Anda di halaman 1dari 72

PENGARUH VARIASI ARUS 50 AMPERE, 70 AMPERE, 100

AMPERE TERHADAP SIFAT MEKANIK TARIK


SAMBUNGAN PENGELASAN DISSIMILAR SMAW DENGAN
BENTUK KAMPUH BEVEL GROOVE

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


jenjang Program Diploma Tiga

Disusun oleh :
Nama : Hendri Setiawan
NIM : 16020052

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI ARUS 50 AMPERE, 70 AMPERE, 100 AMPERE


TERHADAP SIFAT MEKANIK TARIK SAMBUNGAN PENGELASAN
DISSIMILAR SMAW DENGAN BENTUK KAMPUH BEVEL GROOVE

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Sidang Tugas Akhir

Disusun Oleh :
Nama : Hendri Setiawan
NIM : 16020052

Telah diperiksa dan di koreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji

Tegal, 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Kasir Reza Arfi Faisal, S.T


NUPN. 9906977260

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal

Drs. Agus Suprihadi, MT


NIPY. 07.010.054

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : PENGARUH VARIASI ARUS 50 AMPERE, 70 AMPERE,


100 AMPERE TERHADAP SIFAT MEKANIK TARIK
SAMBUNGAN PENGELASAN DISSIMILAR SMAW
DENGAN BENTUK KAMPUH BEVEL GROOVE
Nama : Hendri Setiawan
NIM : 16020052
Program Studi : DIII Teknik Mesin
Jenjang : Diploma Tiga (DIII)

Dinyatakan LULUS setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Sidang Tugas


Akhir Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

1 Penguji I Tanda Tangan


Drs. Kasir MT .....................................
NIDN/NUPN.
2 Penguji II Tanda Tangan
Amin Nur Akhmadi, MT .....................................
NIDN/NUPN. 0622048302
3 Penguji III Tanda Tangan
Andre Budhi Hendrawan, .....................................
S.T
NIDN/NUPN. 9906977561

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama

Drs. Agus Suprihadi, MT


NIPY. 07.010.054

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Hendri Setiawan
Nim : 16020052
Judul Tugas Akhir : PENGARUH VARIASI ARUS 50 AMPERE, 70 AMPERE,
100 AMPERE TERHADAP SIFAT MEKANIK TARIK
SAMBUNGAN PENGELASAN DISSIMILAR SMAW
DENGAN BENTUK KAMPUH BEVEL GROOVE

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini merupakan karya ilmiah hasil
pemikiran sendiri secara orisinil dan saya susun secara mandiri dengan tidak
melanggar kode etik hak karya cipta. Laporan Tugas Akhir ini juga bukan
merupakan karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar akademik
tertentu suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata Laporan Tugas Akhir ini terbukti
melanggar kode etik karya cipta atau merupakan karya yang dikategorikan
mengandung unsur plagiarisme, maka saya bersedia untuk melakukan penelitian
baru dan menyusun laporan sebagai Laporan Tugas Akhir sesuai ketentuan yang
berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan sesungguhnya.

Tegal, 2019
Yang membuat Pernyataan,

Hendri Setiawan
NIM. 16020052

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar (Al-
Baqarah: 153).
2. Sesungguhnya dibalik kesulitan dan rintangan hidup semua pasti ada
hikmahnya.
3. Keberhasilan akan diraih dengan belajar, jangan ingat lelahnya belajar, tapi
ingat buah manisnya yang bisa dipetik kelak.
4. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah dimasa sekarang, dan rencanakan unuk
hari esok.
5. Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan, karena itu bila kau
sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada
tuhanmu(Q.S Al-Insyirah: 6-8).

PERSEMBAHAN

1. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.


2. Tugas akhir ini ku persembahkan untuk kedua orang tua, kaka dan adiku
tercinta yang selalu mendukung serta nasihatnya yang menjadi jembatan
perjalanan hidupku.
3. Terimakasih kepada Bapak Drs. Kasir.
4. Terimakasih kepada Bapak Reza Arfi Faisal, S.T.
5. Terimakasih banyak atas semua bantuan teman-teman DIII Teknik Mesin
angkatan 2019 dan kerja samanya selama ini.

v
ABSTRAK

PENGARUH VARIASI ARUS 50 AMPERE, 70 AMPERE, 100 AMPERE


TERHADAP SIFAT MEKANIK TARIK SAMBUNGAN PENGELASAN
DISSIMILAR SMAW DENGAN BENTUK KAMPUH BEVEL GROOVE

Disusun Oleh :

Nama : Hendri Setiawan


NIM : 16020052

Teknologi pengelasan memegang peranan penting dalam pertumbuhan industri karena


teknologi pengelasan dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses produksi dan khusunya proses
dalam rekayasa penyambungan logam, sehingga proses pemesinan yang dipergunakan untuk
melakuakan perbaikan baik mempertebal bagian yang aus dan macam-macam reparasi lainya.
Untuk mengetahui kekuatan las SMAW antara baja ST 42 dengan baja ST 51 pada proses uji tarik
serta ntuk mengetahui pengaruh variasi arus las pada sambungan pengelasan dissimilar SMAW.
Hasil regangan terbesar arus 100 ampere mempunyai regangan 6,09 % dan terkecil dengan arus 50
ampere mempunyai regangan 3,91 % . Hasil uji tarik terbesar arus 70 ampere sebesar 334,09
N/mm2 dan terkecil arus 50 ampere sebesar 290,18 N/mm2. Hasi kuat luluh pada arus 70 ampere
sebesar 313,86 N/mm2 dan terkecil pada arus 50 ampere sebesar 277,73 N/mm2. hasil kekuatan
tarik paling baik setelah proses pengelasan dissimilar SMAW dengan bentuk kampuh bevel groove
ditunjukan pada arus 70 ampere di dapatkan kekuatan tarik sebesar 334,10 N/mm2 . Dan hasil
terendah pengelasan dissimilar SMAW dengan bentuk kampuh bevel groove ditunjukan pada arus
50 ampere di dapatkan kekuatan tarik sebesar 290,19 N/mm2.

Kata Kunci : Uji Tarik, SMAW, Baja ST 42, Baja ST 51.

vi
ABSTRACT

THE INFLUENCE OF FLOW VARIATIONS 50 AMPERE, 70 AMPERE, 100


AMPERE AGAINST MECHANICAL PROPERTIES OF ATTRACTION
WELDING DISSIMILAR SMAW WELDING WITH THE FORM OF BEVEL
GROOVE

Disusun Oleh :

Name : Hendri Setiawan


NIM : 16020052

Welding technology plays an important role in industrial growth because welding


technology can affect the results of a production process and especially processes in metal
splicing engineering, so that the machining process is used to repair both thickened worn parts
and other types of repairs. To find out the welding strength of SMAW between ST 42 steel and ST
51 steel in the tensile test process and to find out the effect of welding current variations on the
welding joints dissimilar SMAW. The largest strain results of 100 amperes have the smallest
6.09% strain with a 50 amperes current having a strain of 3.91%. The largest tensile test results
were 70 amperes at the amount of 334.09 N / mm2 and the smallest 50 amperes current was
290.18 N / mm2. The yield strength of 70 amperes was 313.86 N / mm2 and the smallest at 50
amperes was 277.73 N / mm2. the best tensile strength results after the dissimilar SMAW welding
process with the shape of the bevel groove is shown at a current of 70 amperes and the tensile
strength is 334.10 N / mm2. And the lowest result of dissimilar SMAW welding with the shape of a
bevel groove is shown at a current of 50 amperes, which can get a tensile strength of 290.19 N /
mm2.

Keywords: Tensile Test, SMAW, Baja ST 42, Baja ST 51.

vii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, hidup
dan inayah-Nya hingga terselesaikan.
laporan Tugas Akhir dengan judul ”PENGARUH VARIASI ARUS 50 AMPERE,
70 AMPERE, 100 AMPERE TERHADAP SIFAT MEKANIK TARIK
SAMBUNGAN PENGELASAN DISSIMILAR SMAW DENGAN BENTUK
KAMPUH BEVEL GROOVE” Tugas Akhir merupakan kewajiban yang harus
dilaksanakan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam mencapai derajat Ahli
Madya pada Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama
Tegal.
Petunjuk, bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak dalam
menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir ini. Oleh sebab itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, terutama kepada :
1. Bapak
Moch. Chambali, B.Eng., M.kom selaku Direktur Politeknik Harapan
Bersama Tegal.
2. Bapak Drs
Agus Suprihadi, MT selaku Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin
Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Bapak Drs.
Kasir selaku dosen pembimbing I.
4. Bapak Reza
Arfi Faisal, S.T selaku dosen pembimbing II.
5. Bapak dan Ibu yang telah memberiku dorongan, do’a dan semangat.
6. Teman-teman kelompok mesin milling yang semangat mengerjakan Tugas
Akhir bersama-sama.
Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

viii
Tegal, 2019

Hendri Setiawan
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN .......................................... v
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 .................................................................................... Latar
Belakang............................................................................... 1
1.2 .................................................................................... Rumus
an Masalah .......................................................................... 2
1.3 .................................................................................... Batasa
n Masalah ............................................................................ 2
1.4 .................................................................................... Tujuan
Penelitian ............................................................................. 3
1.5 .................................................................................... Manfa
at Penelitian ......................................................................... 3
1.6 .................................................................................... Sistem
atika Penulisan .................................................................... 3

ix
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 5
2.1 .................................................................................... Penger
tian Pengelasan SMAW ..................................................... 5
2.2 .................................................................................... Prinsip
Kerja SMAW .................................................................... 7
2.3 .................................................................................... Komp
onen Las SMAW .............................................................. 7
2.4 .................................................................................... Klasifi
kasi Mesin Las SMAW ..................................................... 9
2.5 .................................................................................... Posisi
Pada Saat Pengelasan ........................................................ 12
2.6 .................................................................................... Proses
Pengelasan ........................................................................ 13
2.6.1 ......................................................................... Pemili
han Kampuh Las ...................................................... 13
2.6.2 ......................................................................... Pemili
han Elektroda ........................................................... 15
2.6.3 ......................................................................... Prosed
ur Pengelasan ........................................................... 16
2.6.4 ......................................................................... Keseha
tan dan Keselamatan Kerja Pengelasan ................... 18
2.7 .................................................................................... Klasifi
kasi Sambungan Material SMAW .................................... 19
7.5.1 Sambunga Logam Sejenis (Similar) ........................ 19
7.5.2 ......................................................................... Sambu
ngan Logam Tidak Sejenis (Dissimilar) ................. 19
2.8 Uji Tarik ............................................................................ 20
2.9 .................................................................................... Kodefi
kasi Baja ............................................................................ 22
2.10 .................................................................................. Tinjau
an Pustaka ......................................................................... 23

x
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................... 26
3.1 Diagram Alur Penelitian ................................................... 26
3.2 Alat Dan Bahan ................................................................. 27
3.2.1 Alat .......................................................................... 27
3.2.2 Bahan ....................................................................... 33
3.3 Pengambilan Data ............................................................. 35
3.4 Metode Pengambilan Data ................................................. 40
3.5 Metode Analisa Data ........................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 42
4.1 Hasil .................................................................................. 42
4.2 Pembahasan ...................................................................... 43
4.2.1 Regangan Total ........................................................ 44
4.2.2 Kuat Tarik ................................................................ 45
4.2.3 Kuat Luluh ............................................................... 46
BAB V PENUTUP .................................................................................. 47
5.1 .................................................................................... Kesim
pulan................................................................................... 47
5.2 .................................................................................... Saran
........................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 48

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Proses SMAW ............................................................................ 7
Gambar 2.2. Peralatan Pengelasan SMAW ..................................................... 7
Gambar 2.3. Mesin Las AC ............................................................................. 10
Gambar 2.4. Mesin Las DC.............................................................................. 11
Gambar 2.5. Pengkutuban Kiri ........................................................................ 12
Gambar 2.6. Pengkutuban Terbalik ................................................................ 13
Gambar 2.7. Bentuk bentuk Kampuh .............................................................. 14
Gambar 2.8. Pembuatan Sudut Kampuh Las .................................................. 14
Gambar 2.9. Pembuatan Root Face Las .......................................................... 16
Gambar 2.10. Posisi Elektroda Untuk Pengelasan .......................................... 17
Gambar 2.11. Jarak Elektroda ......................................................................... 17
Gambar 2.12. Penempatan Bahan di Meja Kerja ............................................ 18
Gambar 2.13. Sambungan Logam Sejenis Similar .......................................... 23
Gambar 2.14. Sambungan Logam Tidak Sejenis Dissimilar ........................... 24
Gambar 2.15. Mesin Uji Tarik ........................................................................ 24
Gambar 2.16.Spesimen Uji Tarik..................................................................... 25
Gambar 3.1. Diagram Alur .............................................................................. 26
Gambar 3.2. Mesin Las SMAW ....................................................................... 27
Gambar 3.3. Mesin Milling ............................................................................. 27
Gambar 3.4. Universal Testing Machine ........................................................ 28
Gambar 3.5. Gerinda Mata Penghalus ............................................................ 28
Gambar 3.6. Gerinda Mata Potong .................................................................. 29
Gambar 3.7. Kacamata Gerinda ...................................................................... 29
Gambar 3.8. Mistar Baja ................................................................................. 30
Gambar 3.9. Brander Potong .......................................................................... 30

xii
Gambar 3.10.Topeng Las ................................................................................ 31
Gambar 3.11. Tang Pejepit............................................................................... 31
Gambar 3.12. Sikat Las .................................................................................... 32
Gambar 3.13. Palu Las ..................................................................................... 32
Gambar 3.14. Busur ........................................................................................ 33
Gambar 3.15. Elektroda E 3016 ...................................................................... 33
Gambar 3.16. Plat Baja ST 42 ......................................................................... 34
Gambar 3.17. Plat Baja ST 51.......................................................................... 34
Gambar 3.18. Plat Baja ST 42 Dan ST 51 ....................................................... 35
Gambar 3.19. Menentukan Ukuran dan Pembuatan Kampuh Las .................. 35
Gambar 3.20. Proses Pembentukan Kampuh Bevel Groove ........................... 36
Gambar 3.21. Kampuh Bevel Groove ............................................................. 36
Gambar 3.22. Pengelasan 50 Ampere ............................................................. 37
Gambar 3.23. Pengelasan 70 Ampere ............................................................. 37
Gambar 3.24. Pengelasan 100 Ampere ........................................................... 37
Gambar 3.25. Pengelasan Dissimilar SMAW ................................................. 38
Gambar 3.26. Hasil Pengelasan Dissimilar SMAW ........................................ 38
Gambar 3.27. Proses Milling ........................................................................... 39
Gambar 3.28. Proses Pembuatan Spesimen ..................................................... 39
Gambar 3.29. Hasil Pembuatan Spesimen ....................................................... 40
Gambar 3.30. Proses Uji Tarik ........................................................................ 40
Gambar 3.31. Hasil Uji Tarik 50, 70, 100 Ampere .......................................... 40
Gambar 4.1. Grafik Regangan Total ................................................................ 44
Gambar 4.4. Grafik Kuat Tarik ....................................................................... 45
Gambar 4.5 Grafik Kuat Luluh ....................................................................... 46

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Hasil Uji Tarik ST 42 ..................................................................... 23
Tabel 2.2. Hasil Uji Tarik ST 51 ..................................................................... 23
Tabel 4.1. Hasil Uji Tarik ST 42 ...................................................................... 42
Tabel 4.2. Hasil Uji Tarik ST 51 ...................................................................... 42
Tabel 4.3. Hasil Sambungan Pengelasan Dengan Arus 50 Ampere ................. 43
Tabel 4.4. Hasil Sambungan Pengelasan Dengan Arus 70 Ampere ................. 43
Tabel 4.5. Hasil Sambungan Pengelasan Dengan Arus 100 Ampere ............... 43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Hasil Uji Tarik ST 42 Dan ST 51 ............................................... 49


Lampiran B. Hasil Uji Tarik 50 Ampere .......................................................... 52
Lampiran C. Hasil Uji Tarik 70 Ampere .......................................................... 54
Lampiran D. Hasil Uji Tarik 100 Ampere........................................................ 56

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan informasi dan didukung adanya kemudahan dalam

berkomunikasi membuat perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju terutama

ilmu dibidang konstruksi yang berkembang pada saat ini. Perkembangan ini harus

diikuti dengan sumber daya manusia agar teknologi yang berkembang menjadi

semakin baik. Salah satu contoh teknologi tersebut adalah teknologi pengelasan.

Teknologi pengelasan memegang peranan penting dalam pertumbuhan industri

karena teknologi pengelasan dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses produksi

dan khusunya proses dalam rekayasa penyambungan logam, sehingga proses

pemesinan yang dipergunakan untuk melakuakan perbaikan baik mempertebal

bagian yang aus dan macam-macam reparasi lainnya. (Wiryosumarto dan

Okumura, 2000)

Pengelasan logam berbeda (dissimilar metal welding) merupakan

perkembangan dari teknologi las modern akibat dari kebutuhan akan

penyambungan material-material yang memiliki jenis logam yang berbeda.

Pengelasan terhadap dua material yang berbeda atau dikenal dissimilar banyak

digunakan di industri kimia dan konstruksi-konstruksi mesin dan elektronik.

Penggabungan kedua material ini akan menghasilkan sifat-sifat material yang

baru. Akan tetapi proses pengelasan dua material berbeda sulit dilakukan dengan

proses konvensional, ini disebabkan perbedaan sifat yang dimiliki kedua material.

1
2

Penggunaan proses konvensional akan menghasilkan sabungan yang keras dan

getas, fasa ini akan menyebabkan retakan. (Muhammad Ghufran, 2008)

Pada tugas akhir ini logam yang di teliti adalah ST 42 dan ST 51 dalam

bentuk plat. Maka dari pada saya akan membahas lebih detail mengenai pengaruh

kekuatan tarik sambungan pengelasan dissimilar SMAW dengan bentuk kampuh

bevel groove dan variasi arus 50 ampere, 70 ampere 100 ampere.

1.2. Rumusan Masalah

Pada Tugas Akhir ini dapat dirumuskan permasalahan yaitu Bagaimana

hasil pengelasan dissimilar SMAW baja ST 42 dan ST 51 dengan arus lisrtrik

yang berbeda dan mengetahui kekuatan las SMAW pada proses uji tarik?

1.3. Batasan Basalah

1. Material yang digunakan ST 42 dan ST 51 berbentuk plat dengan ukuran

panjang 15 cm, lebar 5 dan tebal 8 mm serta dibentuk kampuh bevel groove.

2. Tipe las yang digunakan adalah las SMAW.

3. Kuat arus listrik 50 ampere, 70 ampere, 100 ampere.

4. Jenis elektroda E 6013.

5. Standar uji tarik adalah JIZ 2241 : 2011.


3

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kekuatan las SMAW antara baja ST 42 dengan baja ST

51 pada proses uji tarik.

2. Untuk mengetahui pengaruh variasi arus las pada sambungan pengelasan

dissimilar SMAW.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Menghasilkan sambungan las dissimilar yang padat dan kuat sehingga lebih

berguna dikehidupan sehari-hari.

2. Mendapatkan informasi tentang variasi pengelasan SMAW antara baja ST

42 dengan baja ST 51.

3. Mendapatkan rekomendasi variasi yang terbaik dari hasil las SMAW yang

dilakukan antara baja ST 42 dengan baja ST 51.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan laporan ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang pengertian pengelasan SMAW, prinsip kerja

SMAW, komponen las SMAW, posisi pengelasan, proses pengelasan, kesehatan


4

dan keselamatan kerja pengelasan, klasifikasi sambungan material SMAW,uji

tarik, kodefikasi baja.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang diagram alur penelitian, alat dan bahan,

metode pengumpulan data, metode analisa data,pengambilan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.3 Pengelasan SMAW

Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam

dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan

logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut

akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik

akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Las

dengan busur listrik ini juga disebut dengan SMAW. Shieled Metal Arc

Welding merupakan suatu teknik pengelasan dengan menggunakan arus

listrik berbentuk busur arus dan elektroda berselaput. Tipe -tipe lain dari

pengelasan dengan busur arus listrik adalah Submerged Arc Welding

(SAW), Gas Metal Arc Welding (GMAW-MIG), Gas Tungsten Arc Welding

G dan Plasmaarc. (Lili, 2004)

Dalam pengelasan SMAW ini terjadi gas penyelimut ketika elektroda

terselaput itu mencair, sehingga dalam proses ini tidak diperlukan tekanan/

pressure gas inert untuk mengusir oksigen atau udara yang dapat menyebabakan

korosi atau gelembung-gelembung didalam hasil las-lasan. Proses pengelasan

terjadi karena arus listrik yang mengalir diantara elektroda dan bahan

las membentuk panas s e h i n gga d a pa t m e n c a pa i se hi n gga m e m bu a t

e l e kt r o da d a n ba h a n ya n g a k a n d i l a s mencair. (Lili, 2004)

5
6

Berdasarkan jenis arus-nya, pengelasan ini dibagi atas arus AC

dan DC, dimana arus dibedakan atas Straight polarity (polaritas langsung) dan

Reverse polarity (polaritas terbalik). Se d a n g k a n m e s i n l a s n ya t e r b a gi

a t a s d ua j e ni s ya i t u c on s t an t c ur r e n t (a ru s t e t a p ) da n c o n st a nt

voltage (tegangan tetap), dimanapada setiap pengelasan busur arus listrik jika

terjadi busur yang membesar akan menurunkan arus dan menaikkan

tegangan serta pada busur yang memendek akan meningkatkan arus dan

menurunkan tegangan. (Lili, 2004)

Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah

Manual Metal Arc Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu

proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan

yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah

pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses las elektroda

terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan

logam induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas. Panas inilah

yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat.

Busur listrik yang ada d i b a n gk i t ka n o l e h m e s i n l a s . E l e k t ro da ya n g

d i pa ka i b e r u pa k a wa t ya n g d i bu n gk u s o l e h pe l i n du n g b e r u pa

f l uk s . Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logamcair

yang berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu

membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag). (Lili, 2004)
7

2.4 Prinsip Kerja SMAW

Ketika ujung elektroda didekatkan pada logam induk akan terjadi busur api

listrik yang akan menghasilkan panas. Panas inilah yang mencairkan ujung

elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat. Dengan adanya pencairan

ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan

logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan

(weldment) dan terak (slag).

Gambar 2.1 Proses SMAW


(Tiraweld, 2013)

2.5 Komponen SMAW

Gambar 2.2 Peralatan Pengelasan SMAW


(Purwaka E. A. Ibrahim, 2010)

Komponen yang digunakan untuk pengelasan SMAW adalah sebagai berikut:


8

1. Workpiece Or Base Metal

Benda kerja yang digunakan untuk melakukan proses pengelasan.

2. Electrode

Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan untuk

melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan

menimbulkan busur nyala.

3. Electrode Holder

Perlengkapan ini berfungsi untuk menjepit atau memegang elektroda. Alat

ini harus memenuhi syarat diantaranya tidak mudah panas, ringan, dan

isolator cukup aman bagi sipemakai.

4. Electrode Lead Cabel

Kabel yang menghubungkan mesin las dengan elektroda. Kabel massa

menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.

5. Plug to Power Source

Sebuah peralatan listrik yang menghubungkan suatu alat untuk pasokan

listrik melalui soket dinding atau kabel ekstensi.

6. Input Power Lead (Kabel Listrik)

Kabel yang menghubungkan mesin las dengan socket dinding.

7. Workpiece Lead

Kabel yang menghubungkan mesin las dengan clamp. Kabel massa

menghubungkan mesin las dengan meja las.

8. Workpiece Connection (Clamp)


9

Sebuah tang penjepit yang di aliri arus negatif dari mesin las listrik ke meja

las.

9. Welding Table

Meja las adalah alat yang di gunakan untuk menaruh benda kerja yang akan

di las.

10. Arc Welding Power Source

Salah satu bagian komponen dari sistem pengelasan yang menyediakan arus

listrik untuk melakukan pengelasan

2.6 Klasifikasi Mesin Las SMAW

Berdasarkan arus yang dikeluarkan pada ujung-ujung elektroda, mesin las

listrik dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Arus Bolak – Balik (AC = Alternating Current)

Mesin las AC biasanya berupa trafo las, Mesin ini memerlukan sumber arus

bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada gulungan.

Gambar. 2.3 Mesin Las AC


(Dyah Ayu Rahmawati, 2013)
10

Pengelasan Las AC (Alternating current) atau Las Arus bolak balik tidak

ada kutup positif dan negatif (keduanya sama), oleh sebab itu maka

penyambungannya dibolak balik hasilnya tetap sama. Masing masing kutup akan

menerima panas 50 % dan akibatnya terjadi penetrasi normal.

Adapun keuntungan–keuntungan dari penggunaan mesin las jenis arus bolak–

balik (AC), antara lain:

a. Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos

pada rigi-rigi las.

b. Perlengkapan dan perawatan lebih murah.

c. Kabel massa dan kabel elektroda dapat ditukar (tetapi tidak mempengaruhi

hasil las).

2. Arus Searah (DC = Dirrect Current)

Mesin las DC selain trafo yang dilengkapi dengan rectifier atau diode

(perubah arus bolak balik menjadi arus searah) biasanya menggunakan motor

penggerak seperti mesin diesel.

Gambar 2.4 Mesin Las DC


(Dyah Ayu Rahmawati, 2013)
11

Pengelasan DC mempunyai dua sistem pengkutuban, yaitu pengkutuban langsung

(DC-) dan pengkutuban terbalik (DC+). Pada pengkutuban langsung, kabel

elektroda dipasang pada terminal negative dan kabel massa pada terminal positif.

Pengelasan menghasilkan penetrasi yang dalam dari lasan dikarenakan electron

bergerak dari elektroda dan menumbuk logam induk dengan kecepatan tinggi

sehingga 2/3 panas yang dihasilkan dilepaskan pada benda kerja dan 1/3 lagi di

lepaskan pada elektroda.

Gambar 2.5 Pengkutuban Kiri


(Dyah Ayu Rahmawati, 2013)

Pada pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan

kabel massa dipasang pada terminal negatif. Arus bergerak dari elektroda ke

benda kerja dimana 2/3 dari panas seluruhnya dilepaskan padta elektroda dan 1/3

dilepaskan pada logam induk. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektroda

lebih banyak, sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik

digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar.
12

Gambar 2.6 Pengkutuban Terbalik


(Dyah Ayu Rahmawati, 2013)

Adapun keuntungan–keuntungan dari penggunaan mesin las jenis arus searah

(DC), antara lain:

a. Busur nyala stabil.

b. Polaritas dapat diatur.

c. Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut.

2.7 Posisi Pada Saat Pengelasan

Posisi pengelasan yang baik adalah sebagai berikut :

1. Posisi di bawah tangan

Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada

permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las

sekitar 75º dan sudut kerja (work angle) 90º terhadap benda kerja.

2. Posisi datar (Horizontal)

Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana

kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal.
13

3. Posisi tegak (Vertikal)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas

atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan

cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah.

4. Posisi di atas kepala (Over Head)

Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak

berjatuhan dapat mengenai juru las, karena pengelasan dengan posisi ini benda

kerja terletak pada bagian atas juru las. Oleh itu diperlukan perlengkapan yang

serba lengkap antara lain: baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya.

(Aziz Ramadhan, 2016)

2.8 Proses Pengelasan

Proses pengelasan adalah proses dari dimulainya persiapan pengelasan

hingga finishing hasil pengelasan.

2.6.1 Pemilihan Kampuh Las

Bahan utama dalam pengelasan adalah logam utama atau biasa disebut base

metal, bahan utama tersebut akan dilas sesuai dengan bentuk sambungan las dan

bentuk kampuh las yang diinginkan. Persiapan sambungan las dan bentuk kampuh

las mempunyai berbagai macam bentuk terlihat pad gambar 2.7.


14

Gambar 2.7. Bentuk-bentuk kampuh las


(Aziz Ramadhan, 2016)

Pembuatan persiapan las dapat di lakukan dengan beberapa teknik,

tergantung bentuk sambungan dan kampuh las yang akan dikerjakan. Teknik yang

biasa dilakukan dalam membuat persiapan las, khususnya untuk sambungan

tumpul dilakukan dengan mesin atau alat pemotong gas (brander potong). Mesin

pemotong gas lurus (Straight Cutting Machine) dipakai untuk pemotongan pelat,

terutama untuk kampuh-kampuh las yang di bevel, seperti kampuh tirus tunggal,

kampuh V atau X, sedang untuk membuat persiapan pada pipa dapat dipakai

Mesin pemotong gas lingkaran (Circular Cutting Machine) atau dengan brander

potong. Namun untuk keperluan sambungan sudut yang tidak memerlukan

kampuh las dapat digunakan mesin potong pelat (guilotin) berkemampuan besar,

seperti Hidrolic Shearing Machine.. Untuk membuat kampuh tirus tunggal

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:


15

Gambar 2.8. Pembuatan Sudut Kampuh Las


(Aziz Ramadhan, 2016)

1. Potong sisi pelat dengan sudut antara 30˚ - 35˚ dengan menggunakan

pemotong gas lurus (Straight Cutting Machine).

Gambar 2.9. Pembuatan Root Face Las


(Aziz Ramadhan, 2016)

2. Buat "root face" selebar 1 - 3 mm secara merata dengan menggunakan

mesin gerinda. Kesamaan tebal atau lebar permukaan "root face" akan

menentukan hasil penetrasi pada akar (root).

2.6.2 Pemilihan Elektroda

Pada las busur listrik manual (SMAW), elektroda yang digunakan adalah

elektroda terbungkus dimana terdiri dari batang kawat (inti) dan salutannya
16

(fluks). Kawat elektroda dan salutannya akan mencair di dalam busur selama

proses pengelasan dan membentuk rigi-rigi las (kampuh las). Dimana salutan

(fluks) dari elektroda tersebut berfungsi sebagai gas pelindung, yang mana dapat

melindungi cairan las dari pengaruh udara luar. Adapun salutan (fluks) ini terdiri

dari campuran bahan mineral dan zat kimia inilah yang menentukan karakter

pengoperasian dan komposisi pada akhir pengelasan.

1. E 6012 dan E 6013

Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan

penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi,

tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke

bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih

tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan

pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil

kebanyakan dipakai untuk pangelasan plat . (Aziz Ramadhan, 2016)

2.6.3 Prosedur Pengelasan

Prosedur pengelasan yang benar dan sesuai merupakan salah satu hal

terpenting untuk mencapai kualitas pengelasan secara maksimum dan ekonomis.

Penempatan bahan pada pengelasan pelat posisi di bawah tangan adalah posisi di

mana bahan atau bidang yang dilas ditempatkan secara rata (flat) atau dibawah

tangan, baik pada sambungan sudut maupun pada sambungan tumpul.


17

Gambar 2.10. Posisi elektroda untuk pengelasan


(Aziz Ramadhan, 2016)

Jarak antara elektroda dengan benda kerja kurang lebih sama dengan diameter inti

elektroda.

Gambar 2.11. Jarak elektroda terhadap benda kerja


(Aziz Ramadhan, 2016)

Berikut ini merupakan


pa posisi
po ppengelas
ge dan pe
penempatan
mp benda kerja
ja pengelasan.
p

Gambar
Gamb
Ga mb 22.1
2.12.
.12
.1 2 Penempatan
Pe at b bah
bahan
ah didi meja
ja kkerja
ja
(Aziz Ramadhan, 2016)
18

Pada gambar di atas, bahan atau benda kerja diletakkan pada meja las dengan

posisi benda merupakan penempatan yang paling nyaman untuk pengelas

2.6.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan

Dalam pelaksanaan pengelasan, kesehatan dan keselamatan kerja yang

utama adalah perlindungan diri dari bahaya pengelasan. Alat perlindungan diri

adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan terhadap bahaya-bahaya

kecelakaan. Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu

sendiri dan orang disekelilingnya. syarat-syarat alat perlindungan diri adalah

1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya

yang spesifik atau bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.

6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang

dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam

menggunakannya.

7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.

8. Alat tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.


19

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaannya.

2.7. Klasifikasi Sambungan Material SMAW

Klasifikasi sambungan material SMAW yang digunakan adalah :

2.7.1 Sambungan Logam Sejenis (Similar)

Ini adalah proses yang melibatkan penyatuan dua logam yang memiliki sifat

kimia atau mekanik yang sama, sehingga sangat cocok secara alami untuk satu

sama lain., seperti aluminium dan aluminium atau baja dan baja. Pengelasan

logam yang sama membantu logam dengan sifat yang sama disatukan. Proses

pengelasan itu sendiri meninggalkan sambungan yang kuat dan permanen antara

dua logam, pada dasarnya meninggalkan satu produk akhir. (PSI Layers, 2018)

Gambar 2.13. Sambungan Logam Sejenis


(PSI Layers, 2018)

2.7.2 Sambungan Logam Tidak Sejenis (Dissimilar)

Ini adalah proses yang melibatkan penyatuan dua logam yang memiliki sifat

kimia atau mekanik yang berbeda, sehingga tidak selalu cocok secara alami untuk

satu sama lain. Alasan mengapa istilah ini terkadang sedikit membingungkan
20

adalah karena tidak hanya melibatkan dua logam yang sama sekali berbeda,

seperti aluminium dan baja. Pengelasan logam yang berbeda membantu logam

dengan sifat berbeda disatukan. Sebenarnya, dua logam dengan nama yang sama

dapat di las bersama, tetapi jika mereka memiliki sifat inti yang berbeda, mereka

ga logam
digolongkan sebagai ga yang berbeda. (PSI
(P Layers,
ay s, 2018)
8)

Gambar 2.14. Sambungan Logam Tidak Sejenis


(PSI Layers, 2018)

2.8. Uji Tarik

Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu

bahan / material dengan cara memberikan beban gaya sesumbu yang bertambah

secara kontinu. Sehingga spesimen uji mengalami peregangan dan bertambah

panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif sederhana, murah dan

sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hasil yang didapatkan dari

pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena

menghasilkan data kekuatan material. Sebelum melakukan uji tarik kita harus

mempersiapkan spesimen bahan sesuai dengan standart pengujian yang akan

digunakan yaitu Standart JIS Z 2241 : 2011.


21

Gambar 2.15. Mesin Uji Tarik


(UPTD Laboratorium Kab. Tegal, 2019)

Gambar 2.16. Spesimen Uji Tarik


(UPTD Laboratorium Kab. Tegal, 2019)

Berikut ini adalah klasifikasi hasil dari uji tarik, meliputi :

1. Regangan Total

bagian dari deformasi, yang dideskripsikan sebagai perubahan relatif dari

partikel-partikel di dalam benda yang bukan merupakan benda kaku. Definisi lain

dari regangan bisa berbeda-beda tergantung pada bidang apa istilah tersebut

digunakan atau dari dan ke titik mana regangan terjadi .


22

2. Kuat Tarik

tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuah bahan ketika

diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Kekuatan tarik adalah

kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda.

3. Kuat Luluh

Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kecil deformasi

plastis yang ditetapkan. Nilai kekuatan luluh merupakan titik awal sebuah material

bahan atau logam mulai terdeformasi secara plastik.

2.9. Kodefikasi Baja

Setiap jenis baja yang digunakan dalam bidang industri di daftar menurut

spesifikasi standar. Dan hampir semua standar, terutama di negara-negara maju,

memuat penamaan dan spesifikasi dari baja tersebut. Baja konstruksi misalnya,

dimana biasanya kekuatan merupakan faktor yang paling penting, penamaannya

didasarkan atas kekuatan tariknya. Dalam standarisasi Jerman (DIN) misalnya,

baja kontruksi dinyatakan dengan huruf ST. yang diikuti dengan angka yang

menunjukkan kekuatan tarik minimum dari baja.

Contoh:

ST 37 : Baja berkekuatan tarik paling tidak 370 N/mm²

ST 41 : Baja berkekuatan tarik paling tidak 410 N/mm²

ST 50 : Baja berkekuatan tarik paling tidak 500 N/mm²

ST 60 : Baja berkekuatan tarik paling tidak 600 N/mm 2


23

Tabel 2.1. Hasil Uji Tarik ST 42


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Panjang x Lebar mm 8,4 x 19, 98

Kuat Tarik N/mm2 426,08

Kuat Luluh N/mm2 306,75

Regangan % 27,28

Tabel 2.2. Hasil Uji Tarik ST 51


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Panjang x Lebar mm 8,4 x 19,98

Kuat Tarik N/mm2 514,09

Kuat Luluh N/mm2 390,64

Regangan % 29,27

2.10. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi arus las SMAW

(Shielded Metal Arc Welding) terhadap kekerasan dan kekuatan tarik pada

sambungan stainless steel 304 dan ST 37. Penelitian ini menggunakan baja tahan

karat stainless steel 304 yang disambung baja karbon rendah ST 37 dengan

elektroda E 309. Variasi arus menggunakan arus 60 ampere, 70 ampere, dan 80

ampere. Setelah proses pengelasan, dilanjutkan dengan pembuatan 11 spesimen

untuk pengujian tarik dengan standar JIS Z 2201 1981, tiga spesimen untuk

pengujian kekerasan, dan tiga spesimen untuk pengujian struktur mikro. Setelah

itu dilakukan pengujian tarik, kekerasan, dan struktur mikro. Hasil penelitian
24

menunjukkan bahwa setelah proses pengelasan kekuatan tarik hasil las dengan

perlakuan pengelasan pada semua variasi arus lebih besar dari raw material ST 37

dan lebih rendah dari raw material stainless steel 304. Nilai kekuatan tarik optimal

pada spesimen dengan perlakuan pengelasan terdapat pada arus 70 ampere

sebesar 51,656 kg/mm2. Setiap penambahan arus menunjukkan peningkatan nilai

kekerasan di daerah weld metal karena perubahan struktur mikro dendritik yang

jumlahnya meningkat, akan tetapi mengalami penurunan di HAZ (Heat Affected

Zone) akibat struktur mikro ferit membesar di temperatur tinggi. Nilai uji

kekerasan tertinggi pada weld metal terdapat di spesimen dengan arus 80 ampere

dan nilai uji kekerasan rata-rata tertinggi pada HAZ dimiliki oleh spesimen

dengan variasi arus 60 ampere. (Heru Suryanto, dkk, 2016)

Pertumbuhan dan Perkembangan teknologi di bidang konstruksi yang

semakin maju dan pesat, tidak dapat dipisahkan dari proses penyambungan logam

yang sejenis atau penyambungan logam tak sejenis. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pengelasan logam berbeda dengan variasi arus pada

sambungan las (dissimilar metal welding) antara baja AISI 1045 dengan baja

tahan karat AISI 316L. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu

baja AISI 1045 disambung dengan baja AISI 316L menggunakan mesin las

SMAW dan GTAW dengan filer metal E 309M0-17, tegangan 30 Volt, arus 50 A,

60 A dan 70 A. Jenis sambungan yang digunakan adalah sambungan tumpul

dengan kampuh V tunggal dengan ukuran spesimen 200 mm x 20 mm x 6 mm

sesuai standar ASTM E8. Selanjutnya dilakukan pengujian meliputi pengujian

tarik, kekerasan dan struktur mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus las
25

berpengaruh terhadap kekuatan tarik baik pengelasan SMAW maupun GTAW.

Kekuatan tarik tertinggi pada pengelasan SMAW sebesar 64,01 kg/mm2 dengan

arus 70 A, dan kekuatan tarik terendah 61,97 kg/mm2 pada arus 50 A. Pengelasan

GTAW kekuatan tarik tertinggi sebesar 49,54 kg/mm2 dengan arus 60 A dan

kekuatan tarik terendah 46,64 kg/mm2 dengan arus 70 A. Analisis varians

ANOVA SMAW dan GTAW menunjukkan bahwa 99,9% arus las mempengaruhi

kekuatan tarik, dan 0,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Pengelasan GTAW

menunjukkan bahwa 71,5% arus las mempengaruhi kekuatan tarik, dan 28,5%

dipengaruhi oleh faktor lain. Kekerasan pengelasan SMAW tertinggi pada arus 70

A sebesar 22,7 HRC dan kekerasan terendah pada arus 50 A sebesar 16,5 HRC.

Pengelasan GTAW kekerasan tertinggi pada arus 60 A sebesar 20,5 HRC dan

kekerasan terendah pada arus 50 A sebesar 15,9 HRC. Struktur mikro yang terjadi

pada arus 50 A didominasi oleh struktur ferit, sementara pada arus 70 A struktur

yang terbentuk adalah perlit yang berwarna gelap. (Simon Parekke, dkk, 2014)

.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik hasil pengelasan

SMAW pada baja karbon sedang ST-60 dengan menggunakan variasi kampuh

yang berbeda. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa

kekuatan tarik tertinggi terdapat pada material hasil pengelasan kampuh tirus

tunggal dengan nilai rata – rata kekuatan tarik sebesar 481,5 MPa. Sedangkan

kekuatan tarik terendah terdapat pada material hasil pengelasan kampuh V tunggal

dengan nilai rata – rata kekuatan tarik sebesar 444.MPa. (M. Mulki Ash, dkk,

2005)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Alur

Diagram alur penelitian dapat dillih pada Gambar 3.1 sebagai beikut :

Mulai

Studi pustaka

Persiapan alat dan bahan

Proses pengelasan dissimilar SMAW


dengan arus 50 ampere, 70 ampere dan
100 ampere

pengujian
kekuatan
tarik

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian.

26
27

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Mesin Las SMAW

Proses pengelasan menggunakan Las SMAW dengan bentuk kampuh bevel

groove, untuk pengelasan dissimilar dengan posisi pengelasan 1G. Mesin las

SMAW terlihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Mesin Las SMAW


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

2. Mesin Milling

Mesin milling ini digunakan untuk meratakan spesimen setelah proses

pengelasan. Mesin milling terlihat pada Gambar3.3.

Gambar 3.3 Mesin Milling


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
28

3. UTM (Universal testing machine)

Untuk pengujian tarik dan spesimen dengan standart JIS Z 2241 : 2011.

Universal testing machine terlihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Universal testing machine


(UPTD Laboratorium Kab. Tegal, 2019)

4. Gerinda Mata Penghalus

Untuk penghalus permukaan plat yang kasar sebelum pengelasan yang akan

dilakukan. Gerinda mata penghalus terlihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Gerinda Mata Pengahalus


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
29

5. Gerinda Mata Potong

Untuk pembuatan kampuh bevel groove . Gerinda mata potong terlihat pada

Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Gerinda Mata Potong


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

6. Kaca Mata Gerinda

Untuk pelindung mata dari percikan api pada saat pembuatan kampuh bevel

groove. Kaca mata gerinda terlihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Kaca Mata Gerinda


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
30

7. Mistar Baja

Untuk pengukuran spesimen ST 42 dan ST 51 saat sebelum dan sesudah

pengelasan dissimilar SMAW. Mistar baja terlihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.8 Mistar Baja


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

8. Brander Potong

Untuk memotong plat. Brander potong terlihat pada gambar 3.9.

Gambar 3.9 Brander Potong


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
31

9. Topeng Las

Untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan dissimilar SMAW.

Topeng las terlihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Topeng Las


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

10. Tang Penjepit

Untuk menjepit benda kerja yang akan di las dan memindahkan benda kerja

setelah di las. Tang penjepit terlihat pada gambar 3.11.

Gambar 3.11 Tang Penjepit


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
32

11. Sikat Las

Untuk membersihkan benda kerja yang akan di las dan terak las yang sudah

lepas. Gambar sikat las terlihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12 Sikat Las


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

12. Palu Las

Untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada daerah las. Gambar

palu las terlihat pada gambar 3.13.

Gambar 3.13 Palu Las


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
33

13. Busur

Untuk membuat sudut kampuh pada plat. Busur terlihat pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Busur


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

3.2.2 Bahan

1. Elektroda E 6013.

Untuk melakukan pengelasan dissimilar SMAW yang berfungsi sebagai

penyambung plat ST 42 dan ST 51. Elektroda E 6013 terlihat pada gambar 3.15.

Gambar 3.15 Elektroda E 3016


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
34

2. Plat Baja ST 42

Untuk bahan penelitian yang akan dilaksanakan dan kuat tariknya yaitu

426,08 N/mm2. Plat baja ST 42 terlihat pada gambar 3.16.

Gambar 3.16 Plat Baja ST 42


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

3. Plat Baja ST 51

Untuk bahan penelitian yang akan dilaksanakan dan kuat tariknya yaitu

514,09 N/mm2. Plat baja ST 51 terlihat pada gambar 3.17.

Gambar 3.17 Plat Baja ST 52

(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)


35

3.3. Pengambilan Data

1. Menentukan plat ST 42 dan ST 51, menentukan plat ST 42 dan ST 51 dapat

dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.18 Plat Baja ST 42 dan ST 51


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

2. Menentukan ukuran atau dimensi dan pembuatan kampuh bevel groove.

Menentukan ukuran atau dimensi dan pembuatan kampuh bevel groove

dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19 Menentukan Ukuran Pembuatan Kampuh


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
36

3. Proses pembentukan kampuh bevel groove. Proses pembentukan kampuh

bevel groove terlihat pada gambar 3.20 dan hasilnya terlihat pada gambar

3.21.

Gambar 3.20 Proses Pembentukan Kampuh Bevel Groove


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

Gambar 3.21 Kampuh Bevel Groove


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

4. Menentukan arus 50 ampere, 70 ampere, 100 ampere dan proses pengelasan

dissimilar SMAW. Menentukan arus 50 ampere dapat dilihat pada Gambar

3.22, menentukan arus 70 ampere dapat dilihat pada Gambar 3.23,

menentukan arus 100 ampere dapat dilihat pada Gambar 3.24, proses

pengelasan dissimilar SMAW dapat dilihat pada Gambar 3.25.


37

Gambar 3.22 Pengelasan 50 Ampere


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

Gambar 3.23 Pengelasan 70 Ampere


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

Gambar 3.24 Pengelasan 100 Ampere


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
38

Gambar 3.25 Pengelasan Dissimilar SMAW


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

5. Hasil pengelasan dissimilar SMAW dengan 50 ampere, 70 ampere, 100

ampere. Hasil pengelasan dissimilar SMAW dengan 50 ampere, 70 ampere,

100 ampere dapat dilihat pada Gambar 3.26.

Gambar 3.26 Hasil Pengelasan Dissimilar SMAW


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
39

6. Kemudian hasil lasnya di milling di daerah lasnya. Proses milling terlihat

pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27 Proses Milling


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
7. Proses pembuatan spesimen uji tarik menggunakan CNC milling terlihat

pada gambar 3.28 dan hasilnya terlihat pada gambar 3.29.

Gambar 3.28 Proses Pembuatan Spesimen


(Adiwerna, 2019)

Gambar 3.29 Hasil Pembuatan Spesimen


(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)
40

8. Proses uji tarik. Proses uji tarik dapat dilihat pada Gambar 3.30.

Gambar 3.30 Proses Uji Tarik


(UPTD Laboratorium Perindustrian Kab. Tegal, 2019)

9. Hasil uji tarik 50 ampere, 70 ampere, 100 ampere. Hasil uji tarik 50

ampere, 70 ampere, 100 ampere dapat dilihat pada Gambar 3.31.

Gambar 3.31 Hasil Uji Tarik 50, 70, 100 ampere

(Politeknik Harapan Bersama Tegal, 2019)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dan penulisan yang berhasil penulis

susun dan penulis dapatkan untuk menyusun Tugas Akhir ini melalui :

1. Metode Literatur

Penulis mungumpulkan data dari skripsi, jurnal dan tugas akhir.


41

2. Metode Wawancara

Penulis mengumpulkan data dengan cara tanya langsung ke Pembimbing.

3. Metode Observasi

Penulis mengumpulkan data dengan cara tanya peninjauan langsung ke

UPTD Laboratorium Perindustrian Kab. Tegal.

3.5. Metode Analisa Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

mengevaluasi data hasil pengujian dengan cara mengambil data penelitian. Data

penelitian tersebut dijadikan sebagai bahan analisa untuk menentukan hasil dari

pengelasan dissimilar SMAW baja ST 42 dan ST 51 dengan arus listrik 50

ampere, 70 ampere, 100 ampere dengan bentuk kampuh bevel groove dan

mengetahui kekuatan las SMAW pada proses uji tarik.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil uji tarik raw material dan sesudah proses pengelasan dissimilar

SMAW dengan kampuh bevel groove dengan variasi arus 50 ampere, 70 ampere,

100 ampere pada spesimen baja ST 42 dan ST 51 di UPTD Laboratorium

Perindustrian Kab. Tegal, raw material diuji dengan menggunakan UTM

(Universal Testing Machine) dimana hasil tersebut digunakan dengan satuan

N/mm2 . Hasil uji tarik baja ST 42 dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1. Hasil Uji Tarik ST 42


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Tebal x Lebar mm 8,4 x 19, 98

Kuat Tarik N/mm2 426,08

Kuat Luluh N/mm2 306,75

Regangan % 27,28

Hasil uji tarik baja ST 51 dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2. Hasil Uji Tarik ST 51


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Tebal x Lebar mm 8,4 x 19,98

Kuat Tarik N/mm2 514,09

Kuat Luluh N/mm2 390,64

Regangan % 29,27

42
43

Hasil sambungan pengelasan dissimilar SMAW dengan arus 50 ampere

pada proses uji tarik dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3. Hasil sambungan pengelasan dengan arus 50 ampere


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Tebal x Lebar mm 7,95 x 19,56

Kuat Tarik N/mm2 290,19

Kuat Luluh N/mm2 277,73

Regangan % 3,91

Hasil sambungan pengelasan dissimilar SMAW dengan arus 70 ampere

pada proses uji tarik dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hasil sambungan pengelasan dengan arus 70 ampere


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Tebal x Lebar mm 7,82 x 19,23

Kuat Tarik N/mm2 334,10

Kuat Luluh N/mm2 313,86

Regangan % 4,48

Hasil sambungan pengelasan dissimilar SMAW dengan arus 100 ampere

pada proses uji tarik dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5. Hasil sambungan pengelasan dengan arus 100 ampere


Parameter Uji Satuan Hasil Uji

Tebal x Lebar mm 7,86 x 19,57


44

Kuat Tarik N/mm2 311,44

Kuat Luluh N/mm2 298,4

Regangan % 6,09

4.2 Pembahasan

4.2.1 Regangan Total

Hasil regangan total pada spesimen sambungan pengelasan dissimilar

SMAW dengan kampuh bevel groove dan arus 50 ampere, 70 ampere, 100

ampere dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Regangan Total (%)


35
29.27
30
25
27.28
20
Regangan
15
Total (%)
10
4.48 6.09
5
0 3.91
ST 41 ST 50 50 70 100
ampere ampere ampere

Gambar 4.1 Grafik Regangan Total

Spesimen dengan pengelasan dissimilar SMAW bentuk kampuh bevel

groove dengan arus 50 ampere mempunyai regangan 3,91 % kemudian arus 70

ampere mempunyai regangan 4,48 % dan arus 100 ampere mempunyai regangan

6,09 %.
45

4.2.2 Kuat Tarik

Hasil pengujian kuat tarik pada spesimen sambungan pengelasan dissimilar

SMAW dengan kampuh bevel groove dan arus 50 ampere, 70 ampere, 100

ampere dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut :

Kuat Tarik (N/mm2)


600
514.09
500
Kuat Tarik 400
(N/mm2) 426.08 334.10
311.44
300
290.19
200

100

0
ST 41 ST 50 50 70 100
ampere ampere ampere

Gambar 4.2 Grafik kuat tarik

Hasil kuat tarik pada pengelasan dissimilar SMAW dengan bentuk kampuh

bevel groove pada spesimen 50 ampere sebesar 290,18 N/mm2, 70 ampere

sebesarm 334,09 N/mm2.dan 100 ampere sebesar 311,82 N/mm2.


46

4.2.3 Kuat Luluh

Hasil pengujian kuat luluh pada spesimen pengelasan dissimilar SMAW

dengan bentuk kampuh bevel groove dan arus 50 ampere, 70 ampere, 100 ampere

dapat dilihat pada Gambar 4.3 sebagai berikut :

Kuat Luluh (N/mm2)


450
390.64
400
350 313.86
300 298.24
306.75
Kuat Luluh 250 277.73
(N/mm2) 200
150
100
50
0
ST 41 ST 50 50 70 100
ampere ampere ampere

Gambar 4.4 Grafik kuat luluh

Kuat luluh pada pengelasan dissimilar bentuk kampuh bevel groove

ditunjukan pada arus 50 ampere sebesar 277,73 N/mm2, kuat luluh pada arus 70

ampere sebesar 313,86 N/mm2, kuat luluh pada arus 100 ampere sebesar 298,24

N/mm2.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian dapat disimpulkan menggunakan mesin uji yaitu shimadzu

UH 1000 kNI dengan standar uji tarik yang dipakai JIS Z 2241 : 2011 bahwa hasil

kekuatan tarik paling baik setelah proses pengelasan dissimilar SMAW dengan

bentuk kampuh bevel groove ditunjukan pada arus 70 ampere di dapatkan

kekuatan tarik sebesar 334,10 N/mm2 . Dan hasil terendah pengelasan dissimilar

SMAW dengan bentuk kampuh bevel groove ditunjukan pada arus 50 ampere di

dapatkan kekuatan tarik sebesar 290,19 N/mm2.

5.2 Saran

Dari laporan Tugas Akhir ini penulis memberikan saran yang berkaitan

dengan pengelasan SMAW dengan kampuh bevel groove dan variasi arus adalah

sebagai berikut :

1. Prosedur pengelasan harus lebih di perhatikan agar hasil pengelasan baik

dan pengaturan kecepatan pengelasan sebaiknya lebih rendah.

2. Meneliti lebih lanjut panjang, sudut, dan kedalaman pembuatan kampuh.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pemilihan elektroda.

4. Spesimen yang akan di uji sebaiknya memiliki 3 jenis spesimen setiap

amperenya.

47
48

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, 2010. Analisa Hasil Pengelasan SMAW dan GTAW. Jurnal Teknik
Mesin, Vol. 3, No.1.

Layers PSI, 2018. Klasifikasi Sambungan Material SMAW.

Lili, 2004. Pengertian Las Listrik SMAW Metal Arc Welding.

Mulky M, 2005. Pengaruh Variasi Kampuh Terhadap Sifat Mekanik Hasil

Pengelasan (SMAW) Pada Baja ST 60. Jurnal Pengelasan.

Naharuddin, dkk., 2018. Analisis Kekuatan Tarik,Kekerasan, dan Struktur Mikro


pada Pengelasan SMAW Stainless Steel 312 dengan Variasi Arus Listrik.
Jurnal Mekanikal, Vol. 9, No.1.

Okumura, 2000. Pengelasan Logam Berbeda Dissimilar Metal Welding.

Parekke Simon, dkk., 2014, Pengaruh Pengelasan Logam Berbeda (AISI 1045)
dengan (AISI 316L) Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro. Jurnal
Sains dan Teknologi, Vol. 3 No.2 : 191 – 198.

Rahmawati Ayu Dyah, 2013. Klasifikasi Mesin Las Listrik SMAW.

Ramadhan Aziz, 2016. Penguasaan Kompentensi Teknik Pengelasan SMAW


Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Pengelasan SMK N 2 Wonosari. Tugas
Akhir Skripsi, Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Universitas Negri
Yogyakarta, Yogyakarta.

Suryanto H, dkk., 2016, Pengaruh Variasi Arus Las SMAW Terhadap Kekerasan
dan Kekuatan Tarik Sambungan Dissimilar Stainless Stell 304 dan ST 37.
Jurnal Pengelasan, Vol. 2, No 1.

Tiraweld, 2013. Variasi Arus Listrik Terhadap Sifat Kekerasan Sambungan Las
SMAW.

Usmanto Fani, 2018. Analisis Pengaruh Proses Electroplating Terhadap Kekuatan


Tarik Material ST 41. Laporan Tugas Akhir, Program Studi DIII Teknik
Mesin, Politeknik Harapan Bersama Tegal, Tegal.

Wibisono Hadi, 1997. Jual Kawat Las Edzona Distributor Tunggal. CV Jaya
Manunggal Perkasa, Jl Sambiroto Raya 80 C Semarang.

Wiryosumarto, 2000. Pengelasan Logam Berbeda Dissimilar Metal Welding.

48
49

LAMPIRAN A

HASIL UJI TARIK ST 51 DAN ST 42

48
50

48
51

48
52

LAMPIRAN B

HASIL UJI TARIK 50 AMPERE

48
53

48
54

LAMPIRAN C

HASIL UJI TARIK 70 AMPERE

48
55

48
56

LAMPIRAN D

HASIL UJI TARIK 100 AMPERE

48
57

48

Anda mungkin juga menyukai