Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENYEDIAAN AIR BERSIH


KUNJUNGAN LAPANG
DISUSUN OLEH :

NAMA : M. REZA NURFANZA

NIM : 185100900111022

KELOMPOK : O1

ASISTEN :
Rois Kurniawan M. Nashrul Umam
Arinda Fitriansyah Rizky Wulandari
Aulia Rahmah Vania Rosalini G.
Ayu Ramadhona L. Zahwa Fakhrunaz
Fariska Vera Imanda
.

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air, dalam hal ini air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Sebagai contoh yang
paling mudah tetapi paling penting adalah untuk minum. Tanpa minum manusia tidak akan
bisa hidup. Sumber air dapat berasal dari mata air di pegunungan, danau, sungai, sumur,
hujan, dan lainnya. Air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih,
tetapi selalu ada senyawa atau mineral lain yang terlarut di dalamnya. Selain daripada itu,
air seringkali juga mengandung bakteri atau mikroorganisme lainnya. Keadaan normal air
tergantung pada air itu sendiri dan asal sumber air.
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) adalah badan usaha milik pemerintah yang
memiliki cakupan usaha dalam pengelolaan air minum dan pengelolaan sarana air kotor
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan
dan pelayanan umum. Pemerintah mendirikan usaha Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) bertujuan untuk menyediakan air bersih yang struktur organisasinya berinduk pada
pemerintah daerah. PDAM merupakan badan usaha yang harus menjalankan dua fungsi
sekaligus, yaitu sebagai social oriented dan profit oriented. Social oriented adalah pelayanan
yang baik terhadap masyarakat dalam penyediaan air bersih, sedangkan profit oriented
adalah tujuan untuk menghasilkan laba sebagai dana untuk beroperasi dan sebagai sumber
penerimaan daerah. Maka sudah menjadi keharusan agar didalamnya menjalankan kedua
fungsi tersebut.
Peningkatan kualitas air minum dengan mengadakan pengelolaan terhadap air yang
akan digunakan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut
berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud dapat berupa pengolahan
sederhana sampai lengkap. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua
setelah kualitas, karena semakin maju taraf hidup seseorang, maka akan semakin tinggi
pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu untuk memahami teknik pengolahan air bersih skala besar dalam
PDAM
b. Mahasiswa mengetahui alur proses pengolahan air dari tahap awal hingga proses
akhir.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Pada umumnya instalasi pengolahan air minum merupakan suatu sistem yang
mengkombinasikan proses filtrasi, sedimentasi, koagulasi, dan mikrobiologi. Tujuan dari
sistem pengolahan air minum yang sesuai dengan standar kualitas kuantitas dan
kontinuitas. Tingkat pengolahan air tergantung pada karakteristik sumber air baku yang
digunakan, sumber air baku yang digunakan berasal dari air permukaan, air permukaan
cenderung memiliki kekeruhan yang cukup tinggi dan adanya kemungkinan terkontaminasi
mikroba yang lebih besar. Untuk pengolahan air baku yang berasal dari permukaan ini, unit
filtrasi hampir selalu diperlukan (Harmiyati, 2018).
Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia ini adalah air. Ketersediaan air yang
cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air (IPA) guna menunjang
kelancaran distribusi air pada masyarakat. Pemilihan unit operasi dan proses pada IPA
harus disesuaikan dengan kondisi air baku yang digunakan (Arifiani, 2010).
Pada umumnya pengolahan air (air tanah/permukaan) dilakukan dengan penambahan
bahan-bahan kimia tertentu (koagulan, pengatur pH, dan disinfektan) ke dalam air,
dilanjutkan dengan sedimentasi (pengendapan) atau flotasi (pengapungan) lumpur dan
filtrasi (penyaringan) melalui media pasir. Dengan cara tersebut diharapkan dapat
memenuhi standard kualitas air bersih sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah
untuk dikomsumsi masyarakat (Kencanawati, 2017).

2.2 Unit-Unit Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai.
Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah
bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment
Plant (Deriansyah, 2014).
Menurut Deriansyah (2014) juga, Water Treatment Plant atau lebih populer dengan
akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri
dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses koagulasi ini
dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau airair
kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di
dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa
tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk).
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini
ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan
pengadukan lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit
flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit
sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya
berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan
terpisah antara air dan lumpur.
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai
dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini
biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda.
Dilakukan secara grafitasi.

2.3 Pengertian Pengolahan Air Bersih


Pengolahan air bersih ialah unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang berfungsi untuk
memisahkan partikel-partikel padat tersuspensi dan koloid dalam kandungan air baku
sehingga menghasilkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Air baku yang berasal dari
sumbernya yaitu air hujan, air dalam tanah atau air permukaan mempunyai kekeruhan yang
berubah-ubah dan dapat tercemar oleh zat-zat kimia dan organisme penyebab penyakit.
Oleh karena itu diperlukan suatu pengolahan untuk menghilangkan kekeruhan, zat-zat kimia
dan organisme tersebut sehingga memenuhi persyaratan air minum (Kencanawati, 2017).
Perkembangan teknologi pengolahan air bersih selama beberapa dekade terakhir
memperkenalkan proses Advance Oxidation Process (AOP). AOP dapat mengurangi
konsentrasi kontaminan dari beberapa ratus part per million (ppm) menjadi kurang dari 5
part per billion (ppb). AOP merupakan proses pengolahan air yang melibatkan
pembangkitan hidroksil radikal (oksidan kuat) dalam jumlah yang cukup (Istingani, 2017).

2.4 Peraturan Kualitas Air Bersih


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, yang disebut sebagai
air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum.
Sementara itu, yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan
dan harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi
syarat-syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Mukarromah, 2016).
Air bersih merupakan salah satu elemen penting yang menunjang kehidupan manusia.
Air bersih digunakan untuk minum, mandi dan mencuci. Air bersih yang baik adalah yang
memenuhi persyaratan yang dikeluarkan Pemerintah sesuai dengan PPRI No. 82 tahun
2001 dan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 20 April 2010 yaitu
tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak tercemar bakteri, pestisida dan bahan
radioaktif (Zamaruddin, 2018).
2.5 Essay PDAM Tirtawening
Sejarah pendirian PDAM Kota Bandung dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di
Indonesia. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening Kota Bandung didirikan
tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air) yang dikelola oleh
Technische Dienst Afleding (DTA) dan disebut Dienst Afleding A. Pembentukan PDAM Kota
Bandung sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan peraturan Daerah
(Perda) Kotamadya Bandung Nomor 7/PD/1974 jo Perda Nomor 22/1981 jo Perda Nomor
08/1987 yang telah diubah untuk terakhir kalinya dengan Perda nomor 15 Tahun 2009.
Pada tahun 1960, Pengolahan Air Minum dengan sumber air baku yang sudah diambil
dari Sungai Cisangkuy mulai berfungsi sehingga sumber air yang ada yaitu sepuluh buah
mata air, sebelas buah sumur artesis dan pengolahan air Sungai Cisangkuy dengan debit air
+ 1044 liter/detik, namun karena tingkat kenaikan junlah penduduk yang cukup pesat, maka
masih dirasakan kurangnya pelayanan air minum. Dengan wilayah Kota Bandung + 8098 Ha
dan jumlah penduduk sebanyak + 960.000 jiwa, prosentase pelayanan yang dicapai baru
sekitar + 25 % dari jumlah penduduk. Pada tahun 1978 sampai dengan tahun 1985 untuk
meningkatkan debit air, mulai dilaksanakan fisik Pengembangan Air Minum Tahap I atau
BAWS I, dengan membuat Sumur Artesis sepanjang jalan kereta api. Tahun 1985 sampai
dengan 1991 membangun Mini Plant Cibeureum dengan air bakunya dari Sungai
Cibeureum, Mini Plant Pakar, air bakunya dari Sungai Cikapundung dan membangun Intake
Siliwangi serta pembangunan saluran air kotor sepanjang 176,30 km.
Dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, maka masalah-masalah sanitasi
lingkungan merupakan masalah yang cukup penting untuk diperhatikan, diantaranya
masalah pembuangan air kotor. Pada tahun 1978 – 1979 Pemerintah Kota Bandung
melaksanakan studi “Bandung Urban Development and Sanatary” yang mengusulkan
strategi penanganan pengembangan Divisi Air Kotor Kota Bandung. Pada tahun 1979 –
1994 Pemerintah Kota Bandung melalui ” Bandung Urban Development Project (BUDP)”
tahap I dan II memperoleh bantuan dana dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan
penyertaan modal dari Pemerintah untuk membangun sarana air limbah dan Instalasi
Pengolahan Pengolahan Air Limbah. Sarana air limbah yang dibangun berupa jaringan
perpipaan air limbah yang berada di daerah berpenduduk padat yaitu Bandung Barat,
Bandung Timur dan Bandung Tengah-Selatan, sedangkan Instalasi Pengolahan Air Kotor
dibangun di Desa Bojongsari Kecematan Bojongsoang Kabupaten Bandung.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Pada praktikum ini seharusnya dilaksanakan di PDAM Tirtawening Bandung dalam
kegiatan kunjungan lapang. Namun dengan kondisi yang seperti sekarang, maka dilakukan
praktikum online. Praktikum ini sendiri dilaksanakan pada hari sabtu, 25 April 2020.

3.2 Gambar unit Pengolahan


Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA (Instalasi Pengolahan Air). Air
baku yang diambil dari sumber tertentu masuk ke dalam bangunan intake, dimana pada
bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring benda-
benda yang ikut tergenang dalam air. Kemudian dilanjut dengan proses pengadukan,
sedimentasi, filtrasi, dan ditampung pada bangunan reservoir.

Gambar 3.1. Unit Pengolahan Air Baku

No Unit Pengolahan Gambar

1 Intake
2 Koagulasi – Flokulasi

3 Sedimentasi

4 Filtrasi
5 Reservoir
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil PDAM Unit Tirtawening


Sejarah pendirian PDAM Kota Bandung dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di
Indonesia. Pembentukan PDAM Kota Bandung sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kotamadya Bandung Nomor 7/PD/1974.
Dikukuhkan dan disyahkan oleh Gubernur Jawa Barat tanggal 31 Oktober 1974. Pada
November 2009, PDAM Kota Bandung berganti nama menjadi Perusahaan Daerah Air
Minum Tirtawening Kota Bandung yang telah disahkan oleh Walikota Bandung melalui
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 15 Tahun 2009 tentang Perusahaan Daerah Air
Minum.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung merupakan Perusahaan yang
bergerak dibidang jasa dalam kebutuhan hajat hidup orang banyak, baik kebutuhan dalam
pelayanan air bersih maupun air kotor. PDAM Tirtawening berlokasi Jl. Badak Singa No. 10,
Bandung 40132. Unit usaha yang dijalankan dalam PDAM Tirtawening Kota Bandung
berfokus pada tiga bisnis utama, yaitu air bersih, air kotor non bersih, dan air minum dalam
kemasan. Di kota Bandung sendiri, kebutuhan air bersih masih menjadi desakan akibat
meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan, berbanding terbalik dengan
jumlah ketersediaan air yang tersedia di Kota Bandung. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah
Kota Bandung selaku pemilik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtawening sampai
saat ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Kota Bandung untuk
memperoleh layanan air bersih yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya. PDAM
Tirtawening sebagai usaha yang melayani kebutuhan air bersih tersebut, perlu
meningkatkan kualitas pelayanan agar tercapainya visi dan misi perusahaan untuk membuat
citra positif di masyarakat Kota Bandung.

4.2 Pengolahan Air di PDAM Unit Tirtawening


 Intake : Air dari sungai masuk ke dalam bangunan awal dan sampah yang
berukuran besar disaring oleh bar screen sebelum ditampung. Kemudian air dialirkan
ke bak pembagi.
 Koagulasi : Dari bak pembagi dialirkan ke koagulator dan flokulator untuk menjalani
proses koagulasi dan flokulasi. Pada proses koagulasi digunakan untuk destabilisasi
partikel dengan bantuan PAC (Polyaluminium Chloride), proses ini memanfaatkan
terjunan air sehingga terjadi rapid mixing.
 Flokulasi : Pada proses flokulasi dilakukan 2 tahap, yang pertama flokulasi mekanis
dengan menggunakan paddle stirring dimana terdapat motor penggerak baling-baling
untuk mengaduk air hingga terpisah dari lumpur. Tahap kedua dilakukan
menggunakan baffle channel dengan prinsip hidraulik. Proses flokulasi dan
sedimentasi di PDAM Tirtawening ini dilakukan pada bak yang sama.
 Filtrasi : Dari proses koagulasi dan flokulasi, air dialirkan menuju bangunan filtrasi
untuk menyaring kotoran yang tersisa setelah proses sebelumnya.
 Klorinasi : Setelah dilakukan proses filtrasi, terdapat tahap terakhir yaitu klorinasi
dimana pengolahan ini bertujuan untuk membunuh kuman yang terkandung. Proses
ini dilakukan setiap satu jam.
 Reservoir : Air yang telah melewati seluruh pengolahan ditampung pada reservoir
dan siap untuk didistribusikan.
4.3 Kesesuaian Pengolahan Air di PDAM
IPA (Instalasi Pengolahan Air) adalah sebuah sistem yang dilaksanakan oleh PDAM
untuk mendistribusikan air kepada masyarakat. IPA menggunakan bahan baku air sungai
yang diolah melalui beberapa proses untuk menghasilkan air bersih, sehingga air yang
didistribusikan kepada pelanggan layak untuk digunakan. PDAM Jember menerapkan
sistem IPA untuk memperbaiki kinerjanya kepada masyarakat, agar kualitas PDAM tetap
terjaga dimata masyarakat. Pengadaan air bersih di wilayah Jember dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum Jember (PDAM). Peran PDAM sangat penting bagi
masyarakat Jember khususnya yang ada di wilayah perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan
semakin banyaknya masyarakat yang menjadi pelanggan PDAM Jember. Pada PDAM
Jember melakukan operasional produksi dengan beberapa pengolahan, yaitu : intake,
koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi, klorinasi, reservoir, dan pipa distribusi (Mustika,
2013).
Penggunaan air Sungai Konteng sebagai sumber air baku PDAM Unit Gamping kurang
sesuai jika digunakan sebagai air minum. Sebab status mutu air Sungai Konteng tergolong
tercemar. Perlu adanya pengolahan dan treatment terlebih dahulu pada parameter-
parameter yang masih melebihi batas normal. Apabila pemanfaatan air sungai sebagai
sumber air baku PDAM akan tetap dilakukan, hendaknya air sungai yang diambil harus
melalui tahap-tahap pengolahan atau treatment terlebih dahulu seperti mencampur
bahan/zat kimia tertentu untuk parameter yang tidak memenuhi standar baku mutu yang
ditetapkan. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar bakteri dan zat-zat berbahaya yang
terkandung dalam air dapat berubah menjadi bakteri atau zat yang diperlukan oleh tubuh
(Hanifah, 2017).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Air, dalam hal ini air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) adalah badan usaha milik pemerintah yang memiliki cakupan usaha
dalam pengelolaan air minum dan pengelolaan sarana air kotor untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum.
Peningkatan kualitas air minum dengan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan
digunakan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut
berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud dapat berupa pengolahan
sederhana sampai lengkap.
Pada umumnya instalasi pengolahan air minum merupakan suatu sistem yang
mengkombinasikan proses filtrasi, sedimentasi, koagulasi, dan mikrobiologi. Tujuan dari
sistem pengolahan air minum yang sesuai dengan standar kualitas kuantitas dan
kontinuitas. Pada umumnya pengolahan air (air tanah/permukaan) dilakukan dengan
penambahan bahan-bahan kimia tertentu (koagulan, pengatur pH, dan disinfektan) ke dalam
air, dilanjutkan dengan sedimentasi (pengendapan) atau flotasi (pengapungan) lumpur dan
filtrasi (penyaringan) melalui media pasir. Dengan cara tersebut diharapkan dapat
memenuhi standard kualitas air bersih sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah
untuk dikomsumsi masyarakat. Pengolahan air bersih ialah unit Instalasi Pengolahan Air
(IPA) yang berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel padat tersuspensi dan koloid dalam
kandungan air baku sehingga menghasilkan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Air
baku yang berasal dari sumbernya yaitu air hujan, air dalam tanah atau air permukaan
mempunyai kekeruhan yang berubah-ubah dan dapat tercemar oleh zat-zat kimia dan
organisme penyebab penyakit.

5.2 Saran
Mahasiswa lebih aktif dalam bertanya, karena praktikum online adalah hal yang susah
untuk dipahami. Oleh karena itu, mahasiswa harus selalu memahami apa yang disampaikan
oleh asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Arifiani dan Mochtar Hadiwidodo. 2010. Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air PDAM
Ibu Kota Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal Presipitasi 7(1): 78-85.
Deriansyah et al. 2014. Desain Bangunan Pengolahan Air Bersih PDAM Unit Wanggu
Kota Kendari. Jurnal Stabilita 2(1): 69-84.
Harmiyati. 2018. Tinjauan Proses Pengolahan Air Baku (Raw Water) Menjadi Air Bersih
pada Sarana Penyediaan Air Minum (SPAM) Kecamatan Rangsang Kabupaten
Kepulauan Meranti. Jurnal Saintis 18(1): 1-15.
Istingani et al. 2017. Peningkatan Kualitas Pengolahan Air Bersih dengan Perbaikan
Proses Oksidasi. Journal of Env. Engineering & Waste Management 2(2): 91-100.
Kencanawati dan Mustakim. 2017. Analisis Pengolahan Air Bersih pada WTP PDAM
Prapatan Kota Balikpapan. Jurnal Transukma 2(2): 103-117.
Mukarromah et al. 2016. Analisis Sifat Fisis Kualitas Air di Mata Air Sumber Asem
Dusun Kalijeruk, Desa Siwuran, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo.
Unnes Physics Journal 5(1): 40-45.
Zamaruddin, Nurul. 2018. Monitoring dan Evaluasi Kualitas Air Pada Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Area Aceh Besar Bulan April dan Juli. Journal of Aceh
Phys. Soc. 7(1): 39-42.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Hanifah dan Widyastuti. 2017. Kajian Kualitas Air Sungai Konteng Sebagai Sumber Air
Baku Tirta Darma Unit Gamping, Kabupaten Sleman. Jurnal Bumi Indonesia 6(1): 1-
10.
Mustika dan Inti Wasiati. 2013. Efektivitas Kinerja Pegawai Dalam Pelaksanaan Sistem
IPA (Instalasi Pengolahan Air) Di PDAM Jember Wilayah Tegal Besar. Jurnal
Kadikma 4(2): 13-26.
LAMPIRAN

1. (Arifiani, 2010)

2. (Deriansyah, 2014)
3. (Kencanawati, 2017)
4. (Harmiyati, 2018)
5. (Istingani, 2017)
6. (Mukarromah, 2016)
7. (Zamaruddin, 2018)
LAMPIRAN TAMBAHAN

1. (Mustika, 2013)
2. (Hanifah, 2017)

Anda mungkin juga menyukai