Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA

PROSES KARBURISING BAJA ST 41 DENGAN


MENGGUNAKAN MEDIA ARANG BATOK KELAPA DAN
MEDIA PENDINGIN AIR TERHADAP NILAI
KEKERASANNYA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang Program


Diploma Tiga

Disusun Oleh :
Nama : Miptahuddiin
NIM : 16020057

PROGRM STUDI DIII TEKNIK MESIN


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES


KARBURISING BAJA ST 41 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
ARANG BATOK KELAPA DAN MEDIA PENDINGIN AIR TERHADAP
NILAI KEKERASANNYA

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Sidang Tugas Akhir

Disusun Oleh :
Nama : Miptahuddiin
NIM : 16020057

Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing
menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji

Tegal, Agustus 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Muh. Nuryasin, MT Drs. Agus Suprihadi, MT


NIDN. NIDN. 07.010.054

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama Tegal

Drs. Agus Suprihadi, MT


NIPY. 07.010.054

ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN


PADA PROSES KARBURISING BAJA ST 41 DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA ARANG BATOK KELAPA
DAN MEDIA PENDINGIN AIR TERHADAP NILAI
KEKERASANNYA
Nama : Miptahuddiin
NIM : 16020057
Program Studi : DIII Teknik Mesin
Jenjang : Diploma Tiga (DIII)

Dinyatakan LULUS setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Sidang Tugas


Akhir Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

1. Penguji I Tanda Tangan

Muh. Nuryasin, MT ....................................................


NIDN.
2. Penguji II Tanda Tangan

M. Khumaidi Usman, M.Eng ......................................................


NIDN. 0608058601
3. Penguji III Tanda Tangan

Nur Aidi Ariyanto, ST .........................................................


NUPN. 9906966991

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin,
Politeknik Harapan Bersama

Drs. Agus Suprihadi, MT


NIPY. 07.010.054

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Miptahuddiin
NIM : 16020057
Judul Tugas Akhir : PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN
PADA PROSES KARBURISING BAJA ST 41 DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA ARANG BATOK KELAPA
DAN MEDIA PENDINGIN AIR TERHADAP NILAI
KEKERASANNYA

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini merupakan karya ilmiah hasil
pemikiran sendiri secara orisinil dan saya susun secara mandiri dengan tidak
melanggar kode etik hak karya cipta. Laporan Tugas Akhir ini juga bukan
merupakan karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar akademik
tertentu suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata Laporan Tugas Akhir ini terbukti
melanggar kode etik karya cipta atau merupakan karya yang dikategorikan
mengandung unsur plagiarisme, maka saya bersedia untuk melakukan penelitian
baru dan menyusun laporan sebagai Laporan Tugas Akhir sesuai ketentuan yang
berlaku.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan sesungguhnya.
Tegal, Agustus 2019
Yang Membuat Pernyataan,

Miptahuddiin
NIM. 16020057

iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. Semakin besar hambatannya, semakin indah keberhasilannya.
2. Kehidupan ini menjadi lebih baik saat anda tegas memisahkan yang penting
dari yang harus anda abaikan, tinggalkan yang hanya menggelisahkan,
utamakan yang menjadi anda lebih mampu.
3. Orang yang gengsian dalam penampilan dan seleranya, lebih gelisah
hidupnya daripada yang bersahaja dan apa adanya.
4. Saat anda ingin mengeluh karena letih bekerja, ingatlah bahwa ini semua
untuk mereka yang anda cintai.
5. Perjuangan merupakan bukti bahwa anda belum menyerah, peperangan
selalu menyertai lahirnya suatu mu’jizat

PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah Karya ini dipersembahkan Kepada :
1. Ibunda, dan Ayahanda atas kasih sayang, bimbingan, pengorbanan, dan do’a
beliau bertiga, serta saudara-saudara yang selalu dekat dihati.
2. Bapak dan Ibu Dosen DIII Teknik Mesin yang telah membimbing selama
melaksanakan studi kuliah di Politeknik Harapan Bersama Tegal.
3. Dosen pembimbing yang telah membantu dalam pembuatan laporan Tugas
Akhir.
4. Teman-teman Prodi DIII Teknik Mesin angkatan 2016 dan teman-teman
Kontrakan yang sudah meginspirasikan kehidupan untuk mensukseskan
kelancaran dalam pembuatan laporan Tugas Akhir..
5. Untuk seorang yang aku cintai dan selalu mensuport dalam pembuatan
laporan Tugas Akhir.

v
ABSTRAK

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES


KARBURISING BAJA ST 41 DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
ARANG BATOK KELAPA DAN PENDINGIN AIR TERHADAP NILAI
KEKERASANNYA

Disusun Oleh :

MIPTAHUDDIIN

Perkembangan produksi manufaktur sekarang ini semakin maju seiring


dengan perkembangan jaman dan teknologi. Beberapa produksi dengan baja
sebagai bahan baku untuk produksinya yang banyak digunakan terutama untuk
alat-alat perkakas dan komponen-komponen otomotif. Oleh karena itu timbul
usaha–usaha manusia untuk memperbaiki sifat–sifat dari logam tersebut.
Karburasi adalah salah satu proses perlakuan panas untuk mendapatkan
permukaan yang lebih keras dari sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan Muffle Furnace. Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai
kekerasan yang lebih maksimal pada Baja ST 41 sebelum dan sesudah karburising
dengan variasi suhu 900 C, 920 C dan 950 C menggunakan media arang batok
kelapa dan pendingin air dengan waktu penahanan selama 60 menit. Hasilnya
Baja ST 41 mengalami penambahan nilai kekerasan disemua spesimen,
penambahan nilai kekerasan paling signifikan terjadi pada temperatur 950 C
dengan nilai kekerasan rata-rata sebelum dikarburising sebesar 186,88 HB dan
setelah dikarburising dengan waktu 60 menit, nilai rata-rata kekerasan bertambah
menjadi 368,77 HB yang berarti naik nilai kekerasannya sebesar 181,89 HB atau
97,32% dari nilai kekerasan raw material.

Kata kunci : Karburising, Baja ST 41, Nilai Kekerasan, Muffle Furnace

vi
ABSTRACT

NFLUENCE OF HEATING TEMPERATURE VARIATION IN ST 41 STEEL


KARBURISING PROCESS USING COCONUT SHELL CHARCOAL AND
WATER COOLING MEDIA ON ITS VIOLENCE

Aranged By :

MIPTAHUDDIIN

The development of manufacturing production is now progressing along


with the times and technology. Some production with steel as a raw material for
its production is widely used mainly for tool tools and automotive components.
Therefore human efforts arise to improve the properties of the metal. Carburizing
is one of the heat treatment processes to get a harder surface than before. Tests
are carried out using Muffle Furnace. This test aims to obtain a more maximal
hardness value in ST 41 Steel before and after carburising with temperature
variations of 900˚C-950˚C using coconut shell charcoal and water cooling media
with a holding time during 60 minutes. The result is that ST 41 Steel experienced
an increase in the hardness value in all specimens, the most significant addition of
hardness occurred at a temperature of 950˚C with an average hardness value of
186.88 HB and after dicburising with 60 minutes, the average hardness value
increased to 368.77 HB which means that the value of violence increased by
181.89 HB or 97.32% from the value of hardness of raw material.

Keywords : Carburizing, ST 41 Steel, Hardness Value, Muffle Furnace.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiat Allah SWT yang telah


mengkaruniakan kemampuan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir ini dengan judul “PENGARUH VARIASI TEMPERATUR
PEMANASAN PADA PROSES KARBURISING BAJA ST 41 DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA ARANG BATOK KELAPA DAN MEDIA
PENDINGIN AIR TERHADAP NILAI KEKERASANNYA”.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak lepas dari
bantuan orang-orang yang dengan segenap hati memberikan bantuan, bimbingan
dan dukungan, baik moral maupun material. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan material.
2. Bapak Ir. Mc. Chambali, B.Eng.EE M.Kom selaku Direktur politeknik
Harapan Bersama Tegal.
3. Bapak Drs. Agus Suprihadi, MT selaku dosen pembimbing 2 dan ketua
Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama.
4. Bapak Muh. Nuryasin, MT selaku dosen pembimbing I.
5. Bapak dan Ibu dosen pengampu program studi DIII Teknik Mesin.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat sehingga
laporan ini dapat diselesaikan.
Besar harapan laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya, untuk menambah wawasan dalam dunia
kerja. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Tegal, Agustus 2019
Penulis,

Miptahuddiin
NIM. 16020057

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................. iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................... v
HALAMAN ABSTRAK .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................ 3
1.4 Tujuan ................................................................................ 4
1.5 Manfaat .............................................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 6
2.1 Klasifikasi Baja Karbon .................................................... 6
2.1.1 Baja ST 41 ................................................................ 7
2.2 Perlakuan Panas (Heat Treatment) .................................... 7
2.2.1 Hardening ................................................................. 8
2.2.2 Tempering ................................................................. 9
2.2.3 Anealing ................................................................... 9
2.2.4 Normalizing .............................................................. 9
2.3 Penambahan Karbon (Karburising) ................................... 10
2.3.1 Arang Aktif ............................................................... 12

ix
2.3.2 Katalisator ................................................................. 12
2.4 Waktu Penahanan (Holding Time) .................................... 13
2.5 Quenching ......................................................................... 13
2.6 Uji Kekerasan .................................................................... 16
2.7`Tinjauan Pustaka ............................................................... 18
BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................... 21
3.1 Diagram Alur Penelitian .................................................... 21
3.2 Alat dan Bahan .................................................................. 22
3.2.1 Alat ........................................................................... 22
3.2.2 Bahan ........................................................................ 25
3.3 Proses Karburising ............................................................ 27
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................... 31
3.4 Variabel Penelitian ............................................................ 32
3.5 Metode Analisa Data ......................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 33
4.1 Hasil .................................................................................. 33
4.2 Pembahasan ....................................................................... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 38
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 38
5.2 Saran .................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Kotak sementasi pack karburising. .......................................... 12
Gambar 2.2 Grafik pendinginan langsung ................................................. 15
Gambar 2.3 Grafik pendinginan tunggal (Single Quenching) ................... 15
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian .......................................................... 21
Gambar 3.2 Muffle Furnace (Tungku Pemanas) ........................................ 22
Gambar 3.3 Kekerasan Brinell ................................................................... 23
Gambar 3.4 Kekerasan Rockwell ............................................................... 23
Gambar 3.5 Penghitung waktu (jam) ......................................................... 24
Gambar 3.6 Tang ........................................................................................ 24
Gambar 3.7 Tempat spesimen baja ST 41 ................................................. 25
Gambar 3.8 Katalisator (Natrium Karbonat) .............................................. 25
Gambar 3.9 Serbuk arang batok kelapa ...................................................... 26
Gambar 3.10 Baja ST 41 ........................................................................... 26
Gambar 3.11 Bak dan Air .......................................................................... 27
Gambar 3.12 Perbandingan serbuk arang batok kelapa dan katalisator ..... 28
Gambar 3.13 Penempatan spesimen pada kotak spesimen ........................ 28
Gambar 3.14 Karburising variasi temperatur 9000C .................................. 29
Gambar 3.15 Karburising variasi temperatur 9200C .................................. 29
Gambar 3.16 Karburising variasi temperatur 9500C .................................. 30
Gambar 3.17 Pendinginan spesimen setelah karburising ........................... 30
Gambar 3.18 Kekerasan Rockwell ............................................................. 31
Gambar 4.1 Grafik kenaikan nilai kekerasan ............................................. 37

xi
DAFTAR TABEL

Halamann
Tabel 4.1 Hasil uji kekerasan raw material baja ST 41. ............................. 33
Tabel 4.2 Hasil uji kekerasan baja ST 41 variasi temperatur 900˚C holding
time 60 menit .............................................................................. 34
Tabel 4.3 Hasil uji kekerasan baja ST 41 variasi temperatur 920˚C holding
time 60 menit .............................................................................. 35
Tabel 4.4 Hasil uji kekerasan baja ST 41 variasi temperatur 950˚C holding
time 60 menit .............................................................................. 36

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A Sertifikat baja ST 41 .............................................................. 42
Lampiran B Laporan uji kekerasan raw material baja ST 41 .................... 43
Lampiran C Hasil uji kekerasan baja ST 41 sesudah proses karburising
variasi temperatur 900˚C holding time 60 menit .................... 44
Lampiran D Hasil uji kekerasan baja ST 41 sesudah proses karburising
variasi temperatur 920˚C holding time 60 Menit ................... 45
Lampiran E Hasil uji kekerasan baja ST 41 sesudah proses karburising
variasi temperatur 950˚C holding time 60 menit ................... 46
Lampiran F Tabel konversi kekerasan Rockwell (HRC) ke kekerasan
Brinell (HB) (UPTD Laboratorium Perindustrian Tegal) ...... 47
Lampiran F-1 Tabel konversi kekerasan Rockwell (HRC) ke kekerasan
Brinell (HB) (UPTD Laboratorium Perindustrian Tegal) ...... 48

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan produksi manufaktur sekarang ini semakin maju seiring

dengan perkembangan jaman dan teknologi. Beberapa produksi dengan baja

sebagai bahan baku untuk produksinya yang banyak digunakan terutama untuk

alat-alat perkakas dan komponen-komponen otomotif. Salah satunya adalah baja

ST 41, Baja karbon rendah (ST 41) memiliki kandungan karbon kurang dari 0,3%.

Baja ini sering dipakai juga untuk konstruksi-konstruksi mesin yang saling

bergesekan seperti roda gigi, poros, dll karena sangat ulet. Namun kekerasan

pemukaan dari baja tersebut tergolong rendah sehingga sebelum digunakan untuk

konstruksi - konstruksi yang disebutkan di atas, maka perlu dimodifikasi atau

memperbaiki sifat kekerasan pada permukaannya. Baja karbon rendah ini tidak

dapat dikeraskan secara konvensional tetapi melalui penambahan karbon dengan

proses karburising (Wattimena W. M. E. & Louhenapessy Jandri. 2014).

Prinsip dasar proses karburising adalah berdasarkan kemampuan baja untuk

menyerap karbon pada temperatur 900 C - 950 C dalam bentuk kristal fcc,

proses karburising dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu temperatur pemanasan,

waktu atau lama perlakuan, media karbonnya serta media pendinginannya.

Penggunaan temperatur pemanasan yang berbeda dalam proses karburising

menghasilkan banyaknya karbon yang masuk pada baja tersebut berbeda sehingga

1
2

kekerasannya berbeda pula atau dengan kata lain makin tinggi temperatur

pemanasan maka makin tebal lapisan karbon.

Dari proses karburising tersebut akan menghasilkan bagian dalam yang

cukup ulet tetapi keras dan tahan aus pada bagian permukaan dan baja dengan

sifat-sifat tersebut yang sangat cocok untuk bagian - bagian mesin seperti gear.

Pada gear original GL 200 CC mempunyai kekerasan dengan temperatur

karburising 8250C, 8700C dan 9100C, kekerasan rata – rata sebesar 294,33 HB,

333,67 HB dan 369,67 HB, mengalami kenaikan sebesar 103,45%, 130,64% dan

155,53% dari raw material (Mohamad Adi D, 2017).

Dan berdasarkan hal – hal tersebut diatas maka penulis mencoba untuk

mengadakan suatu penelitian dengan judul : “PENGARUH VARIASI

TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES KARBURISING BAJA ST 41

DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ARANG BATOK KELAPA DAN

MEDIA PENDINGIN AIR TERHADAP NILAI KEKERASANNYA”

1.2 Rumusan Masalah

Pada Laporan Tugas Akhir ini dapat dirumuskan permasalahan yaitu

Bagaimana pengaruh variasi temperatur pemanasan pada proses karburising baja

ST 41 dengan menggunakan media arang batok kelapa dan media pendingin air

terhadap nilai kekerasannya?


3

1.3 Batasan Masalah

Agar hasil akhir yang diperoleh baik dan sesuai dengan yang diharapkan

serta menyimpang dari permasalahan yang ditinjau, maka batasan masalah dirasa

perlu ada. Pada penelitian ini, batasan masalah yang digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Bahan spesimen uji yang digunakan adalah Baja Karbon Rendah ST 41.

2. Media karbon untuk proses karburising adalah arang batok kelapa.

3. Katalisator menggunakan natrium karbonat.

4. Media pendingin yang digunakan adalah air.

5. Tungku yang digunakan adalah tungku listrik untuk proses karburising

padat (Pack Carburizing).

6. Pengujian yang digunakan adalah uji kekerasan sebelum dan sesudah proses

karburising.

7. Alat uji yang digunakan untuk mendapatkan nilai kekerasan adalah Brinell

dan Rockwell

8. Tungku yang digunakan adalah tungku listrik untuk proses karburasi padat

(pack carburizing).

9. Hal – hal yang berhubungan dengan proses kimia dan perpindahan panas

pada waktu pendinginan tidak dibahas.

10. Variasi temperatur yang digunakan adalah 900, 920, dan 950˚C.
4

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan temperatur

pemanasan dalam proses karburising dan untuk mendapatkan temperatur yang

optimal terhadap nilai kekerasan baja ST 41.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pembahasan ini, untuk menghasilkan kekerasan

permukaan baja ST 41 yang maksimal dengan bagian dalam yang tetap ulet.

1.6 Sistematika Penulisan

Untu memudahkan pemahaman terhadap laporan ini maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang judul yang dipilih pada

penelitian tugas akhir, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menjelaskan tentang baja karbon, baja ST 41, diagram fasa

besi-karbon, perlakuan panas (heat treatment), penambahan karbon (karburising),

arang aktif, katalisator, waktu penahanan (holding time), Quenching, dan uji

kekerasan.
5

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang diagram alur, alat dan bahan, metode

pengumpulan data, variabel penelitian, dan metode analisa data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan dari

penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Klasifikasi Baja Karbon

Baja merupakan salah satu jenis logam yang banyak digunakan dengan

unsur karbon sebagai salah satu dasar campurannya. Di samping itu baja juga

mengandung unsur-unsur lain seperti Sulfur (S), Fosfor (P), Silikon (Si), Mangan

(Mn), dan sebagainya yang jumlahnya dibatasi. Sifat baja pada umumnya sangat

dipengaruhi oleh prosentase karbon dan struktur mikro. Struktur mikro pada baja

karbon dipengaruhi oleh perlakuan panas dan komposisi baja. Karbon dengan

unsur campuran lain dalam baja membentuk karbid yang dapat menambah

kekerasan, tahan gores dan tahan suhu baja. Perbedaan prosentase karbon dalam

campuran logam baja karbon menjadi salah satu cara mengklasifikasikan baja.

Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

1. Baja karbon rendah

Baja kabon rendah (low carbon steel) mengandung karbon dalam campuran

baja karbon kurang dari 0,3%. Baja karbon rendah tidak dapat dikeraskan karena

kandungan karbonnya tidak cukup untuk membentuk struktur martensit.

2. Baja karbon menengah

Baja karbon sedang mengandung karbon 0,3%C – 0,6%C (medium carbon

steel) dan dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja untuk dikeraskan

sebagian dengan perlakuan panas (heat treatment) yang sesuai. Baja karbon

sedang lebih keras serta lebih kuat dibandingkan dengan baja karbon rendah.

6
7

3. Baja karbon tinggi

Baja karbon tinggi mengandung 0,6%C – 1,5%C dan memiliki kekerasan

tinggi namun keuletannya lebih rendah, hampir tidak dapat diketahui jarak

tegangan lumernya terhadap tegangan proporsional pada grafik tegangan

regangan. Berkebalikan dengan baja karbon rendah, pengerasan dengan perlakuan

panas pada baja karbon tinggi tidak memberikan hasil yang optimal dikarenakan

terlalu banyaknya martensit sehingga membuat baja menjadi getas (Wattimena

W. M. E. & Louhenapessy Jandri. 2014).

2.1.1 Baja ST 41

Baja ST 41 adalah baja yang diproduksi untuk bagian bagian mesin ,

sehingga baja ini perlu mendapatkan sifat-sifat yang lebih baik yaitu keras, tahan

aus, ulet dan tangguh dengan melalui perlakuan panas (Muhammad Zuchry M,

2011). Dimana kandungan karbonnya kurang dari 2%. Baja karbon merupakan

paduan sederhana antara besi dan karbon, dimana karbon merupakan unsur yang

menentukan nilai keuletan dan kekerasan dari baja (Aziz Cahyo Y. A, 2009).

2.2 Perlakuan Panas (Heat Treatment)

Heat Treatment (perlakuan panas) adalah salah satu proses untuk mengubah

struktur logam dengan jalan memanaskan spesimen pada elektrik furnace

(tungku) pada temperatur rekristalisasi selama periode waktu tertentu kemudian

didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air garam, oli dan solar yang

masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Sifat-sifat


8

logam yang terutama sifat mekanik sangat dipengaruhi oleh struktur mikro logam

disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai

sifat mekanis yang berbeda-beda jika struktur mikronya diubah.

Dengan adanya pemanasan atau pendinginan dengan kecepatan tertentu

maka bahan-bahan logam dan paduan akan terjadi perubahan pada struktur

material tersebut. Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses

pemanasan atau pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan

padat untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal ini maka

kecepatan pendinginan dan batas temperatur sangat menentukan (Wili Alfiani,

2016).

2.2.1 Hardening

Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran

meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan

benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai

pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat

dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu

pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi struktur baja yang

merangsang kekerasan, oleh karena itu maka proses pengerasan ini disebut

pengerasan kejut (Urip Widodo, 2013).


9

2.2.2 Tempering

Dimana logam yang tidak dikeraskan, dipanaskan sampai temperature

dibawah titik kritis kemudian ditahan dalam waktu yang secukupnya pada

temperature ini kemudian didinginkan perlahan - lahan, tujuannya adalah untuk

mengurangi internal strees dan menstabilkan struktur dari logam (Urip Widodo,

2013).

2.2.3 Anealing

Anealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang lambat.

Yang bertujuan untuk memindahkan tekanan internal atau untuk mengurangi

tekanan internal dan juga untuk menyuling struktur kristal (melibatkan

pemanasan di atas temperatur kritis bagian atas). Logam dipanaskan sekitar 25oC

di atas temperatur kritis bagian atas, ditahan dalam beberapa waktu, kemudian

didinginkan pelan - pelan di tungku perapian. Proses ini digunakan untuk

memindahkan tekanan internal penuh sebagai hasil proses pendinginan.

Berikutnya pendinginan logam diatur kembali di dalam sama benar untuk

menurunkan energi bentuk wujud, tegangan yang baru dibebaskan dibentuk dan

pertumbuhan butir dukung. Tujuannya untuk menghilangkan internal stress pada

logam dan untuk menghaluskan grain (batas butir) dari atom logam, serta

mengurangi kekerasan, sehingga menjadi lebih ulet (Urip Widodo, 2013).

2.2.4 Normalizing

Normalizing adalah perlakuan panas logam di sekitar 40˚C di atas batas

kritis. Logam kemudian di tahan pada temperatur ini untuk masa waktu yang
10

cukup, kemudian didinginkan dengan udara. Hal ini bisa menghasilkan

temperatur logam terjaga untuk sementara waktu sekitar 2 menit per mm dari

ketebalan, tidak melebihi temperatur kritis lebih dari 50˚C. Struktur yang

diperoleh dalam proses ini adalah perlit eutectoid atau perlit brown ferrite

(hypoeutectoid) atau perlit brown cementite (hypereutectoid). Karena baja

didinginkan di dalam air, hasil proses baik dalam formasi perlit dengan

ditingkatkan sifat mekanis dibandingkan proses anealing normalizing digunakan

untuk menyuling struktur butir dan menciptakan suatu austenite yang lebih

homogen ketika baja dipanaskan kembali (Urip Widodo, 2013).

2.3 Penambahan Karbon (Karburising)

Penambahan karbon yang disebut karburising, dilakukan dengan cara

memanaskan pada temperatur yang cukup tinggi yaitu pada temperatur austenit

dalam lingkungan yang mengandung atom karbon aktif, sehingga atom karbon

aktif tersebut akan berdifusi ke dalam permukaan baja dan mencapai kedalaman

tertentu.

Ada 3 cara dalam penambahan karbon, yaitu : menggunakan medium padat

atau Pack Carburizing, Menggunakan medium cair atau Liquid Carburizing dan

Menggunakan medium gas atau Gas Carburizing. Sesuai penelitian, maka hanya

dijelaskan tentang menggunakan medium padat atau Pack Carburizing. Benda

kerja dimasukkan ke dalam kotak yang berisi bubuk karbon dan ditutup rapat

kemudian dipanaskan pada temperatur austenit, yaitu antara 900˚C - 950˚C

selama waktu 1 jam. Bahan karburising terdiri dari bubuk karbon aktif 60 %,
11

ditambah Kalsium Karbonat (CaCO3) sebanyak 40 % sebagai katalisator yang

mempercepat proses karburisasi. Sebenarnya tanpa katalisator pun dapat terjadi

proses karburising karena temperatur sangat tinggi, maka karbon teroksidasi oleh

oksigen yang terperangkap dalam kotak menjadi CO2, reaksi dengan karbon

bereaksi terus hingga didapat :

CO2 + C 2 CO (1)

Dengan temperatur yang semakin tinggi keseimbangan reaksi makin cenderung ke

kanan, makin banyak CO. Pada permukaan baja CO akan terurai :

2 CO CO2 + C (2)

Dimana C yang terbentuk ini berupa atom karbon yang dapat masuk berdifusi ke

dalam fase austenit dari baja.

Dengan adanya katalisator proses akan lebih mudah berlangsung. Melalui

proses yang tinggi katalisator berfungsi untuk membentuk atau mempercepat

pembentukan gas CO2 karena meskipun udara yang terperangkap sedikit, tetapi

katalisator menyediakan CO2 yang akan segera mulai mengaktifkan reaksi-reaksi

selanjutnya.

Reaksi dekomposisi CaCO3 :

CaCO3 Ca O + CO2 (3)

Dengan temperatur tinggi baja mampu melarutkan banyak karbon, maka dalam

waktu singkat permukaan baja dapat menyerap karbon hingga mencapai batas

jenuhnya (Wattimena W. M. E. & Louhenapessy Jandri. 2014). Terlihat pada

Gambar 2.1
12

Gambar 2.1 Kotak Sementasi Pack Karburising.


(Wattimena W. M. E. & Louhenapessy Jandri. 2014)

2.3.1 Arang Aktif

Arang Aktif merupakan arang yang diproses sedemikian rupa sehingga

mempunyai daya serap/adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk

larutan atau uap. Arang aktif dapat dibuat dari bahan yang mengandung karbon

baik organik maupun anorganik (Noor Salim, dkk, 2018). Pada penelitian ini

menggunakan karbon aktif dari arang batok kelapa. Tempurung arang kelapa

memiliki nilai kandungan karbonnya yang tinggi dibandingkan dengan arang kayu

dan mudah didapat juga mempunyai harga yang sangat ekonomis. Kadar karbon

untuk arang kayu tropis keras. Arang kayu jati memiliki kadar karbon sebesar

69,8% dan kadar abu sebesar 1,2%. Sedangkan untuk arang tempering kelapa

memiliki kadar karbon sebesar 83,0% dan kadar abu sekitar 1,5%. Tempurung

kelapa yang dijadikan arang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya dengan

menjadikan karbon aktif (Mohamad Adi D, 2017).

2.3.2 Katalisator

Katalis merupakan suatu zat atau substansi yang dapat mempercepat reaksi

(mengarahkan atau mengendalikannya), tanpa terkonsumsi oleh reaksi, namun


13

bukannya tanpa bereaksi. Katalis bersifat mempengaruhi kecepatan reaksi, tanpa

mengalami perubahan secara kimiawi pada akhir reaksi (Wili Alfiani. 2016).

2.4 Waktu Penahanan (Holding Time)

Holding time dilakukan untuk mendapatkan kekerasan maksimal dari suatu

bahan pada proses quenching dengan menahan pada temperatur pengerasan untuk

memperoleh pemanasan homogen. Pada proses pack carburizing, holding time

sangat diperlukan untuk menghasilkan kelarutan karbon pada material baja,

semakin lama holding time-nya maka akan semakin banyak karbon yang berdifusi

dengan besi (Wattimena W. M. E. & Louhenapessy Jandri, 2014).

2.5 Quenching

Quenching adalah proses perlakuan panas terhadap baja. Adapun proses

yang dapat dilakukan dengan cara memanaskan suatu baja hingga suhu austenite

dan ditahan dengan jangka waktu tertentu. Secara umum baja hasil proses

quenching ini memiliki kekerasan yang tinggi dan mempunyai sifat yang rapuh.

Sifat rapuh ini dapat dikurangi atau dihilangkan dengan melakukan proses lebih

lanjut yakni tempering (Mulyadi dan Sunitra, 2010). Media pendingin yang

digunakan untuk mendinginkan baja diantaranya air. Air akan memberikan

pendinginan sangat cepat. Pembekuan air terjadi pada suhu 273ºK sama dengan

0ºC dan akan menguap di bawah tekanan normal dengan suhu 373ºK sama dengan

100ºC.
14

Air adalah senyawa kimia dengan rumus H2O. Molekul air tersusun atas dua

atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air memiliki

sifat tidak berwana, tidak berasa dan berbau. Air memiliki koefisien viskositas

sebesar 0,001 Pa pada temperatur 20ºC. Air dapat mudah menyerap panas yang

dilewatinya dan panas yang terserap akan menjadi dingin. Kemampuan panas

yang dimiliki air besarnya 10 kali dari minyak sehingga akan menghasikan

kekerasan dan kekuatan yang baik pada baja. Pendinginan menggunakan air dapat

menyebabkan tegangan dalam distorsi dan akan retak. Selain air terdapat juga oli

yang digunakan sebagai media pendingin yang lebih lunak. Oli atau pelumas

tersebut mampu menghilangkan panas yang dihasilkan dari gesekan atau sumber

lain seperti pembakaran (Sukirno, 2010). Berbagai bahan media pendingin yang

digunakan dalam proses perlakuan panas antar lain:

1. Air

2. Minyak

3. Udara

4. Garam

Proses pendinginan (quenching) dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1. Pendinginan langsung (Direct Quenching)

Pendinginan secara langsung dari media karburasi efek yang timbul adalah

kemungkinan adanya pengelupasan pada benda kerja. Pada pendinginan langsung

ini diperoleh permukaan benda kerja yang getas. Grafik pendinginan langsung

terlihat pada Gambar 2.2


15

Gambar 2.2 Grafik Pendinginan langsung.


(Soedjono, 1978)

Diagram diatas merupakan pendinginan secara langsung dimana material

yang telah diberikan perlakuan panas atau heat treatment langsung dimasukan

kedalam pendingin dimana media yang digunakan untuk pendinginannya adalah

air (Soedjono, 1978).

2. Pendinginan Tunggal (Single Quenching)

Single Quenching merupakan pendinginan dari benda kerja setelah benda

kerja tersebut di karburasi dan telah didinginkan pada suhu kamar. Pendinginan

tunggal terlihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Grafik Pendinginan Tunggal (Single Quenching).


(Soedjono, 1978)
16

Tujuan dari metode ini adalah untuk memperbaiki difusisitas dari atom ±

atom karbon, dan agar gradien komposisi lebih halus (Soedjono, 1978).

3. Double Quenching

Double Quenching adalah proses pendinginan atau pengerasan pada benda

kerja yang telah di karburasi dan didinginkan pada temperatur kamar kemudian

dipanaskan lagi diluar kotak karbon pada temperatur kamar lalu dipanaskan

(Soedjono, 1978).

2.6 Uji Kekerasan

Kekerasan (hardness) adalah salah satu sifat mekanik (mechanical

properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui

khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan

(frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi plastis sendiri suatu keadaan

dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka struktur mikro

dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal artinya material

tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan

didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi

atau penetrasi (penekanan). Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan

pengujian dengan dua pertimbangan yaitu untuk mengetahui karakteristik suatu

material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu material memiliki

spesifikasi kualitas tertentu. Metode uji kekerasan sendiri ada 3 macam, yaitu :
17

1. Metode Pengujian Rockwell

Metode Rockwell ini terdapat dua macam indentor yang ukurannya

bervariasi, yaitu :

a. Kerucut intan dengan besar sudut 120º dan disebut sebagai Rockwell Cone.

b. Bola baja dengan berbagai ukuran dan disebut sebagai Rockwell Ball.

Kesalahan pada pengujian Rockwell dapat disebabkan oleh beberapa faktor

antara lain :

a. Benda uji.

b. Operator.

c. Mesin uji Rockwell.

Kelebihan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu :

a. Dapat digunakan untuk bahan yang sangat keras.

b. Dapat dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.

c. Cocok untuk semua material yang keras dan lunak.

Kekurangan dari pengujian logam dengan metode Rockwell, yaitu :

a. Tingkat ketelitian rendah.

b. Tidak stabil apabila terkena goncangan.

c. Penenkanan bebannya tidak praktis.

2. Metode Pengujian Brinell

Cara pengujian Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola baja yang

terbuat dari baja krom yang telah dikeraskan dengan diameter tertentu oleh suatu

gaya tekan secara statis kedalam permukaan logam yang diuji tanpa sentakan.
18

Permukaan logam yang diuji harus rata dan bersih. Diameter paling atas dari

lekukan tersebut diukur secara teliti.

3. Metode Pengujian Vickers

Metode Vickers ini berdasarkan pada penekanan oleh suatu gaya tekan

tertentu oleh sebuah indentor berupa piramid diamond terbalik dengan sudut

puncak 136º ke permukaan logam yang akan diuji kekerasannya, dimana

permukaan logam yang diuji ini harus rata dan bersih. Angka kekerasan Vikers

(VHN) didefinisikan sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan (Dieter,

1996:334). Pengujian Vikers dapat dilakukan tidak hanya pada benda yang lunak

akan tetapi juga dapat dilakukan pada bahan yang keras. Bekas penekanan yang

kecil pada penggujian Vikers mengakibatkan kerusakan bahan percobaan relatif

sedikit. Pada benda kerja yang tipis atau lapisan permukaan yang tipis dapat

diukur dengan gaya yang relatif kecil.

2.7 Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini sprocket mengalami proses carburizing (karbonisasi)

yaitu proses memanaskan bahan sampai diatas suhu kritis 900⁰C-950⁰C dengan

penahanan selama 1 (satu) jam kemudian didinginkan dengan media air.

Carburizing bertujuan memberikan kandungan karbon lebih banyak pada bagian

permukaan dibanding dengan bagian inti benda kerja, sehingga kekerasan

permukaan diharapkan dapat meningkat.Hasil pengujian kekerasan sprocket

imitasi didapat nilai kekerasan rata-rata 219.23 VHN dan sprocket genuine tanpa

perlakuan panas yaitu sebesar 217.68 VHN Hal ini dikarenakan pada sprocket
19

imitasi terdapat kandungan kadar karbon dan silikon lebih besar setelah dilakukan

carburizing.Hasil pengujian struktur mikro pada sprocket imitasi, struktur ferrit

terbentuk dari proses pendinginan yang lambat dari austenit (baja hypoeutectoid

)dan mempunyai konduktivitas panas yang tinggi sehingga struktur ini bersifat

lunak serta ulet (Andika Wisnujati, 2017).

Proses liquid carburizing ini menggunakan variasi temperatur 750˚C, 800˚C

dan 850˚C, dengan waktu tahan 30, 60 dan 90 menit. Reagent yang digunakan

adalah campuran NaCN 75%, Na2CO3 5% dan NaCl 20%. Pendinginan dilakukan

dengan quenching pada media air. Pengujian yang dilakukan adalah uji kekerasan

mikro Vickers dan pengamatan struktur mikro. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa proses liquid carburizing dapat meningkatkan nilai kekerasan baja AISI

1025. Peningkatan nilai kekerasan terendah pada temperatur 750˚C dan waktu

tahan 30 menit yaitu menjadi 249,3 VHN. Kekerasan material sebelum diproses

carburizing adalah 193,7 VHN. Nilai kekerasan meningkat seiring dengan

kenaikan temperatur dan semakin lamanya 5 waktu tahan. Peningkatan nilai

kekerasan tertinggi pada temperatur 850˚C dan waktu tahan 90 menit yaitu

menjadi 982,3 VHN Dari hasil pengamatan struktur mikro terlihat adanya fasa

martensit, perlit, dan ferit, dengan fasa martensit lebih dominan pada bagian

permukaan (Joko Waluyo, 2009).

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah eksperimen

laboratorium, dibagi menjadi 4 pengujian dan 4 temperatur karburising raw

material, temperatur 825˚C, 870˚C dan 910˚C. Spesimen uji struktur mikro,

spesimen uji kekerasan brinell yang digunakan standar JIS Z 2243, spesimen uji
20

tarik yang digunakan standar JIS Z 2241. Gear original GL 200 CC mempunyai

struktur yang nampak adalah bainit + martensit, raw material mempunyai

struktur mikro yang nampak adalah ferrite + pearlite, temperatur carburizing

825˚C mempunyai struktur mikro yang nampak adalah pearlite + martensite,

temperatur carburizing 870˚C mempunyai struktur mikro yang nampak adalah

bainit + martensit, temperatur carburizing 910˚C mempunyai struktur mikro yang

nampak adalah sementit + martensit. Kekerasan dengan temperatur carburizing

825˚C, 870˚C dan 910˚C, kekerasan rata–rata sebesar 294,33 HB, 333,67 HB dan

369,67 HB, mengalami kenaikan sebesar 103,45%, 130,64% dan 155,53% dari

raw material. Kekuatan tarik pada temperatur 825˚C, 870˚C dan 910˚C dengan

kekuatan tarik rata–rata 519,17 N/mm2, 527,99 N/mm2 dan 756,69 N/mm2

mengalami kenaikan sebesar 1,45%, 3,17% dan 47,86% dari raw material

(Mohammad Adi D, 2017).


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian Proses Karburising

Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3


Temperatur 9000C Temperatur 9200C Temperatur 9500C
Waktu Penahanan 60 Waktu Penahanan 60 Waktu Penahanan 60
Menit Menit Menit

Proses Pendinginan Dengan


Media Air Selama 5 Menit.

Uji Kekerasan

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram alur penelitian

21
22

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian proses karburising dengan media

arang batok kelapa sebagai berikut :

1. Muffle Furnace (Tungku pemanas)

Digunakan untuk pada saat proses karburasi. Dapat dilihat pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Muffle Furnace (Tungku Pemanas).


(Dokumentasi, 2019)

2. Kekerasan Brinell.

Kekerasan Brinell digunakan sebagai alat untuk uji kekerasan raw material

baja ST 41. Terlihat pada Gambar 3.3


23

Gambar 3.3 Kekerasan Brinell.


(Dokumentasi, 2019)

3. Kekerasan Rockwell

Digunakan sebagai alat untuk uji kekerasan pada spesimen setelah

mengalami proses karburising. Terlihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.4 Kekerasan Rockwell.


(Dokumentasi, 2019)

4. Stopwatch

Digunakan untuk menghitung waktu penahanan pada saat proses

karburising sedang berlangsung. Seperti terlihat pada Gambar 3.5


24

Gambar 3.5 Stopwatch


(Dokumentasi, 2019)

5. Tang

Digunakan sebagai pengambilan spesimen setelah proses karburising. Dapat

dilihat pada Gambar 3.6

Gambar 3.6 Tang.


(Dokumentasi, 2019)

6. Tempat Spesimen Baja ST 41

Digunakan sebagai wadah spesimen baja ST 41 pada waktu penahanan

proses karburising. Dapat dilihat pada Gambar 3.7


25

Gambar 3.7 Tempat spesimen baja ST 41


(Dokumentasi, 2019)

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian proses karburising dengan media

arang batok kelapa sebagai berikut :

1. Katalisator (Natrium Karbonat)

Natrium karbonat digunakan sebagai katalisator bahan panambah untuk

mempercepat proses pengarbonan. Seperti terlihat pada Gambar 3.8

Gambar 3.8 Katalisator (Natrium Karbonat).


(Dokumentasi, 2019)
26

2. Serbuk Arang Batok Kelapa

Serbuk arang batok kelapa digunakan sebagai media karburising. Dapat

dilihat pada Gambar 3.9

Gambar 3.9 Serbuk arang batok kelapa.


(Dokumentasi, 2019)

3. Baja ST 41

Bahan yang digunakan adalah baja karbon rendah (ST 41) pada proses pack

karburising. Dapat dilihat pada Gambar 3.10

Gambar 3.10 Baja ST 41.


(Dokumentasi, 2019)
27

4. Ember dan Air

Air digunakan sebagai media pendinginan. Terlihat pada Gambar 3.11

Gambar 3.11 Ember dan Air 10 Liter.


(Dokumentasi, 2019)

3.3 Proses Karburising

Proses karburising dilakukan menggunakan media padat, meliputi langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Peralatan dan bahan yang disiapkan dapur furnace, tempat spesimen,

penghitung waktu (jam), arang batok kelapa, dan katalisator.

2. Arang batok kelapa yang sudah dihaluskan dicampur dengan katalisator

dengan perbandingan 10 : 1. Seperti terlihat Gambar 3.12


28

Gambar 3.12 Perbandingan serbuk arang batok kelapa dan katalisator.


(Dokumentasi, 2019)

3. Baja ST 41 dimasukan ketempat spesimen sampai tertutup semua

permukaannya. Seperti terlihat Gambar 3.13

Gambar 3.13 Penempatan spesimen pada kotak spesimen.


(Dokumentasi, 2019)

4. Tempat spesimen dimasukan pada muffle furnace (tungku pemanas).

5. Proses karburising dilakukan pada suhu 900˚C dengan lamanya waktu

penahanan 60 menit. Seperti terlihat Gambar 3.14


29

Gambar 3.14 Karburising variasi temperatur 900˚C.


(Dokumentasi, 2019)

6. Proses karburising dilakukan pada suhu 920˚C dengan lamanya waktu

penahanan 60 menit. Seperti terlihat Gambar 3.15

Gambar 3.15 Karburising variasi temperatur 920˚C.


(Dokumentasi, 2019)

7. Proses karburising dilakukan pada suhu 950˚C dengan lamanya waktu

penahanan 60 menit. Seperti terlihat Gambar 3.16


30

Gambar 3.16 Karburising variasi temperatur 950˚C.


(Dokumentasi, 2019)

8. Setelah proses karburising selesai dilakukan proses quenching pada proses

ini didinginkan secara cepat kedalam media pendingin yaitu air murni.

Seperti terlihat Gambar 3.17

Gambar 3.17 Pendinginan spesimen setelah karburising.


(Dokumentasi, 2019)

9. Setelah proses karburising selesai dilakukan proses pengujian kekerasan di

UPTD Laboratorium Perindustrian Tegal, dengan menggunakan uji

Rockwell. Seperti terlihat Gambar 3.18


31

Gambar 3.18 Kekerasan Rockwell.


(Dokumentasi, 2019)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dan penulisan yang berhasil penulis

susun dan penulis dapatkan untuk menyusun laporan Tugas Akhir ini melalui :

1. Metode Literatur

Penulis mungumpulkan data dari buku, jurnal, skripsi, internet dan sumber

lain yang relevan.

2. Metode Interview

Penulis mengumpulkan data dengan cara tanya jawab pada instruktur yang

ada di UPTD Laboratorium Perindustrian Tegal.

3. Metode Observasi

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan peninjauan lagsung ke

tempat pengujian kekerasan di UPTD Laboratorium Perindustrian Tegal.

4. Metode Eksperimen

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan pengujian secara

langsung.
32

3.5 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini adalah variasi temperatur pada proses karburising

sebesar 900˚C, 920˚C, dan 950˚C dengan menggunakan media arang batok kelapa

dan media pendingin air.

2. Variabel Terikat

Dalam penelitian ini adalah nilai kekerasan baja ST 41 dengan

menggunakan alat uji kekerasan Brinell dan kekerasan Rockwell.

3. Variabel Kontrol

Dalam penelitian ini adalah waktu penahanan pada proses karburising

selama 60 menit.

3.6 Metode Analisa Data

Metode analisa data pada penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai

kekerasan pada spesimen yang sebelum dan sesudah proses karburising, pada

variasi temperatur 900˚C, 920˚C, dan 950˚C dengan waktu penahanan 60 menit.

Selanjutnya nilai kekerasan akan dimasukan kedalam tabel dan dibahas pada

gambar grafik menggunakan Ms. Word dan Ms. Excel untuk menunjukan

perbedaan nilai kekerasan. Metode pengujian kekerasan menggunakan uji

kekerasan Brinell dan kekerasan Rockwell.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil uji kekerasan raw material dan sesudah proses karburising pada

spesimen baja ST 41, raw material dapat di uji dengan menggunakan kekerasan

Brinell dengan satuan HB (Hardness Brinell) dan pada setelah proses karburising

mengalami peningkatan nilai kekerasan yang meningkat sehingga dapat

digunakan dengan metode pengujian kekerasan Rockwell dengan satuan HRC

(Hardness Rockwell) dimana akan dikonversikan pada satuan HRC ke HB dengan

melihat tabel konversi kekerasan Rockwell (HRC) ke kekerasan Brinell (HB) di

UPTD Laboratorium Perindustrian Tegal.

Berikut adalah Tabel 4.1 Hasil uji kekerasan raw material baja ST 41 .

Tabel 4.1 Hasil uji kekerasan raw material baja ST 41.


Hasil Uji
Kode
Parameter Nilai Nilai Rata-rata
sampel Daerah
No Uji Kekerasan Spesimen
Uji Uji
(HB) (HB)
Titik 1 190
Kekerasaan Titik 2 186
1 23.1
Brinell Titik 3 186
Rata-rata 187,33
Titik 1 182
Kekerasan Titik 2 186
2 23.2 186,88
Brinell Titik 3 190
Rata-rata 186
Titik 1 182
Kekerasan Titik 2 190
3 23.3
Brinell Titik 3 190
Rata-rata 187,33

33
34

Berikut Tabel 4.2 Hasil uji kekerasan setelah proses karburising dengan

variasi temperatur 900˚C holding time 60 menit dengan menggunakan media

serbuk arang batok kelapa dan pendingin air.

Tabel 4.2 Hasil uji kekerasan baja ST 41 variasi temperatur 900˚C holding time 60
menit.
Hasil Uji
Kode
Parameter Nilai Rata-
No Sampel Nilai Nilai
Uji Daerah rata
Uji Kekerasan Kekerasan
Uji Spesimen
(HRC) (HB)
(HB)

Titik 1 36 336

Titik 2 36 336
Kekerasan
1 43.1
Rockwell Titik 3 36,9 344
Rata-
36,3 338,67
rata
Titik 1 32,5 311

Titik 2 35,7 336


Kekerasan
2 43.2 321,89
Rockwell Titik 3 34,9 327
Rata-
34,37 324,67
rata
Titik 1 34,9 327

Titik 2 31,9 301


Kekerasan
3 43.3
Rockwell Titik 3 29,1 279
Rata-
31,97 302,33
rata

Berikut Tabel 4.3 Hasil uji kekerasan setelah proses karburising dengan

variasi temperatur 920˚C holding time 60 menit dengan menggunakan media

serbuk arang batok kelapa dan pendingin air.


35

Tabel 4.3 Hasil uji kekerasan baja ST 41 variasi temperatur 920˚C holding time 60
menit.

Hasil Uji

Kode
Parameter Nilai Rata-
No Sampel Nilai Nilai
Uji Daerah rata
Uji Kekerasan Kekerasan
Uji Spesimen
(HRC) (HB)
(HB)

Titik 1 38 353

Titik 2 39,6 371


Kekerasan
1 44.1
Rockwell
Tiitik 3 40,1 371
Rata-
39,23 365
rata
Titik 1 32,9 311

Titik 2 34,2 319


Kekerasan 338,22
2 44.2
Rockwell
Titik 3 33,7 319
Rata-
33,6 316,33
rata
Titik 1 35,9 336

Titik 2 38,4 353


Kekerasan
3 44.3
Rockwell
Titik 3 32,8 311
Rata-
35,7 333,33
rata

Berikut Tabel 4.4 Hasil uji kekerasan setelah proses karburising dengan

variasi temperatur 950˚C holding time 60 menit dengan menggunakan media

serbuk arang batok kelapa dan pendingin air.


36

Tabel 4.4 Hasil uji kekerasan baja ST 41 variasi temperatur 950˚C holding time 60
menit.
Hasil Uji
Kode Nilai Rata-
Parameter Nilai Nilai
No Sampel Daerah rata
Uji Kekerasan Kekerasan
Uji Uji Spesimen
(HRC) (HB)
(HB)

Titik 1 42,9 400

Titik 2 42 390
Kekerasan
1 45.1
Rockwell
Tiitik 3 43,8 409
Rata-
42,9 399,67
rata
Titik 1 39,8 371

Titik 2 35,4 327


Kekerasan
2 45.2 368,77
Rockwell
Titik 3 36,8 344
Rata-
37,33 347,33
rata
Titik 1 39,5 371

Titik 2 40 371
Kekerasan
3 45.3
Rockwell
Titik 3 36,3 336
Rata-
38,6 359,33
rata

4.2 Pembahasan

Dari hasil tersebut didapat kekerasan setelah melakukan proses karburising

dengan media arang batok kelapa dan pendingin air dengan variasi temperatur

900˚C, 920˚C, 950˚C dan waktu penahanan 60 menit, hasil kekerasan yang

didapat pada variasi temperatur 9000C sebesar 321,89 HB yang berarti naik

kekerasannya sebesar 135,01 HB atau 72,24% dari kekerasan raw material. Pada
37

variasi temperatur 920˚C nilai rata-rata kekerasan yang didapat sebesar 338,22 HB

yang berarti naik kekerasannya sebesar 151 HB atau 80,98% dari kekerasan raw

material. Dan pada variasi temperatur 950˚C kekerasan yang didapat sebesar

368,77 HB yang berarti naik kekerasannya sebesar 181,89 HB atau 97,32% dari

kekerasan raw material.

Berikut grafik yang menunjukan kenaikan kekerasan pada baja ST 41

setelah mengalami proses karburising. Terlihat pada Gambar 4.1

GRAFIK KENAIKAN NILAI KEKERASAN


400
350
Nilai Kekerasan

300
250
200
150
100
50
0
Raw Temperatur Temperatur Temperatur
Material 900˚C 920˚C 950˚C
Keterangan 186,88 321,89 338,22 368,77

Gambar 4.1 Grafik kenaikan nilai kekerasan.

Dari grafik di atas diperlihatkan bahwa variasi temperatur 950˚C

menghasilkan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan pada variasi temperatur

900˚C dan 920˚C dengan media pendingin air.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang kekerasan baja ST 41 setelah mengalami

proses karburising menggunakan media arang batok kelapa dan pendingin air

dengan variasi temperatur 900˚C- 950˚C mendapatkan hasil sebagai berikut :

1. Proses karburising dengan variasi temperatur 900˚C rata-rata kekerasan

sebesar 321,89 HB yang berarti naik kekerasannya sebesar 135,01 HB atau

72,24% dari kekerasan raw material dengan kekerasan 186,88 HB.

2. Proses karburising dengan variasi temperatur 920˚C rata-rata kekerasan

sebesar 338,22 HB yang berarti naik kekerasannya sebesar 151,34 HB atau

80,98% dari kekerasan raw material dengan kekerasan 186,88 HB.

3. Proses karburising dengan variasi temperatur 950˚C rata-rata kekerasan

368,77 HB yang berarti naik kekerasannya sebesar 181,89 HB atau 97,32%

dari kekerasan raw material dengan kekerasan 186,88 HB.

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa variasi temperatur 950˚C

menghasilkan kekerasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan variasi

temperatur 900˚C dan 920˚C pada proses karburising baja ST 41 menggunakan

media arang batok kelapa dengan pendingin air dan waktu penahanan 60 menit.

38
39

5.2 Saran

Dari laporan Tugas Akhir ini penulis memberikan saran yang berkaitan

dengan proses karburising. Khususnya dengan variasi temperatur adalah sebagai

berikut :

1. Dilakukan proses karburising dengan variasi temperatur yang lebih tinggi

agar menghasilkan tingkat nilai kekerasan yang lebih optimal.

2. Mengganti media quenching dengan oli pelumas dan air garam agar dapat

menghasilkan tingkat nilai kekerasan yang lebih optimal.

3. Menambahkan waktu penahanan (holding time) yang lebih lama agar

menghasilkan tingkat nilai kekerasan yang lebih optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, Mohamad .D., 2017. Pengaruh Temperatur Carburizing Pada Proses Pack
Carburizing Terhadapt Sifat-Sifat Mekanis Baja S21 C. Tegal, Universitas
Pancasakti Tegal.

Alfiani, Wili., 2016. Pengaruh Variasi Temperatur Pada Proses Pack


Carburizing Terhadap Ketahanan Aus Baja ST41. Lampung, Fakultas
Teknik Universitas Lampung.

Cahyo, Aziz, Y.A., 2009. Pengaruh Ketebalan Media Karburasi Pada Proses
Pack Carburizing Terhadap Nilai Kekerasan Baja Karbon Rendah.
Surakarta, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dieter, E. George., 1996. Metalurgi mekanik. Terjemahan dari Mechanical


methalurgy. Jakarta : Erlangga..

Mulyadi dan Sunitra, Eka., Kajian Perubahan Kekerasan dan Difusi Karbon
Sebagai Akibat Dari Proses Karburasi dan Proses Kuancing Pada Material
Gigi Perontok Power Thresher. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 9, No. 1, Juni
2010, 33-49, ISSN 1829-8958.

Salim, Noor, dkk., 2018. Komposisi Efektif Batok Kelapa sebagai Karbon Aktif
untuk Meningkatkan Kualitas Airtanah di Kawasan Perkotaan. Jember,
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember.

Soedjono., 1978. Perlakuan Pack Carburizing Pada Baja Karbon Rendah


Sebagai Material Alternatif Untuk Pisau Potong Pada Penerapan Teknologi
Tepat Guna. Semarang, Politeknik Negeri Semarang.

Sukirno., 2010. Kuliah Teknologi Pelumas 3. Departemen Teknik Kimia Fakultas


Teknik. Universitas Indonesia. Jakarta.
Wattimena W. M. E. dan Louhenapessy, Jandri., 2014. Pengaruh Holding Time
Dan Quenching Terhadap Kekerasan Baja Karbon St 37 Pada Proses Pack
Carburizing Menggunakan Arang Batok Biji Pala (Myristica Fagrans).
Pattimura, Fakultas Teknik Universitas Pattimura.

Widodo, Urip., 2013. Pengaruh Variasi Holding Time Pada Proses Perlakuan
Panas Terhadap Sifat Fisis Material Baja 2436. Surabaya, Universitas
Airlangga Surabaya.

40
41

Waluyo, Joko., 2009. Pengaruh Temperatur Dan Waktu Tahan Pada Proses
Karburisasi Cair Terhadap Kekerasan Baja AISI 1025 Dengan Media
Pendinginan Air. Surakarta. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Wisnujati, Andika., 2017. Analisis Perlakuan Carburizing Terhadap Sifat Fisik


Dan Mekanik Pada Bahan Sprocketimitasi Sepeda Motor. Yogyakarta. D3
Teknik Mesin. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Zuchry, Muhammad, M., 2011. Pengaruh Karburasi Dengan Variasi Media


Pendingin Terhadap Micro Struktur Baja Karbon. Palu, Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
42

LAMPIRAN A

SERTIFIKAT BAJA ST 41
43

LAMPIRAN B

LAPORAN UJI KEKERASAN RAW MATERIAL BAJA ST 41


44

LAMPIRAN C

HASIL UJI KEKERASAN BAJA ST 41 SESUDAH PROSES

KARBURISING VARIASI TEMPERATUR 900˚C HOLDING TIME 60

MENIT
45

LAMPIRAN D

HASIL UJI KEKERASAN BAJA ST 41 SESUDAH PROSES

KARBURISING VARIASI TEMPERATUR 920˚C HOLDING TIME 60

MENIT
46

LAMPIRAN E

HASIL UJI KEKERASAN BAJA ST 41 SESUDAH PROSES

KARBURISING VARIASI TEMPERATUR 950˚C HOLDING TIME 60

MENIT
47

LAMPIRAN F

TABEL KONVERSI KEKERASAN ROCKWELL (HRC) KE KEKERASAN

BRINELL (HB) (UPTD LABORATORIUM PERINDUSTRIAN TEGAL)


48

LAMPIRAN F-1

TABEL KONVERSI KEKERASAN ROCKWELL (HRC) KE KEKERASAN

BRINELL (HB) (UPTD LABORATORIUM PERINDUSTRIAN TEGAL)

Anda mungkin juga menyukai