Anda di halaman 1dari 90

TUGAS AKHIR

ANALISIS ALAT PENGGILING DAGING KONSUMSI


DENGAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK AC KAPASITAS 6
KG/JAM

Diajukan Untuk memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana


Strata Satu (S-1) Pada Program Studi Teknik Mesin

Disusun Oleh :

FERI HERLAMBANG

Nim :1770011045

Peminatan :Konstruksi & Perancangan

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA

JAKARTA

2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS ALAT PENGGILING DAGING KONSUMSI


DENGAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK AC KAPASITAS 6
KG/JAM

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Strata
Satu (S-1)

Disusun oleh :

FERI HERLAMBANG

NIM : 1770011045

PEMINATAN : Konstruksi dan Perancangan

Jakarta, 20 Juni 2021

Telah diperiksa dan disetujui

Dosen Pembimbing I Dosen pembimbing II

Ir. Muchayar, MT Ajat Zatmika, ST, MT


NIDN : 0311065601 NIDN : 0328037603
Mengetahui

Ketua Program Studi Teknik Mesin

Denny Prumanto, S.T., M.T


NIDN : 0308037903

iii
LEMBAR ASISTENSI

(Syarat Asistensi Minimal 8 Kali Asistensi)

Nama : Feri Herlambang

NIM : 1770011045

Jenis Tugas : Tugas Akhir

Judul :Analisis Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan


Penggerak Motor Listrik AC Kapasitas 6 Kg/Jam

Pembimbing I : Ir. Muchayar M.T

Pembimbing II : Ajat Zatmika, S.T, M.T

iv
ABSTRAK
Pada era globalisasi saat ini menuntut orang untuk berperan aktif menggunakan
kreatifitas dan kemampuan berinovasi guna menghasilkan suatu produk yang
berkualitas. Oleh karena itu, banyak pihak yang berlomba-lomba untuk membuat
atau mengembangkan teknologi yang memiliki manfaat dan lebih ekonomis.
Banyak peralatan-peralatan bantu baru yang dibuat orang. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu dan mempermudah dalam proses kerja. Peralatan yang diciptakan
tersebut meliputi segala aspek, bisa dalam skala industri maupun skala rumah
tangga dengan desain yang komplek maupun desain sederhana. Dengan adanya
mesin yang diciptakan, kegiatan di rumah tangga bisa lebih ektif dan mudah seperti
halnya dalam proses pengolahan daging konsumsi untuk dijadikan sebagai bahan
makanan lain, salah satu proses pengolahan daging ayam adalah penggilingan yang
bertujuan menghancurkan dan menghaluskan daging sehingga bisa di buat makanan
lain seperti bakso. Mesin penggiling ini memiliki dimensi 52 cm x 52 cm x 72 cm
dengan konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan. Penggerak utama mesin
pencacah plastik menggunakan motor listrik 1 phase dengan daya sebesar 200 watt
dan putaran 2800 rpm.
Kata kunci : Motor AC, Poros, Gaya Potong.

ABSTRACT
In the current era of globalization requires people to play an active role using
creativity and the ability to innovate to produce a quality product. Therefore, many
parties are competing to create or develop technology that has benefits and is more
economical. Many new tools are made by people. This is intended to assist and
simplify the work process. The equipment created covers all aspects, both on an
industrial scale and on a household scale with complex designs or simple designs.
With the machine that was created, activities in the household can be more effective
and easy as in the process of processing consumption meat to be used as other food
ingredients, one of the processing processes for chicken meat is grinding which
aims to crush and refine meat so that it can be made into other foods such as
meatballs. This grinding machine has dimensions of 52 cm x 52 cm x 72 cm with a
simple construction and easy to operate. The main mover of the plastic chopping
machine uses a single phase electric motor with a power of 200 watts and a rotation
of 2800 rpm.
Keywords : Ac Motor, Shaft, Cutting Force.

v
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat, rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir yang berjudul “Analisis Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan

Penggerak Motor Listrik Ac Kapasitas 6 kg/jam”.

Laporan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T) pada Program Studi Teknik Mesin

Fakuktas Teknik Universitas Krisnadwipayana.

Terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak, sehingga pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan

penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sangat tulus kepada :

1. Allah SWT yang masih memberikan banyak nikmat kepada penulis

sampai saat ini, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini

dengan baik.

2. Kedua orang tua dan keluarga yang tidak henti-hentinya mendo`akan,

membimbing, mendukung dan terus memotivasi saya sampai penulisan ini

selesai.

3. Bapak Denny Prumanto, ST., MT selaku Ketua Program Studi Teknik

Mesin Universitas Krisnadwipayana.

4. Bapak Ir. Muchayar, MT selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ajat

Zatmika, ST., MT selaku Dosen Pembimbing II.

vi
5. Bapak Nurkim, ST., MM., MT selaku Seketaris Program Studi Teknik

Mesin Universitas Krisnadwipayana.

6. Segenap Dosen Program Studi Jurusan Teknik Mesin Universitas

Krisnadwipayana.

7. Kawan-kawan seperjuangan Teknik Mesin Universitas Krisnadwipayana

yang telah mendukung terselesaikan Tugas Akhir.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih

memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga penulisan

Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya

bagi semua pihak.

Jakarta, 21 juni 2021

Feri Herlambang

vii
DAFTAR ISI

HalamanJudul.........................................................................................................i

SK Dekan................................................................................................................ii

HalamanPengesahan............................................................................................iii

Lembar Asistensi ..................................................................................................iv

Abstraksi ............................................................................................................... v

Kata Pengantar ................................................................................................... vi

Daftar Isi .............................................................................................................viii

Daftar Gambar .................................................................................................. xii

Daftar Notasi ..................................................................................................... xiv

Daftar Tabel.......................................................................................................xvii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Perumusan Masalah……………………………………………………….2

1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………………….3

1.4. Batasan Masalah…………………………………………………………...3

1.5. Hipotesis…………………………………………………………………...4

1.6. Metode Penelitian………………………………………………………….4

viii
1.7. Sistematika Penulisan……………………………………………………...5

BAB II ................................................................................................................ 7

LANDASAN TEORI ........................................................................................... 7

2.1. Pengertian Daging…………………………………………………………7

2.1.1. Pengertian Daging Ayam .............................................................. 7

2.1.2. Sejarah Alat Penggiling Daging .................................................... 7

2.2. Pengertian Mesin Penggiling Daging……………………………………...8

2.2.1. Fungsi Mesin Penggiling Daging ................................................ 10

2.2.2. Prinsip Kerja Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan Penggerak

Motor Listrik AC ........................................................................ 10

2.3 Perencanaan Rangka Alat Penggiling Daging…………………………...11

2.3.1. Perhitungan Kekuatan Kerangka ................................................. 12

2.3.2. Jenis Pengelasan ......................................................................... 13

2.3.2.1. Kekuatan Sambungan Las ........................................................... 14

2.4. Motor Penggerak…………………………………………………16

2.4.1. Motor Arus Bolak-Balik ............................................................ 17

2.5. Belt Yang Digunakan Untuk Alat Penggiling Daging…………………...19

2.5.1. Kecepatan Linear Sabuk-V ......................................................... 20

2.5.2. Panjang Belt................................................................................ 20

2.5.3. Gaya-Gaya Pada Belt .................................................................. 21

ix
2.6. Pulley……………………………………………………………………..22

2.7. Poros……………………………………………………………………...23

2.7.1. Macam-macam Poros.................................................................. 24

2.7.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros.................................. 25

2.7.3. Perhitungan Poros ....................................................................... 26

2.8. Pasak……………………………………………………………………..28

2.8.1. Fungsi Pasak Pada Mesin ............................................................ 28

2.8.2. Jenis Pasak Pada Elemen Mesin .................................................. 29

2.8.3. Hal yang Perlu diperhatikan Dalam Pemilihan Pasak .................. 31

2.8.4. Perhitungan Perencanaan Pasak .................................................. 31

2.9. Bearing (Bantalan)……………………………………………………….33

2.9.1. Jenis-jenis Bearing (bantalan) ..................................................... 33

2.9.2. Gesekan dan Prediksi Umur Bantalan ......................................... 35

2.10. Komponen Utama Alat Penggiling………………………………………36

BAB III ............................................................................................................. 39

METODE PENELITIAN ................................................................................... 39

3.1. Prosedur Penelitian……………………………………………………….39

3.1.1. Observasi Lapangan .................................................................... 39

3.1.2. Wawancara ................................................................................. 39

3.1.3. Studi Literatur............................................................................. 39

x
3.1.4. Pengambilan Data ....................................................................... 40

3.1.5. Tinjauan Pustaka......................................................................... 40

3.2. Diagram Alir……………………………………………………………..41

3.3. Gambar Mesin Penggiling Daging………………………………………42

3.4. Perakitan Mesin………………………………………………………….43

BAB IV ............................................................................................................. 45

PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN .......................................................... 45

4.1. Desain Perencanaan Kerangka Mesin Penggiling Daging……………….45

4.1.1. Reaksi Gaya Pada Rangka .......................................................... 46

4.1.2. Kekuatan Las .............................................................................. 47

4.2. Gaya dan Daya Mesin ……………………………………………………48

4.2.1. Daging Sapi………………………………………………………48

4.2.2. Mencari Torsi Daging Sapi …………………………………....49

4.2.3 Mencari Kecepatan Sudut ……………………………………… 49

4.2.4. Besaran Daya…………………………………………………….50

4.2.5. Daging Ayam…………………………………………………….50

4.2.6. Mencari Torsi Daging Ayam…………………………………….50

4.2.7. Mencari Kecepatan Sudut…………………………………….….51

4.2.8. Besaran Daya…………………………………………………….51

xi
4.3. Perencanaan Motor Listrik……………………………………………….51

4.4. Perencanaan Belt dan Pulley……………………………………….…….52

4.4.1. Pemilihan Belt………………………………………………..…..52

4.4.2 Pemilihan Pulley…………………………………………………53

4.4.3. Perbandingan Putaran Pulley Penggerak dan Pulley yang

Digerakkan……………………………………………………….54

4.4.4. Kecepatan Linear Sabuk V………...………………………….…54

4.4.5 . Panjang Sabuk…………………………………………………....54

4.5. Gaya yang Terjadi Pada Belt……………………………………………..55

4.6. Perencanaan Poros…………………………………………….…………57

4.6.1 Daya dan Putaran Yang Ditransmisikan………...……………….57

4.6.2 Faktor Koreksi Daya Yang Akan Ditransmisikan……………….58

4.6.3 Momen Puntir………………………………………………...…..58

4.6.4 Pemilihan Baja Kontruksi Poros……………………...………….58

4.6.5 Tegangan Geser Yang Diizinkan…………………………...……59

4.6.6 Tegangan Geser…………………………………….….…………60

4.6.7 Koreksi Konstruksi Aman………………………….……….……60

4.6.8. Perencanaan Diameter Poros……………………………………..60

4.6.9. Gaya Tangensial………………………………………………….60

xii
4.7. Perencanaan Pasak……………………………………………..………..61

4.7.1. Tegangan Geser Yang Terjadi………………………...…………61

4.7.2 Tegangan Geser Yang Diizinkan………………….……………..61

4.7.3. Tekanan Permukaan…………………………………………...…62

4.8. Perencanaan Bantalan………………………………………………..….62

4.8.1 Gaya Tangensial Yang Timbul…………………………………..62

4.8.2. Beban Aksial……………………………………………………..62

4.8.3. Beban Radial …………………………………………………….63

4.8.4. Besar Beban Ekivalen……………………………………..……..63

4.8.5. Umur Bantalan………………………………………………..….64

4.8.6. Faktor Umur……………………………………………….……..65

4.8.7. Umur Nominal…………………………………………...………65

4.9. Hasil Perhitungan Kapasitas………………………………..……………65

BAB V............................................................................................................... 59

PENUTUP ......................................................................................................... 59

5.1. Kesimpulan………………………………………………………………59

5.2. Saran……………………………………………………………………...60

DAFTAR PUSTAKA………………………...………………….…...…………61

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Mesin Penggiling Daging………………………………………..…..9

Gambar 2.2. Kerangka Mesin Penggiling Daging……………………………….12

Gambar 2.3. Reaksi Gaya Pada Rangka………………………………………….13

Gambar 2.4. Bentuk Jalur Las………………………………………………....…14

Gambar 2.5. Pengelasan Alur………………………………………….………....14

Gambar 2.6. Motor listrik……………………………………………….…..……17

Gambar 2.7. V Belt…………………………………………………………...….19

Gambar 2.8. Timing Pulley…………………………………………………...….22

Gambar 2.9. Poros………………………………………………………………..23

Gambar 2.10. Pasak Benam Persegi Panjang…………………………………….39

Gambar 2.11. Pasak Benam Persegi…………………………………...………...30

Gambar 2.12. Pasak Benam Pararel………………………………………...……30

Gambar 2.13. Bearing gelinding…………………………………………..……..34

Gambar 2.14. Rumah Penggiling……………………………………….….…….36

Gambar 2.15. Pisau Pemotong………………………………………….………..37

Gambar 2.16. Poros Penggiling………………………………………….………37

Gambar 2.17. Lubang Tempat Keluar Daging Ayam……………………..……..38

xiv
Gambar 2.18. Penutup Penggiling…………………………………………….....38

Gambar 3.1. Flow Chart…………………...…………………………………….41

Gambar 3.2. Mesin Penggiling Daging……………………………..……………42

Gambar 4.1 Konstruksi Kerangka……………………… ………………….……45

Gambar 4.2 Reaksi Gaya Pada Rangka……………………………….………….46

Gambar 4.3 Struktur las……………….………………………….………………47

xv
DAFTAR NOTASI

F = Gaya (kg)

σ𝑡 = Tegangan tarik (kg/mm²)

h = Tinggi ukuran las (mm)

l = Panjang las (mm)

𝜏 = Tegangan geser (kg/mm²)

𝜎𝑏 = Tegangan lentur (kg/mm²)

b = Lebar benda yang dilas (mm)

P𝑑 = Daya yang dibutuhkan

𝑓𝑐 = Faktor koreksi

P = Daya mesin (Watt)

v = Kecepatan linear belt (m/det)

𝑑𝑝 = Diameter minimum pulley (mm)

n = Kecepatan putaran (rpm)

L = Panjang sabuk (mm)

C = Jarak sumbu poros (mm)

D1 = Diamater pulley penggerak (mm)

xvi
D2 = Diameter pulley yang digerakan (mm)

F𝑒 = Gaya efektif (kg)

𝜃 = Sudut kontak antara belt dengan pulley (rad/s)

F1 = Gaya tarik belt pada sisi kencang (kg)

F2 = Gaya tarik belt pada sisi kendur (kg)

𝜇 = Koefisien gesek

T = Momen puntir (kg.m)

𝜔 = Kecepatan sudut (rad/s)

τ𝛼 = Kekuatan tairik (kg/mm²)

𝑆𝑓1 = Faktor keamanan pertama

𝑆𝑓2 = Faktor keamanan kedua

𝑑𝑠 = Diameter poros (mm)

𝜏𝑘 = Tegangan geser yang terjadi (kg/mm²)

𝜏𝑘𝑎 = Tegangan geser yang diizinkan (kg/mm²)

𝑏 = Lebar penampang pasak (mm)

𝑙 = Panjang penampang pasak (mm)

p = Tekanan permukaan (kg/mm²)

xvii
𝑡1 = Kedalaman alur pada pasak pada poros (mm)

𝑡2 = Kedalam alur pasak pada naf (mm)

Z = Absolute viscosity

d = Diameter (mm)

R = Jari-jari bantalan luar (mm)

r = Jari-jari bantalan dalam (mm)

C = Basic dynamic load rating (kg)

𝑃𝑟 = Beban ekivalen (kg)

𝑓𝑟 = Gaya radial (kg)

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Koefisien gesekan antara pulley dengan sabuk………………….22

Tabel 2.2. Diameter minimum pulley yang dianjurkan (mm)………………23

Tabel 4.1 Faktor-faktor V, X, Y, Dan Xo, Yo………………………………55

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kapasitas……………………………………...58

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini menuntut orang untuk berperan aktif

menggunakan kreatifitas dan kemampuan berinovasi guna menghasilkan

suatu produk yang berkualitas. Oleh karena itu, banyak pihak yang

berlomba-lomba untuk membuat atau mengembangkan teknologi yang

memiliki manfaat dan lebih ekonomis. Banyak peralatan-peralatan bantu

baru yang dibuat orang. Hal ini dimaksudkan untuk membantu dan

mempermudah dalam proses kerja.

Peralatan yang diciptakan tersebut meliputi segala aspek, bisa dalam

skala industri maupun skala rumah tangga dengan desain yang komplek

maupun desain sederhana. Dengan adanya mesin yang diciptakan, kegiatan

di rumah tangga bisa lebih ektif dan mudah seperti halnya dalam proses

pengolahan daging konsumsi untuk dijadikan sebagai bahan makanan lain,

salah satu proses pengolahan daging ayam adalah penggilingan yang

bertujuan menghancurkan dan menghaluskan daging sehingga bisa di buat

makanan lain seperti bakso.

Sebelum adanya mesin sederhana skala rumah tangga, proses

penggilingan daging sangat sulit, namun sekarang ini dengan kemajuan

teknologi banyak sekali dijumpai mesin penggiling daging dipasaran yang

mempermudah proses penggilingan daging. Mesin penggiling daging yang

1
umum ditemui dipasaran adalah mesin yang menggunakan daya

penggerak motor bakar. ada juga yang menggunakan manual dengan

putaran tangan namun jumlahnya relatif masih sedikit. Penggiling ini

biasanya terbuat dari bahan besi cor. Mesin penggiling daging ayam

merupakan mesin yang digunakan untuk menggiling daging ayam atau

menghancurkan dan menghaluskan daging agar bisa dimanfaatkan untuk

proses selanjutnya.

Dari uraian-uraian diatas, sehingga penulis mencoba menganalisis

Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan Penggerak Motor Listrik AC

Kapasitas 6 Kg/Jam dengan metode analisis.

1.2. Perumusan Masalah

Berikut ini adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan

laporan tugas akhir “Analisis Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan

Penggerak Motor Listrik AC Kapasitas 6 Kg/Jam”, yaitu :

1. Bagaimana menganalisis perencanaan rangka mesin penggiling daging?

2. Bagaimana menganalisis perencanaan kebutuhan motor listrik?

3. Bagaimana menganalisis perencanaan belt mesin penggiling daging?

4. Bagaimana menganalisis perencanaan pulley?

5. Bagaimana menganalisis perencanaan poros?

6. Bagaimana menganalisa bantalan?

7. Berapa kapasitas yang dihasilkan mesin penggiling daging pada hasil

percobaan ?
2
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari laporan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Alat

Penggiling Daging Konsumsi Dengan Penggerak Motor Listrik AC

Kapasitas 6 Kg/Jam”, yaitu:

1. Bagaimana menganalisis kekuatan kontruksi alat penggiling daging

konsumsi.

2. Bagaimana menganalisis daya motor listrik yang dibutuhkan untuk

alat penggiling daging konsumsi.

3. Bagaimana menganalisis perencanaan poros dan belt pada alat

penggiling daging.

4. Bagaimana gaya dan daya yang dibutuhkan untuk alat penggiling

daging.

1.4. Batasan Masalah

Dalam penulisan tugas akhir ini perlu untuk membuat suatu batasan

masalah mengingat keterbatasan waktu, pengalaman yang dimiliki penulis

dan sangat banyak permasalahan yang dapat dianalisis. Maka batasan

masalah dalam tugas akhir ini dibatasi sebagai berikut :

1. Menentukan kekuatan kerangka

2. Menentukan motor listrik

3. Menentukan V-Belt

4. Menentukan pulley

5. Menentukan poros dan pasak

3
6. Menentukan bantalan.

7. Gaya dan daya yg dibutuhkan untuk menggiling daging.

8. Mengetahui kapasitas yang dihasilkan mesin penggiling daging dari


hasil percobaan.

1.5. Hipotesis

Diharapkan hasil penggilingan daging konsumsi tersebut dapat

menghasilkan daging menjadi halus secara merata dengan kapasitas 6

kg/jam.

1.6. Metode Penelitian

Penyusunan laporan tugas akhir “Alat Penggiling Daging Konsumsi

Dengan Penggerak Motor Listrik AC Kapasitas 6 Kg/Jam” menggunakan

beberapa macam metode penelitian. Penggunaan metode penelitian ini

bertujuan agar data yang dikumpulkan mampu mendukung dalam penulisan

laporan tugas akhir. Metode penelitian tersebut diantarannya sebagai

berikut :

1. Studi Literatur.

Studi literatur merupakan suatu metode dengan cara membaca buku-

buku kuliah, majalah, artikel, dan sumber-sumber lainnya yang mendukung

dalam pembuatan laporan tugas akhir.

2. Studi Lapangan.

4
Studi lapangan merupakan suatu metode yang digunakan untuk

memperoleh data dalam mendukung laporan tugas akhir dengan cara

pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti.

3. Wawancara.

Wawancara merupakan suatu metode yang digunakan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan dengan cara melakukan konsultasi

maupun wawancara secara langsung kepada pihak yang mampu

memberikan informasi berkaitan dengan penulisan laporan tugas akhir.

1.7. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan mudah

dipahami, maka penulisan laporan tugas akhir “Analisis Alat Penggiling

Daging Konsumsi Dengan Penggerak Motor Listrik AC Kapasitas 6

Kg/Jam” disusunlah sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,

batasan masalah, hipotesis, metode penelitian, tujuan penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II DASAR TEORI

Bab ini menjelaskan tentang landasan teori untuk mendukung

penyusunan laporan tugas akhir.

5
BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahapan pengambilan data yang

bertujuan untuk mengumpulkan data dari proses pengujian yang akan

dilakukan pada obyek.

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat perhitungan pada alat yang akan dianalisis dengan

mengacu ke dasar teori. Menganalisis perhitngan dan pembahasan hasil

perhitungan dari perancangan alat tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini membahas kesimpulan dari penulisan mengenai alat

yang di buat.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Daging

Daging ialah bagian lunak pada hewan yang terbungkus kulit dan

melekat pada tulang yang menjadi bahan makanan. Daging tersusun

sebagian besar dari jaringan otot, ditambah dengan lemak yang melekat

padanya, urat, serta tulang rawan.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian daging adalah

gumpalam (berkas) lembut yang terdiri atas urat-urat pada tubuh manusia

atau binatang yang berada di antara kulit dan tulang). Daging menurut KBBI

juga diartikan sebagai bagian tubuh binatang sembelihan yang dijadikan

makanan.

2.1.1. Pengertian Daging Ayam

Daging ayam didapatkan dari ayam ternak yaitu unggas yang paling

banyak diternak di dunia. Karena relatif mudah dipelihara dan biaya

pemeliharaan yang rendah dibandingkan dengan hewan seperti sapi atau

babi, ayam telah menjadi bahan yang sangat lazim pada berbagai hidangan.

2.1.2. Sejarah Alat Penggiling Daging

Penggiling daging pertama kali ditemukan pada abad kesembilan

belas oleh Karl Drais . Bentuk paling awal dari penggiling daging adalah

daging yang dihancurkan dengan tangan dan dipaksakan ke dalam pelat

7
logam yang memiliki beberapa lubang kecil, menghasilkan untaian daging

yang panjang dan tipis.

Sebagai orang yang melihat kebutuhan akan inovasi, ia menemukan

berbagai alat kontroversi seperti mesin tik 25 kunci, quadricyle bertenaga

pedal, dan mesin stenotype. Tapi, penemuan yang benar-benar membuatnya

terkenal ialah penggiling daging. Dahulu, orang menggiling daging

menggunakan sendok atau pisau, khususnya pisau yang tajam untuk

memotong daging dan menjadi potongan kecil. Lalu saat pertama kali

dikembangkan, penggiling daging akan memproses daging dengan

memasaknya melalui plat logam yang memiliki beberapa lubang kecil.

2.2. Pengertian Mesin Penggiling Daging

Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau

mengubah energi untuk melakukan atau alat membantu mempermudah

pekerjaan manusia, biasanya membutuhkan sebuah masukan sebagai

pemicu, mengirim energi yang telah diubah menjadi sebuah keluaran yang

melakukan tugas yang telah disetel.

Mesin giling daging atau yang sering disebut “Meat Grinder” adalah

alat atau mesin yang digunakan untuk menggiling daging menjadi lebih

halus. Meat grinder banyak digunakan oleh pengusaha pengusaha bakso,

sosis, dan pengusaha lainnya yang bergerak dibidang usaha yang

berkepentingan dengan daging yang halus dan dihalus terlebih dahulu.

8
(Gambar 2.1. Mesin Penggiling Daging)

A. Motor listrik : Untuk mengasilkan tenaga putar untuk menggerakan

pisau penggiling daging.

B. Pulley pada motor listrik : Sebagai penghubung v belt mekanis ke

pulley penggiling daging.

C. V-belt : sebuah transmisi penghubung berbahan karet dengan

penampang trapesium.

D. Poros alat penggiling : Meneruskan tenaga dari motor listrik ke alat

penggiling untuk menggerakan pisau.

E. Pulley pada alat penggiling : Sebagai penghubung v belt mekanis

dari motor litrik ke alat penggiling.

9
F. Lubang masuk alat penggiling : Tempat masuknya daging selama

proses penggilingan.

G. Rumah penggiling : Tempat dari komponen-komponen yang ada

didalam rumah tersebut, meliputi pisau penggiling, pendorong dan

saringan.

H. Rangka : Untuk menopang pada mesin penggiling daging.

I. Tutup penggiling : untuk mengeluarkan sampah organik yang ada

pada penampang dan pisau penampang.

J. Bearing/Bantalan pada poros penggiling : untuk membatasi gerak

relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu bergerak

pada arah yang diinginkan.

K. Plat Stainless Steel : Untuk tempat penampung daging yang sudah

digiling.

L. Sensor Sentuh Arduino TP223B : Sensor yang gunanya untuk

menonaktifan motor listrik AC

2.2.1. Fungsi Mesin Penggiling Daging

Mesin giling daging atau meat grinder adalah jenis mesin yang

berfungsi untuk menggiling daging menjadi tekstur yang lebih halus. Mesin

giling daging atau meat Grinder saat ini telah banyak digunakan oleh para

pengusaha bakso, sosis, dan pengusaha olahan daging.

10
2.2.2. Prinsip Kerja Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan

Penggerak Motor Listrik AC

Pada prinsipnya alat penggiling ini menggunakan proses penekanan

(press) daging yang masuk melalui saluran pemasukan dibawah oleh ulir

keruang diantara ulir, daging yang berkumpul di luar, ditekan (press) dan

keluar melalui lubang saringan.

Motor listrik AC berfungsi sebagai sumber energi gerak untuk

memutar puli yang diteruskan ke sabuk yang menghasilkan putaran pada

puli yang di gerakan penggiling, sehingga terjadilah putaran pada

penggiling. poros ulir (poros penggiling) yang di pasang puli akan berputar

dan memindakan/mendorong ikan, kacang dan daging yang sudah

dimasukan melalui corong dan pisau, poros ulir mendorong daging menuju

pisau, dan pisau menghaluskan daging, daging yang sudah di haluskan tadi

keluar melalui saringan akibat dorongan dari poros penggiling.

2.3 Perencanaan Rangka Alat Penggiling Daging

Kerangka merupakan bagian terpenting sebagai penopang mesin

agar dapat berdiri kokoh ketika mesin dioprasikan. Pemilihan bahan serta

proses penyambungan yang tepat akan mempengaruhi kekuatan kerangka

sebagai penopang mesin. Sehingga, kerangka dapat menahan beban

maksimal dari yang diharapkan. Dibawah ini merupakan gambar

perencanaan konstruksi kerangka mesin penggiling daging.

11
(Gambar 2.2. Kerangka Mesin Penggiling Daging)

Kerangka ini memiliki spesifikasi berdimensi 72 cm x 52 cm x 52

cm dan memiliki profil baja karbon rendah. Baja yang digunakan dalam

pembuatan kerangka mesin ini adalah profil baja 4 cm x 4 cm dan memiliki

ketebalan 2 mm.

2.3.1. Perhitungan Kekuatan Kerangka

Dalam perhitungan kekuatan rangka akan diperhitungkan gaya-gaya

luar dan gaya-gaya dalam.

1. Gaya luar

Pada suatu batang apabila terdapat muatan maka akan terdapat gaya

rekasi yang timbul pada tumpuan. Pada kasus ini terdapat beban stastik

dari persamaan kesetimbangan.

(Gambar 2.3. Reaksi Gaya Pada Rangka)

12
2. Gaya-Gaya Dalam

Gaya-Gaya dalam adalah gaya yang merambat dari beban yang

tertumpu pada konstruksi yang menimbulkan reaksi gaya. Hal ini terjadi

apabila ada muatan maka ada reaksi yang terjadi, sebagai berikut :

a. Gaya normal (N),

Merupakan gaya reaksi yang timbul ketika suatu benda diletakan

secara tegak lurus diatas sebuah permukaan bidang.

b. Gaya lintang (L),

Merupakan gaya reaksi yang bekerja secara tegak lurus terhadap

arah panjang permukaan bidang.

c. Momen lentur (M),

Merupakan reaksi gaya yang bekerja tidak searah dengan sumbunya.

2.3.2. Jenis Pengelasan

Beberapa jenis sambungan las adalah sebagai berikut :

a. Pengelasan jalur

Digunakan untuk mengisi plat pada sambungan sudut, sambungan

tumpang dan sambungan T. Logam pengisi digunakan untuk

menyambung sisi melintang bagian yang membentuk segitiga siku –

siku.

(Gambar 2.4. Bentuk Jalur Las)

13
b. Pengelasan alur

Pada ulur bagian yang disambung dibuat alur dalam bentuk persegi,

serong ( bevel ), V, U dan J pada sisi tunggal atau ganda. Logam pengisi

digunakan untuk mengisi sambungan, yang biasanya dilakukan dengan

pengelasan busur dan pengelasan gas.

(Gambar 2.5. Pengelasan Alur)

2.3.2.1. Kekuatan Sambungan Las

Berdasarkan kekuatan sambungan las, maka sambungan las

dibedakan menjadi las kampuh dan las sudut. Untuk menghitung kekuatan

sambungan las ini harus disesuaikan dengan cara pengelasannya serta jenis

pembebanan yang akan bekerja pada penmapang yang di las tersebut. Bila

sambungan las ini menerima gaya luar, maka sambungan tersebut akan

putus tertarik, sifat tarikan ini dapat dihitung dengan rumus berikut :

𝑃
σt = h .l (kg/mm²)………………………pustaka 3 hal 181

Dimana :

P = Beban (kg)

14
σt = Tegangan tarik (kg/mm²)

h = Tinggi ukuran las (mm)

l = Panjang las (mm)

Pada perancangan kerangka jenis sambungan yang digunakan

adalah sambungan sudut. Tegangan geser pada las sudut dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

0,707 . 𝑃
𝜏= h .l
……………………………………...pustaka 3 hal 191

Dimana :

𝜏 = Tegangan geser (kg/mm²)

h = Tinggi ukuran las (mm)

l = Panjang las (mm)

Tegangan lentur dirumuskan :

1,414 . 𝑃.𝑙
𝜎𝑏 = ……………………………………………..pustaka 3 hal 191
h .l.𝑏

Dimana :

P = Beban (kg)

𝜎𝑏 = Tegangan geser (kg/mm²)

h = Tinggi las (mm)

l = Panjang las (mm)

b = Lebar benda yang dilas (mm)

15
2.4. Motor Penggerak

Mesin ini sangat penting dalam merancang alat penggiling daging

konsumsi. Karena alat ini yang akan menggerakan mata pisau yang

berfungsi untuk menggiling daging tersebut. Ada berbagai macam motor

penggerak. Diantaranya adalah motor listrik dan motor bakar. Disini

perancang akan menggunakan motor listrik arus bolak-balik (AC) sebagai

penggerak utama mesin tersebut.

Motor listrik merupakan suatu peralatan yang mampu mengubah

energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik yang dihasilkan

berupa putaran pada poros. Sumber arus listrik yang digunakandapat berupa

arus listrik searah atau DC maupun arus listrik bolak-balik atau AC. Jenis

arus yang digunakan sebagai sumber akan mempengaruhi kontruksi motor.

Arus listrik yang menggunakan arus searah atau DC sebagai arus sumber

disebut motor DC. Sebaliknya, motor listrik yang menggunakan arus bolak-

balik atau AC sebagai sumbernya disebut motor AC.

(Gambar 2.6. Motor listrik)

16
2.4.1. Motor Arus Bolak-Balik

Motor listrik arus bolak-balik adalah salah satu jenis motor listrik

yang di suplai oleh sumber tegangan arus bolak balik(AC). Motor listrik

arus bolak-balik (AC) tersebut dapat dibedakan lagi jenis-jenisnya sebagai

berikut.

a). Motor sinkron

Motor sinkron adalah salah satu jenis motor listrik arus bolak balik

(AC) yang bekerja pada kecepatan tetap dan konstan pada sistem frekuensi

tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) sebagai pembangkit daya

dan memiliki torsi awal yang cukup rendah, oleh karena itu motor sinkron

digunakan untuk penggunaan awal dengan beban yang rendah, seperti

kompresor udara, generator motor dan perubahan frekwensi. Motor listrik

sinkron memiliki kelebihan untuk memperbaiki faktor daya dalam sistem,

sehingga motor listrik jenis ini biasa digunakan pada sistem yang memakai

banyak listrik.

b). Motor induksi

Motor induksi merupakan salah satu jenis motor listrik bolak balik

(AC) yang bekerja berdasarkan prinsip kerja induksi medan magnet antara

stator dan rotor. Motor induksi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis

yaitu :

1. Motor induksi satu fasa

Motor induksi jenis ini hanya memiliki satu gulungan pada stator,

17
Dengan pasokan daya satu fasa serta memiliki rotor kandang tupai dan

memerlukan sebuah komponen tambahan untuk menghidupkan motornya.

Motor listrik jenis ini merupakan jenis motor induksi yang paling umum

digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti mesin cuci, kipas angin

dan pengering.

2. Motor induksi tiga fase

Medan magnet pada rotor yang berputar dihasilkan oleh suplai

tegangan tiga fasa yang seimbang. Motor listrik jenis tersebut memiliki

kemampuan daya yang cukup tinggi, dan memiliki kandang tupai ataupun

gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai) dengan

penyalaan sendiri. Diperkirakan kurang lebih sekitar 70% motor yang

digunakan pada industri menggunakan motor listrik jenis ini, sebagai contoh

kompressor, pompa, jaringan listrik, belt conveyor dan grinder. dengan

kemampuan daya 1/3 hingga mencapai ratusan Hp.

2.5. Belt Yang Digunakan Untuk Alat Penggiling Daging

Di bawah ini adalah pemilihan Belt untuk Alat Penggiling Daging

Dengan Penggerak Motor Listrik AC :

1. V-belts

V-belts banyak digunakan untuk memindahkan beban antara pulley

yang berjarak pendek. Gaya jepit ditimbulkan oleh bentuk alur V. Gaya tarik

atau load yang lebih besar menghasilkan gaya jepit belt yang kuat.

Keuntungan V-belts adalah seperti berikut.

18
• Gaya jepit belt memungkinkan sudut kontak yang lebih kecil dan

perbandingan kecepatan yang lebih tinggi.

• Meredam kejutan terhadap motor dan bearing akibat perubahan beban.

• Memiliki level vibrasi dan noise yang lebih rendah.

• Mudah dan cepat dalam melakukan penggantian dan perawatan.

• Efficiency transmisinya tinggi (mencapai 45%).

(Gambar 2.7. V Belt)

2.5.1. Kecepatan Linear Sabuk-V

Dimana putaran puli penggerak dan yang di gerakan berturut-turut

adalah n₁ (rpm) dan n₂ (rpm), dan diameter nominal masing masing adalah

dₚ (mm) dan Dₚ (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan n₂/

n₁ atau dₚ / Dₚ. Karena sabuk-V biasanya di pakai untuk menurunkan

putaran, maka perbandingan yang umum dipakai ialah perbandingan

reduksi i (i > 1), dimana

𝑛₁ Dₚ 1 1
=𝑖= = ; …………………………. pustaka 3 hal 166
𝑛₂ 𝑑ₚ 𝑢 𝑖

Kecepatan linier sabuk-V (m/s) adalah

19
𝜋.𝑑𝑝.𝑛1
v= ……………………………………………pustaka 3 hal 166
60 𝑥 1000

Dimana :

v = Kecepatan linear belt (m/det)

𝑑ₚ = Diameter minimum pulley (mm)

n = Kecepatan putaran (rpm)

Persamaan diatas, diameter dan putaran pulley (D dan n) berada

dalam satu benda, bila D₁ maka putarannya juga n₁ dan bila D₂ maka

putarannya n₂

2.5.2. Panjang Belt

Untuk menghitung panjang sabuk atau keliling sabuk, dapat

dinyatakan persamaan sebagai berikut : (Sularso,2004 : 170).

π 1
L = 2C + ( 𝑑𝑝 + Dₚ) + 4𝐶 (Dₚ - 𝑑ₚ)² ……………….pustaka 3 hal 170
2

Dimana :

L = Panjang sabuk

C = Jarak sumbu poros

𝑑ₚ = Diamater pulley penggerak

Dₚ = Diameter pulley yang digerakkan

20
2.5.3. Gaya-Gaya Pada Belt

1. Sudut Kontak

Kapasitas daya yang diperoleh harus dikalikan dengan

faktor koreksi yang bersangkutan Kѳ seperti di perlihatkan dalam

besarnya sudut kontak diberikan oleh (Sularso, 2004 :173)

57 ( Dₚ−dₚ )
θ = 180º - …………………………pustaka hal 3 173
𝐶

Keterangan :

D₁ = Diameter pulley pengerak

D₂ = Diameter pulley yang digerakan

𝜃 = Sudut kontak antara belt dengan pulley

2.6. Pulley

Pulley merupakan suatu elemen mesin berbentuk lingkaran mesin

yang berjari-jari menyerupai lingkaran sepeda yang berfungsi sebagai

dudukan sabuk. Pulley ini ditempatkan disebuah poros yang diikat dengan

menggunakan pasak. Adapun poros Pembuatan pulley ini, yaitu dengan

cara di cor.

(Gambar 2.8. Timing Pulley)

21
Tabel 2.1. Koefisien gesekan antara pulley dengan sabuk.

Sumber : (R.S. Khurmi, 2005 : 681).

Tabel 2.2. Diameter minimum pulley yang dianjurkan (mm).

Sumber : (Sularso, 2004 : 169)

2.7. Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap

mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan

putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Dalam bab ini akan dibicarakan hal poros penerus daya dan pasak yang

22
dan pasak yang dipakai untuk meneruskan momen dari atau kepada poros.

(Gambar 2.9. Poros)

2.7.1. Macam-macam Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut

pembebanannya sebagai berikut :

1. Poros Transmisi

Poros untuk ini mendapat beban puntir murni atau puntir dan lentur.

Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley

sabuk atau sproket rantai, dll.

2. Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin

perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.

Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil

dan bentuk serta ukurannya harus teliti.

23
3. Gandar

Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang,

dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak

boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban

lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan

mengalami beban puntir juga.

Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atau poros lurus

umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dll., poros

luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi

perubahan arah, dan lain-lain.

2.7.2. Hal-hal Penting Dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu

diperhatikan.

1. Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau

gabungan antara puntir dan lentur seperti telah diutarakan di atas. Juga

ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-

baling kapal atau turbin, dll.

Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila

diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai

alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncakan hingga

cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas.

24
2. Kekakuan Poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi

jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan

ketidak-telitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya

pada turbin dan kotak roda gigi). Karena itu, disamping kekuatan poros,

kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam

mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran

tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini

disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak,

motor listrik, dll., dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan

bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus direncanakan

sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rencah dari putaran

kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeler dan

pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula

untuk poros-poros yang terancam kavitasi, dan poros-poros mesin yang

25
sering berhenti lama. Sampai batas-batas tertentu dapat pula dilakukan

perlindungan terhadap korosi.

2.7.3. Perhitungan Poros

1. Momen puntir

Jika daya diberikan dalam daya kuda (PS), maka harus dikalikan

dengan 0,735 untuk mendapatkan daya dalam kW. Jika momen puntir (di

sebut juga sebagai momen rencana) adalah T (kg.mm) maka (Sularso,

2004 :7)

( 𝑇/1000)(2𝜋𝑛₁ /60)
Pd = …………………………….pustaka 3 hal 7
102

Dimana :

𝑃𝑑
T = 9,74 x 10⁵ T = Momen puntir
𝑛₁

𝑝𝑑 = Daya rencana (kW)

𝑛₁ = Putaran poros (rpm)

2. Tegangan Geser Yang diizinkan

Selanjutnya perlu di tinjau apakah poros tersebut akan diberi alur

pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan

cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus di perhatikan.

Untuk memasukan pengaruh pengaruh ini dalam perhitungan perlu di

ambil faktor yang di nyatakan sebagai Sf₂ dengan harga sebesar 1.3

26
sampai 3,0. Dari hal-hal di atas maka besarnya τ𝑎 dapat di hitung

dengan. (Sularso, 2004 :8)

τ𝑎 = σᴃ/(Sf₁ x Sf₂)……………………………….pustaka 3 hal 8

Dimana :

τₐ = Kekuatan tarik (kg/mm²)

𝑆𝑓₁ = Faktor keamanan pertama

𝑆𝑓₂ = Faktor keamanan kedua

3. Momen geser

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter

poros ds (mm), maka tegangan geser τ (kg/mm²) yang terjadi adalah

(Sularso, 2004 :7)

𝑇 5,1𝑇
𝜏 = (𝜋𝑑ᶾₛ/16) = …………………………………..pustaka 3 hal 7
𝑑ᶾₛ

Dimana :

𝜏 = Tegangan geser

𝑇 = Momen punter

𝑑ₛ = Diameter poros

2.8. Pasak

Dalam suatu mekanisme mesin, Key atau yang sering dikenal

dengan pasak adalah bagian atau komponen dari mesin atau alat yang

digunakan untuk menghubungkan atau mengunci komponen elemen mesin

27
yang berputar, misalnya seperti pada poros dan memungkinkan terjadinya

torsi. Sehingga poros yang terhubung akan memiliki torsi atau putaran yang

sama dengan komponen penggerak. Pasak adalah elemen pengikat

sementara dan dapat dilakuakn pembongkaran tanpa merusak komponen

utama yang terhubung. Pasak akan memiliki ketentuan pada kedua poros

dan elemen mesin yang perlu dihubungkan atau disebut dengan (Keyway).

2.8.1. Fungsi Pasak Pada Mesin

Berdasarkan pengertian yang sudah dijelaskan diatas, secara umum

pasak memiliki fungsi :

1. Mentransmisikan torsi ke penghubung maupun sebaliknya

2. Mencegah gerakan relatif yang terjadi antara poros dengan

elemen mesin yang disatukan

2.8.2. Jenis Pasak Pada Elemen Mesin

Terdapat beberapa jenis pasak yang umumnya digunakan untuk

mengikat atau menghubungkan komponen. Jenis tersebut digunakan sesuai

dengan kebutuhan serta dan aplikasi pada pasak tersebut. Berikut ini

merupakan jenis-jenis pasak pada elemen mesin.

1. Sunk Keys (Pasak Benam)

Sunk Keys atau yang sering dikenal dengan pasak benam adalah

pasak dengan setengah bagian yang terdapat pada poros dan setengah

bagian lainnya pada hub. Terdapat beberapa jenis pasak yang

digolongkan kedalam jenis pasak benam (sunk key) yaitu.

28
a). Pasak Benam Persegi Panjang (Rectangular sunk key)

(Gambar 2.10. Pasak Benam Persegi Panjang)

Pada pasak benam persegi panjang (Rectangular sunk key)

memiliki penampang persegi panjang dengan dimensi w =Lebar dan h

=Tinggi. Ukuran pasak akan disesuaikan dengan diameter poros (d)

atau diameter pada lubang hub.

b). Pasak Benam Persegi (Square Sunk Key)

(Gambar 2.11. Pasak Benam Persegi)

Pasak Benam Persegi (Square Sunk Key) memiliki penampang

berbentuk persegi atau Square.

c). Pasak Benam Parallel (Parallel Sunk Key)

29
(Gambar 2.12. Pasak Benam Pararel)

Pasak Benam Parallel (Parallel Sunk Key) adalah pasak benam

persegi atau persegi panjang yang memiliki bentuk penampang seragam

tanpa adanya sudut atau bagian meruncing. Berbeda dengan pasak

benam persegi atau persegi panjang yang memiliki bentuk menyudut

atau runcing di sepanjang pasak.

2.8.3. Hal yang Perlu diperhatikan Dalam Pemilihan Pasak

Dalam pemilihan jenis pasak selain berdasarkan aplikasi dan

kegunaan, perlunya memperhatikan hal-hal yang menyangkut kinerja

maupun fungsi dari pasak itu sendiri, Yaitu :

1. Ukuran yang tepat/pas (Tughtness of fit)

2. Kekakuan koneksi (Rigidity of connection)

3. Kekuatan untuk ditransmisikan (Power to be transmitted)

4. Pemilihan jenis material (Material Selection)

5. Biaya (cost)

30
2.8.4. Perhitungan Perencanaan Pasak

Jika momen rencana dari poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros

adalah dₛ (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah

(Sularso, 2004 :25)

𝑇
F = (𝑑ₛ/2)……………………………….pustaka 3 hal 25

Dimana :

F = gaya tangensial (kg)

T = momen rencana dari poros (kg.mm)

Dengan demikian tegangan geser 𝜏ₖ (kg/mm²) yang di timbulkan

adalah

𝐹
𝜏ₖ = 𝑏𝑙 …………………………………pustaka 3 hal 25

Dimana :

𝜏ₖ = tegangan geser (kg/mm² )

𝐹 = gaya tangensial (kg)

𝑏 = lebar penampang pasak (mm)

𝑙 = panjang penampang pasak (mm)

Dari tegangan geser yang diizinkan 𝜏ₖ𝑎 (kg/mm²), panjang pasak l₁

(mm) yang diperlukan dapat diperoleh.

𝐹
𝜏ₖ𝑎 ≥ 𝑏.𝑙1………………………………………….pustaka 3 hal 25

31
Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan p𝑎 (kg), panjang

pasak yang di perlukan dapat dihitung dari.

𝐹
P𝑎 ⪴ 𝑙 𝑥 (𝑡₁𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡₂)……………………………………..……..pustaka 3 hal 27

Dimana :

P = tekanan permukaan (kg/mm² )

F = gaya keliling (kg)

Ɩ = panjang pasak (mm)

𝑡₁ = kedalaman alur pada pasak pada poros (mm)

𝑡₂ = kedalam alur pasak pada naf (mm)

2.9. Bearing (Bantalan)

Bearing merupakan suatu komponen mesin yang penting, digunakan

untuk menahan poros berbeban, beban tersebut dapat berupa beban aksial

atau beban radial. Tipe Bearing yang digunakan untuk Bearing disesuaikan

dengan fungsi dan kegunaannya. Bearing berfungsi untuk menumpu atau

memikul poros agar poros dapat berputar padanya. Bearing harus kokoh

untuk memungkinkan poros atau elemen mesin lainnya dapat bekerja

dengan baik. Jika Bearing tidak bekerja dengan baik, maka prestasi kerja

seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja semestinya. Jadi, jika

disamakan pada gedung, maka Bearing dalam permesinan dapat disamakan

dengan pondasi pada suatu gedung.

32
2.9.1. Jenis-jenis Bearing (bantalan)

Jenis-jenis Bearing (bantalan) yaitu :

1. Bearing luncur

Bearing luncur adalah suatu komponen mesin yang sangat

penting dan berfungsi untuk menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung dengan halus

dan aman. Jenis Bearing ini mampu menumpu poros dengan beban

besar. Atas dasar arah beban terhadap poros maka Bearing luncur dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Bearing Radial atau disebut jurnal Bearing, dimana arah beban

yang ditumpu Bearing adalah tegak lurus terhadap sumbu poros.

b) Bearing aksial atau disebut trust Bearing, yaitu arah beban yang

ditumpu Bearing adalah sejajar dengan sumbu poros.

c) Bearing luncur khusus adalah kombinasi dari Bearing radial dan

Bearing aksial.

2. Bearing gelinding

Pada Bearing ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang

berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola

(peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat. Bearing gelinding

menggunakan elemen rolling untuk mengatasi gesekan antara dua

komponen yang bergerak. Diantara kedua permukaan ditempatkan

elemen gelinding seperti misalnya bola, rol, taper, dll. Kontak

33
gelinding terjadi antara elemen ini dengan komponen lain yang berarti

pada permukaan kontak tidak ada gerakan relatif.

(Gambar 2.13. Bearing gelinding)

Bearing gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan

gelinding yang sangat kecil dibandingkan dengan Bearing luncur.

Elemen gelinding seperti bola atau rol dipasang antara cincin luar dan

dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola atau rol akan

melakukan gerakan gelinding sehingga gesekan akan jauh lebih kecil.

Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi dengan bentuk dan ukurannya

merupakan suatu keharusan. Karena luas bidang kontak antara bola dan

rol dengan cincin sangat kecil, maka besarnya beban yang dipakai harus

memiliki ketahanan dan kekerasan yang sangat tinggi. Jenis-jenis

Bearing gelinding:

a) Single row groove ball Bearings

b) Double row self aligning ball Bearings

c) Single row angular contact ball Bearings

d) Double row angular contact ball Bearings

34
2.9.2. Gesekan dan Prediksi Umur Bantalan

Untuk memudahkan perawatan yang berhubungan dengan life time

bantalan yang sesuai dengan bantalan diatas, bahwa umur bantalan

minimumnya 20000-30000 jam. Semakin besar putaran maka semakin kecil

umur bantalan

1. Menentukan gaya radial yang terjadi pada titik B sebesar

Fᵣ = Rᴃ …………………………………………..pustaka 3 hal 135

2. Menentukan beban ekuivalen dinamis (Pᵣ )

Pᵣ = X.V. Fᵣ + Y. F𝑎……………………………………… pustaka 3 hal 135

3. Menentukan beban ekuivalen statis (Po)

Po = Xo.Fᵣ.+ Yo.Fa……………………………………….pustaka 3 hal 135

4. Menentukan faktor kecepatan (fn )

33,3
Fn= 〔 ]⅓…………………………....…………pustaka 3 hal 136
𝑛

5. Menentukan faktor umur (fh )

Jika C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg)

ekivalen dinamis, maka faktor umur (fh) adalah :

𝐶
Fh = fn. 𝑃 ……………………………………….pustaka 3 hal 136

6. Menentukan umur bantalan (Lh )

Lh = 500.(fh)ᶾ…………………………………….pustaka 3 hal 136

35
2.9.3. Komponen Utama Alat Penggiling

1. Rumahan penggiling daging

Rumahan ini berfungsi sebagai tempat dimasukannya daging.

(Gambar 2.14. Rumah Penggiling)

2. Pisau penggiling daging

Pisau penggiling berfungsi sebagai alat pemotong daging yang berbahan

stainless steel food grade type 304 yang mengandung 17% - 25%

chrome, 8% - 20% nikel dan 0,08% karbon.

(Gambar 2.15. Pisau Pemotong)

3. Poros ulir penghalus daging

Sebelum di masukan ke dalam penggiling, daging keluar melalui

penampang, poros ulir ini berfungsi untuk menghaluskan daging. Poros

ini terbuat dari bahan ST.37.

36
(Gambar 2.16. Poros Penggiling)

4. Strainer / saringan

Strainer atau lubang saringan penggiling ini berfungsi sebagai tempat

keluarnya daging ayam yang sudah digiling.

(Gambar 2.17. Lubang Tempat Keluar Daging Ayam)

5. Tutup penggiling

Tutup penggiling ini berfungsi sebagai penguji dan juga sebagai

pengepress yang bertujuan untuk mengeluarkan daging ayam yang ada

pada penampang dan pisau penampang.

(Gambar 2.18. Penutup Penggiling)

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Prosedur Penelitian

Pada penulisan skripsi ini metode yang digunakan adalah metode

teoritis dimana pengambilan data berdasarkan observasi lapangan,

wawancara, studi literatur, pengambilan data dan tinjauan pustaka. Susunan

metode ini meliputi objek pengamatan barang dengan judul yaitu, “Analisis

Alat Penggiling Daging Konsumsi Dengan Penggerak Motor Listik AC ’’.

3.1.1. Observasi Lapangan

Merupakan langkah awal yang dilakukan penulis untuk

mendapatkan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian.

3.1.2. Wawancara

Mewawancara pihak terkait tempat dilaksanakannya observasi

untuk lebih memahami materi yang diangkat pada tugas akhir ini dan

mengetahui faktor yang berpengaruh pada analisis ini.

3.1.3. Studi Literatur

Merupakan langkah penelusuran dan penelaah buku-buku referensi,

untuk menambah wawasan teoritis yang lebih luas.

3.1.4. Pengambilan Data

Dalam penyelesaian penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang

39
di lakukan dari awal penelitian hingga diperoleh hasil.

3.2. Diagram Alir


Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat Dan Bahan

Perakitan Alat

Pengujian Alat

Data
`

Pengolahan
Data

Tidak
Perhitungan seluruh komponen
mesin penggiling daging

Penyusunan Laporan Tugas Akhir

Kesimpulan

Selesai

(Gambar 3.1. Flow Chart)

40
3.3. Gambar Mesin Penggiling Daging

(Gambar 3.2. Mesin Penggiling Daging)

Keterangan Gambar :

A. Motor listrik

B. Pulley pada motor listrik

C. V-belt

D. Poros alat penggiling.

E. Pulley pada alat penggiling.

F. Lubang masuk alat penggiling

G. Rumah penggiling

H. Rangka

I. Tutup penggiling

41
J. Bearing/Bantalan pada poros penggiling

K. Plat Stainless Steel

L. Sensor Sentuh Arduino TP223B

3.4. Perakitan Mesin

Perancang produk merupakan pengembangan alternatif dalam

bentuk skema dan sketsa menjadi produk atau benda teknik yang bentuk

material dan dimensi elemen – elemennya ditentukan.

Pada perancangan mesin alat penggiling daging konsumsi dengan

penggerak motor listrik dapat ditentukan dengan pemilihan kontruksi bahan

dalam hal pembuatannya. Adapun alat-alat dan bahannya adalah sebagai

berikut :

1. Motor listrik : sebagai sumber penggeraknya.

2. Besi siku : sebagai rangka dari motor listrik dan alat penggiling

daging

3. Pulley : sebagai pengubung putaran dari poros

4. Poros : sebagai pengubung putaran dari pulley

5. Sabuk (belt) : berfungsi sebagai pemindah putaran dari pulley satu

ke pulley yang lainnya.

6. Bearing atau bantalan : berfungsi sebagai memperlancar putaran.

7. Mata pisau menggunakan bahan stainless agar tidak berkarat :

42
sebagai penggiling daging ayam.

8. Plat alumunium : sebagai pemuat hopper, saluran buang dan

cover.

9. Baut dan mur : berfungsi penguat antara rangka dengan motor,

cover penggiling, bearing, dan pulley pada poros.

43
BAB IV

PEMBAHASAN DAN PERHITUNGAN

4.1. Gaya dan Daya Mesin

4.1.1. Daging Sapi

Untuk mencari gaya potong pisau penggiling untuk daging sapi bisa

menggunakan persamaan :

sumber : (Rosmawati, 2020 . Peternakan Indonesia)

𝜏c = Tegangan putus daging = 3,12 kg/cm²

F = Gaya potong pisau (kg)

A = Luas bahan yang akan di potong (cm)

𝜏c = F/A

F = 𝜏 c . A ………………………………….Pustaka 3 hal 43

= 3,12 kg/cm². 2 cm²

= 6,24 kg

4.1.2. Torsi Yang Dibutuhkan Untuk Pemotongan Daging Sapi

r = Jarak sudut mata pisau (m)

T = F . r……………….………………….Pustaka 3 hal 17

45
= 6,24 kg . 0, 35 m

= 2,1 kg.m

4.1.3. Mencari Kecepatan Sudut

Setelah torsi diketahui maka kecepatan sudut dimana putaran pada

poros penggiling sebesar 275 rpm maka kecepatan sudut dapat dicari

dengan persamaan berikut :

𝜔 = Kecepatan Sudut (rad/s)

n = Putaran Poros (rpm)


2.π.n
𝜔 = …………….…….......................Pustaka 3 hal 47
60

2.π.275
= 60

= 28,78 rad/s

4.1.4. Daya Yang Dibutuhkan Untuk Memotong Daging Sapi

Setelah torsi dan kecepatan sudut didapat maka besarannya daya

dicari dengan persamaan berikut :

P = T . 𝜔………………………………….Pustaka 3 hal 125

= 2,1 kg.m. 28,78 rad/s

= 60,43 watt = 0,06 kW

= 0,081 hp

Jadi gaya potong pada mesin penggiling daging adalah 6,24 kg/cm²

dan daya yang dibutuhkan untuk mengerakan mata pisau sebesar 0,081 hp.

46
4.1.5. Daging Ayam

Untuk mencari gaya potong pisau penggiling untuk daging Ayam

bisa menggunakan persamaan :

Sumber : (SD Pangestika, E Dihansih, dan Anggraeni. 2018 "Peternakan

Indonesia")

𝜏c = Tegangan putus daging = 2,98 kg/cm²

A = Luas bahan yang akan di potong (cm)

F = 𝜏 c . A……………………..………… Pustaka 3 hal 43

= 2,98 kg/cm² . 2 cm²

= 5,96 kg

4.1.6. Torsi Yang Dibutuhkan Untuk Pemotongan Daging Ayam

T = F . r……………………………………Pustaka 3 hal 17

= 5,96 kg . 0,35 m

= 2,08 kg.m

4.1.7. Mencari Kecepatan Sudut

Setelah torsi diketahui maka kecepatan sudut dimana putaran pada

47
poros penggiling sebesar 300 rpm maka kecepatan sudut dapat dicari

dengan persamaan berikut :

2.π.n
𝜔 = …………………………………………………Pustaka 3 hal 47
60

2.π.300
= 60

= 31,4 rad/s

4.1.8. Daya Yang Dibutuhkan Untuk Memotong Daging Ayam

Setelah torsi dan kecepatan sudut didapat maka besarannya daya

dicari dengan persamaan berikut :

P = T . 𝜔………………………………………………Pustaka 3 hal 125

= 5,96 kg. 31,4 rad/s

= 187 watt = 0,18 kW

= 0,25 hp

Jadi gaya potong pada mesin penggiling daging adalah 5,96 kg dan

daya yang dibutuhkan untuk mengerakan mata pisau sebesar 0,25 hp.

4.2. Perencanaan Motor Listrik

Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan daya motor sebasar

0,081 hp untuk daya motor Penggilingan daging sapi, dan 0,25 hp untuk

penggilingan daging ayam. Dalam aplikasinya daya motor yang beredar

dipasaran tidak ada yang 0,081 hp sampai 0,25 hp. Maka, diambil motor

yang berdaya sebesar 0,27 hp atau sama dengan 200 Watt . Berikut

spesifikasi motor listrik yang digunakan untuk mesin penggiling daging

konsumsi :

48
Merek : HJS

Daya : 200 Watt = 0,27 hp

Putaran : 2800 rpm

Arus motor : 1,1 ampere

Tegangan dan Frekuensi : 220 V/50 HZ

Berat : 1,5 kg

4.3. Perencanaan Poros Yang Menggerakan Dan Digerakan

4.3.1 Poros Yang Menggerakan

4.3.1.1 Daya dan Putaran Yang Ditransmisikan

Daya dan putaran yang ditransmisikan pada poros yang menggerakan

adalah :

P = 200 watt

4.3.1.2. Faktor Koreksi Daya Yang Akan Ditransmisikan

Tabel 4.1 Faktor Koreksi

Faktor koreksi daya yang dipilih 1,2 karena daya maksimum diperlukan.

49
4.3.1.3. Momen Puntir

Momen puntir yang mungkin akan terjadi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Pd = Daya Rencana (kW)

Pd
T = 9,74 x 10⁵ n1 ……………………..Pustaka 3 hal 7

0,2 kW
= 9,74 x 10⁵275 rpm

= 681,8 kg.mm

4.3.1.4. Perencanaan Diameter Poros

Menurut sularso, Nilai Kt 1,2 karena beban dikenakan sedikit

kejutan dan nilai Cb 1,2 karena terjadi pemakaian beban lentur. Maka :

5,1 1/3
ds =[ τa
𝐾𝑡 𝑪b𝑻] ……………………Pustaka 3 hal 8

Kt = 1,2
C B = 1,2
5,1 1/3
ds = [4,84 𝑥 1,2 𝑥 1,2 𝑥 681,8 kg. mm]

= 10,11 mm
4.3.1.5. Tegangan Geser

Tegangan geser dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

5,1 . T
𝜏 = …………………………………………………..Pustaka 3 hal 7
ds³

5,1 . 681,8 kg.mm


= 10,11 mm³

3477,18
=
1033,36

= 3,36 kg/mm²

50
4.3.1.6. Pemilihan Baja Kontruksi Poros

Bahan poros yang digunakan untuk kontruksi ini yaitu Bahan Poros

S45C yang mempunyai kekuatan tarik 58 kg/mm².

Tabel 4.2 Baja Karbon Untuk Konstruksi Alat

(Sumber Sularso,2004 : 3)

4.3.1.7. Tegangan Geser Yang Diizinkan

Tegangan geser yang diizinkan τ𝛼 (kg/mm² ) dapat diitung dengan

menggunakan persamaan : 𝑆𝑓1 x 𝑆𝑓2

Kekuatan tarik bahan Poros S45C = 58 kg/mm²

σᴃ
𝜏𝑎 = (𝑠𝑓1 𝑥 𝑠𝑓2)……………………………………..Pustaka 3 hal 8

Dimana :

τ𝛼 = Kekuatan tarik (kg/mm² )

𝑆𝑓1 = Faktor keamanan pertama

𝑆𝑓2 = Faktor keamanan kedua


σᴃ
𝜏𝑎 = (𝑠𝑓1 𝑥 𝑠𝑓2)……………………………………..Pustaka 3 hal 8

58 kg/mm²
= 6x2

51
= 4,84 kg/mm²

4.3.1.8. Koreksi Konstruksi Aman

Koreksi kontruksi aman pada poros :

𝜏 < 𝜏𝑎 = 3,36 kg/mm² < 4,84 kg/mm² (Aman)

4.3.2. Poros Yang Digerakan

Daya dan Putaran Yang Ditransmisikan

Daya dan putaran yang ditransmisikan pada poros yang menggerakan

adalah :

P = 0,06 kW

4.3.2.1. Faktor Koreksi Daya Yang Akan Ditransmisikan

Tabel 4.1 Faktor Koreksi

Faktor koreksi daya yang dipilih 1,2 karena daya maksimum diperlukan.

4.3.2.2. Momen Puntir

Momen puntir yang mungkin akan terjadi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

52
Pd = Daya Rencana (kW)

Pd
T = 9,74 x 10⁵ n1 ……………………..Pustaka 3 hal 7

0,06 kW
= 9,74 x 10⁵275 rpm

= 204,54 kg.mm

4.3.2.3. Perencanaan Diameter Poros

Menurut sularso, Nilai Kt 2,0 karena beban dikenakan kejutan besar

dan nilai Cb 1,2 karena terjadi pemakaian beban lentur. Maka :

5,1 1/3
ds =[ τa
𝐾𝑡 𝑪b𝑻] ……………………Pustaka 3 hal 8

Kt = 2,0
C B = 1,2
5,1 1/3
ds = [4,84 𝑥 2,0 𝑥 1,2 𝑥 204,54 kg. mm]

= 8,05 mm
4.3.2.4. Tegangan Geser

Tegangan geser dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

5,1 . T
𝜏 = …………………………………………………..Pustaka 3 hal 7
ds³

5,1 . 204,54 kg.mm


= 8,05 mm³

= 2 kg/mm²

4.3.2.5 Pemilihan Baja Kontruksi Poros

Bahan poros yang digunakan untuk kontruksi ini yaitu Bahan Poros

S45C yang mempunyai kekuatan tarik 58 kg/mm².

53
Tabel 4.2 Baja Karbon Untuk Konstruksi Alat

(Sumber Sularso,2004 : 3)
4.3.2.6. Tegangan Geser Yang Diizinkan

Tegangan geser yang diizinkan τ𝛼 (kg/mm² ) dapat diitung dengan

mengguna persamaan : 𝑆𝑓1 x 𝑆𝑓2

Kekuatan tarik bahan Poros S45C = 58 kg/mm²

σᴃ
𝜏𝑎 = (𝑠𝑓1 𝑥 𝑠𝑓2)……………………………………..Pustaka 3 hal 8

Dimana :

τ𝛼 = Kekuatan tarik (kg/mm² )

𝑆𝑓1 = Faktor keamanan pertama

𝑆𝑓2 = Faktor keamanan kedua


σᴃ
𝜏𝑎 = (𝑠𝑓1 𝑥 𝑠𝑓2)……………………………………..Pustaka 3 hal 8

58 kg/mm²
= 6x2

= 4,84 kg/mm²

4.3.2.7. Koreksi Konstruksi Aman

Koreksi kontruksi aman pada poros : 𝜏 < 𝜏𝑎 = 2 kg/mm² < 4,84

kg/mm² (Aman)
54
4.4. Perencanaan Pasak

(Gambar 4.6 pasak benam)

Merencanakan lebar dan tinggi pasak dapat dipilih berdasarkan

standar ukuran diameter poros.

4.4.1. Gaya Tangensial


T
F = (𝑑𝑠/2) …………………………..Pustaka 3 hal 25

204,54 kg.mm
= (25 𝑚𝑚/2)

= 16,36 kg

4.4.2. Tegangan Geser Yang Terjadi


Perhitungan tegangan geser yang ditimbulkan dapat menggunakan

rumus sebagai berikut :

Diketahui gaya tangensial pada permukaan poros = 16,36 kg. Maka

tegangan geser pasak ini adalah

F = Gaya Tangensial = 16,36 kg

b = Lebar Pasak (mm)

l = Panjang Pasak (mm)


F
𝜏k = b.l…………………………………………….Pustaka 3 hal 25

16,36 kg
=
8 mm . 25 mm

= 0,08 kg/mm²

55
4.4.3. Tegangan Geser Yang Diizinkan

Bahan ST42

Kekuatan Tarik = 42 kg/mm²

Sfk1 = 6

Sfk2 =3
σᴃ
𝜏k𝑎 = (𝑠𝑓𝑘1 𝑥 𝑠𝑓𝑘2)……………………………………….Pustaka 3 hal 25

42 kg/mm²
= 6x3

= 2,4 kg/mm²

𝜏k < 𝜏k𝑎 = 0,08 kg/mm² < 2,4 kg/mm²

4.4.4. Tekanan Permukaan

t2 = Kedalaman alur pasak pada naf (mm)


F
p = 𝑙 x (t1/t2)……………………………Pustaka 3 hal 27

16,36
= 25 mm .
3,5 mm

= 0,18 kg/mm²

P𝑎 = 8 kg/mm² P𝑎 < p = 8 < 0,18 (Aman)

4.5. Perencanaan Belt dan Pulley

4.5.1. Pemilihan Belt

Jenis belt yang akan dipergunakan yaitu v-belt karena gaya gesekkan

pada sabuk v-belt cukup besar sehingga dapat menghasilkan daya yang

besar pada tegangan relatif rendah serta penanganannya yang cukup mudah

dan harga dipasaran cukup murah. Pemilihan v-belt yang akan digunakan

56
dilihat dari grafik. Berdasarkan diagram v-belt dan koreksinya didapatkan

jenis V tipe A.

(Gambar 4.1. Grafik Pemilihan Belt)

4.5.2. Pemilihan Pulley

Untuk menentukan diameter pulley berdasarkan tipe penampang

sabuk yang telah dipilih. Dalam perencanan ini diameter pulley telah

diketahui :

dp = 75 mm

Dp = 260 mm

Tabel 4.3 Diameter minimum pulley yang dianjurkan (mm).

(Sumber Sularso, 2004 : 7)

57
4.5.3. Perbandingan Putaran Pulley Penggerak dan Pulley yang

Digerakkan

Karena sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka

perbandingan yang umum dipakai adalah perbandingan reduksi. Untuk

menghitung perbandingan pada putaran pulley penggerak dan yang

digerakkan dapat menggunakan rumus :

n1 𝐷𝑝
= 𝑑𝑝 ………………………………….Pustaka 3 hal 166
𝑛2

300 260
=
𝑛2 75

300.75
n₂ = 260

= 87 rpm

4.5.4. Kecepatan Linear Sabuk V

Untuk menghitung kecepatan linear dapat menggunakan rumus :

π.dp.n1
v = 60𝑥1000 ……………………………Pustaka 3 hal 166

3,14 . 75 . 300
v = 60000

v = 1,2 m/s

4.5.5 . Panjang Sabuk

Untuk menghitung panjang sabuk dapat menggunakan rumus sebagai

berikut :

π 1
L = 2.C + 2 (dp + Dp) + 4.𝐶 (Dp – dp)2

58
π (260−75) 2
= 2.400 + 2 (75 + 260) + 4.400

= 800 + 1,57 . 335 + 28,5

= 800 + 525,95 + 53

= 1378 mm

(Gambar 4.2 Skema transmisi sabuk)

4.5.6. Gaya yang Terjadi Pada Belt

1. Gaya Tarik Efektif

Untuk menghitung gaya efektif dari pulley penggerak ke pulley yang

digerakan dapat mengunakan rumus sebagai berikut :

102 . Pd
Fe = …………………………..Pustaka 3 hal 171
𝑉

Dimana v telah diketahui dari hasil perancangan 1,2 m/s

Pd = 0,24 kW

v = 1,2 m/s

102 . Pd
Fe = …………………………..Pustaka 3 hal 171
𝑉

102.0,24 kW
Fe = = 20,4 kg
1,2 𝑚/𝑠

59
2. Sudut kontak

Untuk menghitung sudut kontak yang terjadi antara pulley dan belt

mengunakan rumus sebagai berikut :

57 (Dp−dp)
θ = 180̊ - …………………………Pustaka 3 hal 173
𝐶

57 (260−75)
= 180̊- 400

= 180̊ - 26,36

= 153,64̊

= 2,7 rad

3. Gaya Tarik Belt Pada Sisi Kendor dan Kencang

Hubungan antara 𝐹1, 𝐹2, koefisien gesek (𝜇) dan sudut kontak (𝜃)

secara analitis fleksibelitas belt yang melingkar pada pulley dapat

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Sehingga gaya tarik pada belt dapat diketahui dengan persamaan :

Fe = F1 – F2
F1
= eͧᶿ………………….Pustaka 3 hal 171
𝐹2

Dimana :

Fe = Gaya efektif, Selisih antara F1 dan F2

F1 = Gaya tarik pada sisi kencang

F2 = Gaya tarik pada sisi kendor

u = koefesien gesek

e = Bilangan natural

60
F1
= e ⁰’³‧²’⁵ = 3
𝐹2

F1 = 3.F2

Dimana :

Fe = F1 – F2……………………………..Pustaka 3 hal 171

Fe = 3F2 – F2 = 2.F2

= 16,32 kgf/2F2

F2 =8,16 kg

Jadi gaya tarik pada sisi kendor (F2) = 8,16 kg

F1 = 3.F2………………………………..Pustaka 3 hal 171

F1 = 3 . 8,16 kg

F1 = 24,48 kg

4.6. Perencanaan Bantalan

Diketahui C = 1427 kg

Co = 780 kg

4.6.1. Beban Radial

Fa
Fr = 𝑣.𝑒 …………………………………Pustaka 3 hal 135

43,68
= 1. 0,26

= 168 kg

61
4.6.2. Beban Aksial

F𝑎 = Co . 0,056………………………….Pustaka 3 hal 135

= 780 kg . 0,056

= 43,68 kg

4.6.3. Besar Beban Ekivalen

Beban ekivalen dinamis yaitu suatu beban yang besarnya

sedemikian rupa sehingga memberikan umur yang sama dengan umur yang

diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya.

Besaran ekivalen dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

P = x . Fr + y . F𝑎………………………………….Pustaka 3 hal 135

Sebelum menghitung besar beban ekivalen, terlebih dahulu mencari

faktor beban radial dan faktor beban aksial dengan cara menghitung

perbandingan antara beban aksial dengan Basic Load Static (Co) dan

didapat

Fa 43,68 kg
= = 0,26 → 0,28
𝐶𝑜 168 𝑘𝑔

Besar faktor pembanding e dengan faktor F𝑎 Co = 0,28 , sehingga

untuk mendapatkan X (faktor beban radial) Dan Y (faktor beban aksial)

dapat dilihat pada tabel.

Nilai Y = 1,15

Nilai X = 0,56

62
Faktor beban radial (X) untuk semua perbandingan pada tabel

adalah 0,56 sehingga beban ekivalen adalah

Tabel 4.4 Faktor-faktor V, X, Y, Dan Xo, Yo

(Sumber Sularso, 2004 : 7)

P = X . Fr + Y . F𝑎…………………………………..Pustaka 3 hal 135

= (0,56 . 168 kg) + (1,15 . 43,68 kg)

= (94,08) + (50,24)

= 144,32 kg

4.6.4. Umur Bantalan

33,3 1/3
fn =( 𝑛
) ………………………………….Pustaka 3 hal 136

33,3 1/3
= ( )
360

= 0,57

63
4.6.5. Faktor Umur

C
fh = fn . 𝑃……………………………………..Pustaka 3 hal 136

1427
= 0,57 . 144,32

= 5,7

4.6.6. Umur Nominal

Lh = 500.fh³ ………………………………….Pustaka 3 hal 136

= 500.(57)³

= 92.596.000 = 9256 x 10³ jam kerja

4.7. Desain Perencanaan Kerangka Mesin Penggiling Daging

(Gambar 4.3 Konstruksi Kerangka)

Spesisifikasi dimensi kerangka :

Panjang : 72 cm

Lebar : 52 cm

64
Tinggi : 52 cm

Jenis bahan yang digunakan baja karbon rendah galvanis dengan ketebalan 2,5 mm

4.7.1. Reaksi Gaya Pada Rangka

(Gambar 4.4. Reaksi Gaya Pada Rangka)

∑MA = 0

∑MA = 6,3 kg . 29 cm – RB . 50 cm = 0

182,7 kg.cm
RB =
50 cm

RB = 3,6 kg

∑MB = 0

∑MB = RA . 50 cm – (6,3 kg . 21 cm) = 0

132,3 kg.cm
RA = = 2,7 kg
50 cm

65
4.7.2. Kekuatan Las

Data yang diperoleh dari hasil pengelasan sebagai berikut :

(Gambar 4.5 Struktur las)

Dimana :

P = Beban

l = Sama dengan panjang las

h = Tinggi las

untuk menghitung kekuatan las dapat menggunakan rumus sebagai

berikut :

P
σₜ = h.l………………………….………Pustaka 4 hal 181

P = 6,3 kg

66
h = 3 mm

l = 40 mm

P
σₜ = h.l…………………………………..Pustaka 4 hal 181

6,3 kg
= 3 mm.40 mm = 0,0525 kg/mm²

0,707 .P
𝜏 = ……………………………pustaka 4 hal 191
h.l

0,707 . 6,3 kg 4,454


= = = 0,0371 kg/mm²
3 mm . 40 mm 120

Jadi tegangan yang terjadi pada pengelasan masih dibawah tegangan

tarik yang diizinkan ( 0,0525 kg/mm² < 0,0371 kg/mm² ).

4.8. Hasil Perhitungan Kapasitas

Tabel 4.5 hasil perhitungan kapasitas

No Jenis Daging Konsumsi Hasil Gilingan Daging (kg) Waktu Percobaan (Min)

1. 0,25 kg 0,25 menit

2. Daging Ayam 0,25 kg 0,25 menit

3. 0,25 kg 0,25 menit

4. 0,25 kg 0,25 menit

1kg
Q = 10 menit = 0,1 kg/menit

= 0,1 kg/menit x 60 menit

= 6 kg/jam

67
No Jenis Daging Konsumsi Hasil Gilingan Daging (kg) Waktu Percobaan (Min)

1. 0,25 kg 2,2 menit

2. Daging Sapi 0,25 kg 3 menit

3. 0,25 kg 3,8 menit

4. 0,25 kg 2,5 menit

1kg
Q = = 0,087 kg/menit
6,8 menit

= 0,087 kg/menit x 60 menit

= 5,3 kg/jam

68
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari perencanaan dan perhitungan pada Mesin Penggiling Daging ,

ditemukan data-data sebagai berikut :

1. Pulley yang digunakan berdiameter 75 mm dan 260 mm

2. Jenis belt yang digunakan adalah jenis V dengan kode A.

3. Poros yang digunakan berbahan S45C, yang mempunyai

kekuatan tarik sebesar 58 kg/mm²

4. Kapasitas produksi yang dihasilkan untuk daging ayam sebesar

6 kg/jam.

5. Kapasitas produksi yang dihasilkan untuk daging sapi sebesar

5,3 kg/jam.

6. Untuk gaya potong pisau penggiling untuk daging ayam 5,96 kg

7. Untuk gaya potong pisau penggiling untuk daging sapi 6,24 kg

8. Gaya-gaya yang terjadi pada rangka RA = 2,7 kg dan RB = 3,6

kg.

5.2. Saran

Saran yang dapat penulis berikan berhubungan dengan

pengoperasian mesin penggiling daging sebagai berikut :

59
1. Sebaiknya pada saat sesudah pemakaian, rumah penggiling wajib di

cuci menggunakan air bersih.

2. Pada saat sebelum penggilingan daging sebaiknya daging di potong

menjadi kecil – kecil sekitar 5cm.

60
DAFTAR PUSTAKA

1. Aaron D, Deutschman, Machine Design Theory And Practice. Macmillan

Publishing Co., Inc, New York, 1975.

2. Hery Sonawan, Perancangan Elemen mesin Edisi Revisi. Bandung :

Alfabeta Bandung.

3. Kanginan, Marthen, Fisika SMA Kelas XI Semester 2, Erlangga. Jakarta,

2002

4. Porawati, H., & Kurniawan, A., Modifikasi Mesin Penggiling Daging (meat

grinder) kapasitas 8 kg menggunakan motor listrik. 2020

5. Romiyadi dan Indah Purnama Putri. “Perancangan dan Pembuatan Mesin

Penggiling Daging dan Pengaduk Adonan Bakso”, Jurnal Teknik Mesin.

2020

6. Suga, Kiyokatsu dan Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta, 2004

7. Wiryosumarto, H. Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya Paramita,

Jakarta. 1996

61
Nama : Feri Herlambang

Tempat/Tanggal Lahir : Purworejo, 11 Juni 1999

Alamat : Papan Mas Indah Blok F29 NO5, RT 08, RW 08,

Setia Mekar, Tambun Selatan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

E-mail : Feriherlambang11@gmail.com

No. Hp : 081223575506

Pendidikan Terakhir : SMK Institut Indonesia Kutoarjo

62
Lampiran

63

Anda mungkin juga menyukai