial Fan

Asisten : Jessica Tsaniyah Novita

No. Hari/Tanggal Catatan Asisten TTD

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

94
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Teori Dasar
I.1.1 Definisi Fluida

Gambar 1.1 Ilustrasi fluida mengalir


Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari
benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah
mengalir karena ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif
kecil pada perubahan bentuk karena gesekan. Zat padat mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar
diberikan pada zat padat tersebut, zat padat tidak mudah berubah bentuk
maupun volumenya, sedangkan zat cair dan gas, zat cair tidak
mempertahankan bentuk yang tetap, zat cair mengikuti bentuk wadahnya
dan volumenya dapat diubah hanya jika diberikan padanya gaya yang sangat
besar.
Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan atau gas. Perbedaan-
perbedaan utama antara cairan dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompresibel, sedangkan gas kompresibel
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan
bebas sedangkan gas dengan massa tertentu mengembang sampai
mengisi seluruh bagian wadah tempatnya.
Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan
kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk
mengambil bentuk dari wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan
sebagai fungsi dari ketidakmampuan fluida terhadap tegangan geser
(shear stress) dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini adalah

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

95
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam


mengkarakterisasi bentuk fluida.
Gas tidak mempunyai bentuk maupun volume yang tetap, gas akan
berkembang mengisi seluruh wadah. Karena fase cair dan gas tidak
mempertahankan suatu bentuk yang tetap, keduanya mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian kedua–duanya sering secara
kolektif disebut sebagai fluida.
Fluida merupakan zat yang apabila mendapat tekanan sekecil apapun
akan bergeser. Zat yang dimaksudkan adalah zat cair dan gas. Fluida di bagi
menjadi dua bagian, yaitu :
a. Fluida statis (fluida yang diam)
Fluida statis adalah suatu cabang ilmu dari Ilmu Sains yang
membahas karakteristik fluida saat tidak bergerak (diam). Fluida statis
membahas suatu tekanan pada fluida atau yang diberikan oleh fluida
(cair atau gas) pada suatu objek yang bergerak.
b. Fluida dinamis (fluida yang bergerak)
Fluida dinamis adalah fluida yang bergerak, memiliki kecepatan yang
konstan terhadap waktu, tidak mengalami perubahan volume, tidak
kental, dan tidak turbulen. Ciri-ciri fluida dinamis adalah :
1. Tidak kompresibel. Jika diberi tekanan maka volumenya tidak
berubah.
2. Tidak mengalami gesekan. Saat mengalir, gesekan fluida dengan
dinding dapat diabaikan.
3. Alirannya stasioner. Tiap paket fluida mempunyai arah aliran tertentu
dan tidak terjadi turbulensi.
4. Alirannya tunak. Aliran fluida mempunyai kecepatan yang konstan
terhadap waktu.

I.1.2 Orifice Plate


Orifice merupakan salah satu komponen dari perangkat primer (primary
device) untuk mengukur aliran dengan menggunakan prinsip mengubah

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

96
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

kecepatan aliran, riilnya yaitu mengubah luasan yang dilalui aliran fluida
tersebut (orifice).
Perubahan kecepatan setelah melalui orifice plate tersebut berkaitan
dengan perubahan tekanan (differential pressure). Perubahan tekanan ini
yang kemudian diukur (di tapping) dan kemudian diasosiakan dengan laju
aliran. Dalam kaitannya dengan orifice dan pengukuran aliran, umumnya
yang diukur adalah differential pressure.

Gambar 1.2 Orifice Plate


Pengukuran laju aliran fluida adalah salah satu yang terpenting dalam
proses flow control. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui berapa
kapasitas fluida yang dialirkan untuk mendapatkan harga pengukurannya
(measurement variable). Aliran pada umumnya diukur berdasarkan
besarnya kecepatan fluida yang melewati luas penampang tertentu.

Gambar 1.3 Pemasangan Orifice Plate


Banyak alat-alat yang dapat digunakan untuk mengukur aliran fluida.
Salah satunya yaitu pelat orifice yang termasuk ke dalam jenis head meter.
Jenis head meter adalah tipe yang sering digunakan. Adapun keuntungan

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

97
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

dalam penggunaan pelat orifice, diantarannya yaitu harganya murah, dapat


digunakan dalam berbagai material serta bisa dipakai pada range yang luas
dari ukuran pipa, akurasinya bagus bila pelat dipasang tepat. Sedangkan
kelemahan dari sensor oriface yaitu permanen pressure loss yang relatif
tinggi dan akurasi tergantung dari pemasangannya.
Orifice plate terbuat dari pelat tipis stainless steel, pada bagian
tengahnya dilubangi dengan ukuran yang telah dihitung besarnya, kemudian
dipasang pada pipa alir untuk memberikan beda tekanan. Orifice dapat
dipakai untuk semua fluida yang bersih dan gas, tetapi tidak umum dipakai
untuk fuida yang mengandung kotoran. Keuntungan dari alat ini adalah
mudah diganti, harganya murah, dan mudah perawatannya tetapi alat ini
mempunyai pressure loss yang tinggi.
Pelat orifice yang paling sering digunakan untuk pengukuran kontinyu
cairan di dalam pipa. Pelat orifice juga digunakan dalam beberapa sistem
sungai kecil untuk mengukur aliran sungai di mana lokasi aliran sungai
melewati gorong-gorong atau saluran. Dalam lingkungan alam pelat orifice
besar digunakan untuk mengontrol aliran bendungan banjir, dalam struktur
sebuah bendungan pelat orifice ditempatkan di seberang sungai dan dalam
operasi normal air mengalir melalui pelat orifice sebagai lubang substansial
besar dari aliran normal cross. Namun ketika banjir, naik laju aliran banjir
keluar pelat orifice yang kemudian hanya dapat melewati aliran yang
ditentukan oleh dimensi fisik lubang tersebut. Arus ini kemudian muncul
kembali di belakang bendungan yang rendah dalam reservoir sementara,
yang perlahan dibuang melalui mulut lubang ketika banjir reda.

I.1.3 Jenis-jenis Orifice Plate


a. Concentric Orifice
Concentric Orifice merupakan jenis orifice yang paling banyak
digunakan. Profil lubang orifice ini mempuyai takik dengan
kemiringan 45° pada tepi bagian downstream (lihat gambar di bawah).

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

98
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

Hal ini akan mengurangi jarak tempuh dari aliran tersebut mengalami
perbedaan tekanan melintang.

Gambar 1.4 Concentric Orifice


Setelah aliran melewati orifice akan terjadi penurunan tekanan dan
kemudian mencoba kembali ke tekanan semula tetapi terjadi sedikit
tekanan yang hilang permanen (permanent pressure loss) sehingga
perbedaan tekanan upstream dan downstream tidak terlalu besar.
Perbandingan diameter orifice dan diameter dalam pipa dilambangkan
dengan “β”. Orifice jenis ini memiliki ketentuan untuk nilai β yaitu
antara 0.2-0.7 karena akurasinya akan berkurang untuk nilai diluar batas
tersebut. Letak lubang penghalang konsentris dengan penampang pipa
digunakan untuk mengukur volume gas, liquid dan steam dalam jumlah
yang besar.
b. Counter Bore Orifice

Gambar 1.5 Counter Bore Orifice


Counter bore orifice pada prinsipnya sama dengan concentric
orifice. Perbedaanya terdapat pada profil lubangnya, orifice ini tidak
mempuyai takik (bevel) tapi diameter lubangya lebih besar pada bagian
downstream daripada diameter lubang pada bagian upstream.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

99
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

c. Eccentric Orifice

Gambar 1.6 Eccentric Orifice


Eccentric orifice mempunyai profil lubang yang sama dengan
concentric orifice. Akan tetapi, pada eccentric orifice lubang tidak
terletak tepat di tengah. Diameter takik (bevel) bagian bawah hampir
lurus (98%) dengan diameter dalam dari pipa (lihat gambar di atas).
Titik pusat lubang penghalang tidak satu garis pusat dengan pusat
penampang pipa. Pemasangan lubang yang tidak konsentris ini
dimaksud untuk mengurangi masalah jika fluida yang diukur membawa
berbagai benda padat (solid).
d. Quadrant Bore Orifice

Gambar 1.7 Quadrant Orifice


Quadrant bore orifice digunakan untuk mengukur aliran fluida
dengan viskositas tinggi dan direkomendasikan untuk bilangan Reynold
di bawah 10000. Profil dari lubang Quadrant bore orifice dapat dilihat
pada gambar di atas. Radius “R” merupakan fungsi dari β. Ketebalan
orifice sebanding dengan kuadran radius “R”.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

100
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

e. Segmental Orifice
Segmental orifice didesain untuk fluida dengan kandungan sedimen
yang tinggi. Profil dari lubang segmental orifice dapat dilihat pada
gambar di bawah.

Gambar 1.8. Segmental Orifice


Diameter “D” bagian bawah hampir lurus (98%) dengan diameter
dalam dari pipa. “H” merupakan tinggi dari lingkaran lubang. Rasio β
merupakan diameter lubang “D” dibagi dengan diameter dalam dari
pipa. Segmental orifice merupakan jenis orifice yang paling sulit dalam
proses manufaktur,diperlukan proses finishing secara manual.
Segmental orifice plates digunakan terutama pada service yang sama
dengan eccentric orifices, sehingga kelebihan dan kekurangan adalah
kurang lebih sama.
f. Restriction Orifice

Gambar 1.9 Restriction Orifice


Tujuan dari instalasi Restriction orifice adalah untuk menghasilkan
pressure drop yang besar. Restriction orifice biasanya ditunjukkan
dengan “RO” atau “FO”. Restriction orifice dapat menghasilkan

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

101
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

pressure drop sampai 50 % untuk fluida gas. Profil lubang Restriction


orifice berbeda dengan orifice yang lain. Profil lubangnya lurus
sehingga tekanan yang hilang secara pemanen cukup besar akibatnya
perbedaan tekanan upstream dan tekanan downstream cukup mencolok.

I.1.4 Impeller
Impeller adalah komponen yang berputar dari pompa sentrifugal yang
mentransfer energi dari motor yang menggerakkan pompa ke fluida yang
dipompa dengan mempercepat fluida keluar dari pusat rotasi. Kecepatan
yang dicapai oleh impeller berpindah ke tekanan ketika gerakan ke luar
dari cairan dibatasi oleh selubung pompa. Impeller biasanya berupa
silinder pendek dengan inlet terbuka untuk menerima fluida masuk, baling-
baling untuk mendorong fluida secara radial, dan lubang bor yang
bersandaran, terkunci, atau berulir untuk menerima poros penggerak.
Baling-baling yang terbuat dari bahan cor dalam banyak kasus dapat
disebut rotor. Lebih murah untuk melemparkan impeller radial tepat pada
dukungan yang dipasang, yang digerakkan oleh gearbox dari motor listrik,
mesin pembakaran atau dengan turbin uap. Rotor biasanya menamai
spindel dan impeller saat dipasang oleh baut.

Gambar 1.10 Beberapa Jenis Impeller


Beberapa impeller mirip dengan baling-baling kecil tetapi tanpa bilah
besar. Di antara kegunaan lain, mereka digunakan dalam jet air untuk

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

102
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

memberi daya pada kapal kecepatan tinggi. Karena baling-baling impeller


tidak memiliki bilah besar untuk berputar, baling-baling dapat berputar
pada kecepatan yang lebih tinggi daripada baling-baling. Air yang dipaksa
melalui baling-baling disalurkan oleh perumahan, menciptakan jet air yang
mendorong kapal ke depan. Housing biasanya diruncingkan ke nosel untuk
meningkatkan kecepatan air, yang juga menciptakan efek venturi di mana
tekanan rendah di belakang impeller menarik lebih banyak air ke arah
blade, cenderung meningkatkan kecepatan. Untuk bekerja secara efisien,
harus ada kecocokan yang dekat antara impeller dan housing. Housing
biasanya dilengkapi dengan ring aus yang dapat diganti yang cenderung
aus karena pasir atau partikel lainnya dilemparkan ke sisi housing oleh
impeller. Kapal yang menggunakan impeller biasanya dikemudikan
dengan mengubah arah jet air.

I.1.5 Propeller
Propeller atau baling-baling adalah jenis kipas yang mentransmisikan
daya dengan mengubah gerakan rotasi menjadi daya dorong. Perbedaan
tekanan dihasilkan antara permukaan depan dan belakang bilah berbentuk
airfoil, dan fluida (seperti udara atau air) dipercepat oleh perbedaan
tekanan. Dinamika baling-baling, seperti sayap pesawat terbang, dapat
dimodelkan dengan prinsip Bernoulli dan hukum ketiga Newton.
Kebanyakan baling-baling laut adalah baling-baling sekrup dengan bilah
heliks yang berputar di sekitar sumbu horizontal atau poros baling-baling.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

103
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

Gambar 1.11 Propeller pada kapal


Baling-baling adalah penggerak yang paling umum di kapal,
memberikan momentum pada fluida yang menyebabkan gaya bekerja di
kapal. Efisiensi ideal dari propulsor adalah disc actuator dalam fluida
ideal. Ini disebut efisiensi Froude dan merupakan batas alami yang tidak
dapat dilampaui oleh perangkat apa pun, betapa pun baiknya. Setiap
propulsor yang hampir tidak memiliki slip di dalam air, apakah ini
propeller yang sangat besar atau perangkat drag yang besar, mendekati
efisiensi Froude 100%. Inti dari teori actuator-disc adalah bahwa jika slip
didefinisikan sebagai rasio kecepatan fluida meningkat melalui disc ke
kecepatan kendaraan, efisiensi Froude sama dengan 1/(slip+1). Dengan
demikian baling-baling ringan dengan daerah sapuan besar dapat memiliki
efisiensi Froude tinggi.
Baling-baling yang sebenarnya memiliki bilah yang terdiri dari bagian-
bagian permukaan helicoidal yang dapat dianggap “sekrup” melalui fluida
(karenanya referensi umum untuk baling-baling sebagai “sekrup”).
Sebenarnya baling-balingnya adalah airfoil bengkok atau hydrofoils dan
setiap bagian berkontribusi terhadap gaya dorong total. Dua hingga lima
bilah paling umum, meskipun desain yang dimaksudkan untuk beroperasi
pada pengurangan noise akan memiliki lebih banyak bilah dan satu bilah
dengan penyeimbang juga telah digunakan. Baling-baling ringan untuk
pesawat ringan dan kapal bertenaga manusia kebanyakan memiliki dua
bilah, kapal motor kebanyakan memiliki tiga bilah. Bilah terpasang ke

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

104
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

hub, yang harus sekecil kebutuhan kekuatan memungkinkan dengan


baling-baling pitch tetap, bilah dan hub biasanya merupakan satu coran
tunggal.
Desain alternatif adalah baling-baling pitch yang dapat dikontrol (CPP,
atau CRP untuk pitch yang dapat dikontrol-reversibel), di mana blade
diputar secara normal ke poros drive dengan mesin tambahan, biasanya
hidrolika di hub dan tautan kontrol yang mengalir di poros. Ini
memungkinkan mesin penggerak beroperasi pada kecepatan konstan
sementara pemuatan baling-baling diubah agar sesuai dengan kondisi
pengoperasian. Ini juga menghilangkan kebutuhan untuk gigi mundur dan
memungkinkan untuk perubahan yang lebih cepat untuk didorong, karena
revolusi konstan. Jenis baling-baling ini paling umum di kapal seperti
kapal tunda di mana bisa ada perbedaan besar dalam memuat baling-baling
ketika penarik dibandingkan dengan berlari bebas. Kelemahan dari
CPP/CRP meliputi hub besar yang mengurangi torsi yang diperlukan
untuk menyebabkan kavitasi, kompleksitas mekanik yang membatasi daya
transmisi dan persyaratan pembentukan pisau ekstra yang dipaksakan pada
perancang baling-baling.
Untuk motor yang lebih kecil ada baling-baling self-pitching. Bilah
bebas bergerak melalui seluruh lingkaran pada sumbu di sudut kanan ke
poros. Hal ini memungkinkan gaya hidrodinamik dan sentrifugal untuk
'mengatur' sudut jangkauan pisau dan juga baling-baling baling-baling.
Baling-baling yang berputar searah jarum jam untuk menghasilkan daya
dorong ke depan, bila dilihat dari belakang, disebut tangan kanan. Salah
satu yang berubah berlawanan arah jarum jam dikatakan kidal. Kapal yang
lebih besar sering memiliki sekrup kembar untuk mengurangi torsi heeling,
baling-baling berputar, sekrup kanan biasanya tangan kanan dan port
kidal, ini disebut memutar ke arah luar. Kasus sebaliknya disebut
pembalikan ke dalam. Kemungkinan lain adalah baling-baling berlawanan,
di mana dua baling-baling berputar berlawanan arah pada poros tunggal,
atau pada poros terpisah pada poros yang hampir sama. Baling-baling

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

105
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

berputar memberikan peningkatan efisiensi dengan menangkap energi


yang hilang dalam kecepatan tangensial yang diberikan ke fluida oleh
baling-baling ke depan (dikenal sebagai "baling-baling baling-baling").
Bidang aliran di belakang baling-baling belakang dari set kontra-berputar
memiliki sangat sedikit "pusaran", dan pengurangan kehilangan energi ini
dilihat sebagai peningkatan efisiensi baling-baling belakang.
Baling-baling azimuthing adalah baling-baling yang berputar di sekitar
sumbu vertikal. Baling-baling berbentuk airfoil individu berputar saat
baling-baling bergerak sehingga mereka selalu menghasilkan gaya angkat
sesuai arah pergerakan kapal. Baling-baling jenis ini dapat membalik atau
mengubah arah dorongnya dengan sangat cepat.

Gambar 1.12 Propeller Pada Pesawat


Pesawat bersayap tetap juga tunduk pada efek faktor-P, di mana
baling-baling berputar akan menguap sedikit ke satu sisi karena angin
relatif yang dihasilkannya asimetris. Hal ini terutama terlihat saat
pendakian, tetapi biasanya mudah untuk mengimbangi dengan kemudi
pesawat. Situasi yang lebih serius dapat terjadi jika pesawat bermesin
ganda kehilangan daya ke salah satu mesinnya, khususnya yang
diposisikan di sisi yang meningkatkan faktor-P. Pembangkit listrik ini
disebut mesin kritis dan kehilangannya akan membutuhkan lebih banyak
kontrol kompensasi oleh pilot. Pitch geometris adalah jarak elemen baling-
baling pesawat terbang akan maju dalam satu revolusi jika itu bergerak
sepanjang heliks yang memiliki sudut sama dengan yang antara chord
elemen dan pesawat yang tegak lurus terhadap sumbu baling-baling.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

106
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

Gambar 1.13 Nomenklatur Propeller

I.1.6 Tujuan Percobaan Axial Fan


Percobaan axial fan bertujuan untuk mengetahui aliran fluida yang
melalui orifice plate.

I.1.7 Definisi Fan


Kipas angin (fan) adalah perangkat mekanik yang digunakan untuk
membuat aliran gas kontinu seperti udara. Dalam setiap sistem pendingin,
yang menggunakan gas sebagai penghantar, kipas angin adalah unit wajib
yang menciptakan aliran udara dalam sistem. Sistem ini dapat dilihat
dalam kipas angin sederhana yang digunakan di rumah tangga atau kipas
pendingin eksternal untuk mesin pembakaran internal. Ketika
membutuhkan tekanan yang lebih tinggi diperlukan blower yang
digunakan sebagai pengganti kipas angin.
Fan atau kipas, adalah alat mekanika yang berfungsi untuk
menghasilkan flow atau aliran pada suatu fluida, biasanya berupa udara
atau gas. Pada dunia industri, fan digunakan untuk menghasilkan flow dari
gas atau udara dalam jumlah besar yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan dari industri tersebut. Fan terdiri dari beberapa bagian yaitu,
case, sudu (vane/blade), dan penggeraknya. Vane/blade berputar untuk
menghasilkan aliran udara yang diinginkan. Berbeda dengan fungsi dari
kompresor yang menghasilkan udara bertekanan dengan flow rendah, fan

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

107
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

menghasilkan aliran udara dengan flow tinggi dan tekanan yang rendah. Di
dunia industri, fan digunakan antara lain pada proses pembakaran, sistem
HVAC, transport, pendingin, pengering udara, dan lain sebagainya.
Fan adalah alat untuk mengalirkan udara. Karena itu fan dikenal
dengan sebutan penukaran, penghembus atau pembuang udara. Alat ini
banyak dijumpai pada sistem ventilasi dan peralatan pendingin udara juga
pada instalasi yang mengalirkan udara panas dan gas buang. Selain itu,
masih banyak lagi penggunaan fan ini di Industri. Tinggi tekan yang
dihasilkan fan, pada umumnya, rendah dibandingkan jenis mesin-mesin
pengalir udara yang lain seperti blower dan kompresor.
Daya masukan yang digunakan diperoleh dari motor listrik. Efisiensi
fan adalah perbandingan antara daya aliran udara dibanding daya poros
untuk menggerakkan fan. Daya aliran udara yang dihasilkan tergantung
pada tekanan dan laju aliran udara. Pada pengujian dalam bangunan yang
besar, blower sering digunakan karena tekanan antarannya yang tinggi
yang diperlukan untuk mengatasi turun tekan dalam sistem ventilasi.
Sebagian besar blower berbentuk sentrifugal. Blower juga dapat digunakan
untuk memasok udara draft ke boiler dan tungku. Fan biasanya digunakan
untuk tekanan rendah.
Fan, blower dan kompresor dibedakan oleh metode yang digunakan
untuk menggerakan Society of Mechanical Engineers (udara, dan oleh
tekanan system operasinya. The American ASME) menggunakan rasio
spesifik, yaitu rasio tekanan pengeluaran terhadap tekanan hisap, untuk
mendefinisikan fan, blower, dan kompresor ( Tabel 1.1 )
Tabel 1.1 Perbedaan antara Fan, Blower dan Kompresor
Perbandingan Kenaikan
Peralatan
Spesifik Tekanan
Fan Sampai 1,11 1136
(mmWg)
Blower 1,11 sampai 1,20 1136 - 2066
Kompresor Lebih dari 1,20 -

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

108
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

I.1.8 Jenis-jenis Fan


a. Fan Sentrifugal
Fan sentrifugal meningkatkan kecepatan aliran udara dengan
impeller berputar. Kecepatan meningkat sampai mencapai ujung blades
dan kemudian diubah ke tekanan. Fan ini mampu menghasilkan
tekanan tinggi yang cocok untuk kondisi operasi yang kasar, seperti
sistim dengan suhu tinggi, aliran udara kotor atau lembab, dan handling
bahan. Fan sentrifugal dikategorikan oleh bentuk bladenya.
1. Fan dengan Blade Datar

Gambar 1.15 Fan Blade Datar


Secara umum yang paling efisien diantara centrifugal fan yang
memiliki bentuk blade mengarah titik poros. Fan jenis ini
digunakan untuk pemindahan bahan dan industri yang
membutuhkan fan dengan tekanan di atas menengah.
Keuntungannya, cocok untuk tekanan statis tinggi
(sampai 1400 mmWC) dan suhu tinggi, rancangannya sederhana
sehingga dapat dipakai untuk unit penggunaan khusus, dapat
beroperasi pada aliran udara yang rendah tanpa masalah getaran,
sangat tahan lama, efisiensinya mencapai 75%, memiliki jarak
ruang kerja yang lebih besar yang berguna untuk handling padatan
yang terbang (debu, serpih kayu, dan sekrap logam). Kerugiannya,
hanya cocok untuk laju aliran udara rendah sampai medium.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

109
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

2. Fan dengan Blade Melengkung ke Depan

Gambar 1.16 Fan Blade Melengkung ke Depan


Memiliki kecepatan putar yang sangat rendah untuk
mengalirkan sejumlah udara serta bentuk lengkungan blade
menghadap arah putaran, sehingga kurang efisien dibandingkan
tipe airfoil dan backward inclined. Fan jenis ini biasanya untuk
sistem pemanas bertekanan rendah, ventilasi, dan air conditioning.
Keuntungannya, dapat menggerakan volume udara yang besar
terhadap tekanan yang relatif rendah, ukurannya relatif kecil,
tingkat kebisingannya rendah (disebabkan rendahnya kecepatan)
dan sangat cocok untuk digunakan untuk pemanasan perumahan,
ventilasi, dan penyejuk udara (HVAC). Kerugian, hanya cocok
untuk layanan penggunaan yang bersih, bukan untuk layanan kasar
dan bertekanan tinggi, keluaran fan sulit untuk diatur secara tepat.
Penggerak harus dipilih secara hati-hati untuk menghindarkan
beban motor berlebih sebab kurva daya meningkat sejalan dengan
aliran udara dan efisiensi energinya relatif rendah (55-65%).

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

110
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

3. Fan dengan Blade yang Miring ke Belakang

Gambar 1.17 Fan Blade Miring ke Belakang


Memiliki blade yang lurus dengan ketebalan tunggal. Fan ini
diaplikasikan pada sistem pemanas, ventilasi, air conditioning dan
industri dimana blade akan mengalami lingkungan yang korosif
dan lingkungan yang erosif. Keuntungannya, dapat beroperasi
dengan perubahan tekanan statis (asalkan bebannya tidak berlebih
ke motor), cocok untuk sistem yang tidak menentu pada aliran
udara tinggi, cocok untuk layanan forced–draft, fan dengan blade
datar lebih kuat, fan dengan blade lengkung lebih efisien (melebihi
85%), fan dengan blade air-foil yang tipis adalah yang paling
efisien. Kerugiannya, tidak cocok untuk aliran udara yang kotor
(karena bentuk fan mendukung terjadinya penumpukan debu), fan
dengan blade air-foil kurang stabil karena mengandalkan pada
pengangkatan yang dihasilkan oleh tiap blade dan fan blade air-foil
yang tipis akan menjadi sasaran erosi.
b. Fan Aksial
Fan aksial menggerakan aliran udara sepanjang sumbu fan. Cara
kerja fan seperti impeller pesawat terbang, blade fan menghasilkan
pengangkatan aerodinamis yang menekan udara. Fan ini terkenal di
industri karena murah, bentuknya yang kompak dan ringan. Jenis utama
fan dengan aliran aksial (impeller, pipa aksial dan impeller aksial).

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

111
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

1. Fan Propeller

Gambar 1.18 Fan Propeller


Merupakan desain dasar fan aksial yang diaplikasikan untuk
tekanan rendah dan volume udara yang dialirkan sangat besar. Fan
jenis ini biasa diaplikasikan untuk sistem ventilasi yang menembus
tembok. Keuntungannya, menghasilkan laju aliran udara yang
tinggi pada tekanan rendah, tidak membutuhkan saluran kerja yang
luas (sebab tekanan yang dihasilkannya kecil), murah sebab
konstruksinya yang sederhana, mencapai efisiensi maksimum,
hampir seperti aliran yang mengalir sendiri, dan sering digunakan
pada ventilasi atap, dapat menghasilkan aliran dengan arah
berlawanan dan membantu dalam penggunaan ventilasi.
Kerugiannya, efisiensi energinya relatif rendah dan sedikit bising.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

112
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

2. Fan Pipa Aksial

Gambar 1.19 Fan Pipa Aksial


Lebih efisien dari pada propeller fan dengan ciri housing fan
yang berbentuk silinder dipasang tepat pada radius ujung blade,
dan diaplikasikan untuk sistem pemanas, ventilasi, air conditioning
dan industri, dengan tekanan rendah dan jumlah volume udara yang
dialirkan besar. Pada dasarnya fan propeller yang ditempatkan
dibagian dalam silinder. Keuntungannya, tekanan lebih tinggi dan
efisiensi operasinya lebih baik daripada fan propeller, cocok untuk
tekanan menengah, penggunaan laju aliran udara yang tinggi,
misalnya pemasangan saluran HVAC, dapat dengan cepat
dipercepat sampai ke nilai kecepatan tertentu (karena putaran
massanya rendah) dan menghasilkan aliran pada arah berlawanan,
yang berguna dalam berbagai penggunaan ventilasi dan
menciptakan tekanan yang cukup untuk mengatasi kehilangan di
saluran dengan ruang yang relatif efisien, yang berguna untuk
pembuangan. Kerugiannya, relatif mahal, kebisingan aliran udara
sedang dan efisiensi energinya relatif rendah (65%).

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

113
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

3. Fan dengan Baling-baling Aksial

Gambar 1.20 Fan Baling-Baling Aksial


Merupakan fan aksial dengan efisiensi tinggi dengan ciri
housing fan yang berbentuk silinder dipasang tepat pada radius
blade, dan diaplikasikan untuk sistem sistem pemanas, ventilasi,
dan air conditioning yang memerlukan aliran lurus dan efisiensi
tinggi. Keuntungannya, cocok untuk penggunaan tekanan sedang
sampai tinggi (sampai 500 mmWC), seperti induced draft untuk
pembuangan boiler, dapat dengan cepat dipercepat sampai ke nilai
kecepatan tertentu (disebabkan putaran massanya yang rendah) dan
menghasilkan aliran pada arah berlawanan, yang berguna dalam
berbagai penggunaan ventilasi, cocok untuk hubungan langsung ke
as motor, kebanyakan energinya efisien (mencapai 85% jika
dilengkapi dengan fan airfoil dan jarak ruang yang kecil).
Kerugiannya, relatif mahal dibanding fan propeller.

I.1.9 Aliran Laminar dan Turbulen


Aliran laminar adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi
lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan
satu sama lain. Alirannya relatif mempunyai kecepatan rendah dan
fluidanya bergerak sejajar (laminar) dan mempunyai batasan-batasan yang
berisi aliran fluida. Aliran laminar adalah aliran fluida tanpa arus turbulen
(pusaran air). Partikel fluida mengalir atau bergerak dengan bentuk garis
lurus dan sejajar. Laminar adalah ciri dari arus yang berkecepatan rendah,

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

114
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

dan partikel sedimen dalam zona aliran berpindah dengan menggelinding


(rolling) ataupun terangkat (saltation). Pada laju aliran rendah, aliran
laminer tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang
aliran. Aliran laminar mempunyai Bilangan Reynold lebih kecil dari 2300.

Gambar 1.21 Aliran Laminar


Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak
secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling
interaksi. Akibat dari hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya saling
berpotongan.

Gambar 1.22 Aliran Turbulen


Turbulen membawa partikel-partikel dengan dua cara dengan
penambahan gaya fluida dan penurunuan tekanan lokal ketika pusaran
turbulen bekerja padanya. Keduanya adalah penyebab terjadinya
transportasi pasir sepanjang bawah permukaan. Di alam hampir semua
mekanisme transport pasir terjadi secara turbulen. Turbulen terutama
terjadi di sungai akibat penggerusan sepanjang batas arus air, dan
meningkat akibat kekasaran bawah permukaan; sepanjang garis pantai dan
laut penyebabnya adalah ombak, tekanan angin permukaan, dan
penggerusan arus. Di udara turbulen yang membawa bekas ledakan
volkanis di-transport angin. Besarnya gerakan turbulen bervariasi dari
mikro hingga makro, yang terakhir tadi sangat mudah dilihat di sungai

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

115
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

dengan penampakkan pusaran yang kompleks atau dengan boil yang


berbenturan dengan permukaan sungai, secara terus menerus. Aliran
turbulen mempunyai bilangan Reynold yang lebih besar dari 4000.

I.1.10 Hukum Fan

Gambar 1.23 Kecepatan, Tekanan, dan Daya Fan


Fan beroperasi di bawah beberapa hukum tentang kecepatan, daya dan
tekanan. Perubahan dalam kecepatan (putaran per menit atau rpm)
berbagai fan akan memprediksi perubahan kenaikan tekanan dan daya
yang diperlukan untuk mengoperasikan fan pada rpm yang baru.

I.1.11 Efisensi Fan


Efisiensi fan adalah perbandingan antara daya yang dipindahkan ke
aliran udara dengan daya yang dikirimkan oleh motor ke fan. Daya aliran
udara adalah hasil dari tekanan dan aliran, dikoreksi untuk konsistensi unit.
Istilah lain untuk efisiensi yang sering digunakan pada fan adalah efisiensi
statis, yang menggunakan tekanan statis dari tekanan total dalam
memperkirakan efisiensi. Ketika mengevaluasi kinerja fan, penting untuk
mengetahui istilah efisiensi apa yang digunakan. Efisiensi fan tergantung
pada jenis fan dan impeller-nya. Dengan meningkatnya laju aliran,

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

116
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

efisiensi meningkat ke ketinggian tertentu (efisiensi puncak) dan kemudian


turun dengan kenaikan laju alir lebih lanjut lihat (Gambar 1.24). Kisaran
efisiensi puncak untuk berbagai jenis fan sentrifugal dan aksial diberikan
dalam Tabel 1.2.

Gambar 1.24 Efisiensi vs Laju Alir

Tabel 1.2 Efisiensi Berbagai Fan

Kinerja fan biasanya diperkirakan dengan menggunakan sebuah grafik


yang memperlihatkan berbagai tekanan yang dihasilkan oleh fan dan daya
yang diperlukannya. Pabrik pembuat umumnya menyediakan kurva kinerja
fan tersebut. Grafik ini penting untuk dimengerti dalam merancang,

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

117
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

mencari sumber, dan mengoperasikan sistem fan dan merupakan kunci


bagi pemilihan fan yang optimal. Sebelum efisiensi fan dapat dihitung,
sejumlah parameter operasi harus diukur, termasuk kecepatan udara, head
tekanan, suhu aliran udara pada fan dan input kW listrik dari motor.
Dalam rangka mendapatkan gambaran operasi yang benar harus
diyakinkan bahwa:
a. Fan dan komponennya beroperasi dengan benar pada kecepatannya
b. Operasi berada pada kondisi stabil suhu, berat jenis, resistansi sistem
yang stabil dll.

I.2 Tujuan Pengujian


Untuk Mengetahui karakteristik aliran yang melalui orifice plate

I.3 Alat dan Bahan

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

118
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

Ket :
1. Axial fan, untuk memompa fluida dengan sistem arah aliran fluidanya
sejajar dengan sumbu/poros impeller
2. Pemecah aliran, untuk mengubah aliran fluida dari turbulen menjadi
aliran laminar
3. Pengukur tekanan 1, untuk mengukur tekanan fluida setelah melewati
pemecah aliran
4. Pengukur tekanan 2, untuk mengukur tekanan fluida sebelum melewati
orifice plate
5. Orifice plate, untuk mengubah tekanan dan kecepatan fluida
6. Pengukur tekanan orifice, untuk mengukur tekanan fluida setelah
melewati orifice plate
7. Sensor plot, untuk membaca data tekanan sebelum diteruskan ke
interface
8. Interface, untuk membaca data dari alat percobaan
9. Penghubung/sensor antara unit dengan interface, untuk menghubungkan
alat percobaan dengan interface
10. Saklar power, untuk memutuskan atau menghubungkan arus listrik ke
interface
11. Keyboard, untuk menginputkan data berupa angka, huruf maupun simbol
12. CPU, untuk mengambil, menkode, dan mengeksekusi pada instruksi
yang diprogram
13. Monitor komputer, untuk menampilkan data
14. Mouse, untuk mengontrol pergerakan kursor di tampilan layar

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

119
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

I.4 Metode Pengujian


Adapun prosedur pengambilan data yang akan dilakukan yaitu:
1. Menyalakan sumber listrik
2. Menyalakan komputer
3. Menyalakan interface
4. Membuka software HVAC yang berada pada komputer
5. Mengklik tombol start
6. Mengecek apakah interface sudah berubah warna ke warna hijau
7. Memilih data yang diinginkan pada sensor plot, untuk mengambil data
grafik signal
8. Memutar tombol on sesuai arah jarum jam pada kolom actuators sesuai
putaran yang dinginkan
9. Mengklik tombol save data untuk mengambil setiap detik dari
perubahan data
10. Mengklik tombol accuired plot untuk menandai titik pada grafik
disetiap perubahan kecepatan fan axial
11. Mengklik tombol print plot untuk melihat grafik
12. Memutar tombol on berlawanan arah jarum jam pada kolom actuators
untuk mematikan alat
13. Mengklik tombol stop
14. Menutup software HVAC yang berada pada komputer
15. Mematikan interface
16. Mematikan sumber listrik

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

120
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

I.5 Rumus yang Digunakan


I.5.1 Debit

1 𝑃1 − 𝑃2
𝑄 = 𝐶𝑑 × 𝐷2 × 2𝑔
4 𝛾
𝐷
1 − 𝐷1
2

Keterangan:
CD = 0,63
D1 = Diameter Orifice Plate = 40 mm = 0,004 m
D2 = Diameter Orifice Inner = 95 mm = 0,095 m
g = 9,8 m/s2 = 1,2701 m/h2
= Berat jenis udara = 12,671 N/m3
P1 – P2 = Differensial Pressure Sensor = (SPD-1)

I.5.2 Konversi satuan


1ℎ
𝑄 𝑚3 ℎ = 𝑄 𝑚3 𝑠 ×
3600

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

121
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

BAB II
PENGUJIAN
II.1 Hasil Pengamatan
a. Kecepatan Kipas 70%
Tabel 2.1 Data hasil percobaan dengan kecepatan kipas 70%
SPD-1
No. Pembukaan Adjustable Aperture
(m³/h)
1 100% 87

2 75% 48
3 50% 9

b. Kecepatan Kipas 80%


Tabel 2.2 Data hasil percobaan dengan kecepatan kipas 80%
SPD-1
No. Pembukaan Adjustable Aperture
(m³/h)
1 100% 104

2 75% 58
3 50% 10

c. Kecepatan Kipas 90%


Tabel 2.3 Data hasil percobaan dengan kecepatan kipas 90%
SPD-1
No. Pembukaan Adjustable Aperture
(m³/h)
1 100% 125

2 75% 69
3 50% 12

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

122
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

II.2 Perhitungan
a. Kecepatan Kipas 70%
1. Untuk Bukaan katup 100%

1 87
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 2539 71151 ⁄ℎ
3600
3
= 0 70547

2. Untuk Bukaan katup 75%

1 48
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 1886 45138 ⁄ℎ
3600
3
= 0 52401

3. Untuk Bukaan katup 50%

1 9
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 816 81700 ⁄ℎ
3600
3
= 0 22689

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

123
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

b. Kecepatan Kipas 80%


1. Untuk Bukaan katup 100%

1 104
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 2776 64246 ⁄ℎ
3600
3
= 0 77129

2. Untuk Bukaan katup 75%


1 58
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 2073 56399 ⁄ℎ
3600
3
= 0 57599

3. Untuk Bukaan katup 50%


1 10
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 860 99870 ⁄ℎ
3600
3
= 0 23917

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

124
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

c. Kecepatan Kipas 90%


1. Untuk Bukaan katup 100%
1 125
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 3044 098782 ⁄ℎ
3600
3
= 0 84558

2. Untuk Bukaan katup 75%


1 69
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 2261 66272 ⁄ℎ
3600
3
= 0 62824

3. Untuk Bukaan katup 50%


1 12
= 0 63 0 095 2 1 2701 10
4
12 671
0 004
1−
0 095

3
1ℎ
= 943 17682 ⁄ℎ
3600
3
= 0 26199

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

125
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

II.3 Hasil Perhitungan


1. Kecepatan Kipas 70%
Tabel 2.4 Data hasil perhitungan dengan kecepatan kipas 70%
Pembukaan
No. adjustable Q (m3/s) Q (m3/h) SPD-1
aperture
1 100% 0.70547 2539.71151 87

2 75% 0.52401 1886.45138 48

3 50% 0.26199 816.81700 9

2. Kecepatan Kipas 80%


Tabel 2.5 Data hasil perhitungan dengan kecepatan kipas 80%
Pembukaan
No. adjustable Q (m3/s) Q (m3/h) SPD-1
aperture
1 100% 0.77129 2776.64246 104

2 75% 0.57599 2073.56399 58

3 50% 0.23917 860.99870 10

3. Kecepatan Kipas 90%


Tabel 2.4 Data hasil perhitungan dengan kecepatan kipas 90%
Pembukaan
No. adjustable Q (m3/s) Q (m3/h) SPD-1
aperture
1 100% 0.84558 3044.09782 125

2 75% 0.62824 2261.66272 69

3 50% 0.26199 943.17682 12

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

126
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

BAB III
GRAFIK DAN PEMBAHASAN
III.1 Kecepatan Kipas 70%

SPD-1 VS Q
100
SPD-1 (m3/h)

80
60
40
20
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Q (m3/h)

Gambar 3.1 Hubungan debit aliran (Q) terhadap nilai SPD-1 pada
kecepatan kipas 70%

Pada grafik Q (m3/h) vs SPD-1 dengan kecepatan kipas ialah 70% dapat
dilihat bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari setiap titik, yakni
dimulai dengan Q (m3/h) = 816.81700 untuk SPD-1 = 9,
Q (m3/h) = 1886.45138 untuk SPD-1 = 48, Q (m3/h) = 2539.71151 untuk
SPD-1 = 87 dengan mengikuti pembukaan pada adjustable aperture dimulai
dari 50%, 75%, dan 100%.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

127
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

III.2 Kecepatan Kipas 80%

SPD-1 VS Q
120
100
SPD-1 (m3/h)

80
60
40
20
0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Q (m3/h)

Gambar 3.2 Hubungan debit aliran (Q) terhadap nilai SPD-1 pada
kecepatan kipas 80%

Pada grafik Q (m3/h) vs SPD-1 dengan kecepatan kipas ialah 80% dapat
dilihat bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari setiap titik, yakni
dimulai dengan Q (m3/h) = 860.99870 untuk SPD-1 = 10,
Q (m3/h) = 2073.56399 untuk SPD-1 = 58, Q (m3/h) = 2776.64246 untuk
SPD-1 = 104 dengan mengikuti pembukaan pada adjustable aperture
dimulai dari 50%, 75%, dan 100%.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

128
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

III.3 Kecepatan Kipas 90%

SPD-1 VS Q
150
SPD-1 (m3/h)

100

50

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Q (m3/h)

Gambar 3.3 Hubungan debit aliran (Q) terhadap nilai SPD-1 pada
kecepatan kipas 90%

Pada grafik Q (m3/h) vs SPD-1 dengan kecepatan kipas ialah 90% dapat
dilihat bahwa terjadi kenaikan yang signifikan dari setiap titik, yakni
dimulai dengan Q (m3/h) = 943.17682 untuk SPD-1 = 12,
Q (m3/h) = 2261.66272 untuk SPD-1 = 69, Q (m3/h) = 3044.09782 untuk
SPD-1 = 125 dengan mengikuti pembukaan pada adjustable aperture
dimulai dari 50%, 75%, dan 100%.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

129
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

III.4 Pembukaan Adjustable Aperture


a. Pembukaan adjustable aperture 100%

Gambar 3.4 Hubungan SPD-1 vs time pada pembukaan Adjustable


Aperture 100%

Pada pembukaan adjustable aperture 100% dapat diperhatikan


hubungan antara SPD-1 vs time terhadap kecepatan kipas 70%, 80%
dan 90% terlihat bahwa terjadi kenaikan secara berangsur-angsur
dimulai pada kecepatan kipas 70% dengan waktu 22.2 detik pada
SPD-1 = 18. Pada waktu 24.2 hingga 81.2 detik kondisi pada nilai
SPD-1 sudah mulai stabil pada 81 sampai 87. Pada kecepatan kipas
80% nilai SPD-1 mulai naik yaitu diangka 82.2 pada waktu 91 detik.
Pada waktu 84.2 sampai 141.2 detik nilai SPD-1 telah stabil yaitu
diangka kisaran 102 hingga 105. Kemudian pada kecepatan kipas 90%
nilai SPD-1 mulai naik yaitu diangka 113 pada waktu 142.2 detik. Pada
waktu 144.2 sampai 199.2 detik nilai SPD-1 telah stabil yaitu diangka
kisaran 124 hingga 125.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

130
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

b. Pembukaan adjustable aperture 75%

Gambar 3.5 Hubungan SPD-1 vs time pada pembukaan Adjustable


Aperture 75%

Pada pembukaan adjustable aperture 75% dapat diperhatikan


hubungan antara SPD-1 vs time terhadap kecepatan kipas 70%, 80%
dan 90% terlihat bahwa terjadi kenaikan secara berangsur-angsur
dimulai pada kecepatan kipas 70% dengan waktu 22 detik pada
SPD-1 = 6. Pada waktu 26 hingga 81 detik kondisi pada nilai SPD-1
sudah mulai stabil pada 48 sampai 50. Pada kecepatan kipas 80% nilai
SPD-1 mulai naik yaitu diangka 52 pada waktu 83 detik. Pada waktu
84 sampai 141 detik nilai SPD-1 telah stabil yaitu diangka kisaran
57 hingga 59. Kemudian pada kecepatan kipas 90% nilai SPD-1 mulai
naik yaitu diangka 62 pada waktu 142 detik. Pada waktu 144 sampai
200 detik nilai SPD-1 telah stabil yaitu diangka kisaran 68 hingga 70.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

131
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

c. Pembukaan adjustable aperture 50%

Gambar 3.6 Hubungan SPD-1 vs time pada pembukaan Adjustable


Aperture 50%

Pada pembukaan adjustable aperture 50% dapat diperhatikan


hubungan antara SPD-1 vs time terhadap kecepatan kipas 70%, 80%
dan 90% terlihat bahwa terjadi kenaikan secara berangsur-angsur
dimulai pada kecepatan kipas 70% dengan waktu 22.4 detik pada
SPD-1 = 5. Dilihat pada grafik diatas kecepatan kipas 70%, 80% dan
90% terlihat kenaikan yang stabil mulai dari 24.4 sampai 200.4 detik
dengan nilai SPD-1 kisaran 9 hingga 12.

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

132
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA JURUSAN TEKNIK MESIN FT-UNHAS

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Nilai SPD berbanding lurus dengan besar bukaan katup (Adjustable
Aperture), artinya semakin besar bukaan katup, maka semakin besar
pula nilai SPD.
2. Nilai Q (debit) berbanding lurus dengan besar nilai SPD, semakin
besar nilai SPD maka debit aliran fluida juga akan semakin besar.

IV.2 Saran
IV.2.1 Laboratorium
 Menjaga dan mempertahankan kebersihan lab
 Menjaga dan merawat alat yang ada agar dapat digunakan beberapa
tahun kedepan
 Memperhatikan protokol kesehatan
IV.2.2 Saran untuk Asisten
 Tetap tegas terhadap praktikan
 Pemaparan materi sudah baik, semoga dapat dipertahankan
 Mempertahankan keramahan terhadap praktikan

Erina Dwi Ramadhani D021 18 1305

133

Anda mungkin juga menyukai