Anda di halaman 1dari 75

ANALISIS BEBAN PENDINGIN RUANGAN UNTUK RUANG

RAPAT PT. X

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Strata Satu (S1) Teknik Mesin

Disusun Oleh :
POIMIN EVENDI SIHALOHO
181252097

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI WASTUKANCANA
PURWAKARTA
2023
LEMBAR PERNYATAAN

Saya, Poimin Evendi Sihaloho menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa


Proposal Skripsi yang berjudul: “ANALISID BEBAN PENDINGIN RUANGAN
UNTUK RUANG RAPAT PT. X” adalah benar hasil karya sendiri, serta tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk persyaratan matakuliah kerja praktek
dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis/diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Dinyatakan tanggal 01 Maret 2023


Oleh,

Poimin Evendi Sihaloho


181252097
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi S1 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan


Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana, dan terbuka untuk umum dengan
ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI
yang berlaku di Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana. Referensi kepustakaan
diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan
seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan
sumbernya. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh Skripsi
haruslah seizin Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta.

iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS BEBAN PENDINGIN RUANGAN


UNTUK RUANG PT. X

Oleh:
Poimin Evendi Sihaloho
Nim: 181252097
(Program Studi Teknik Mesin)

Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta

Menyetujui
Tim Pembimbing
Purwakarta, 01 Juni 2023

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Irwan Suriaman, ST.,MT. Ir.Agus Suprayitno, M, Eng.


NIDN : 0428058202 NIDN : 0430085902

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Mesin

Irwan Suriaman, ST.,MT.


NIDN : 0428058202

iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ANALISIS BEBAN PENDINGIN RUANGAN


UNTUK RUANG PT. X

Oleh:
Poimin Evendi Sihaloho
Nim : 181252097
Teknik Mesin

Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta

Telah diperiksa dan disetujui sebagai laporan skripsi pada tanggal

Purwakarta, 01 Juni 2023


Menyetujui,

Ketua Penguji Anggota Penguji

Irwan Suriaman, ST.,MT. Ir.Agus Suprayitno,M,Eng.


NIDN : 0428058202 NIDN : 0420088703

Anggota Penguji Anggota Penguji

. .
NIDN : 0 NIDN : 0

v
ABSTRAK

ANALISIS BEBAN PENDINGIN RUANGAN


UNTUK RUANG PT. X

Oleh :
Poimin Evendi Sihaloho
181252097
(Program Studi Teknik Mesin)

Proses pendinginan pada suatu ruangan mempunyai fungsi yang penting dalam
menjaga temperatur ruangan sehingga didalam ruangan tetap berada pada
temperatur yang diinginkan. Dengan pendinginan yang optimal di dalam ruangan
diharapkan ruangan rapat tersebut nyaman untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya. Penulis melakukan analisis terhadap kondisi ruang rapat PT. X dengan
metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara mengambil data lapangan
serta melakukan analisis perhitungan terhadap data tersebut mengunakan rumus-
rumus yang didapat dari literatur. Setelah dilakukan analisis perhitungan dengan
menggunakan refrigerant R22, maka diperoleht nilai beban pendingin rata-rata
137,6 kJ/kg, nilai COP 7,4, nilai beban pada evaporator sebesar 139,0 kJ/kg dan
didapat nilai kerja kompresor adalah sebesar 17,6 kJ/kg, jumlah panas sensibel
yang berasal dari manusia di ruangan tersebut 881,667 kkal/jam, beban panas
pada peralatan yang berada di ruangan adalah sebesar 15363,47 kkal/jam. Dari
perhitungan tersebut dapat di simpulkan beban yang diperlukan untuk
mengkondisikan ruangan rapat PT. X adalah sebesar 22897,768 kkal/jam
sehingga didapatkan hasil bahwasanya temperatur di ruang rapat PT. X adalah
temperatur yang nyaman untuk dihuni.

Kata kunci : Pendingin, Refrigerant, COP, Enthalpy

vi
ABSTRACT

COOLING LOAD ANALYSIS FOR

ROOM PT. X

By : Poimin Evendi Sihaloho

181252097

(Mechanical Engineering Study Program)

The cooling process in a room has an important function in maintaining the room
temperature so that the room remains at the desired temperature. With optimal
cooling in the room, it is hoped that the meeting room will be comfortable to use
as it should be. The author analyzes the condition of PT. X with the research
method used is by taking field data and performing a calculation analysis of the
data using formulas obtained from the literature. After analyzing the calculation
using refrigerant R22, the average cooling load value is 137.6 kJ/kg, the COP
value is 7.4, the load value on the evaporator is 139.0 kJ/kg and the compressor
work value is 17.6 kJ./kg, the sensible amount of heat of human origin at the room
is 881.667 kkal/hour, the heat load on the equipment in the room is 15363.47
kkal/hour. From these calculations it can be concluded that the load required to
condition the meeting room of PT. X is 22897.768 kkal/hour so the result is that
the temperature in the meeting room of PT. X is a comfortable temperature to live
in.

Keywords : Cooling, Refrigerant, COP, Enthalpy

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwa penulisan
Laporan Proposal dengan judul Analisis Beban Pendingin Ruangan Untuk
Ruang Rapat PT. X dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tujuan penulisan
Laporan Proposal ini ini adalah diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Seminar Program Studi Teknik Mesin di Sekolah Tinggi
Teknologi Wastukancana Purwakarta.
Terselesaikannya Laporan Proposal ini ini tidak lepas pula dari dukungan
dan dorongan semua pihak yang terkait, oleh karena itu saya mengucapkan terima
kasih terutama kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang saya hormati selalu memberikan do’a serta restu
yang tiada hentinya.
2. Yth. Bapak Apang Djafar Shiddieque, S.T., M.T. selaku Ketua STT
Wastukancana Purwakarta.
3. Yth. Bapak Irwan Suriaman, ST.,MT. selaku Ketua jurusan program studi
Teknik Mesin STT. Wastukancana Purwakarta.
4. Yth. Bapak Irwan Suriaman, ST.,MT. selaku dosen pembimbing pertama
Teknik Mesin STT. Wastukancana Purwakarta.
5. Yth. Bapak Ir. Agus Suprayitno, M, Eng. Selaku dosen pembimbing kedua
Teknik Mesin STT. Wastukancana Purwakarta.
6. Rekan Mahasiswa Teknik Mesin Malam A Angkatan 2017 STT.
Wastukancana Purwakarta.
7. Rekan Mahasiswa Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Wastukancana
Purwakarta.
8. Seluruh teman – teman angkatan 2017.
9. Kepada pembimbing dilapangan saat melakukan penelitian ini.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

Penulis menyadari bahwa draf skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan proposal skripsi ini
terdapat kekurangan mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu,

viii
maupun kemampuan yang dimiliki penulis berharap semoga proposal skripsi ini
dapat bermanfa’at bagi pembaca dan dapat menambah bahan perpustakaaan yang
ada.
Purwakarta , Mei 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN...................................................................................ii
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI.............................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
1. BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................4
1.4 Tujuan Penulisan..................................................................................................4
1.5 Manfaat................................................................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan..........................................................................................5
2. BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................6
2.1 Sistem Pengkondisian Udara.....................................................................6
2.2 Siklus Refrigerasi......................................................................................8
2.2.1 Siklus Refigerasi Carnot....................................................................9
2.2.2 Siklus Kompreasi Uap Standar........................................................11
2.3 Menghitung Beban Pendingin......................................................................13
2.4 Rumus Menghitung Beban Pendingin..........................................................14
2.1.1 Luas Ruangan dan Volume Ruangan...............................................16
2.1.2 Kalor Sensible Daerah Parameter (tepi)..........................................16
2.1.3 Beban Transmisi Kalor Melalui Jendela..........................................16
2.1.4 Infiltrasi Beban Kalor Sensibel........................................................16
2.1.5 Beban Transmisi Kalor Melalui Dinding atau Atap........................17
2.1.6 Beban Kalor Tersimpan dari Ruangan.............................................17
2.1.7 Beban Kalor Sensibel Daerah Interior.............................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................19
3.1 Diagram Alir...........................................................................................19

x
3.2 Studi Pustaka.......................................................................................19
3.3 Pengambilan Data................................................................................20
3.4 Alat dan Bahan........................................................................................20
3.1.1 Peralatan yang digunakan................................................................20
3.1.2 Bahan Rangkaian AC pada Ruang Rapat PT. X..............................20
3.6 Analisa.....................................................................................................21
3. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................23
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................23
4.2 Hasil Pengolahan Data............................................................................24
4.3 Parameter Beban Pendingin Sensible dan Beban Pendingin Latent.......30
4.3.1 Beban Panas Sensible......................................................................31
4.3.2 Beban Panas Sensible......................................................................35
4.3.3 Jumlah Beban Ruangan....................................................................36
BAB V....................................................................................................................46
PENUTUP.............................................................................................................46
5.1 Kesimpulan...................................................................................................46
5.2 Saran.............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Siklus Uap................................................................................8


Gambar 2.2 Daur Refrigerasi Carnot.....................................................................10
Gambar 2.3 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap......................................................11
Gambar 2.4 Diagram Tekanan - Entalpi Siklus Kompresi Uap.............................11
Gambar 2 5 Gambar Luas Ruang dan Volume Ruang..........................................16
Gambar 3.1 Diagram Alir......................................................................................19
Gambar 4.1 Diagram P-h.......................................................................................24
Gambar 4.2 Diagram Low Pressure dengan h1, h2 dan h3 (h4)............................37
Gambar 4.3 Diagram Low Pressure Dengan Beban Pendingin.............................37
Gambar 4.4 Diagram Low Pressure Dengan COP.................................................38
Gambar 4.5 Diagram High Pressure Dengan H1, H2, Dan H3 (H4).....................38
Gambar 4.6 Diagram High Pressure Dengan Beban Pendingin............................39
Gambar 4.7 Diagram High Pressure Dengan COP................................................39

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Pengambilan Data Low Pressure dan High Pressure
Penelitian pada Ruang Rapat PT. X.......................................................................23
Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Beban Pendingin dan COP.............................24
Tabel 4.3 Tabel Uap Jenuh 1 (DupontTM Freon”22 Saturation Properties –
Temperatur Table).................................................................................................25
Tabel 4.4 Tabel Uap Jenuh 1 (DupontTM Freon”22 Saturation Properties –
Temperatur Table).................................................................................................27
Tabel 4.5 Tabel Uap Panas Lanjtu R22 (DupontTM Freon”22 Superheated Vapor –
Constant Pressure Tables)......................................................................................27
Tabel 4.6 Hambatan Kalor Permukaan..................................................................32
Tabel 4.7 Koefisien Transmisi Kalor dan Kapasitas Kalor Atap...........................32
Tabel 4.8 Tahanan Kalor dan Kapasitas Kalor dari Bahan Bangunan..................33
Tabel 4.9 Jumlah Kalor Sensibel, Kalor Laten dari Orang dan Faktor Kelompok34

xiii
1. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini energi merupakan kebutuhan manusia yang paling pokok.
Kebutuhan manusia terhadap ketersediaan energi listrik sangatlah besar, sehingga
pemakaiannya haruslah bijaksana, produktif dan efisien. Kita semua menyadari
bahwa sumber energi yang kita pakai cadangannya terbatas, bahkan untuk sumber
energi dari minyak bumi dan gas alam, selain itu cadangannya terbatas juga tidak
dapat diperbaharui (Purwanto, 2007).
Proses transisi energi yaitu peralihan sistem energi dari penggunaan
sumber energi berbahan bakar fossil menjadi sistem energi terbarukan. Efisiensi
energi menjadi salah satu unsur yang penting. Efisiensi energi bertujuan untuk
mendorong perbaikan penggunaan energi menjadi lebih efisien, mengindari
penggunaan energi yang tidak perlu dan pada akhirnya akan menciptakan
keuntungan social dan ekonomi (Purwanto, 2007).
Sistem pengkondisi udara untuk bangunan perkantoran biasa
menggunakan AC Split atau AC Sentral. AC Split biasa digunakan pada gedung
yang beban pendinginan di setiap ruangannya berbeda-beda dan dinamis,
sedangkan AC sentral biasa digunakan pada gedung yang luas dengan beban
pendingin relative seragam disetiap ruangan. Untuk menentukan spesifikasi sistem
pendingin, perlu terlebih dahulu dilakukan perhitungan kebutuhan beban
pendinginan. Beban pendinginan merupakan energi yang diperlukan untuk
mengatur kondisi ruangan agar diperoleh temperature dan kelembaban sesuai
kondisi ruangan dan manusia yang beraktivitas didalamnya. Besarnya beban
pendingin tergantung dari bentuk, dimensi, lokasi bangunan serta interior yang
ada didalamnya (Suntoro dan Ahadi, 2018).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabarudin
Harahap, Abdul Hamid, Imam Hidayat dalam jurnalnya yang berjudul
“Perhitungan Ulang beban Pendinginan pada Ruang Auditorium Gedung
Manggala Wanabakti Blok III, Kementerian Kehutanan Jakarta”. Menyatakan
bahwa perhitungan beban berdasarkan data sekunder yang kemudian hasilnya

1
2

dibandingkan dengan kapasitas beban pendingin terpasang, untuk menghitung


semua beban terutama beban eksternal akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya: letak dan posisi gedung berada yang akan berpengaruh pada iklim,
jenis bahan yang dipakai dalam konstruksi bangunan serta temperature
lingkungan. Pada penelitian tersebut dihasilkan bahwa nilai pada beban pendingin
melebihi kapasitas AHU (Air Handling Unit), sehingga suhu yang diinginkan
tidak tercapai pada penelitian ini, hal ini disebabkan karena begitu banyaknya
kalor yang terdapat pada ruangan tersebut dan rendahnya kapasitas AHU (Air
Handling Unit) pada ruangan tersebut (Harahap, dkk, 1983).
Menurut Mastur, Khanif Setiyawan, Bambang Sugiantoro pada jurnal nya
yang berjudul “Pengaruh Variasi beban, Waktu Pendinginan dan Temperatur
Ruang Terhadap Performasi Mesin Pndingin”. Berpendapat bahwa pendinginan
yang lebih besar akan melepaskan panas yang lebih besar ke udara, sehingga
menyebabkan naiknya temperature didalam ruang instalasi uji, penurunan
temperature didalam ruangan menjadi lebih lambat, karena bertambahnya beban
pendingin dan disebabkan karena beban pendinginan yang lebih besar akan
melepaskan panas yang lebih besar ke udara, sehingga bertambahnya beban
pendingin hingga 80% pada masing-masing beban yang sudah terhitung (Beban,
Ruang, Performasi, dan Pendingin, 2016).
Menurut Aris Nur Cahyadi dan Sudjud Darsopuspito pada jurnalnya yang
berjudul “Studi eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin
Pendingin Difusi Absorpsi Musicool22-DMF”, menyimpulkan bahwa semakin
tinggi beban pendinginan, maka semakin tinggi pula COP sistem DAR, dengan
memvariasikan beban pendinginan di kabin evaporator DAR, diperoleh nilai-nilai
optimum dari performa sistem DAR pada variasi beban tertinggi (suhu heater 37,5
0C) sebagai berikut :
1. Panas generator (Q gen) maksimum adalah 176,11 Watt.
2. Laju alir massa Refrigerant (M ref) maksimum adalah 0,784 Gram/s
3. Panas yang diserap evaporator (Q evap) maksimum adalah 136 Watt.
4. Coeficient Of Performance (COP) maksimum 0,831
5. Panas yang dibuang kondensor (Q cond) maksimum 153,17 Watt
3

Sehingga didapatkan penghematan energi yang dihasilkan kolektro surya


secara keseluruhan untuk pengujian mesin pendingin DAR sebesar 38%
(Darsopuspito, 2014). Penyegaran udara adalah suatu proses mendinginkan udara
sehingga dapat mencapai temperature dan kelembaban yang sesuai dengan yang
dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan tertentu. Selain itu,
mengatur aliran dan kebersihannya. sistem penyegaran udara pada umumnya
dibagi menjai dua golongan yaitu ;
1. Penyegaran udara untuk kenyamanan
Menyegarkan udara dari ruangan untuk memberikan kenyamanan kerja bagi
orang yang melakukan kegiatan tertentu.
2. Penyegaran udara untuk industry.
Menyegarkan udara dari ruangan karena diperlukan proses, bahan, peralatan
atau barang yang ada didalamnya.
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam lingkungan yang dingin, saluran darah akan mengerut
untuk mengurangi kerugian panas yang diakibatkan oleh radiasi kulit. Oleh karena
itu permukaan kulit akan menjadi lebih dingin (Arief Susanto, dkk., 2017).
Ruang rapat merupakan ruang rapat utama yang selalu digunakan. Dilihat
dari kegunaan R-22 untuk mendinginkan gedung bertingkat, maka sangat cocok
digunakan untuk mendinginkan dan menyegarkan ruangan rapat PT. X dengan
sistem sentral, sehingga dapat membuat nyaman orang yang ada didalamnya
ruang rapat yang ada. Berdasarkan alasan tersebut penulis ingin mengetahui beban
pendingin yang terdapat pada ruangan tersebut sehingga penulis ingin
mengadakan penelitian tentang “ ANALISIS BEBAN PENDINGIN RUANGAN
UNTUK RUANG RAPAT PT. X”.

1.2 Rumusan Masalah


Mesin pengkondisian udara (AC) Mc Quay 7,5 PK dengan Refirigerant
R22 yang tedapat pada ruang rapat PT. X banyak memberikan manfaat bagi
karyawan. Untuk itulah diperlukan suatu penelitian yang dapat mengetahui kinerja
mesin tersebut, agar dapat digunakan untuk rapat yang bertujuan mendukung
4

kegiatan yang dilaksanakan oleh karyawan. Berdasarkan hal di atas, permasalahan


yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Menghitung beban pendingin ruang rapat PT. X apakah beban pendingin pada
ruang rapat tersebut telah efisien atau belum.
2. Menghitung Coeficinet Of Performance (COP) dari mesin pendingin ruangan.
3. Peserta rapat sering mearasa kedinginan pada saat berada di ruangan rapat
tersebut.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian dan pengujian ini yaitu ruang rapat PT. X
merupakan ruang rapat utama dengan ukuran ruangg panjang = 12 meter, lebar =
8 meter dan tinggi ruangan = 4 meter dengan menggunakan 1 (satu) unit AC
sentral McQuay 7,5 PK yang selalu digunakan dengan jumlah 19 orang peserta,
para peserta rapat pada ruangan tersebut sering merasa kedinginan, sehingga perlu
untuk di analisa beban mesin pendingin dan COP nya.

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menghitung beban pendingin ruang rapat PT. X .
2. Menghitung Coeficinet Of Performance (COP) dari mesin pendingin ruangan.

1.5 Manfaat
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas maka diharapkan penelitian
ini dapat bermanfaat sebagai :
1. Bagi dunia ilmu pengetahuan
a. Untuk menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan dan
perbendaharaan ilmu akan pengujian sistem pengkondisian udara pada
gedung.
b. Sebagai referensi bagi pembaca dalam hal pengujian sistem
pengkondisian udara pada gedung.
c. Sebagai masukan kepada pengelola gedung, apakah penggunaan pada
ruang rapat tersebut sudah efisien.
5

1.6 Sistematika Penulisan


Laporan penelitian ini terbagi dalam lima bab yang meliputi pendahuluan,
landasan teori, metodologi penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan
saran. Berikut penjelasan kelima bab tersebut:
Bab I Pendahuluan, bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaiutu latar
belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
ruang lingkup penelitian, metodeologi penelitian, dan sistematika
penelitian.
Bab II Landasan Teori, bab ini berisi tentang dasar-dasar atau landasan teori
berupa pernyataan yang disusun dengan terstruktur dan menjadi acuan
dalam sebuah penelitian agar tersusun secara sistematis.
Bab III Metodeologi Penelitian, bab ini berisi tentang langkah-langkah
terstruktur dan sistematis yang dilakukan dalam penelitian. Langkah-
langkah (tahapan tersebut disajikan dalam bentuk diagram alir yang
disertai dengan penjelasan singkat).
Bab IV Pengolahan Data Dan Pembahasan, bab ini berisi tentang tahapan-
tahapan pengolahan data dengan menggunakan metode rasional, uraian
lengkap mengenai analisis beban pendingin melalui pengumpulan dan
pengolahan data, pengumpulan dan pengolahan data waktu siklus, serta
analisis dan interpretasi hasil penelitian.
Bab IV Kesimpulan Dan Saran, bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat
diberikan oleh penulis dari hasil penelitian yang akan dilakukan.
2. BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pengkondisian Udara


Pengkondisian udara pertama kali ditemukan oleh Platen dan Munters
pada tahun 1926. Fluida kerja yang digunakan pada sistem difusi absorpsi
refrigerasi ini adalah refrigerant, absorben dan tambahan gas inert (hydrogen atau
helium). Beda dengan sistem VCR (Vapour Compression Refrijeration) yang
memiliki COP, semua siklus berjalan secara alami, sehingga lajur alir massa
refrijeran relative sangant kecil yang menyebabkan kapasitas pendinginan dan
COP yang rendah (Darsopuspito, 2014).
Berdasarkan sumbernya beban pendingin (Cooling Load) dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Panas berasal dari Struktur,
2. Panas berasal dari peralatan listrik,
3. Panas berasal dari manusia,
4. Panas berasal dari udara ventilasi dan infiltrasi
Baik panas yang berasal dari struktur maupun panas yang berasal dari
peralatan yang menggunakan arus listrik dapat dikatakan sebagai beban senible
yang tidak dapat diakali. Besar panas yang berasal dari struktur ini tergantung
pada bahan, tebal, orientasi gedung, atap serta temperature udara sekitarnya.
Temperature udara dipengaruhi pula oleh banyak factor seperti koordinat,
ketinggian dari muka laut dan efek gas rumah kaca (Green House Effect),
tumpukkan panas yang berasal dari radiator mesin-mesin dan kondensor mesin
pendingin.
Panas yang berasal dari perlatan listrik merupakan penerangan yang tidak
dapat ditawar. Panas yang berasal dari manusia pun juga tidak mungkin dikurangi.
Panas ini terdiri dari panas sensible dan panas laten dan berhubungan erat dengan
jumlah udara ventilasi dan infiltrasi yang juga menambah panas sensible dan
latent (Nasution, 2005).
Secara termodinamika, sistem AC yang bekerja dengan siklus kompresi
uap (SKU) akan mengambil/menyerap kalor di ruangan yang dikondisikan

6
7

(evaporator/indoor unit) pada temperatur dan tekanan rendah refrigeran (zat


pendingin) dan membuang kalor tersebut pada temperatur dan tekanan tinggi
refrigeran ke luar ruangan melalui outdoor unit dengan bantuan kompresor,
kemudian refrigeran akan kembali ke indoor unit mengambil kalor di ruangan
pada temperatur dan tekanan rendah setelah melewati sebuah katup ekspansi.
Proses pendinginan ini akan berlangsung terus- menerus dalam SKU, sehingga
kenyamanan termal akan tercapai. Ditinjau dari keseimbangan termodinamikanya,
daya pemanasan dari kalor yang dibuang di kondensor (outdoor unit) besarnya
adalah sebesar daya yang dibutuhkan untuk menggerakkan kompresor ditambah
daya pengambilan/ penyerapan kalor yang dihasilkan di evaporator (indoor unit)
(Aziz, dkk., 2016).
Metode yang tepat untuk menghitung beban pendinginan ruangan adalah
dengan menggunakan persamaan keseimbangan panas untuk menentukan suhu
permukaan interior struktur bangunan dan kemudian menghitung beban
pendinginan sensibel, yang sama dengan jumlah transfer panas konvektif dari
permukaan beban pendinginan laten (Hidayati, 2018).
Beban untuk unit pendingin udara berasal dari banyak sumber. Beban ini
berasal dari beberapa sumber panas, yang lebih umum adalah sebagai berikut:
1. Panas dari luar bocor melalui pintu dan jendela atau dilakukan melalui dinding
yang terisolasi.
2. Material transparan memungkinkan panas untuk menembusnya. ini terjadi
ketika jendela digunakan di ruang berpendingin.
3. Pintu dan jendela yang terbuka memungkinkan panas masuk ke tempat yang
didinginkan. Retakan di sekitar pintu dan jendela juga memungkinkan panas
masuk ke ruang pendingin.
4. Orang yang menempati ruang yang didinginkan mengeluarkan panas, ini harus
dipertimbangkan ketika mencari beban apa pun untuk unit AC tertentu.
5. Peralatan di dalam ruang pendingin dapat mengeluarkan panas. Misalnya,
motor, listrik ke olights, peralatan elektronik, meja uap, guci, pengering
rambut, dan barang serupa mengeluarkan panas. Untuk mendapatkan angka
yang akurat, perlu mempertimbangkan semua sumber panas (Hidayati, 2018).
8

Kebanyakan sistem pendingin dibangun sebagai sistem langsung, yaitu


sistem dengan langsung expansion, dimana refrigeran digunakan untuk
mengangkut panas secara langsung dari ruang yang akan didinginkan keruang
dimana panas dilepaskan. Utama prinsipnya adalah bahwa panas dari objek
pendingin atau sumber panas diambil di evaporator dan dilepas di kondensor
(Hidayati, 2018).
Teknik pengkondisian udara tidak hanya mendinginkan udara, tetapi
penekanannya pada kenyamanan pengguna atau pemakai (Comfort Air
Conditioning). Menurut definisi pengkondisian udara adalah pengaturan simultan
terhadap temperatur, kelembaban, aliran dan kebersihan udara di dalam suatu
ruangan. Pengkondisian udara juga mencakup usaha pemanasan atau
penghangatan ruangan. Penerapan pengkondisian udara banyak dijumpai pada
rumah tinggal, gedung pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan
gedung-gedung kampus atau universitas.

2.2 Siklus Refrigerasi


Daur kompresi uap merupakan daur yang banyak digunakan dalam
refrigerasi. Pada daur ini uap ditekan, dan kemudian diembunkan menjadi cairan,
kemudian tekanannya diturunkan agar cairan tersebut dapat menguap kembali.
Sistem kompresi uap sederhana terlihat pada gambar dibawah ini : (Muhsin dan
Rasyid, 2017).

Gambar 2.1 Skema Siklus Uap


(ASHRAE, 2017)
9

Refrigeran yang bertekanan rendah akan menguap didalam pipa-pipa pada


evaporator. Penguapan ini membutuhkan energi kalor yang diserap dari
sekelilingnya, sehingga ruangan menjadi dingin karena temperaturnya turun. Uap
refrigeran yang berasal dari evaporator selanjutnya akan masuk ke jalur hisap
(suction line) menuju kompresor. Refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur
rendah ini di dalam kompresor akan dikompresi sehingga menjadi refrigeran yang
bertemperatur dan tekanannya tinggi. Kemudian dari kompresor, refigeran yang
telah berbentuk uap masuk ke dalam kondensor.
Refrigeran yang berbentuk uap ini dalam kondensor akan didinginkan oleh
udara sehingga berkondensasi menjadi cairan refrigeran. Di dalam kondensor,
energi kalor yang dibawa oleh uap refrigeran dilepaskan dan diterima oleh
medium pendinginnya (udara). Refrigeran cair dari kondensor selanjutnya akan
diterima oleh tangki (receiver tank) dan dialirkan lagi masuk ke evaporator
melalui alat pengatur refrigeran (refrigerant flow control). Pada alat ini tekanan
refrigeran yang masuk ke evaporator diturunkan. Penurunan tekanan ini
disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan, sehingga refrigeran tersebut dapat
menyerap cukup banyak kalor dari evaporator. Alat yang digunakan untuk
mengatur aliran ini dapat berupa katup ekspansi ataupipa kapiler (Muhsin dan
Rasyid, 2017).
Mesin pengkondisian udara umumnya digunakan untuk memberikan efek
pendinginan (Cooling Effect). Efek pendinginan dimaksudkan untuk memberikan
kenyamanan di ruang yang didinginkan, sehingga rasa nyaman membuat orang
betah didalamnya. Mesin pengkondisian udara secara termodinamika kebanyakan
beroperasi menggunakan siklus kompresi uap, dimana panas diserapkan disisi
evaporator di dalam ruangan, kemudian panas tersebut dibuang di kondensor di
luar ruangan. Proses tersebut dapat berlangsung karena kerja kompresor dan
penurunan tekanan yang terjadi pada katup ekPansi atau pipa kapiler, sehingga
siklus kompresi uap bekerja sempurna (Mainil, dkk., 2019).

2.2.1 Siklus Refigerasi Carnot


Siklus refrigerasi Carnot merupakan kebalikan dari mesin Carnot. Mesin
Carnot menerima energi kalor pada keadaan temperatur yang tinggi, kemudian
10

energi diubah menjadi suatu kerja dan sisa energi tersebut dibuang ke penampang
panas pada temperatur rendah. Sedangkan siklus refrigerasi Carnot menerima
energi pada temperatur rendah dan mengeluarkan energi pada temperatur tinggi.
Oleh karena itu pada proses pendinginan diperlukan penambahan kerja dari luar.

Gambar 2.2 Daur Refrigerasi Carnot


(Gunawan, 1998)

Proses-proses yang membentuk daur refrigerasi Carnot tersebut di atas


adalah sebagai berikut :
1. Proses kompresi adiabatic (1 – 2)
2. Proses pelepasan kalor isotermal (2 – 3)
3. Proses ekspansi adiabatic (3 – 4)
4. Proses penguapan kalor isotermal (4 – 1)
Seluruh proses pada daur Carnot secara termodinamika bersifat reversibel.
Oleh karena itu proses yang terjadi adalah proses kompresi dan proses ekspansi
bersifat isentropik. Tujuan utama dari daur ini adalah penyerapan kalor dari
sumber yang bersuhu rendah pada proses 4-1 secara isotermal. Karena seluruh
proses berlangsung reversibel, maka efisiensi daur Carnot lebih tinggi dari daur
aktual. Maka dapat ditentukan persamaan koefisien prestasi dari siklus gambar 2.2
tersebut adalah refrigeran yang bermanfaat dibagi kerja bersih.
11

2.2.2 Siklus Kompreasi Uap Standar

Gambar 2.3 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap


(Gunawan, 1998)

Gambar 2.4 Diagram Tekanan - Entalpi Siklus Kompresi Uap

Siklus kompresi uap standar merupakan siklus teoritis, dimana pada siklus
tersebut mengasumsikan beberapa proses sebagai berikut :
- 1–2 Merupakan proses kompresi adiabatik dan reversibel, dari uap jenuh
menuju tekanan kondensor.
- 2–3 Merupakan proses pelepasan kalor reversibel pada tekanan konstan,
menyebabkan penurunan panas lanjut (desuperheating) dan pengembunan
refrigerasi.
- 3-4 Merupakan proses ekspansi unreversibel pada entalpi konstan, dari fasa
cairan jenuh menuju tekanan evaporator.
- 4-1 Merupakan proses penambahan kalor reversible pada tekanan konstan
yang menyebabkan terjadinya penguapan menuju uap jenuh (Handoko,
1998).
12

Beberapa proses yang bekerja pada siklus ini adalah :


1. Proses Kompresi
Proses kompresi berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Pada siklus
sederhana diasumsikan refrigeran tidak mengalami perubahan kondisi selama
mengalir di jalur hisap. Proses kompresi diasumsikan isentropik sehingga pada
diagram tekanan-entalpi titik 1 dan titik 2 berada pada satu garis entropi
konstan, dan titik 2 berada pada kondisi super panas. Proses kompresi
memerlukan kerja dari luar dan entalpi uap naik dari h1 ke h2, dan untuk
kenaikan entalpi sama dengan besarnya kerja kompresi yang dilakukan pada
uap refrigeran (Handoko, 1998).
2. Proses Kondensasi
Proses 2-3 terjadi pada kondensor, uap panas refrigeran dari kompresor
didinginkan oleh udara luar sampai pada temperatur kondensasi dan uap
tersebut dikondensasikan. Pada titik 2’ merupakan titik refrigeran pada kondisi
uap jenuh dengan tekanan dan temperatur kondensasi. Jadi proses 2-2’
merupakan proses pandinginan ensibel dari temperatur kompresi menuju
temperatur kondensasi, dan proses 2’-3 merupakan proses kondensasi uap dari
dalam kondensor. Proses 2-3 terjadi pada tekanan konstan, dan jumlah kalor
yang dipindahkan selama proses ini adalah beda entalpi antara titik 2 dan titik 3
(Handoko, 1998).
3. Proses Ekspansi
Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada proses tersebut
terjadi suatu proses penurunan tekanan refrigeran dari tekanan kondensasi (titik
3) menjadi tekanan evaporasi (titik 4). Pada saat cairan diekspansikan melalui
katup ekspansi atau pipa kapiler menuju evaporator, temperatur refrigeran juga
turun dari temperatur kondensasi ke temperatur evaporasi. Proses 3-4
merupakan proses ekspansi adiabatik dimana entalpi fluida tidak berubah
sepanjang proses. Refrigeran pada titik 4 berada pada kondisi campuran antara
cairan dan uap, dan terjadi penurunan tekanan (Handoko, 1998).
4. Proses Evaporasi
Proses 4-1 adalah proses penguapan refrigerasi pada evaporator serta
berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1 seluruh refrigeran berada pada
13

kondisi uap jenuh. Selama proses 4-1 entalpi refrigeran naik akibat penyerapan
kalor dari ruang refrigerasi. Besarnya kalor yang diserap adalah beda entalpi
antara titik 1 dan titik 4 dan biasa disebut efek pendinginan (Handoko, 1998).
Evaporator akan menyerap panas kedalam sistem. Pada waktu
refrigerant mendidih pada temperature yang lebih rendah dari substansi yang
diinginkan, refrigerant tersebut menyerap panas dari substansi tersebut.
Evaporator akan menguapkan refrigerant cair ke bentuk gas. Pada akhir
evaporator refrigerant sudah dalam bentuk gas sempurna. Tetapi karena gas
refrigerant masih bertemperatur lebih rendah dari lingkungan sekitranya
membuat proses penyerapan kalor masih terjadi. Proses pemanasan lanjutan
pada tekanan tetap setelah melampaui batas uap jenuh inilah yang disebut
“superheat”.

2.3 Menghitung Beban Pendingin


Beban Pendinginan adalah jumlah total energi panas yang harus
dihilangkan dalam satuan waktu dari ruangan yang didinginkan. Beban ini
diperlukan untuk mengatasi beban panas yang berlebih. Beban panas diakibatkan
oleh panas yang masuk melalui konduksi yaitu beban yang diserap evaporator dan
beban kerja kompresor (Muhsin dan Rasyid, 2017).
a. Beban Pendingin (Q evaporator)
Beban panas yang diserap evaporator dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
(2.1)
dimana:
Q evap = Evaportaor
= entalpi pada titik 1
= entalpi pada titik 2

b. Beban kerja kompresor


(2.2)
dimana:
Q komp = Kompresor
14

= entalpi pada titik 1


= entalpi pada titik 2

c. Menghitung COP
Coefficient of Performance (COP) adalah kinerja AC yang merupakan rasio
antara kalor yang bermanfaat terhadap energi input. Pada AC standar kalor
yang bermanfaat adalah besarnya kalor yang dapat diserap di evaporator
(indoor unit) atau daya pendinginan di evaporator atau dinyatakan sebagai
COPc (Muhsin dan Rasyid, 2017).
Besarnya daya rata-rata kompresor yang digunakan pada berbagai kondisi
selama 120 menit, tampak bahwa daya rata-rata kompresor baik sebagai AC
standar, Jadi jika dilihat dari daya kompresor pada berbagai kondisi tidak terjadi
penghematan daya listrik yang berarti pada penggunaan daya kompresor.
Daya pemanasan yang dibuang di kondesor utama saat penggunaan
kondensor dummy, besar panas buang rata-rata kondensor utama berturut-turut
dimana panas rata- rata yang dimanfaatkan di kondensor dummy 1,21 kW. Panas
buang rata-rata kondensor utama. Berkurangnya daya pemanasan yang dihasilkan
ini sebanding dengan besarnya daya pendinginan yang diperoleh di evaporator
(Muhsin dan Rasyid, 2017).
Menghitung Coefficient of Performance (COP) menggunakan persamaan
sebagai berikut:

(2.3)
Dimana :
COP = Coefficient of Performance
Q Evap = efek pendinginan evaporator (kW)
Q Kompresor = kerja kompresi dari kompresor (kW)

2.4 Rumus Menghitung Beban Pendingin


Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui Beban Pendingin
(Cooling Load) dan COP pada suatu sistem adalah sebagai berikut :
a. Beban Pendingin (Q evaporator)
15

Beban panas yang diserap evaporator dengan menggunakan persamaan


sebagai berikut:
(2.4)
dimana:
Q evap = Evaportaor
= entalpi pada titik 1
= entalpi pada titik 2

Beban kerja kompresor


Beban kerja kompresor menggunakan persamaan sebagai berikut :
(2.5)
dimana:
Q komp = Kompresor
= entalpi pada titik 1
= entalpi pada titik 2

b. Coefficient of Performance (COP)


Untuk mencari Coefficient of Performance (COP) menggunakan rumus
sebagai berikut :

(2.6)

Dimana:
COP : Coefficient of Performance
Qin : Efek pendinginan evaporator (kW)
Win : Kerja kompresi dari koompresor (kW)
(h1 – h4) : Perbedaan entalpi state 1 dengan entalpi state 4 yang terjadi
pada evaporator (kJ/kg)
(h3 – h2) : Perbedaan entalpi state 3 dengan entalpi state 2 yang terjadi
pada kompresor (kJ/kg)
(h3 – h4) : Perbedaan entalpi state 3 dengan entalpi state 4 yang terjadi
pada water heater (kJ/kg) (Muhsin dan Rasyid, 2017).
16

2.1.1 Luas Ruangan dan Volume Ruangan


Luas ruangan yang dimaksud adalah panjang dikalikan lebar dari ruangan
dan untuk volume ruangan ialah jumlah luas ruangan dikalikan dengan tinggi
ruangan.

Gambar 2 5Gambar Luas Ruang dan Volume Ruang


(Arismunandar wiranto, 1995).
2.1.2 Kalor Sensible Daerah Parameter (tepi)
Tambahan kalor oleh transmisi radiasi matahari, jumlah radiasi matahari
melalui jendela adalah sama dengan jumlah radiasi matahari total, sehingga
tambahan kalor oleh transmisi radiasi matahari melalu jendela dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Q = Luas jendela (m2) x jumlah radiasi matahari (2.7)
2.1.3 Beban Transmisi Kalor Melalui Jendela
Dapat dirumuskan :
Q = Luas Jendela (m2) x koefisian transmisi kalor melalui jendela,
K (kkal/m2 jam 0C) x Δt ruanagan (0C) (2.8)
2.1.4 Infiltrasi Beban Kalor Sensibel
Dapat dirumuskan :
{Volume ruangan (m2) x jumlah penggantian ventilasi alamiah (Nn) +
jumlah udara luar x } (2.9)
Jumlah penggantian udara dalam ventilasi alamiah dapat ditentukan
dengan tabel jumlah panggantian (pada lampiran). 0,24 (kkal/kgºC adalah faktor
spesifik dari 1 kg udara, sehingga jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur udara dalam ruangan sebesar 1ºC dapat diperoleh dengan membagi
0,24 dengan volume spesifik (m2/kg) udara luar tersebut
17

2.1.5 Beban Transmisi Kalor Melalui Dinding atau Atap


Dapat dirumuskan :
Q = A x K x ETD
Dimana :
A = Luas dinidng atau atap (m2)
K = Koefisien transmisi kalor dinding atau atap (kkal/ m2 jam 0C)
ETD = Equivalent Temperature Difference (0C)

2.1.6 Beban Kalor Tersimpan dari Ruangan


Perhitungan beban ini untuk keadaan dimana penyegar udara dimulai 2 atau 3 jam
sebelum waktu beban kalor maksimum.
Dapat dirumuskan :
Perhitungan (2.1.1+2.1.2+2.1.3+2.1.5) x (factor beban kalor tersimpan) (2.10)
Faktor beban kalor tersimpan. Dalam perhitungan beban kalor dari suatu
ruangan yang diinginkan, tetapi sebelumnya mengalami pemanasan oleh matahari,
beban kalor sensibel dari ruangan bagian tepi gedung haruslah ditambah dengan
10% - 20%.

2.1.7 Beban Kalor Sensibel Daerah Interior


1. Beban Kalor Dari Partisi, Langit-langit (plafond) dan Lantai
a. Beban Kalor dari Partisi
Dapat dirumuskan :
Luas kompartemen (m2) x koefisien kalor dari kompartemen, K (kkal/m²
jamºC) x selisih temperatur dalam dan luar ruangan, (ºC) (2.11)
b. Beban Kalor Dari Langit-langit
Dapat dirumuskan :
Luas langit-langit (m²) x koefisien transmisi kalor dari langit-langit, K
(kkal/m² jam ºC) x selisih temperature dalam dan luar ruangan, (ºC) (2.12)
c. Beban Kalor dari Lantai
Dapat dirumuskan :
Luas lantai (m²) x koefisien transmisi kalor dari lantai, K (kkal/m² jam ºC)
x selisih temperature dalam dan luar ruangan, (ºC) (2.13)
18

Koefisien perpindahan kalor (K) dari partisi, langit-langit dan lantai dapat
dihitung dengan persamaan seperti pada perhitungan R dinding dan atap. Untuk
perhitungan ini hendaknya Rso tidak digunakan 0,05 seperti pada tabel 2.9,
melainkan 0,125, yaitu tahanan permukaan dalam ruangan. Pada umumnya bahan
kalor dari lantai tanah diabaikan dalam perhitungan beban kalor. Apabila dua
ruangan berdampingan memperoleh penyegaran udara, beda temperatur antara
ruang tersebut dapat dianggap penuh.

2. Beban Kalor Sensibel karean adanya Sumber Kalor Interior


a.Beban Orang
Dapat dirumuskan:
Jumlah orang x kalor sensibel manusia (kkal/jam, orang) x faktor
kelompok (2.14)
Jika tidak diketahui jumlah orang dalam ruangan, pada lampiran mengenai
jumlah kalor sensibel, kalor laten dari orang dan faktor kelompok untuk
laki-laki dewasa. Untuk faktor kelompok wanita haruslah dipakai faktor
kelompok laki-laki dewasa dikali 0,82. Sedang untuk anak- anak dikali
0,75
b.Beban Peralatan
Dapat dirumuskan :
Peralatan, Kw x kalor sensibel peralatan, kkal/Kw x faktor penggunaan
peralatan (2.15)
Besarnya kalor sensibel dari peralatan listrik dapat dilihat pada lampiran.
3. Beban Kalor Latent Daerah Interior
a. Beban Kalor Latent Orang
Dapat dirumuskan :
Jumlah orang x kalor laten manusia (kkal/jam, orang) x faktor kelompok
(2.16)
Untuk laki-laki dewasa, Untuk faktor kelompok wanita haruslah dipakai
faktor kelompok laki-laki dewasa dikali 0,82, sedang untuk anak- anak
dikali 0,7
19

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan, mulai dari studi literature
sampai dengan analisis akhir. Adapun tahapan yang dilakukan data dilihat dari
diagram berikut

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

Analisa Data

Pembahasan

Penulisan Skripsi

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir

3.2 Studi Pustaka


Studi pustaka dalam penelitian ini berupa studi dokumen berupa jurnal-
jurnal, buku- buku, yang berkaitan dengan ekonomi energi dan beban pendingin
dari penggantian refrigeran. Studi dokumen yang dibaca dan dipelajari adalah
sebagai berikut :
20

1. Menghitung beban pendingin ruang rapat PT. X


2. Menghitung Coeficinet Of Performance (COP) dari mesin pendingin ruangan
3.3 Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa data primer
dan data skunder. Data primer merupakan data yang didapat dari hasil wawancara
lagsung ke pihak teknisi Gedung, data yang dibutuhkan adalah data perawatan AC
sebelum dilakukannya penelitian. Data skunder adalah data yang dilakukan
dengan pengujian langsung, langkah-langkah penelitian yang dilakukan yaitu
dengan mengecek/ mengukur tekanan aliran refrigrant R22 (Low Pressure dan
High Pressure) pada mesin pendingin dengan 20 kali pengecekan pada tanggal 16
Desember sampai dengan 20 Desember 2019 pada waktu ruang rapat sedang
dipergunakan.

3.4 Alat dan Bahan


3.1.1 Peralatan yang digunakan
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tang Ampere Berfungsi sebagai pengukur besarnya amper (A) tegangan dan
tahanan (ohm) pada aliran listrik bolak balik dengan batas-batas.
2. Pressure Gauge adalah sebagai alat pengukur tekanan.
3. Temperature Gauge adalah sebagai alat pengukur suhu ruangan.
4. Pompa Vakum Untuk pompa vakum sistem sebelum diisi refrigerant, Pompa
vakum harus dipilih yang baik yang dapat menarik udara sampai beberapa
micron dari vakum mutlak.
5. Bak dan Air secukupnya.
6. Selang secukupnya.
7. Kain.

3.1.2 Bahan Rangkaian AC pada Ruang Rapat PT. X


Adapun rangkaian AC pada ruang rapat PT. X terdiri dari :
1. In – door
Salah satu perangkat Air Conditioner yang terletak didalam ruangan yang
berperan untuk mengeluarkan dan mengatur suhu udara dari rangkaian out –
21

door pada mesin Air Conditioner.

2. Out – door
Perangkat utama pada Air Conditioner yang bekerja sebagai pengolah suatu
suhu yang dihasilkan dari refrigerant 22.
3. Freon
Sebagai bahan dasar untuk Air Conditioner.
4. MUSIcool
Sebagai bahan dasar untuk Air Conditioner.

3.5 Skema
Skema yang dilakukan secara eksperimen adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan Air Conditioner dan peralatan (Tang Ampere, Preassure Gauge,
Temperature Gauge, dan Pompa Vakum)
2. Mencatat suhu pada indoor, outdoor dan tekanan kondensor
3. Air Conditioner dimatikan dan dikuras Freon yang dikerjakan sesuai dengan
SOP.
4. Pemvakuman
5. Pengisian Refrigeran
6. Selanjutnya Air Conditioner dihidupkan kembali serta dites dengan mencatat
indikator.

3.6 Analisa
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan mengumpulkan
semua data yang diperoleh dari pengukuran kemudian melakukan perhitungan
untuk mengetahui Beban Pendingin (Cooling Load) dan unjuk kerja atau COP
(Coefficient of Performance) untuk mengetahui kinerja dari AC Central ruang
rapat PT. X dengan refrigerant R- 22.
22

3.7 Tabel Pengambilan Data


Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yang dapat
digambarkan pada tabel

Estimasi Analisis Bulan Ke-


No Aktivitas
1 2 3 4 5
1 Studi Pustaka
2 Pengambilan Data
3 Analisa Data
4 Pembahasan
5 Pembuatan Laporan
3. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian yang ditampilkan berdasarkan jenis variasi yang
dilakukan pada penelitian ini dan dibedakan pada jenis pressure (Low Press dan
High Press).
a. Data Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Pengambilan Data Low Pressure dan High Pressure
Penelitian pada Ruang Rapat PT. X
Tanggal Waktu Low Pressure High Pressure
(Jam) (kPa) (kPa)
16 Desember 10.00 310,3 1.861,7
2019 12.00 310,3 1.965,1
14.00 289,6 1.930,6
16.00 289,6 1.723,6
17 Desember 08.00 310,3 1.896,1
2019 11.00 310,3 1.999,6
13.00 289,6 1.930,6
15.00 289,6 1.827,2
18 Desember 10.00 289,6 1.723,8
2019 13.00 310,3 1.965,1
15.00 296,5 1.930,6
16.00 289,6 1.965,1
19- Desember 08.00 310,3 1.758,2
2019 11.00 289,6 1.930,6
13.00 296,5 1.999,6
15.00 289,6 1.965,1
20 Desember 08.00 289,6 1.930,6
2019 11.00 310,3 1.965,1
13.00 310,3 1.827,2
15.00 289,59 1.792,7
Pada tabel hasil penelitian yang telah dijabarkan, hasil penelitian
dibedakan berdasarkan variasi low pressure dan high pressure. Data diambil
setiap 2 jam sekali, sampai hingga selesai nya kegiatan rapat yang terdapat
diruangan rapat PT. X.

4.2 Hasil Pengolahan Data


Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Beban Pendingin dan COP
Tanggal Waktu LP HP (Q Evap) COP
(Jam) (kPa) (kPa) (kJ/kg) (kJ/kg) (Hf) (kJ/kg)
16 10.00 310,3 1.861,7 399,7 417,3 260,7 139,0 7,9
Desember 12.00 310,3 1.965,1 399,7 418,3 263,9 135,8 7,3
2019
14.00 289,6 1.930,6 398,9 419,1 262,8 136,1 6,7
16.00 289,6 1.723,6 398,9 417,0 256,2 142,7 7,9

Data hasil perhitungan selangkapnya ada pada lampiran.


Keterangan :
LP = Low Pressure
HP = High Pressure
= Enthalpy pada titik 1

= entalphy pada titik 2

= Enthalpy pada titik 3

= Enthalpy pada titik 4

Q evap = Beban pendingin pada evaporator


COP = Coefficient of Performance
Gambar 4.1 Diagram P-h
a. Menentukan nilai

Dengan mempergunakan data yang diperoleh dari tabel temperature Dupont


Freon R22 Saturation Properties. Berikut adalah contoh perhitungan pada
Low Press 45 Psi dan High Press 270 Psi di waktu jam 10.00 pagi pada saat
rapat.
Jika nilai 1 Psi = 6.895 kPa
Maka nilai dari 45 Psi = 310,3 kPa
= 45 Psi → 310,3

Dengan menggunakan tabel uap jenuh R22 (DuPont, 2015) maka diperoleh
hasil sebagai berikut :

Tabel 4.3 Tabel Uap Jenuh 1 (DupontTM Freon”22 Saturation Properties –


Temperatur Table)
Entropy
Volume (m3/kg) Density (kg/m3) Enthalpy (kJ/kg)
Temp Pressure (kJ/K-kg) Temp
o 0
C (kPa) Liquid Vapour Liquid Vapour Liquid Latent Vapour Liquid Vapour C
Vf Vg df dg Hf Hg Hg Sr Sg
-15 296.2 0.0008 0.0775 1331.0 12.900 182.7 216.5 399.2 0.935 1.774 -15
-14 307.3 0.0008 0.0749 1328.0 13.360 183.8 215.8 399.6 0.940 1.773 -14

-13 318.7 0.0008 0.0723 1324.0 13.830 185.0 215.0 400.0 0.944 1.771 -13
-12 330.4 0.0008 0.0699 1321.0 14.310 186.1 214.3 400.4 0.949 1.769 -12

Pada tabel 4.3 diatas untuk nilai pressure 310,3 kPa tidak ada, maka kita
ambil nilai pressure yang diberi warna merah.
= 307,3 kPa  -140C (berwarna merah pada tabel 4.3)
= 310,3 kPa 
= 318,7 kPa  -130C (berwarna merah pada tabel 4.3)
Menentukan nilai temperature pada hasil menggunakan rumus Interpolasi
Linier sebagai berikut :

(4.1)

Jika, x1 = 307,3; x2 = 310,3; y1 = -14; y2 = -13; x = 318,7 maka :

Jadi nilai untuk 318,7 kPa adalah 13,70C.

Untuk menentukan Nilai pada Vapour (Hg) (Enthalpy) pada temperature


dengan menggunakan tabel DuPont Freon 22 Saturation Properties diatas
(tabel 4.3), sebagai berikut :
Pada tabel 4.3 diatas untuk nilai Vapour (Hg) (Enthalpy) pada temperature
tidak ada maka kita diambil temperature - 14 ⁰C dengan nilai Vapour Hg
399,6 dan temperature - 13⁰C dengan nilai Vapour Hg 400,00 (dalam tabel
4.3 diatas berwarna biru).
Jika, x1 = 14; x2 = 13; y1 = 399,6; y2 = 400; x = 13,7 maka, y=
Jadi nilai untuk temperature 13,70C adalah 399,7 kJ/kg

b. Menentukan nilai

Jika nilai 1 Psi = 6.895 kPa


Maka nilai dari 270 Psi = 1861,7 kPa
= 270 Psi → 1861,7 kPa

Dengan menggunakan tabel Saturation Properties R22 (DuPont, 2015) maka


diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tabel Uap Jenuh 1 (DupontTM Freon”22 Saturation Properties –


Temperatur Table)
Entropy
Volume (m3/kg) Density (kg/m3) Enthalpy (kJ/kg)
Temp Pressure (kJ/K-kg) Temp
o 0
C (kPa) Liquid Vapour Liquid Vapour Liquid Latent Vapour Liquid Vapour C
Vf Vg df dg Hf Hg Hg Sr Sg
47 1812.0 0.0009 0.0126 1097.0 79.500 259.1 158.1 417.2 1.196 1.689 47
48 1855.0 0.0009 0.0123 1092.0 81.590 260.5 156.8 417.3 1.200 1.688 48
49 1899.0 0.0009 0.0119 1087.0 83.740 261.9 155.5 417.4 1.204 1.687 49
50 1943.0 0.0009 0.0116 1082.0 85.950 263.2 154.2 417.4 1.208 1.685 50

Pada tabel 4.4 diatas untuk nilai pressure 1861,7 kPa tidak ada, maka kita
ambil nilai pressure yang diberi warna merah.
= 1855,0 kPa  480C (berwarna merah pada tabel 4.4)
= 1861,7 kPa 
= 1899,0 kPa  490C (berwarna merah pada tabel 4.4)
Menentukan nilai temperature pada hasil menggunakan rumus Interpolasi
Linier sebagai berikut :
Jika, x1 = 1855,0; x2 = 1899,0; y1 = 48; y2 = 49; x = 1861,7 maka y =

Untuk menentukan Nilai pada Enthalpy (kJ/kg) pada 48,150C (1861,7


kPa) tabel DuPont Freon 22 Superheated Vapor – Constant Pressure Table,
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Tabel Uap Panas Lanjtu R22 (DupontTM Freon”22 Superheated Vapor –
Constant Pressure Tables)
V = Volume in m3/kg H= Enthalphy S = Entrophy in kJ/kg-K Saturation Properties In ( )
1800 1900 2000 2100 Temp0C
Tem (46,710C) (43.030C) (51.270C) (53.430C)
o
p C V H S V H S V H S V H S
(0.0127) (417.1) (1.690) (0.0119) (417.4) (1.687) (0.01130) (417.5) (1.683) (0.0106) (417.6) (1.680)
50 0.0130 420.6 1.700 0.0120 418.4 1.690 - - - - - - 50

55 0.0135 425.6 1.716 0.0126 423.7 1.706 0.0116 421.6 1.696 0.0108 419.4 1.686 55
60 0.0140 430.5 1.731 0.0130 428.7 1.721 0.0121 426.9 1.712 0.0113 424.9 1.702 60

1. Pada tabel 4.5 tersebut diatas untuk temperature 48,15⁰C (1861,7 kPa) tidak
ada, maka untuk pengambilan data pertama kalinya kita ambil untuk P = 1800
kPa pada temperatur 50⁰C didapat nilai H = 420,6 dan untuk temperatur 55 ⁰C
didapat nilai H = 425,6 (pada tabel 4.5 berwarna merah), maka jika di ketahui
x1=50; x2=55; y1=420,6; y2=425,6; x=48,15 , dan untuk mencari nilai y
yaitu dengan menggunakan rumus Interpolasi Linear
Jadi, setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan interpolasi
diperoleh nilai enthalpy pada 1800 kPa yaitu = 418,75 kJ/kg

2. Pada tabel 4.5 tersebut diatas untuk temperature 48,15⁰C (1861,7 kPa) tidak
ada, maka untuk pengambilan data yang kedua kalinya kita ambil untuk P =
1900 kPa pada temperatur 50⁰C didapat nilai H = 418,4 dan untuk temperatur
55⁰C didapat nilai H = 423,7 (pada tabel 4.5 berwarna merah) maka jika di
ketahui x1=50; x2=55; y1=418,4; y2=423,7; x = 48,15 , dan untuk mencari
nilai y yaitu dengan menggunakan rumus Interpolasi Linear

,3

Jadi, setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan interpolasi


diperoleh nilai enthalpy pada 1900 kPa yaitu = 416,43 kJ/kg

Dari perhitungan 1 untuk P = 1800 kPa ditemukan nilai enthalpy 418,75


kJ/kg dan perhitungan 2 untuk P =1900 kPa ditemukan nilai enthalpy 416,43
kJ/kg maka untuk menentukan nilai h2 pada 1861,7 kPa dengan
menggunakan rumus interpolasi jika diketahui, x1=1800; x2=1900;
y1=418,75; y2=416,43; x=1861,7 , maka nilai y adalah :
c. Menentukan nilai

P = 1861, 7 kPa
Pada tabel 4.4 tersebut diatas untuk P = 1861,7 kPa tidak ada, maka untuk
pengambilan data kita ambil untuk P = 1855,0 (dalam tabel 4.4 berwarna
merah) akan didapat nilai enthalphy liquid Hƒ = 260,5 kJ/kg (dalam tabel
berwarna biru) dan untuk P = 1899,0 kPa 0 (dalam tabel 4.4 berwarna merah)
akan didapat nilai enthalphy liquid Hƒ = 261,9 kJ/kg (dalam tabel berwarna
biru).
= 1855,0 kPa  260,5 kJ/kg (berwarna biru pada tabel 4.4)
= 1861,7 kPa 
= 1899,0 kPa  261,9 kJ/kg (berwarna biru pada tabel 4.4)
Maka akan diperoleh hasil sebagai berikut ;
Jika, x1=1855,0 x2=1899,0, y1=260,5, y2=261,9, x=1861,7 maka, y =
Menentukan nilai temperature pada hasil menggunakan rumus

Interpolasi Linier sebagai berikut :

Jadi = 260,7 kJ/kg

d. Menentukan Nilai Beban Mesin Pendingin (Q evap)


(4.2)

Q Evap = 399,7 kJ/kg – 260, 7 kJ/kg


Q Evap = 139,0 kJ/kg
e. Menentukan Nilai Cara Kerja Kompresor
(4.3)

Q komp = 417,3 kJ/kg – 399,7 kJ/kg


= 17,6 kJ/kg

f. Menentukan Nilai COP (Coefficient of Performance)

(4.4)

4.3 Parameter Beban Pendingin Sensible dan Beban Pendingin Latent


Pada perhitungan beban pendingin Sensible dan Beban Pendingin Latent
tersebut dibutuhkan data-data seperti berikut:
a. Luasan Area dan Volume Ruangan:
Kaca Sisi timur : 22,5 m2
Luas Area Ruang Rapat : 96 m2
Tinggi Plafond :4m
Volume Ruangan : 384 m3
Jumlah Penghuni : 19 orang
b. Kondisi luar ruang :
Temperature bola kering (DB) : 32 0C
Temperature bola basah (WB) : 27 0C
Kelembapan relative Rata-rata : 70%
c. Kondisi dalam ruangan yang diinginkan :
Temperature bola kering : 24 ± 1 0C
Kelembapan rata-rata : 55 ± 10%
d. Jumlah penghuni rata-rata dalam ruangan kantor : 10 m2/orang
Kebutuhan udara segar setia penghuni : 18 CMH/orang
4.3.1 Beban Panas Sensible
Ruangan diperoleh dari beban panas transmisi yang melalui dinding, kaca, partisi,
lantai dan atap, beban panas yang diperoleh dari isi ruangan seperti orang, lampu-
lampu dan peralatan-peralatan yang menghasilkan panas dan beban panas yang
diperoleh dari udara luar yang masuk kedalam ruangan.
a. Beban transmisi kalor melalui kaca sisi timur
Dalam tabel koefisien transimisi kalor dari jendela (Wiranto, 1995). nilai
untuk koefisien transimisi kalor dari jendela satu pelat kaca adalah 5,5 kkal/
m2 jam 0C, maka untuk menentukan beban transmisi kalor melalui kaca sisi
timur dapat menggunakan rumus :
Qtm = Akaca x Koefisien transmisi kalor x Δt

= 22,5 m2 x 5,5 x (32-25)


= 866,25kkal/jam
b. Infiltrasi Beban Kalor sensible
Untuk nilai jumlah pertukaran udara alami adalah 1 sesuai dengan tabel
jumlah penggantian (Wiranto, 1995). untuk rumah standar.
Dalam hal ini bisa dikategorikan dengan type rumah standar,
0,24m3/volume spesifik udara luar 0,24 adalah kalor spesifik dari 1 kg udara
kering, dan untuk jumlah udara luar adalah 18 m/jam per orang, karena
dikategorikan ke dalam ruangan tanpa perokok sesuai tabel Udara keluar
masuk ruangan penyegaran (Wiranto, 1995).
Infiltrasi Beban Kalor sensible dengan asumsi penghuni ruangan sebesar
19 orang dengan kebutuhan udara segar sebanyak 18 cmh/orang.
Q = 19 orang x 18 cmh/orang
= 342 m3/jam
Qorang = (volume ruangan - kebutuhan udara segar x (Δt)
Qorang = (384 m3 x 342 m3) x (32-25)
Qorang = 42 m3 x 7
Qorang = 294 kkal/jam
c. Beban Transmisi Kalor Melalui Atap
1. Rs0 = tahanan transmisi kalor permukaan luar (0,05 m2 jam 0C/kkal)
2. Rs1 = tahanan transmisi kalor permukaan dalam (0,125 m2 jam 0C/kkal)
Nilai diatas dapat diperoleh dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Hambatan Kalor Permukaan
Bagian luar Rs0 0,05 m2 jam 0C/kkal
Bagian dalam Rs1 0,125 m2 jam 0C/kkal
(Wiranto, 1995)

Tabel 4.7 Koefisien Transmisi Kalor dan Kapasitas Kalor Atap


Tabel atap (mm) Koefisien Koefisien
transmisi kalor per
kalor K 1m2
(kkal/m2h0C) (kkal/m2h0C)
Kayu, asbestos semen, langit-langit (12mm 2,86 7,5
HARDTEX)
Adukan Biasa Tebal Dengan 1,94 1,94
semen rapat beton langit-langit
air 20mm 100mm Tanpa 3,45 3,45
langit-langit
Tebal Dengan 1,81 77,9
beton langit-langit
150mm Tanpa 3,78 81,9
langit-langit
Lapisan Biasa Tebal Dengan 1,58 63,4
adukan beton langit-langit
semen 120mm Tanpa 2,46 67,4
20mm langit-langit
Beton sinder Tebal Dengan 1,13 77,9
60 mm beton langit-langit
Aspal rapat 150mm Tanpa 2,34 81,9
air 10 mm langit-langit

(Wiranto, 1995)
Tebal plat/slab atap adalah 150 mm.
R = r x (tebal slab antai atap)
= 1,45 m jam 0C/kkal x 0,15 m
= 0, 217 m2 jam 0C/kkal
Rr = (0,050 + 0,125 + 0,217) m2 jam 0C/kkal
= 0,392 m2 jam 0C/kkal
Beban kalor pada atap adalah:
Qatap = (96) x (2,55) x (18,9)
= 4646,72 kkal/jam

Tabel 4.8 Tahanan Kalor dan Kapasitas Kalor dari Bahan Bangunan
Tahanan konduksi
Tahanan Kapasitas
kalor
Nama konduktivitas kalor Kalor
m2 jam /kkal
m2 jam /kkal kkal/ m3 0C
Tebal R
Beton (biasa) - 0,714 481
Beton (ringan) - 2,22 447
Beton (sinder) - 1,45 427
Adukan semen - 1,07 551
Plester (adukan kapur) - 1,9 485
Kayu - 7,35 247
Genteng - 0,91 624
Batu bata 0,4 - 332
Kaca 0,0045 - 483
Aspal - 1,6 491

(wiranto, 1995)

Beban kalor tersimpan adalah


= Qtm + Qorang + Qatap
= 866,25 + 294 + 4646,72
= 5806,97 kkal/jam
d. Beban Kalor Sensibel Daerah Interior
Beban kalor sensible manusia bisa dilihat pada tabel 4.9 yaitu 49 kkal/jam
dan faktor kelompok adalah 0,947

Tabel 4.9 Jumlah Kalor Sensibel, Kalor Laten dari Orang dan Faktor Kelompok
Jumlah Jumlah kalor radiasi untuk perancangan
Kalor total Faktor
Kondisi Kerja Bangunan orang (laki- Kalor kelompok
250C 260C 270C
laki) dewasa pada orang yang
(kkal/jam) bekerja
Sensible 53 50 46
Duduk dikursi Gedung 87 0,897
Laten 25 28 32
Bekerja di Kantor Sensible 53 49 45
106 0,947
belakang meja Hotel Laten 47 51 55
Berdiri atau Toko serba Sensible 61 52
berjalan ada 123 0,818
Laten 40 44 49
lambat Toko eceran
Sensible 68 62 55
Dansa Ruang dansa 201 0,944
Laten 122 128 136
Sensible 155 110 106
Bekerja Pabrik 335 0,967
Laten 209 214 218
(Wiranto, 1995)

Sehingga beban kalor sensible karena adanya sumber kalor interior adalah:
Q = jumlah orang x kalor sensible x faktor koreksi
= 19 x 49 x 0,947
= 881,657 kkal/jam
Jadi jumlah panas sensible yang berasal dari manusia di ruangan tersebut
adalah 881,657 kkal/jam
e. Beban kalor peralatan untuk ruang office
Heat gain lampu penerangan dan peralatan, alat yang digunakan akan
menghasilkan panas yang mengakibatkan temperature ruangan naik, sehingga
data-data spesifikasi mesin ataupun peralatan bisa sebagai acuan.
Untuk ruang Rapat ini, yang biasa digunakan hanya peralatan komputer
dan lampu saja. lampu pada ruangan ini terdiri dari 3 bagian yaitu, lampu
pinggir kanan dan kiri, lampu tengah dan lampu sisi drop.
1. Komputer
Q = (Peralatan, kW) x 0,860 kkal/kW x faktor Penggunaan
= (1 x 0,45) x (0,860) x (10)
= 3,87 kkal/jam
2. Lampu Pinggir Kanan dan Kiri
Q = (∑ lampu , kW) x 0,860 kkal/kW x faktor penggunaan)
= (16 x 15) x (0,860) x (19)
= 3921,6 kkal/jam
3. Lampu Tengah
Q = (∑ lampu , kW) x 0,860 kkal/kW x faktor penggunaan)
= (10 x 10) x (0,860) x (19)
= 1634 kkal/jam
4. Lampu Sisi Drop
Q = (∑ lampu , kW) x 0,860 kkal/kW x faktor penggunaan)
= (120 x 5) x (0,860) x (19)
= 9804 kkal/jam
Total = 1 + 2 + 3 + 4
= 3,87 + 3921,6 + 1634 + 9804
= 15363,47 kkal/jam
Jadi beban panas pada peralatan dan lampu penerangan adalah sebesar 15363,47
kkal/jam

4.3.2 Beban Panas Sensible


Diperoleh dari jumlah orang yang menghuni dan beban udara yang masuk
dalam ruangan. Perhitungan kalor laten oleh sumber penguapan interior, hanya
dilakukan pada jumlah orang yang berada didalam ruangan, sehingga :
Q = (jumlah orang) x (kalor laten manusia) x (faktor kelompok)
= 19 x 47 x 0,947
= 845,671 kkal/jam
4.3.3 Jumlah Beban Ruangan
1. Beban transmisi kalor melalui kaca sisi timur = 866,25 kkal/jam
2. Infiltrasi Beban Kalor sensible = 294 kkal/jam
3. Beban Transmisi Kalor Melalui Atap = 4646,72 kkal/jam
4. Beban Kalor Sensibel Daerah Interior = 881,657 kkal/jam
5. Beban kalor peralatan untuk ruang office = 15363,47 kkal/jam
6. Beban kalor laten oleh sumber penguapan interior = 845,671 kkal/jam
Sehingga total beban ruangan adalah :
∑ = (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6) kkal/jam
= (866,25 + 294 + 4646,72 + 881,657 + 15363,47 + 845,671 kkal/jam
= 22897,768 kkal/jam

Beban yang diperlukan untuk mengkondisikan ruangan Rapat adalah


sebesar 22897,768 kkal/jam, sehingga didapatkan hasil bahwasanya temperature
diruang rapat tersebut adalah temperature yang nyaman untuk dihuni.

Gambar 4.2 Diagram Low Pressure dengan h1, h2 dan h3 (h4)


Gambar 4.3 Diagram Low Pressure Dengan Beban Pendingin

Gambar 4.4 Diagram Low Pressure Dengan COP


Gambar 4.5 Diagram High Pressure Dengan H1, H2, Dan H3 (H4)

Gambar 4.6 Diagram High Pressure Dengan Beban Pendingin


Gambar 4.7 Diagram High Pressure Dengan COP
46

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwasanya penelitian yang
dilakukan selama 5 hari dengan 20 kali pengukuran dapat disimpulkan bahwa :

1. Beban mesin pendingin rata – rata yang dihasilkan yaitu 137,6 kJ/kg.

2. Nilai COP (Coefficient of Performance) rata – rata yang dihasilkan yaitu 7,4

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, bahwa hubungan antara Beban


Pendingin dan COP (Coefficient of Performance) adalah semakin besar nilai
beban pendingin yang diperoleh maka, semakin besar pula nilai yang dihasilkan
oleh COP (Coefficient of Performance).

5.2 Saran
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah bagi
pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
terkait dengan beban pendingin dan COP (Coefficient of Performance) serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya, diperlukan modifikasi variable-variable
independen baik menambah variable atau menambah time series datanya.
Sehingga akan jauh lebih objektif dan bervariasi dalam melakukan penelitian.

Memperbanyak sumber-sumber atau literatur untuk dijadikan referensi


yang dapat dijadikan pedoman untuk mempermudah dalam dalam penulisan
laporan tugas akhir.

DAFTAR PUSTAKA
47

Arief Susanto, Yenni Arnas., ST., M.Si , Zulham Hidayat., S. (2017). C pada suhu
dan 55% ± 10% pada kelembaban udara relatif. Kata Kunci : Kenyamanan,
Beban Pendingin, dan Alat Pengkondisi Udara.

Arismunandar wiranto. (1995). Penyegaran Udara. Penyegaran Udara, Retrieved


from http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933

ASHRAE. (2017). ASHRAE fundamental handbook SI.

Aziz, A., Herisiswanto, Ginting, H., Hatorangan, N., & Rahman, W. (2016).
Analisis Kinerja Air Conditioning Sekaligus Sebagai Water Heater. (June
2014). https://doi.org/10.13140/RG.2.1.2396.5840/1

Beban, P. V., Dan, W. P., Ruang, T., Performasi, T., & Pendingin, M. (2016).
Mastur, Khanif Setiyawan, Bambang Sugiantoro. 17(1),

Darsopuspito, A. N. C. dan S. (2014). Studi Eksperimen Variasi Beban


Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi. 3(1),

DuPont. (2015). Thermodynamic Properties of DuPont Freon® 22 (R-22)


Refrigerant.http://www2.dupont.com/Refrigerants/en_US/assets/downloads/
k05736_Freon22_thermo_prop.pdf

Gunawan, R. (1998). Sistem Refrigerasi Uap. 4698,

Handoko, A. (1998). Siklus Kompresi Uap. (7), 3–4.

Muhsin, Z., & Rasyid, A. R. (2017). Analisis Unjuk Kerja ( COP ) Mesin
Pendingin Hibrid dengan Menggunakan Refrigeran R-22.
https://doi.org/http://ojs.unm.ac.id/teknologi/article/download/7470/4341

Nasution, M. Y. (2005). Pengaruh Udara Infiltrasi Terhadap Beban Pendinginan.

Puji Joko Purwanto. (2007). Sistem Pendingin dan Tata Udara. (2014),

LAMPIRAN

Lampiran 1 Data hasil perhitungan beban pendingin dan COP


48

(Q
Waktu LP HP
Tanggal Evap) COP
(Jam) (kPa) (kPa) (Hg) (kJ/kg) (Hf) (kJ/kg)

16
10.00 310,3 1.861,7 399,7 417,3 260,7 139,0 7,9
Desember

12.00 310,3 1.965,1 399,7 418,3 263,9 135,8 7,3


2019
14.00 289,6 1.930,6 398,9 419,1 262,8 136,1 6,7
16.00 289,6 1.723,8 398,9 417,0 256,2 142,7 7,9

17
08.00 310,3 1.896,1 399,7 417,4 261,8 137,9 7,8
Desember

11.00 310,3 1.999,6 399,7 417,6 265,0 134,8 7,5


2019
13.00 289,6 1.930,6 398,9 417,5 262,8 136,1 7,3
15.00 289,6 1.827,2 398,9 417,3 259,6 139,3 7,6
18
10.00 289,6 1.723,8 398,9 417,0 256,2 142,7 7,9
Desember

13.00 310,3 1.965,1 399,7 418,3 263,9 135,8 7,3


2019
15.00 296,5 1.930,6 399,2 419,1 262,8 136,4 6,9
16.00 289,6 1.965,1 398,9 418,3 263,9 135,0 7,0
19- 08.00 310,3 1.758,2 399,7 417,1 257,3 142,4 8,2
Desember
11.00 289,6 1.930,6 398,9 419,1 262,8 136,1 6,7
2019
13.00 296,5 1.999,6 399,2 417,6 265,0 134,2 7,3

15.00 289,6 1.965,1 398,9 418,3 263,9 135,0 7,0

20 08.00 289,6 1.930,6 398,9 419,1 262,8 136,1 6,7


Desember
11.00 310,3 1.965,1 399,7 418,3 263,9 135,8 7,3
2019
13.00 310,3 1.827,2 399,7 417,3 259,6 140,1 8,0
15.00 289,5 1.792,7 398,9 417,3 258,5 140,4 7,6

BEBAN PENDINGIN RATA-RATA = 137,6 kJ/kg


COP RATA-RATA = 7,4
49

Keterangan :

LP = Low Pressure
HP = High Pressure

= Enthalpy pada titik 1

= entalphy pada titik 2

= Enthalpy pada titik 3

= Enthalpy pada titik 4

Q evap= Beban pendingin pada evaporator


COP = Coefficient of Performance
50

Lampiran 2 Data thermodinamic properties of


dupont freon 22 (R-22)
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

Anda mungkin juga menyukai