Anda di halaman 1dari 116

TUGAS AKHIR

PERANCANGAN MESIN PENGGORENG ABON LELE


DENGAN SISTEM PENGGERAK MOTOR LISTRIK
KAPASITAS 14 KG/JAM

Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi

Jenjang strata 1 jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains Dan Teknologi Al-Kamal

Disusun oleh :

Agus Sutrisno 201523010

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL KAMAL

JAKARTA

2022
LEMBAR PERNYATAAN

PERANCANGAN MESIN PENGGORENG ABON LELE DENGAN


SISTEM PENGGERAK MOTOR LISTRIK KAPASITAS 14 KG/JAM

Disusun Oleh :

AGUS SUTRISNO (201523010)

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini sejauh yang saya ketahui bukan

tiruan atau duplikasi dari orang lain, terkecuali dari data – data yang bersumber

dari literatur – literatur yang telah dicantumkan sebagai referensi pada daftar

pustaka.

Apabila terbukti Tugas Akhir ini bukanlah hasil karya sendiri, saya

bertanggung jawab dan sanggup menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Demikian pernyaatan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Jakarta, 10 Maret 2022


Yang membuat pernyataan,

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal i


Agus Sutrisno

HALAMAN PERSETUJUAN

PERANCANGAN MESIN PENGGORENG ABON LELE DENGAN


SISTEM PENGGERAK MOTOR LISTRIK KAPASITAS 14 KG/JAM

Disusun Oleh:

AGUS SUTRISNO (201523010)

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir untuk digunakan

sebagai salah satu syarat menyelesaikan jenjang Strata Satu (S-1)

pada Program Studi Teknik Mesin

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal

Jakarta, 10 Maret 2022

Menyetujui

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Rahmat Wijaya, S.T., M.T. Angga Setiawan, S.T.,


M.T.
(Nidn 0311027401) (Nidn 0303059001)

Mengetahui

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal ii


Ketua Program Studi Teknik Mesin

Rahmat Wijaya, S.T., M.T.


(Nidn 0311027401)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN MESIN PENGGORENG ABON LELE DENGAN


SISTEM PENGGERAK MOTOR LISTRIK KAPASITAS 14 KG/JAM

Disusun Oleh:

AGUS SUTRISNO (201523010)

Telah dipertahankan di depan Dosen Penguji Tugas Akhir Institut Sains Dan

Teknologi Al-Kamal pada tanggal 10 Maret 2022. Dan dinyatakan telah

memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Teknik Mesin

Jakarta, 10 Maret 2022

Menyetujui

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr.Suryadi M.T. Irwan Mustajab ST,MT.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal iii


Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Mesin

Rahmat Wijaya, S.T., M.T.


(Nidn 0311027401)

ABSTRAK

Teknologi tepat guna saat ini menuntut kita untuk berperan aktif, dalam
kreatifitas dan kemampuan berinovasi guna menghasilkan suatu produk yang
berkualitas. Oleh karena itu, banyak pihak yang berlomba-lomba untuk membuat
atau mengembangkan teknologi yang memiliki manfaat dan lebih
ekonomis.Banyak peralatan-peralatan baru yang dibuat. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu dan mempermudah kita dalam proses bekerja.
Abon adalah produk olahan daging yang sangat mudah ditemukan
dipasaran, rasanya khas perpaduan antara manis dan gurih. Abon sering dijadikan
campuran lauk, pelengkap nasi goreng, pelengkap nasi gurih, dan nasi kuning,
serta pengisi kue-kue tradisional seperti lemper. Belakangan seiring
perkembangan zaman, semakin banyak makanan produk olahan modern (eropa)
yang menggunakan abon sebagai pelengkapnya, contoh paling mudah ditemui
adalah donat. Hal ini berarti bahwa abon telah menjadi salah satu produk yang
mempertemukan unsur-unsur tradisional dengan unsur-unsur modern dalam dunia
kuliner.
Saat ini pengadukan abon ikan yang dilakukan oleh industri rumahan di
didaerah tasikmalaya masih dilakukan secara manual ditambah saat ini terjadi
pandemi covid 19 yang terjadi diindonesia. penggunaan secara manual tidak
umum dilakukan karena rawan akan tertularnya virus covid 19. Selain itu
penggunaan penggoreng abon secara manual membutuhkan waktu yang relative
lebih lama 5-6 jam untuk penggoreng abon kapasitas 10 kg dan juga hasilnya
kurang merata. Oleh karena itu penulis ingin membuat suatu inovasi dimana hasil
pengadukan abon ikan menggunakan mesin yang berguna untuk memudahkan

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal iv


manusia dalam proses produksi serta lebih rendah tertularnya virus covid 19.
Perancangan mesin penggoreng abon ikan dengan kapasitas 14 kg/jam dengan
system transmisi di pulley 700 rpm, alat pengaduk abon ikan lele 70 rpm.

KATA KUNCI : Abon, Mesin Penggoreng, Perancangan

ABSTRACT

In the current era of technology requires us to play a role, in creativity and


ability to produce a quality product. Therefore, many parties are competing to
create or develop technology that has benefits and is more economical. Many new
equipments are made. This is useful to help and make it easier for us in the work
process. Shredded meat is a processed meat product that is very easy to find in the
market, it has a distinctive taste, a combination of sweet and savory.

Abon is often used as a side dish, as a complement to fried rice, as a


complement to savory rice, and yellow rice, as well as filling in traditional cakes
such as lemper. Lately, along with the times, more and more modern (European)
processed food products use shredded meat as a complement, the easiest example
to find is donuts. This means that abon has become a product that brings together
traditional elements with modern elements in the culinary world.

Currently, the mixing of shredded fish carried out by home industries in the
Tasikmalaya area is still done manually, plus there is currently a COVID-19
pandemic occurring in Indonesia. manual use is not commonly done because it is
prone to contracting the covid 19 virus. In addition, the use of a manual shredded
fryer requires a relatively longer time of 5-6 hours for a 10 kg capacity shredded
fryer and the results are also uneven. Therefore, the author wants to make an
innovation where the results of stirring fish use a machine that is useful for
making it easier for humans in the production process and lower transmission of

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal v


the covid 19 virus. The design of a shredded fish frying machine with a capacity
of 14 kg/hour with a transmission system on a 700 rpm pulley stirrer shredded
catfish 70 rpm.

Key word : Shredded, Frying Machine, design

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia
nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Program
Srata 1 (S1). Adapun judul tugas akhir ini adalah : “Perancangan Mesin
Penggoreng Abon Ikan Lele Dengan Sistem Penggerak Motor Listrik
Dengan Kapasitas 14 kg/jam.”

Selama menyusun laporan tugas akhir ini, penulis banyak menemukan


kendala yang sulit untuk diselesaikan. Namun, atas bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Atas bantuan dan bimbingan
yang penulis terima selama pengerjaan laporan tugas akhir ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rahmat Wijaya ST.,MT kepala program studi Teknik Mesin dan Dosen
Pembimbing.
2. Seluruh staff dan pengajar Program Studi Teknik Mesin.
3. Keluarga penulis yang tercinta yang telah banyak memberikan dorongan
serta bantuan materi maupun moril kepada penulis.
4. Teman – teman penulis yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal vi


Penulis menyadari Tugas Akhir ini tidak luput dari berbagai kesalahan dan
kekurangan.penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan perbaikan
sehingga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat pada bidang
pendidikan dan penerapan di masyarkat sehingga berguna untuk membantu
masyarakat dalam kehidupan sehari – hari.

Jakarta, 10 Maret
2022

Penulis

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal vii


DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

ABSTRAK..............................................................................................................iv

ABSTRACT.............................................................................................................v

KATA PENGANTAR............................................................................................vi

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL.................................................................................................xii

DAFTAR NOTASI...............................................................................................xiii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.1 Identifikasi Masalah.................................................................................3

1.2 Batasan Masalah......................................................................................3

1.3 Tujuan......................................................................................................4

1.4 Manfaat....................................................................................................5

1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................6

BAB II......................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7

2.1 Dasar Teori...............................................................................................7

2.2 Teori Mesin Penggoreng Abon................................................................8

2.3 Teori Estetika...........................................................................................9

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal viii


2.4 Study Analisa Bentuk..............................................................................9

2.5 Mesin Penggoreng Abon Lele...............................................................10

2.5.1 Pengertian Mesin Penggoreng Abon Ikan................................................10

2.6 Alat Dan Bahan Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele...................................10

2.3.1 Rangka......................................................................................................11

2.3.4 Motor Listrik.............................................................................................16

2.7 Poros............................................................................................................23

2.8 Puli (Pulley)................................................................................................30

2.9 Transmisi Sabuk (Belt)................................................................................32

2.10 Gear Box...................................................................................................35

2.11 Baut dan Mur............................................................................................36

2.12 Kawat Las ST-380....................................................................................37

2.13 Lembaran Stainless Steel..........................................................................38

2.14 Kompor Gas..............................................................................................40

2.15 Timer.........................................................................................................41

BAB III..................................................................................................................42

METODE PENELITIAN.......................................................................................42

3.1 Diagram Alir Penelitian.........................................................................42

3.2 Waktu dan Tempat Penilitian.................................................................43

3.3 Metode Pengumpulan Data....................................................................43

3.4 Prosedur Perancangan Mesin.................................................................44

3.5 Analisa Kebutuhan.................................................................................45

3.6 Pertimbangan dari sisi pembuat.............................................................46

3.7 Spesifikasi Detail Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele..........................47

3.8 Gambar Desain Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele.............................48

3.9 Komponen yang dipakai mesin penggoreng abon ikan lele..................50

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal ix


3.10 Proses Pemesinan.......................................................................................51

3.11 Sambungan (Joining).............................................................................59

3.12 Alat Ukur...............................................................................................62

3.13 Identifikasi Analisis Teknik yang Digunakan dalam Perancangan...........64

BAB IV..................................................................................................................68

HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................68

4.1 Gambar Mesin Penggoreng Abon Ikan..................................................68

4.2 Prinsip Kerja Mesin Penggoreng Abon Ikan.........................................69

4.3 Perhitungan Mesin Penggoreng Abon...................................................70

4.4 Analisis Ekonomi Mesin Penggoreng Abon Lele..................................81

4.5 Perbandingan harga mesin penggoreng abon yang ada dipasaran.........83

BAB V...................................................................................................................85

KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................85

5.1 Kesimpulan............................................................................................85

5.2 Saran......................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................87

LAMPIRAN...........................................................................................................89

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal x


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Penggoreng Abon Lele Secara Manual...............................................3


Gambar 2. 1 Mesin Penggoreng Abon Lele...........................................................10
Gambar 2. 2 Baja Profil Siku.................................................................................11
Gambar 2. 3 Wajan................................................................................................12
Gambar 2. 4 Alat Pengaduk Abon Ikan Lele.........................................................14
Gambar 2. 5 Klasifikasi Motor Listrik[19]...............................................................17
Gambar 2. 6 Motor Listrik.....................................................................................19
Gambar 2. 7 Poros Transmisi.................................................................................24
Gambar 2. 8 Poros Spindle....................................................................................24
Gambar 2. 9 Poros Gandar.....................................................................................25
Gambar 2. 10 Diagram Alir Proses Perancangan Poros Mesin[7]\..........................29
Gambar 2. 11 Pulley [7]...........................................................................................30
Gambar 2. 12 Keterangan Rumus Perhitungan V-belt..........................................33
Gambar 2. 13 Konstruksi Dan Tipe Sabuk V [7].....................................................35
Gambar 2. 14 Gear box..........................................................................................35
Gambar 2. 15 Baut Dan Mur..................................................................................37
Gambar 2. 16 Kawat Las.......................................................................................38
Gambar 2. 17 Lembaran Stainless Steel................................................................39
Gambar 2. 18 Kompor Gas....................................................................................40
Gambar 3. 1 Diagram Alir Perancangan Mesin Penggoreng Abon.......................42
Gambar 3. 2 Flow Chart Prosedur Perancangan Mesin.........................................44
Gambar 3. 3 Gambar 2D Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele...............................49
Gambar 3. 4 Mesin Bubut......................................................................................54
Gambar 3. 5 Mesin Frais........................................................................................56
Gambar 3. 6 Mesin Bor..........................................................................................58
Gambar 3. 7 Sambungan Las Jenis Lap Joint........................................................61
Gambar 3. 8 Sambungan Las Butt Joint................................................................62
Gambar 3. 9 Jangka Sorong...................................................................................63

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal xi


Gambar 3. 10 Mikrometer Sekrup.........................................................................64
Gambar 4. 1 Gambar Desain Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele........................68
Gambar 4. 2 Wiring Diagram Sistem Timer Otomatis Mesin Penggoreng Abon. 69
Gambar 4. 3 Diagram Pemilihan V-belt................................................................77

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal xii


DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan Penelitian...........................................................43


Tabel 3. 2 Spesifikasi Detail Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele ........................47
Tabel 3. 3 Klasifikasi proses pemesinan menurut gerak relatif dan jenis pahat
yang digunakan......................................................................................51
Tabel 3.4 Klasifikasi proses pemesinan menurut jenis mesin perkakas yang
digunakan..............................................................................................53
Tabel 4. 1 Faktor - Faktor Koreksi Daya Yang Akan Ditransmisikan..................72
Tabel 4. 2 Ukuran Pulley - V.................................................................................74
Tabel 4. 3 Tabel baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja difinis dingin untuk
poros......................................................................................................80
Tabel 4. 4 Penentuan Harga Mesin........................................................................82
Tabel 4. 5 Perbandingan Harga Mesin Penggoreng abon yang ada dipasaran......84

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal xiii


DAFTAR NOTASI

n = Putaran permenit (rpm)

T = Torsi (N.mm)

P = Daya (Watt)

F = Gaya (kg)

r = jarak poros (mm)

ds = Diameter poros (mm)


a = Tegangan geser ijin bahan poros (kg/mm2)

Km = Faktor koreksi momen lentur (1,5 – 2,0)

M = Momen lentur yang bekerja pada poros (kg.mm)

Kt = Faktor koreksi momen puntir (1,0 – 1,5)

T = Momen puntir (kg.mm)

θ = Defleksi puntiran (o)

l = Panjang poros (mm)

G = Modulus geser (Kg/mm2)

σ aa = Tegangan Geser yang Diijinkan (Kg/mm2)

σB = Kekuatan bending (Kg/mm2)

Sf1 = Faktor Keamanan Yang diambil harga 6

Sf2 = Faktor Keamanan Yang Diambil Harga Sebesar 1 – 1,5 bila beban
dikenakan perlahan-lahan.

e = Jarak antar tepi dan tengah alur pulley

LO = Lebar alur pulley

W/B = Lebar pulley

Dout = Diameter dalam pulley


Din = Diameter luar pulley

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal xiv


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknologi tepat guna saat ini menuntut kita untuk berperan aktif, dalam
kreatifitas dan kemampuan berinovasi guna menghasilkan suatu produk yang
berkualitas. Oleh karena itu, banyak pihak yang berlomba-lomba untuk membuat
atau mengembangkan teknologi yang memiliki manfaat dan lebih
ekonomis.Banyak peralatan-peralatan baru yang dibuat. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu dan mempermudah kita dalam proses bekerja. Selain dalam
proses kerjanya, hasil produksi juga dituntut hasil yang cepat, biaya rendah, dan
dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga usahanya dapat terus berjalan
dengan lancar.
Abon adalah produk olahan daging yang sangat mudah ditemukan
dipasaran, rasanya khas perpaduan antara manis dan gurih. Abon sering dijadikan
campuran lauk, pelengkap nasi goreng, pelengkap nasi gurih, dan nasi kuning,
serta pengisi kue-kue tradisional seperti lemper. Belakangan seiring
perkembangan zaman, semakin banyak makanan produk olahan modern (eropa)
yang menggunakan abon sebagai pelengkapnya, contoh paling mudah ditemui
adalah donat. Hal ini berarti bahwa abon telah menjadi salah satu produk yang
mempertemukan unsur-unsur tradisional dengan unsur-unsur modern dalam dunia
kuliner. Abon adalah produk makanan olahan dari daging, sebenarnya segala
macam daging bisa dijadikan bahan pembuat abon sebut saja daging ayam, sapi,
babi, kerbau, kambing, ikan, dan sebagainya.
Saat ini pengadukan abon ikan yang dilakukan oleh industri rumahan di
didaerah tasikmalaya tepatnya dikampung cukang awi desa leuwi budah
kecamatan sukaraja masih dilakukan secara manual ditambah saat ini terjadi
pandemi covid 19 yang terjadi diindonesia. penggunaan secara manual tidak
umum dilakukan karena rawan akan tertularnya virus covid 19. Selain itu
penggunaan penggoreng abon secara manual membutuhkan waktu yang relative

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 1


lebih lama 5-6 jam untuk penggoreng abon kapasitas 10 kg dan juga hasilnya
kurang merata. Oleh karena itu penulis ingin membuat suatu inovasi dimana hasil
pengadukan abon ikan menggunakan mesin yang berguna untuk memudahkan
manusia dalam proses produksi serta lebih rendah tertularnya virus covid 19.
penggunaan pengadukan abon ikan dengan cara manual mempunyai kerugian
yaitu waktu pengadukan sangat lama dan hasil penggadukan tidak merata,
terjadinya penggumpalan maupun hangus. Hal ini menyebabkan cacat produksi
dan penurunan permintaan abon lele dari konsumen.
Mesin penggoreng abon ikan lele yang sudah dibuat saat ini adalah mesin
penggoreng abon ikan dengan kapasitas 30 kg dengan daya 500 watt serta
diameter wajan 100mm. maka dari itu penulis ingin membuat inovasi dari alat
yang sudah ada dengan kapasitas yang lebih kecil yaitu 14 kg dengan daya 325
watt serta diameter wajan 60mm dengan system otomatis yang ada di motor listrik
dimaksudkan agar lebih hemat biaya dari segi efisiensi waktu dan lebih ekonomis
khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Pengembangan dan penerapan teknologi ini diharapkan dapat mendukung
program nasional pemerintah dalam memajukan industri-industri kecil maupun
menengah, sehingga diharapkan dengan ketersediaan teknologi ini dapat memicu
berkembangnya agroindustry di Indonesia maupun dikancah internasional dengan
mengenalkan produk olahan jadi dari bahan baku ikan khas Indonesia khususnya
ikan lele.
Factor keamanan yang pada mesin penggoreng abon ini adalah mesin
penggoreng abon harus benar-benar kokoh dari segi rangka agar tidak ada terjadi
kecelakaan dalam bekerja dan juga dengan adanya system otomatis yang
berfungsi mengatur waktu dalam menggoreng abon supaya UMKM mengetahui
waktu yang dibutuhkan ketika abon ikan lele sudah matang.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 2


Gambar 1. 1 Penggoreng Abon Lele Secara Manual[13]

1.1 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang masalah di atas dapat di identifikasi beberapa masalah
diantaranya adalah:
1. Dalam proses penggorengan bagaimana meningkatkan performa dan kualitas
dari mesin penggoreng abon tersebut?
2. Bagaimana perancangan dari alat pengaduk abon ikan lele dengan bahan yang
ekonomis untuk UMKM dan hemat energy?
3. Komponen atau bahan apa saja yang digunakan dalam perancangan alat
penggoreng abon ikan lele tersebut?
4. Berapakah kecepatan dari motor penggerak alat pengaduk abon ikan lele?
5. Berapakah biaya produksi dari mesin penggoreng abon ikan lele?
6. Berapakah estimasi biaya dalam perancangan mesin penggoreng abon ikan
lele?

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 3


1.2 Batasan Masalah
Agar penulisan tugas akhir ini tidak menyimpang dari judul yang telah dibuat,
maka penulis membuat batas-batas sebagai berikut:
1. Mendesain gambar teknik bentuk mesin penggoreng abon ikan lele.

2. Menghitung daya motor yang dibutuhkan untuk merancang abon ikan lele.

3. Menghitung alat pengaduk dari mesin penggoreng abon ikan lele.

4. Menghitung estimasi biaya dari mesin penggoreng abon ikan lele.

5. Menghitung biaya listrik dari mesin penggoreng abon ikan lele.

6. Menentukan komponen atau bahan apa saja untuk merancang mesin

penggoreng abon ikan.

1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut :

 Tujuan Umum
1. Sebagai salah satu kewajiban dan syarat kelulusan untuk meraih gelar
sarjana teknik pada Program Studi Teknik Jurusan Teknik Mesin Institut
Saint dan Teknologi Al Kamal.
2. Untuk mengaplikasikan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di bangku kuliah dengan masalah yang ditemui dilapangan.
3. Untuk membiasakan diri atau melatih diri dalam memecahkan masalah yang
ditemukan di lapangan.
4. Mengenalkan produk pengolahan ikan lele supaya dikenal oleh masyarakat
indonesia maupun wisatawan mancanegara.
5. Meningkatkan pendapatan dari sektor petani ikan lele sehingga
kesejahteraan petani ikan dapat tercapai.
6. Untuk merencanakan alat penggorengan abon ikan lele yang memiliki daya
guna tinggi.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 4


 Tujuan Khusus
1. Menghitung daya motor yang dibutuhkan untuk mesin penggoreng abon
lele.
5. Menghitung berapa rpm pulley mesin penggoreng abon lele.
6. Menghitung gear box mesin penggoreng abon lele.
7. Menghitung estimasi biaya yang dibutuhkan untuk merancang mesin
penggoreng abon lele.
8. Menghitung analisis ekonomi daya jual mesin penggoreng abon lele.
9. Menghitung effisiensi listrik mesin penggoreng abon lele.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Dunia Industri


a. Menghasilkan suatu alat bantu kerja yang akan mempermudah
pengusaha pembuat abon ikan lele.
b. Merupakan inovasi awal untuk dapat dikembangkan pada system
peralatan dan teknologi, sehingga membantu pengembangan industri
kecil.
c. Dapat meningkatkan hasil ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

1.4.2 Bagi Dunia Pendidikan


a. Menambah perbedaan dari inovasi alat-alat produksi yang sudah ada.
b. Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan tridarma
perguruan tinggi, sehingga mampu memberikan kontribusi yang
berguna bagi masyarakat dan bisa dijadikan sebagai sarana untuk lebih
memajukan dunia pendidikan.

1.4.3 Bagi Mahasiswa


a. Untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang telah di dapat selama pembelajaran di Institut Sains dan Teknologi
Al-Kamal Jakarta Barat.
b. Meningkatkan kreativitas,inovasi, dan keahlian mahasiswa.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 5


c. Menambah pengetahuan tentang cara merancang dan menciptakan
karya teknologi yang bermanfaat.
d. Sebagai langkah awal inovasi yang berkelanjutan agar kedepannya
dapat dikembangkan oleh mahasiswa.

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk memperoleh gambaran yang mudah dan lengkap mengenai isi dalam
tugas akhir ini, secara global dapat dilihat dari sistematika pembahasan tugas
akhir dibawah ini :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menjelaskan latar belakang,identifikasi masalah, batasan


masalah,tujuan dan manfaat penulisan laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menguraikan tentang dasar teori yang berkaitan dengan laporan
tugas akhir,cara pandang, paradigma serta tinjauan pustaka yang digunakan agar
tidak melenceng dari tema laporan tugas akhir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang metodologi penelitian yang akan dibuat dalam
tugas akhir,komponen serta hitungan yang digunakan dalam perancangan alat
penggoreng abon lele.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi hasil dan pembahasan sistem yang di buat, menguraikan
tentang perhitungan dan cara kerja alat mesin penggoreng abon lele.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran terhadap laporan tugas akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 6


LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Saat ini pengadukan abon ikan yang dilakukan oleh industri rumahan di
didaerah tasikmalaya yaitu kampung cukang awi desa leuwi budah kecamatan
sukaraja masih dilakukan secara manual ditambah saat ini terjadi pandemi covid
masih dilakukan secara manual dimana pada saat pandemi covid 19 yang terjadi
diindonesia penggunaan secara manual tidak umum dilakukan karena rawan akan
tertularnya virus covid 19. Selain itu penggunaan penggoreng abon secara manual
membutuhkan waktu yang relative lebih lama 5-6 jam untuk penggoreng abon
kapasitas 10 kg dan juga hasil dari pengadukan mesin penggoreng abon ikan lele
tidak merata. Hal ini menyebabkan cacat produksi dan penurunan permintaan
abon lele dari konsumen.

Oleh karena itu penulis ingin membuat suatu inovasi dimana hasil
pengadukan abon ikan menggunakan mesin yang berguna untuk memudahkan
manusia dalam proses produksi serta lebih rendah tertularnya virus covid 19.
sistem kerja dari mesin penggoreng abon ini adalah daging dari hasil suiran yang
sudah dikukus dan dicampur dengan bumbu abon ikan lele dimasukkan ke dalam
bak penggorengan didalam minyak goreng yang telah panas. Kemudian mesin
dihidupkan maka motor listrik akan menggerakkan puli pada motor, kemudian
dari puli motor ditransmisikan ke puli poros penggoreng sehingga poros
penggoreng akan ikut berputar kemudian terjadi proses penggorengan.pada saat
menggoreng abon kita atur waktu pada proses penggorengan dengan alat sensor
mesin penggoreng agar dapat mengetahui waktu penggorengan yang dibutuhkan
agar abon matang dengan sempurna. Ketika abon sudah mulai berwarna
kecoklatan lalu mesin penggoreng abon dimatikan. Setelah nya abon yang sudah
matang kemudian di masukkan kedalam wadah untuk diproses lebih lanjut ke
mesin peniris minyak. Hasil produksi yang diharapkan mampu menghasilkan

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 7


daging abon matang secara merata dalam waktu singkat dan mendapatkan hasil
produksi yang diperoleh lebih efisien.

Unit yang dirancang ini merupakan inovasi dari alat yang sudah ada dengan
tingkat effisiensi nya yaitu sebesar 90% dimana dengan daya motor sebesar 0.5
HP didesain agar memudahkan UMKM dalam memproduksi abon dengan baik.

2.1.1 Proses Pembuatan Abon Ikan lele

Prosedur Pembuatan abon ikan lele :

 Persiapan bahan baku (ikan lele )


 Setelah itu dilakukan penyiangan untuk membuang semua kotoran perut
kemudian dicuci sampai bersih.
 Lalu direbus kurang lebih 30 menit, dan tiriskan sambil buang kepala, duri dan
juga kulitnya. Sisakan dagingnya saja
 Setelah itu dipres untuk menghilangkan kadar air pada daging
 Masukan daging ikan lele kedalam adonan sambil dicabik cabik dengan
ditambah bumbu bumbu.
 Lalu goreng hingga berwarna kuning kecoklatan ± 60 menit dan tiriskan[13]

2.1.2 Waktu Penggorengan


Pengaruh lama waktu penggorengan yang berbeda secara tidak langsung
juga akan mempengaruhi kualitas kimia, fisik dan gizi yang berbeda pula.
Makanan yang digoreng akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimia
termasuk gelatinisasi, denaturasi protein serta penguapan air[13]. Dalam penelitian
ini, proses pemasakan hanya difokuskan pada penggorengan. Proses menggoreng
berakibat terjadinya perpindahan massa yang ditandai dengan terjadinya
pergerakan minyak ke dalam produk, dan perpindahan air dalam bentuk uap dari
dalam produk ke minyak goreng[13].Penggorengan dihentikan jika serat serat
daging sudah berwarna kuning kecoklatan.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 8


2.2 Teori Mesin Penggoreng Abon
Part-part mesin untuk pengolahan biasanya menggunakan material
diantarananya Alumunium, Stainless steel, agar terhindar dari korosi yang dapat
tercampur ke dalam makanan. Mesin ini mampu menggoreng berbagai macam
makanan mulai dari abon, keripik, hingga lauk pauk yang digoreng. Sumber
tenaga berupa motor listrik , transmisi berupa pulley dan sabuk.

2.3 Teori Estetika


Manusia dalam kehidupan sehari - hari mengkaitkan istilah estetika dengan
hal yang bekaitan dengan keindahan. Setiap manusia menginginkan dengan
keindahan akan menemukan keseragaman, ketentraman, keharmonisan dan
keteraturan. Desain membutuhkan estetis yang bisa membuat seseorang yang
melihatnya merasa tertegur. Peranan estetis dalam desain adalah kreatifitas dalam
mencari solusi yang paling indah dan sebenarnya, yaitu benar secara. Dalam
mencapai rasa kepuasan dalam ciptaannya seseorang seniman menerapkan
caranya masing - masing. Perkembangan estetis mempunyai ciri dinamis, bebas,
konsepsional, dan kerap kali mempunyai relevasi ke arah perkembangan baru.

Adapun unsur – unsur yang terkandung dalam nilai estetika adalah:

1. Kesatuan dalam bentuk


2. Perbandingan ukuran
3. Adanya skala yang tepat
4. Keseimbangan gunanya untuk meningkatkan keindahan baik ukuran,
bentuk, warna dan unsur yang terkait.
5. Irama tujuannya untuk kesan yang lebih menarik dan mengurangi
kebosanan
6. Klimaks untuk menyempurnakan keindahan.

2.4 Studi Analisa Bentuk

Analisa bentuk berfungsi untuk menentukan kondisi keseluruhan dalam


warna grafisnya, sifat geometris dan presisi diwujudkan pada bentuk lengkung.
Untuk itu perlu ada penyesuaian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 9


kelayakan suatu stasiun kerja baru. Harus diperhatikan sekaligus didalam
penerapannya di lapangan tidak ada yang bisa membuat kesulitan bagi operator.

Analisa bentuk berfungsi untuk menentukan kondisi keseluruhan dalam


penentuan bentuk alat penggoreng abon ikan yang sesuai dengan fungsi sebagai
alat untuk memudahkan operator. Bentuk yang akan digunakan adalah bentuk
yang sederhana dengan ukuran atau dimensi yang sesuai dengan antropometri
operator, serta tidak menimbulkan kesan berbahaya.

2.5 Mesin Penggoreng Abon Lele

2.5.1 Pengertian Mesin Penggoreng Abon Ikan


Mesin Penggoreng Abon Ikan merupakan alat bantu untuk menggoreng
abon supaya abon matang secara merata. Bukan hanya itu saja, mesin ini dapat
mempermudah pengusaha dan waktu penggorengan menjadi lebih efisian. Hal
tersebut tentunya sulit dilakukan seseorang jika penggorengan dilakukan dengan
cara manual menggunakan tangan. Mesin ini terdiri dari rangka, bak penggoreng,
poros penggoreng, transmisi, dan motor listrik.

Gambar 2. 1 Mesin Penggoreng Abon Lele


(Sumber : data pribadi)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 10


2.6 Alat Dan Bahan Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan mesin
penggoreng abon ikan lele adalah sebagai berikut :

2.3.1 Rangka

Di lihat dari segi struktur dan bentuk rangka memiliki kegunaanya itu untuk
menopang mesin, transmisi, suspense dan sistem kelistrikan serta komponen-
komponen lain yang ada pada suatu mesin. Rangka memiliki syarat yaitu harus
kuat, kaku, ringan, sesuai dengan geometri yang diinginkan oleh suatu sistem dan
juga harus mampu menjaga roda agar tetap sejajar lurus.

Di dalam suatu pembuatan mesin terdapat beberapa jenis rangka salah


satunya adalah konstruksi rangka baja yaitu suatu konstruksi yang dibuat dari
susunan batang–batang baja, dimana setiap pertemuan beberapa batang
disambung pada alat pertemuan dengan menggunakan alat penyambung seperti
baut, paku, keling dan las. Dalam perancangan alat pembuat bakso dengan tiga
sistem kerja penampang baja yang akan digunakanya itu baja profil siku. Baja
profil siku dinyatakan dengan tanda L dengan tiga buah bilangan yang
menunjukkan tinggi, lebar dan tebal profil dalam mm.

Gambar 2. 2 Baja Profil Siku[7]

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 11


Adapun rumus untuk mengetahui beban yang didapat baja profil siku adalah
sebagai berikut:

M = L x T x P x 0,01512[20] .........................................................................
(2.1)

Keterangan:

M = berat besi siku (kg)


L = lebar penampang besi siku (mm)
T = tinggi penampang besi siku (mm)
P = panjang besi siku (m)
0,01512 (angka koefisien)

2.3.2 Wajan
Wajan adalah peralatan dapur yang serbaguna. Tidak hanya untuk
menggoreng, wajan penggorengan juga dapat digunakan untuk berbagai fungsi,
mulai dari menumis, memanggang, hingga memasak makanan berkuah.Wajan
yang di pakai untuk mesin penggoreng abon ikan lele adalah wajan dengan
material stainless stell. Rumus menghitung kapasitas wajan adalah sebagai berikut
:

Gambar 2. 3 Wajan
(Sumber : data pribadi)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 12


 Menghitung Volume Wajan

1. Volume Wajan :

V = 2/3ᴨ r3[7] ......................................................................................................(2.2)

 Menentukan Massa Jenis Abon (ρ)

- Untuk mengetahui Massa jenis abon ikan (ρ) diperlukan pengujian dengan

cara memasukkan 1 kg adonan abon ikan ke dalam gelas.

- Kemudian di ukur radius gelas dan tinggi adonan yang berada didalam

gelas.

- Di dapat diameter gelas = 10 cm dan tingginya 17 cm

Sehingga diketahui volume adonan (Va) :

Va = ᴨ r² t[7] .........................................................................................................
(2.3)

 Mencari massa jenis (ρ) :

ρ = m/Va[7] ..........................................................................................................
(2.4)

Dari massa jenis ini bisa mencari massa total adonan abon ikan yang dapat di
tampung oleh wajan :

m = ρ . v[7] ..........................................................................................................
(2.5)

Keterangan:

π = Phi

t = Tinggi (cm3)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 13


m = Masa (kg)

ρ = Masa jenis (kg/m3)

V = Volume Wajan (m3)

Va = Volume Adonan (m3)

r = jari-jari (cm)

2.3.3 Alat Pengaduk


Alat pengaduk abon lele adalah sebuah alat yang digunakan untuk
mengaduk dan meratakan abon ikan lele agar tingkat kematangan yang dicapai
abon lele tersebut efisien dan hasil yang didapatkan lebih produktif . bahan
material yang di pakai untuk mesin penggoreng abon ikan lele menggunakan
material stainless stell. Rumus menghitung alat pengaduk abon lele adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. 4 Alat Pengaduk Abon Ikan Lele


(Sumber : data pribadi)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 14


 Besarnya Torsi Pengaduk (Ts)

Ts = F . r[7] ..........................................................................................................
(2.6)

Keterangan :

Ts = Torsi Pengaduk (N.m)

F = Gaya (N)

r = Jari-jari (mm)

 Dengan besarnya kecepatan Sudut adalah :

2. π .n 3 [7]
ω= ...................................................................................................(2.7)
60

Keterangan :

ω = Kecepatan Sudut (rad/s)

n3 = putaran poros pengaduk (rpm)

r = Jari-jari (mm)

Daya Pengaduk (Ps)

Ps = T . ω[7] .........................................................................................................

(2.8)

Keterangan :

Ps = Daya pengaduk (Kw)

ω = Kecepatan Sudut (rad/s)

T = Torsi ( kg.mm)

Tabel 2.1 Faktor-Faktor Koreksi Daya yang akan Ditransmisikan[7]

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 15


Daya yang akan ditransisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maximum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

Sedangkan daya yang direncanakan (P) dengan faktor koreksi daya rata-rata yang

diperlukan (fc) = 1,2 seperti dalam table :

Pd = Ps . fc [7].........................................................................................................(2.9)

Keterangan :

Pd = Daya Pengaduk yg direncanakan (Kw)

Ps = Daya Pengaduk (Kw)

fc = Faktor koreksi daya rata-rata

2.3.4 Motor Listrik

Motor listrik merupakan perangkat elektromagnetik yang digunakan untuk


mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini biasanya
digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti memompa suatu cairan dari
satu tempat ke tempat yang lain pada mesin pompa, mendorong udara pada
blower, memutar fan pada kipas angindan keperluan-keperluan yang lain. Motor
listrik dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan jenis, karakteristik arus listrik
yang masuk dan mekanisme kerjanya, yaitu motor AC (alternating curren) dan
motor DC (direct curren).

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 16


Dari 2 jenis motor listrik tersebut terdapat jenis atau tipe motor listrik yang
diklasifikasikan berdasarkan konstruksi, prinsip kerja, dan operasinya.
Berdasarkan jenis-jenis motor listrik tersebut dapat dibuat peta konsep klasifikasi
motor listrik sebagai berikut.

Gambar 2. 5 Klasifikasi Motor Listrik[19]


Berdasarkan peta konsep klasifikasi motor listrik diatas, berikut ini penjelasan
singkat mengenai jenis motor listrik tersebut.

2.3.4.1 Motor Listrik Arus Bolak-Balik (AC)


Motor listrik arus bolak-balik adalah jenis motor listrik yang beroperasi
dengan sumber tegangan arus listrik bolak balik (AC, Alternating Current). 
Motor listrik arus bolak-balik AC ini dapat dibedakan lagi berdasarkan sumber
dayanya sebagai berikut.[19]
1. Motor sinkron adalah motor AC bekerja pada kecepatan tetap pada sistim
frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk
pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan oleh karena
itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah,
seperti kompresor udara, perubahan frekwensi dan generator motor. Motor
sinkron mampu untuk memperbaiki faktor daya sistim, sehingga sering
digunakan pada sistim yang menggunakan banyak listrik. [19]
2. Motor induksi merupakan motor listrik AC yang bekerja berdasarkan
induksi meda magnet antara rotor dan stator. Motor induksi dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama sebagai berikut:

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 17


 Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator,
beroperasi dengan pasokan daya satu fase, memiliki sebuah rotor
kandang tupai, dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan
motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling umum
digunakan dalam peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci
dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp. [19]
 Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh
pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan
daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau gulungan rotor
(walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai); dan penyalaan sendiri.
Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri menggunakan jenis
ini, sebagai contoh, pompa, kompresor, belt conveyor, jaringan listrik,
dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp. [19]

2.3.2.1 Motor Listrik Arus Searah (DC)

Motor Listrik Arus Searah DC Motor listrik arus searah adalah jenis motor
listrik yang beroperasi dengan sumber tegangan arus listrik searah (DC, Direct
Current).  Motor listrik arus searah DC ini dapat dibedakan lagi berdasarkan
sumber dayanya sebagai berikut. [19]

 Motor DC sumber daya terpisah/ Separately Excited.

Adalah jenis motor DC yang sumber arus medan disupply dari sumber terpisah,
sehingga motor listrik DC ini disebut motor DC sumber daya terpisah (separately
excited). [19]

 Motor DC sumber daya sendiri/ Self Excited. 

Adalah jenis motor DC yang sumber arus medan disupply dari sumberyang sama
dengan kumparan motor listrik, sehingga motor listrik DC ini disebut motor DC
sumber dayasendiri (self excited). Motor DC sumber daya sendiri / self exited ini
dibedakan lagi menjadi 3 jenis berdasarkan konfigurasi supply medan dengan
kumparan motornya sebagai berikut. [19]

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 18


1. Motor DC shunt, Pada motor DC shunt gulungan medan (medan shunt)
disambungkan secara paralel dengan gulungan motor listrik. Oleh karena itu
total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus dinamo. [19]
2. Motor DC Seri, Pada motor DC seri, gulungan medan (medan shunt)
dihubungkan secara seri dengan gulungan kumparan motor (A). Oleh karena
itu, arus medan sama dengan arus dinamo. [19]
3. Motor DC Kompon/Gabungan, Motor Kompon DC merupakan gabungan
motor seri dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan (medan shunt)
dihubungkan secara paralel dan seri dengan gulungan motor listrik. Sehingga,
motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan
yang stabil. [19]

Gambar 2. 6 Motor Listrik[13]

Untuk memutar poros diperlukan daya motor yang sesuai supaya dapat
berputar dengan baik dan sesuai rancangan yang diinginkan. Daya merupakan laju
energi yang dihantarkan selama melakukan usaha dalam periode waktu tertentu.
Satuan SI (satuan internasional) untuk daya yaitu joule/sekon (J/s) = watt (W).
Satuan watt dipakai untuk penghormatan kepada seorang ilmuan penemu mesin
uap yang bernama James Watt. Satuan daya lainnya yang sering dipakai yaitu
daya kuda atau horse power (hp), 1 hp = 746 watt. Daya adalah besaran skalar,
karena daya hanya mempunyai nilai, tidak memiliki arah. [7]

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 19


Pada perancangan mesin penggoreng abon ikan lele ini motor listrik
digunakan untuk menggerakkan poros pengaduk untuk mengaduk abon lele secara
merata agar hasil yang didapat maksimal. Adapun rumus untuk menghitung
daya,torsi adalah sebagai berikut :

T = F . r[7] .........................................................................................................
(2.10)

Keterangan:

Ts = Torsi Pengaduk (N.m)

F = Gaya (N)

r = Jari-jari (mm)

Setelah mengetahui besarnya torsi yang dihasilkan gaya potong, selanjutnya bisa
dihitung daya mesin. Daya mesin (P) dihitung dengan:

Pd
T = [7]
..........................................................................................................
ω
(2.11)

2. π .n
ω= ....................................................................................................(2.12)
[7]
60

P d = P x fc [7]
.......................................................................................................
(2.13)

Keterangan:

T = Torsi (N.m)

n = Putaran poros (rpm)

fc = Faktor koreksi daya

Pd = Daya Rencana (Watt)

P = Daya nominal (Watt)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 20


⍵ = Kecepatan sudut (rad/s)

2.3.4.1 Gaya sentrifugal

Gaya sentrifugal merupakan gaya yang arahnya keluar dari pusat


lingkaran. Dalam tabung putar menggunakan prinsip gaya sentrifugal. Dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut [7]:

v2
F = m [7]
.......................................................................................................
r
(2.14)

Keterangan:

F = Gaya sentrifugal (N)

v = Kecepatan keliling (m/s)

r = Jari-jari (mm)

m = Massa (kg)

2.3.4.2 Kecepatan Sinkron Motor

Sebuah motor sinkron selalu beroperasi pada kecepatan konstan, pada


kondisi tidak berbeban. Tetapi apabila motor diberi beban, maka motor akan
selalu akan berusaha untuk tetap pada putaran konstan. Dan motor akan
melepaskan kondisi sinkronnya apabila beban yang ditanggung terlalau besar
(Torsi Pull-out)[7].

120. F
ns = [7]
.................................................................................................(2.15)
P

Keterangan:

ns = Kecepatan Sinkron Motor (Rpm)

F = Frekuensi Motor (Hz)

P = Jumlah kutub

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 21


2.3.4.4 Slip Motor
Untuk menentukan slip pada motor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut
[7]
:

ns . n
% Slip = ................................................................................................
[7]
ns
(2.16)

Keterangan:

ns = Kecepatan Sinkron Motor (Rpm)


n = Kecepatan Motor (Rpm)

2.3.4.5 Effisiensi Motor


Effisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara daya keluar
dengan daya masuknya. Daya keluaran sama dengan daya masukan dikurangi
dengan semua rugi-rugi yang ada. Oleh karena itu, jika dua dari tiga variable telah
didapat nilainya, nilai effisiensi dapat ditentukan dengan persamaan berikut [7]:

P out
ɳ= x 100%[7]..........................................................................................(2.17)
P¿

Keterangan:

ɳ = Effisiensi (%)
Pout = Daya keluaran (Watt)
P¿ = Daya masukan (Watt)

2.3.2.7 Konsumsi Listrik


Konsumsi Listrik sebuah alat dapat dihitung jika daya pada sebuah alat atau mesin
itu sendiri sudah di ketahui, serta cara menghitung biaya listrik yang pertama
adalah dengan mengetahui terlebih dahulu golongan tarif listrik. Seperti yang
ketahui, di Indonesia terdapat beberapa jenis golongan tarif listrik berdasarkan
batas daya, diantaranya adalah 900 VA, 1.300 VA, 2.200 VA, 3.300 VA, 4.400
VA, 5.500 VA, dan 6.600 VA ke atas.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 22


Batas daya yang berbeda juga akan mempengaruhi pada golongan tarif dasar
listrik yang berbeda. Misalnya saja untuk listrik 900 VA tarif dasar listrik yang
harus dibayarkan adalah 1.352 per KWH. Dan untuk yang menggunakan
golongan 1.300 VA-5.600 VA ke atas maka tarif dasar listrik yang harus
dibayarkan adalah Rp 1.467,28 per KWH. Menghitung KWH dapat di tentukan
sebagai berikut:

P
KWH= x t ............................................................................................
[7]
1000
(2.18)

Keterangan:

KWH = Konsumsi daya

P = Daya (Watt)

t = Waktu (jam)

2.7 Poros

Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah


gaya, seperti roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban
tarikan, lenturan, tekan atau puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun
gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros mencakup beberapa variasi
seperti shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar dimana akan
menerima beban puntir [1].

Poros dapat menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau
beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan
lainnya. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti puli sabuk mesin, piringan
kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros
dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contoh

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 23


poros dukung yang berputar diantaranya adalah poros roda kereta api, roda keran
pemutar gerobak, As gardan, dan lain-lain.

2.7.1 Macam-macam Poros

Poros untuk meneruskan daya dikasifikasikan menurut pembebanannya sebagai


berikut :

1. Poros Transmisi
Poros macam ini meneruskan beban murni atau puntir dan lentur. Daya
yang ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulisabuk
atau sproket, rantai dll.

Gambar 2. 7 Poros Transmisi


(sumber : internet)

2. Poros Spindle

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin


perkakas,dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat
yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk
serta ukurannya harus teliti.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 24


Gambar 2. 8 Poros Spindle
(sumber : internet)

3. Poros Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta
barang. Poros gandar ini tidak menerima beban puntir, hanya mendapat
beban lentur, kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga [7].

Gambar 2. 9 Poros Gandar


(sumber : internet)

2.7.2 Hal-hal Penting dalam Perencanaan Poros

Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :

 Kekuatan poros
Sebuah poros dapat mengalami beban puntir atau beban lentur atau
gabungan antara beban puntir dan lentur. Juga ada poros yang

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 25


mendapatkan beban tarik atau tekan seprti poros baling-baling kapal atau
turbin. Kelelahan, tumbukan atau pengruh kosenrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup
kuat untuk menahan beban-beban diatas. Oleh krena itu kekuatan poros
perlu diperhatikan untuk menjaga keselamatan dan keamanan mesin yang
akan direncanakan.

 Kekakuan poros
Meskipun mempunyai kekuatan yang cukup tinggi, tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan getaran dan
suara. Sehingga kekakuan poros juga harus diperhatikan sesuai dengan
jenis mesin yang direncanakan.

 Putaran kritis
Jika putaran mesin dinaikkan atau diturunkan, maka pada suatu harga
putaran tertentu maka akan terjadi getran yang luar biasa besarnya. Putaran
itulah yang disebut putaran kritis. Jika mungkin poros harus direncanakan
sedemikian rupa hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran
kritisnya.

 Korosi
Bahan-bahan tahan korosi harus dipilih untuk propeller dan pompa bila
terjadi kontak dengan media yang korosif. Demikian pula untuk poros
terancam kavitasi dan poros mesin yang sering berhenti lama.

 Bahan poros
Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang dingin
dan difinishing. Untuk poros yang bekerja pada putaran tinggi dengan
beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit
yang sangat tahan terhadap semua keausan [6].

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 26


Poros pada umumya meneruskan daya, baik melalui sabuk, rantai maupun roda
gigi. Daya yang direncanakan (Pd) dalam perhitungan adalah hasil kali daya
nominal out put dari motor penggerak (P) dikalikan dengan faktor koreksi (fc) :

Pd = fc . P (kW) [7]
..............................................................................................
(2.19)

 Jika momen puntir (momen rencana) adalah T (kg.mm), maka :

 T  2n 
  
 1000  60 
Pd = 102 (HP) [7] ..............................................................................(2.20)

maka:

Pd
T = 9,74 x 105 n (kg.mm) [7]
...........................................................................
(2.21)

 Apabila momen rencana tersebut dibebankan pada suatu diameter poros ds


(mm) maka tegangan geser () yang terjadi adalah :

T
 ds 3  5,1T
 
 16  2
= = ds (kg/mm2) [7] .....................................................................(2.22)

 Tegangan geser maksimum (maks) yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan
geser yang diijinkan (τa). Persamaan yang dipakai adalah sebagai berikut:

 5,1  2 2
 3  ( Km.M )  ( Kt.T )
 ds 
τmax = (kg/mm2) ................................................
[7]

(2.23)

Besarnya Km untuk beban dengan tumbukan ringan adalah 1,5 – 2,0 [6], sedangkan
besarnya Kt adalah 1,0 – 1,5 C.

 a dihitung berdasar batas kelelahan puntir yang besarnya 45% dari kekuatan

tarik. Besar harga Sf1 adalah 6,0 dan besarnya harga Sf2 adalah 1,3 -3,0.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 27


B
 a = Sf1.Sf 2  (kg/mm2) [7] ...............................................................................(2.24)

 Perhitungan diameter poros dengan beban puntir :


1/ 3
 5,1 
 a xKtxCbxT 
ds =   (mm) [7] .......................................................................(2.25)

 Poros dengan beban puntir dan lentur :

 5,1  2
 a  ( Km.M  Kt.T ) 
ds    (mm) [7] .............................................................(2.26)

Keterangan :

ds = Diameter poros (mm)

a = Tegangan geser ijin bahan poros (kg/mm2)

Km = Faktor koreksi momen lentur (1,5 – 2,0)

M = Momen lentur yang bekerja pada poros (kg.mm)

Kt = Faktor koreksi momen puntir (1,0 – 1,5)


T = Momen puntir (kg.mm)

 Besarnya defleksi puntiran dihitung berdasarkan rumus:

T .l
θ = 584 4 (o) [7]
...........................................................................................
G. d s
(2.27)

Keterangan :
Θ = Defleksi puntiran (o)

T = Momen puntiran (Kg.mm)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 28


l = Panjang poros (mm)
G = Modulus geser (Kg/mm2)

 Selain itu juga harus ditetukan kekuatan tarik (σt) dari bahan pasak, sehingga
tegangan geser ijin ¿(a ) dapat dihitung dengan :

σB
a = (Kg/mm2) [7] ................................................................................(2.28)
Sf 1 . Sf 2

Keterangan :
σ aa = Tegangan Geser yang Diijinkan (Kg/mm2)

σB = Kekuatan bending (Kg/mm2)


Sf1 = Faktor Keamanan Yang diambil harga 6
Sf2 = Faktor Keamanan Yang Diambil Harga Sebesar 1 – 1,5 bila beban
dikenakan perlahan-lahan.
Proses perancangan poros mempunyai langkah-langkah perencanaan seperti yang
digambarkan pada diagram alur. (Gambar 2.9)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 29


Gambar 2. 10 Diagram Alir Proses Perancangan Poros Mesin[7]

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 30


2.8 Puli (Pulley)

Puli (pulley) adalah suatu elemen mesin yang digunakan untuk mentransmisikan
atau memindahkan daya dengan perantara sabuk (belt), yang terbuat dari bahan
besi cor atau baja cor. Pada puli dengan diameter 200 mm tidak mempunyai
lengan. Ketebalan piringan sama dengan lebar rim.

Gambar 2. 11 Pulley [7]


Keterangan :

e = Jarak antar tepi dan tengah alur pulley

LO = Lebar alur pulley

Α = Sudut alur pulley


W/B = Lebar pulley
Dout = Diameter dalam pulley
Din = Diameter luar pulley

Dimensi dan daya :

Lebar puli = B (mm)

 Lebar puli dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

B = 1,25.b (mm)[7] .........................................................................................(2.29)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 31


Keterangan :

B = lebar sabuk (mm)

 Diameter hubungan puli

Diameter hubungan puli dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

dh = 1,5 ds + 25 (mm)[7] .....................................................................................


(2.30)

Keterangan :

ds = diameter poros (mm)

 Diameter Puli

Diameter puli dapat dihitung dengan menggunakan rumusan :

60. V
D= (mm)[7] ...............................................................................................
π .n
(2.31)

Keterangan :

V = kecepatan puli (cm/s)

n = putaran puli (rpm)

 Tebalan rim pulley

Tebal rim puli dapat dihitung dengan menggunakan rumusan :

d
T= +3 (mm)[7] ..........................................................................................(2.32)
200

 Beban tangensial tiap lengan

Beban tangensial tiap lengan pada puli dapat ihitung dengan menggunakan
rumusan:

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 32


2. T
τ¿ (kg)[7] ....................................................................................................(2.33)
R.x

Keterangan :

T = torsi (kg.mm)

R = jari – jari puli (mm)

X = jumlah lengan

2.9 Transmisi Sabuk (Belt)


Sabuk merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya
dengan putaran dari motor melalui puli, antara poros satu dengan yang lain
dengan jarak yang jauh. Sabuk dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Sabuk rata (Flat Belt)

Sabuk jenis ini biasanya dipasang pada pully silinder dan meneruskan momen

antara dua poros. Sabuk ini umumnya tidak menimbulkan suara (tidak berisik),

efisien pada putaran tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar dengan

jarak yang panjang.

b. Sabuk dengan gigi (Timing Belt)

Sabuk jenis ini biasanya dipasang secara berpasangan dengan jenis pulley,
untuk meneruskan putaran secara tepat. Sabuk jenis ini memiliki
kecenderungan selip yang kecil, daya yang ditransmisikan konstan dan dengan
adanya gigi memungkinkan untuk mendapatkan putaran rendah atau tinggi.

c. Sabuk-V (V-Belt)
Sabuk ini biasanya dipasang dengan cara membelitkannya dikeliling alur puli
berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros. Sabuk jenis ini biasanya

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 33


digunakan pada jarak pendek dan daya yang dihasilkan besar pada tegangan
yang relatif rendah serta tidak ada sambungan pada sabuknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam transmisi sabuk adalah :

1. Tegangan Sabuk.

2. Kecepatan Pulley.

3. Sudut Kontak antara sabuk dengan Pulley yang terjadi.

4. Kondisi di mana sabuk digunakan.

Dalam pemilihan sabuk berlaku rumusan-rumusan sebagai berikut :

Gambar 2. 12 Keterangan Rumus Perhitungan V-belt[7]


Keterangan :

C : jarak sumbu poros


d2 : diameter luar pulley yang digerakkan
d1 : diameter luar pulley penggerak

 Kecepatan linear sabuk v (m/s) :

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 34


π dp n π × d p ×n
v=
v = 60 x 1000 (m/s) 60× 1000 [7]

.....................................................................................(2.34)

Keterangan :

v = Kecepatan Keliling Sabuk (m/s)

dp = Diameter Pulley Mesin (mm)


n = Putaran Pulley Mesin (rpm)
Antara poros penggerak dengan poros yang digerakan ada jarak, maka panjang
keliling sabuk L (mm) harus dihitung, dimana masing-masing adalah dp (mm) dan
n1 n1 dp
Dp (mm) serta perbandingan putaran dinyatakan atau . Jarak sumbu
n2 n2 Dp
poros dan keliling sabuk berturut-turut adalah C dan L, maka :

π 1 π 1
L=2 C+ ( D p + d p ) + ( D p−d p )
L= 2 4C 2C + 2 (dp + Dp) + 4C (Dp  dp)2 (mm)[7]

................................................(2.35)

Keterangan :

L = Panjang Sabuk (mm)

C = Jarak Sumbu Poros (mm)

Dalam mendapatkan sabuk yang panjangnya sama maka perhitungan


menggunakan jarak antara kedua poros dengan rumus sebagai berikut :

Dan untuk menentukan sudut antara kedua sumbu pulley (θ)

θ = 1800  57
( D p −d p)
C
(mm)θ=π − [ D p−d p
C ] [6]

.........................................................................(2.36)

Keterangan :

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 35


θ = Sudut Kontak Antara Kedua Pulley (Radian)

C = Jarak Kedua Sumbu Poros (mm)

Jumlah sabuk yang diperlukan dapat diperoleh dengan rumusan :

Pd
N = (buah)[7] ...........................................................................................
Po . Kθ
(2.37)

Dimana :

N = Jumlah sabuk yang diperlukan (buah)

Pd = Daya motor (Watt)

Po = Daya yang ditransmisikan sabuk (Watt)

Kθ = Faktor koreksi sabuk

Gambar 2. 13 Konstruksi Dan Tipe Sabuk V [7]


2.10 Gear Box
Gearbox adalah komponen dari suatu mesin yang terdiri dari roda-roda gigi
yang memiliki fungsi menyalurkan energi mekanik dari penggerak utama ke
perangkat output atau ke bagian mesin lainnya, agar meghasilkan pergerakan.
Gearbox dapat juga berfungsi mengubah arah, kecepatan dan juga torsi dari energi
mekaniknya. Dengan kata lain, gearbox diperlukan pada mesin agar daya dan torsi
dapat disesuaikan, contohnya seperti memperlambat kecepatan putaran yang

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 36


dihasilkan dari perputaran motor listrik atau biasa disebut speed reducer dan
meningkatkan putaran atau torsi yang dihasilkan oleh motor listrik.

Gambar 2. 14 Gear box


(sumber : internet)

Gearbox yang tidak sesuai, memberikan kesulitan pada motor listrik untuk
memutar mesin yang memerlukan daya sangat besar. Jika dibiarkan terus-menerus
dengan kondisi seperti itu maka dapat mempercepat usia motor listrik atau bahkan
akan merusak motor listrik tersebut. Perancangan mesin penggoreng abon ikan
lele ini membutuhkan sebuah gearbox untuk memperlambat putaran yang
dihasilkan oleh motor listrik supaya memberikan hasil yang maksimal pada alat
ini.

Rumus menghitung Gear box adalah sebagai berikut:

Ratio yang direncanakan = 1 : 10

n2 .1
n3 = [7]....................................................................................................(2.38)
10

Keterangan :

n3 = putaran pengaduk (rpm)

n2 = putaran pulley gear box

2.11 Baut dan Mur


Baut dan mur merupakan alat pengikat yang sangat penting. Untuk
mencegah kecelakaan, atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 37


sebagai alat pengikat harus dilakukan dengan seksama untuk mendapatkan ukuran
yang sesuai.

adapun gaya-gaya yang bekerja pada baut dapat berupa :

1. Beban statis aksial murni

2. Beban aksial, bersama dengan beban puntir.

3. Beban geser

4. Beban tumbukan aksial

Pada baut sering terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh beban, seperti:

1. Putus karena tarikan


2. Putus karena puntiran .
3. Tergeser ulir lumur (dol).

Baut mur menjadi kendor atau lepas karena getaran. Untuk mengatasi hal ini perlu
dipakai penjamin.

1. Cincin penjamin ganda.


2. Cincin bergigi gigi (gigi alur).
3. Cincin cekam.
4. Cincin berlidah .
5. Cincin berlidah ganda

Gambar 2. 15 Baut Dan Mur


(sumber : internet)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 38


2.12 Kawat Las ST-380
Merupakan Kawat las yang terbuat dari bahan Stainless Steel dan dirancang
untuk penggunaan multi fungsi dan juga mengandung 19% Chorominium dan
10% nickel, sehingga kawat las ini tahan terhadap korosi dan tahan terhadap
oksidasi

1. Standard:

AWS : E 308 -16

2. Komposisi:

C : <0.06, cr: 0.90, ni : 19.5, Mn : 10.5, Mo : 0.7

3. Sifat Bahan:

Elongation : 35%, Tensile Strenght :560 N/mm², Yield Strenght : 350

N/mm²

Impact Strength ISO-V: 70 J

Gambar 2. 16 Kawat Las


(sumber : internet)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 39


2.13 Lembaran Stainless Steel
Stainless steel terbuat dari besi dengan campuran lain, seperti krom, nikel,
molibden, silikon dan mangan. Perpaduan oksidasi krom dan nikel, membuat
lapisan protective layer  (lapisan pelindung) yang menutup permukaan stainless
steel. Dengan demikian besi di dalam stainless steel tidak bertemu langsung
dengan oksigen dan berkarat.

Ada beberapa sifat fisik dalam stainless steel, yang menjadi keunggulan, yaitu:

1. Stainless steel, adalah baja yang kuat dan kokoh

2. Stainless steel, bukan konduktor panas dan listrik yang baik.

3. Walau stainless steel baja yang keras dan kuat, tetapi dengan mudah di

bentuk, seperti: dipotong, ditekuk, diroll, dan sebagainya.

4. Stainless steel dapat ditarik oleh magnet,

5. Stainless steel, tahan akan korosi dan oksidasi.

6. Lapisan kromium membuat stainless steel tampak menarik tanpa perlu

adanya finishing.

Lembar Stainless steel yang dipakai untuk peralatan pengolah makanan


dan tempat penyimpanan makanan adalah Stainless steel dengan Tipe 304,
304L, 304H.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 40


Gambar 2. 17 Lembaran Stainless Steel
(sumber : internet)

Berikut ini merupakan seri stainless steel yang umumnya dipakai untuk makanan :

SS 304
Stainless steel yang masuk dalam kategori food grade merupakan stainless steel
dengan komposisi 18/8 atau 18/10. Arti kode ini menunjukkan komposisi kandugan
kromium dan nikel. Kandungan kromium berfungsi untuk mengikat oksigen di
permukaan SS dan melindungi bahan dari proses oksidasi yang dapat menimbulkan
karat. Sementara nikel membuat SS memiliki sifat yang lebih tahan karat lagi.
Semakin besar kandungan nikel semakin besar pula kemampuan bahan untuk
mencegah korosi. Selain itu, kandungan nikel membuat SS lebih kokoh. Dan, kabar
baiknya, ini ada di tipe 304.Seri 304 memiliki komposisi 18/8, yang artinya:
kandungan kromium sebesar 18% sedangkan kandungan nikel sebesar 8%.
Komposisi ini membuat andungan nikel membuat SS lebih kokoh dan bercaya seri
304 lebih tahan terhadap korosi dan aman bersentuhan langsung dengan
makanan/minuman. SS 304 banyak digunakan untuk industri kuliner, hotel, rumah
sakit, atau tempat makan khusus bayi.

SS 304L

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 41


Stainless steel tipe 304L adalah versi dari tipe 304 yang memiliki karbon yang
rendah (extra-low carbon). Karbon rendah yang terkandung didalam
tipe 304L meminimalkan pengendapan karbit yang merusak sebagai hasil dari
proses pengelasan.

SS 304H

H dalam 304H mengacu pada suhu tinggi, dan kandungan karbon tinggi adalah
jaminan kekuatan suhu tinggi. GB150 mensyaratkan bahwa ketika baja austenitic
digunakan di atas 525.kandungan karbon tidak boleh kurang dari 0,04%. Karbida
adalah fase penguatan, terutama kekuatan suhu tinggi lebih baik daripada austenit
murni.

2.14 Kompor Gas


Arti kata kompor gas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
kompor yg menggunakan gas sebagai bahan bakar. Untuk menggoreng abon ikan
lele kompor gas merupakan bagian yang sangat penting untuk menjadikan abon
lele bisa diproduksi selanjutnya.

Gambar 2. 18 Kompor Gas


(sumber : internet)

2.15 Timer
Timer digunakan untuk mengukur interval waktu tertentu. Tetapi dalam
istilah teknik listrik timer juga sering disebut sebagai penghitung. Timer adalah

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 42


komponen yang banyak digunakan dalam berbagai sistem kontrol. Pengatur waktu
digunakan untuk menyimpan catatan waktu untuk berbagai peristiwa yang terjadi
dalam sistem tertanam. Timer adalah penghitung biner yang lebih sederhana yang
dikonfigurasi dalam sirkuit atau sistem sesuai kebutuhan untuk menghitung pulsa
dalam sistem. Nilai timer diatur secara otomatis ke nol setelah nilai
maksimumnya.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 43


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Tinjauan Pustaka

Menentukan Kapasitas

Menentukan Metode Penggorengan

Membuat Desain (Menentukan


Bentuk & Dimensi Mesin )

Memilih Material

Analisa perhitungan : Tidak

Perhitungan Daya
Motor, Pulley, V-belt,
Gear box, pengaduk
abon.

Ya

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alir Perancangan Mesin Penggoreng Abon

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 42


3.2 Waktu dan Tempat Penilitian
Waktu dan Tempat perancangan dilakukan di Workshop Perumahan
Metland Puri, blok c3 no.19 Kelurahan Petir Kecamatan Cipondoh 15147
Tangerang.

Adapun rencana pelaksanaan perancangan ATF changer adalah selama empat


bulan yaitu pada bulan Oktober 2021 s/d Januari 2022 dengan rincian sebagai
berikut :

Tabel 3. 1 Rencana Pelaksanaan Penelitian

3.3 Metode Pengumpulan Data


Dalam penyusunan laporan Tugas akhir ini, metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah:

1. Interview/wawancara
Untuk mendapatkan data ini maka di perlukan narasumber yang dapat menjawab
pertanyaan mengenai judul tugas akhir yang di ambil dan sumber informasi yang
di dapatkan dapat di pertanggung jawabkan.

2. Data primer
Data ini merupakan data yang berasal dari sumber buku dan internet dimana
memuat rumus dan hasil perhitungan terkait perancangan mesin penggoreng abon
ikan lele.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 43


3.4 Prosedur Perancangan Mesin
Prosedur perancangan mesin ditunjukkan dalam flow chart berikut :

Need or Aim

Synthesis
( Mechanism)

Modification
Analysis of Force

Detail Drawing
Design of Element
(Size and Stress)

Production

Gambar 3. 2 Flow Chart Prosedur Perancangan Mesin[7]

3.4.1 Klasifikasi Perancangan Mesin

Perancangan mesin dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Perancangan Adaptif (Adaptive Design) Yaitu memodifikasi yang sudah


ada secara minor.
2. Perancangan Pengembangan (Development Design) yaitu
Mengembangkan rancangan yang sudah ada menjadi ide baru dengan

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 44


mengadopsi perkembangan ilmu yang lain misalnya material baru dan
metode manufaktur baru.
3. Perancangan Baru (New Design). Jenis ini memerlukan penelitian dan
pengembangan.

3.4.2 Pertimbangan Umum dalam merancang Mesin

Berikut ini adalah masalah yang menjadi dasar pertimbangan dalam


merancang mesin :

a. Jenis Beban, pressure, dan tegangan yang diakibatkan oleh proses


pengeringan bahan tersebut harus diperhitungkan.
b. Jenis gerakan komponen dari mesin
c. Bentuk dan ukuran komponen
d. Gesekan dan pelumasan
e. Kenyamanan
f. Keamanan operasi
g. Fasilitas bengkel
h. Skala produksi
i. Biaya
j. Asembling

3.5 Analisa Kebutuhan


Diperlukan beberapa langkah analisa kebutuhan untuk memperjelas tugas
perencanaan mesin peniris minyak abon ikan. Adapun langkah-langkah analisis
kebutuhan antara lain:

1. Pernyataan
Dibutuhkan mesin penggoreng abon ikan untuk UMKM dengan yang
terjangkau dan effisien dan menghasilkan produksi yang baik.

2. Spesifikasi Mesin
Tenaga penggerak tidak lagi menggunakan tenaga manusia sebagai sumber
tenaga penggerak utamanya, melainkan dengan menggunakan tenaga

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 45


penggerak motor listrik. Dibutuhkan tenaga penggerak untuk mempermudah
proses pengeringan hasil penggorengan sehingga mendapatkan proses
produksi yang efisien dan mudah di operasikan.

3. Standar Penampilan
Konstruksi mesin penggoreng abon ikan ini telah disesuaikan dengan
kenyamanan dan keamanan dalam pengoperasian alat. Dengan ukuran
mesin yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat, menjadikan mesin ini
mudah untuk dipindahkan oleh 2 (dua) orang tenaga manusia saja.

3.6 Pertimbangan dari sisi pembuat


Berdasarkan uraian analisis kebutuhan di atas maka pertimbangan
perancangan yang dilakukan pada mesin peniris minyak abon antara lain :

1. Pertimbangan Geometri
Pertimbangan geometri meliputi mesin memiliki diameter dan tinggi.
2. Pertimbangan Energi
Pertimbangan energi lebih pada menggunakan tenaga motor listrik sebagai
penggerak utama dari mesin ini.
3. Pertimbangan Teknis
Pertimbangan teknis dalam hal ini lebih dititik beratkan pada:
a. Rangka menggunakan lembaran Stainless Steel agar tidak menimbulkan
karat yang dilengkapi dengan besi holo untuk memudahkan perangkaian
dan pembentukan konstruksi mesin.
b. Puli menggunakan bahan alumunium karena memiliki berat yang lebih
ringan dari baja, dan relatif murah.
c. Komponen penggerak yang terdiri dari motor penggerak listrik untuk
menggerakan puli.
d. Tabung penyaringan menggunakan bahan stainless steel berlubang.
e. Pemilihan Poros yang kokoh dan disesauikan dengan kapasitas kerja
mesin

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 46


4. Pertimbangan Produksi
a. Dengan kontruksi yang sederhana mesin dapat diproduksi oleh
bengkel kecil, serta suku cadang atau sapare part mudah didapat
dipasaran dan harga terjangkau.
b. Pemakai tidak memerlukan perawatan yang sulit untuk merawat mesin
ini hanya dengan menjaga kebersiahan pada mesin setelah digunakan.

3.7 Spesifikasi Detail Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele

Tabel 3.2 Spesifikasi Detail Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele

No Komponen Mesin dan Keterangan


Spesifikasi Mesin

1 Kapasitas Mesin 14 kg/jam

2 Motor Listrik 0, 5 Hp , 1400 Rpm

3 Putaran Poros 700 Rpm

4 Kecepatan putaran 38,83 m/s

5 Gaya Sentrifugal 2051,47 N

6 Frekuensi Motor 50 Hz

7 Kecepatan Sinkron 1500 rpm

8 Slip Motor 6,7%

9 Effisiensi Motor 90%

10 Konsumsi Listrik / Bulan 78 KWH

11 Biaya Listrik / Bulan Rp 112.686,6

12 Diameter Poros 25 mm

13 Tegangan pada Poros kg


1 ,22
mm2

14 Bahan Poros SS 304

15 Kekuatan bahan Tarik poros 58 kg/mm2

16 Pulley 1 Diameter 50 mm

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 47


17 Pulley 2 Diameter 100 mm

LANJUTAN

18 V-belt Tipe A-29

19 Kecepatan sabuk m
0 , 3662
detik

20 Panjang sabuk 38 cm

21 Sudut Kontak sabuk 172,5 ˚

22 Sudut kontak 3,009 rad

23 Dimensi Mesin Panjang 1 m

Lebar 1 m

Tinggi 0,8 m

24 Harga Jual Mesin Rp 5.484.000.

3.8 Gambar Desain Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele


Gambar desain mesin penggoreng abon ikan lele yang direncanakan bisa
dilihat dari gambar 3.3

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 48


Gambar 3. 3 Gambar 2D Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele
(Sumber : data pribadi)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 49


3.9 Komponen yang dipakai mesin penggoreng abon ikan lele
Untuk pemilihan bahan komponen- komponen untuk mesin penggoreng abon ikan
lele didasarkan pada hal-hal berikut :

1. Rangka = 12 pcs
Dimensi = 40 x 40 x 800 mm
Material = Besi Siku profil
Alasan = Material harus kokoh untuk mesin penggoreng abon

2. Alas Penampang = 1 lembar


Dimensi = 1000 x 1000 x 800 mm
Material = Stainless Steel 304
Alasan = Material harus higienis dan food grade

3. Motor Listrik = 1 Pc
Dimensi = 270 x 130 x 156 mm
Spesifikasi = 1400 rpm,220 volt,0.5 HP
Alasan = berdasarkan spesifikasi yang ada dipasaran

4. Pulley = 1 Pc
Diameter = 50mm dan 100mm
Spesifikasi = alumunium
Alasan = Material harus mampu mereduksi tekanan

5. V-belt = 1 Pc
Type = A-29
Spesifikasi = karet khusus yang dicampur dari serat nilon
Alasan = berdasarkan spesifikasi yang ada dipasaran

6. Gear box = 1 Pc
reduksi = 1 : 10
Alasan = berdasarkan spesifikasi yang ada dipasaran

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 50


7. Alat pengaduk = 1 Pc
Diameter = 23 mm
Spesifikasi = stainless steel 304
Alasan = Material harus higienis dan food grade

8. Wajan = 1 Pc
Diameter = 600 mm
Spesifikasi = stainless steel 304
Alasan = Material harus higienis dan food grade

3.10 Proses Pemesinan


Proses pemesinan adalah proses pembentukan suatu produk dengan
menggunakan kerja sehingga mengahasilkan material sisa berupa geram.
Umumnya benda kerja yang digunakan berasal dari proses kerja sebelumnya,
seperti proses penuangan (casting) dan proses pembentukan (metal forging).
Proses permesinan ini dibagi menjadi dua tipe berdasarkan bentuk alat potongnya,
yaitu :

1. Bermata potong tunggal (single point cutting tools)

2. Bermata potong jamak (multiple points cuttings tools)

Selain itu proses pemesinan juga dibagi menjadi dua tipe berdasarkan gerakan
pahatnya, yaitu :

1. Gerak makan (feeding movement)

2. Gerak potong (cutting movements)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 51


Tabel 3. 2 Klasifikasi proses pemesinan menurut gerak relatif dan jenis
pahat yang digunakan
No. Jenis Mesin Gerak Potong Gerak Makan Jumlah
Mata Pahat

1 Mesin Bubut Benda Kerja (Rotasi) Pahat (Translasi) Tunggal

2 Mesin Freis Pahat (Rotasi) Benda Kerja (Translasi) Jamak

3 Mesin Sekrap Pahat (Translasi) Benda Kerja (Translasi) Tunggal

Sekrap Meja Benda Kerja (Translasi) Pahat (Translasi) Tunggal

4 Mesin Gurdi Pahat (Translasi) Pahat (Translasi) Jamak

5 Gergaji Pahat (Translasi) - Jamak

6 Gerinda Pahat (Translasi) Benda Kerja (Translasi) Tak


Terhingga

Dalam proses pemesinan apabila kita ingin melakukan suatu pekerjaan, maka
perlu kita ketahui terlebih dahulu dengan mesin apa yang seharusnya kita gunakan
sehingga produk yang kita buat sesuai dengan yang kita inginkan. Beberapa jenis
proses pemesinan mungkin dapat dilakukan pada satu mesin perkakas. Misalnya,
mesin bubut tidak hanya selalu digunakan untuk membubut saja melainkan dapat
juga digunakan untuk menggurdi, memotong dan melebarkan lubang (boring)
dengan cara mengganti pahat dengan yang sesuai. Berikut beberapa jenis mesin
perkakas yang sering digunakan :

 Proses bubut (turning)

 Proses freis (milling)

 Proses gurdi (drilling)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 52


 Proses sekrap (shaping, planing)

 Proses gerinda rata (surface grinding)

 Proses gerinda silindrik (cylindrical grinding)

 Proses gergaji atau parut (shawing, broaching)

Tabel 3. 3 Klasifikasi proses pemesinan menurut jenis mesin perkakas yang


digunakan[6]
No. Jenis Proses Mesin Perkakas yang digunakan

1 Bubut (turning) Mesin Bubut (lathe)

2 Gurdi (drilling) Mesin Gurdi (drilling machine)

3 Sekrap (Shaping, Planing) Mesin Sekrap (shaping machine) & Mesin Sekrap
Meja (planning machine)

4 Freis (milling) Mesin Freis (milling machine)

5 Gergaji (sawing) Mesin Gergaji (sawing machine)

6 Koter/Pelebaran Lubang (boring) Mesin Koter (boring machine)

7 Parut (broaching) Mesin Parut (broaching machine)

8 Gerinda (grinding) Mesin Gerinda (grinding machine)

9 Asah (honing) Mesin Asah (honing machine)

10 Asah Halus (lapping) Mesin Asah Halus (lapping machine)

11 Asah Super Halus (super finishing) Mesin Asah Kaca/Mesin Asah Super Halus
(super/mirror finishing)

12 Kilap (polishing & buffing) Mesin Pengkilap (polisher & buffer)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 53


3.10.1 Mesin Bubut (Lathe Machine)

Mesin bubut adalah suatu jenis mesin perkakas yang proses kerjanya bergerak
memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat sebagai alat untuk
menyayat benda kerja tersebut. Bubut sendiri adalah suatu proses pemakanan
benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja
kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan
sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar pada benda kerja disebut gerak
potong relatif dan gerakkan translasi pada pahat disebut gerak umpan.

Prinsip kerja mesin bubut yaitu poros spindel akan memutar benda kerja melalui
piringan pembawa, sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda
gigi penghubung, putaran akan diteruskan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem
berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan
yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan berbentuk
ulir, dan sayatan itu termakan akan terbuang menjadi geram sehingga benda kerja
menjadi bentuk yang diinginkan. Proses bubut (turning) juga merupakan proses
produksi yang melibatkan bermacam-macam mesin yang pada prinsip dan
fungsinya adalah pengurangan diameter pada benda kerja.

Gambar 3. 4 Mesin Bubut


(sumber : internet)

Bagian-bagian pada mesin bubut adalah sebagai berikut :

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 54


 Poros utama / spindel merupakan tempat pemasangan pencekam.

 Lengan pengatur gunanya untuk mengatur harga yang diinginkan.

 Tool Post adalah tempat dudukan pahat.

 Batang penggerak fungsinya untuk menggerakkan kereta saat melakukan

proses bubut.

 Ulir penggerak gunanya untuk menggerakkan kereta saat melakukan

proses bubut untuk pembuatan ulir.

 Kereta adalah landasan bagi peluncur silang.

 Rumah roda gigi adalah tempat lengan pengatur.

 Kepala diam adalah tempat terdapatnya poros utama.

3.10.2 Mesin Frais (Milling Machine)

Mesin frais ditemukan oleh Eli Whitney pada tahun 1818. Prinsip kerja mesin ini
sama dengan mesin bubut sederhana temuan Hendry Maudslay, hanya saja pada
mesin ini benda kerja tidak berputar, tetapi diikat kuat pada meja landasan (bed)
mesin [12]. Mesin frais adalah mesin yang paling mampu melakukan banyak
proses pemesinan dari segala mesin perkakas. Permukaan yang datar maupun
berlekuk dapat dimesin dengan penyelesaian dan ketelitian yang baik. Mesin frais
dapat menghasilkan permukaan bidang rata yang cukup halus, tetapi proses ini
membutuhkan pelumas berupa oli yang berguna untuk pendingin mata mesin frais
agar tidak cepat aus. Mesin frais merupakan suatu mesin yang digunakan untuk
mengerjakan atau menyelesaikan suatu benda kerja dengan mempergunakan pisau
frais (cutter) sebagai pahat penyayat yang berputar pada sumbu mesin.

Prinsip kerja dari proses mesin frais adalah pemotongan benda kerja dengan
menggunakan pahat bermata majemuk yang menghasilkan sejumlah geram.
Benda kerja diletakkan di meja kerja kemudian, dipasang pahat potong dan disetel
kedalaman potongnya. Setelah itu, benda kerja didekatkan ke pahat potong

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 55


dengan pompa berulir, untuk melakukan gerak memakan sampai dihasilkan benda
kerja yang diinginkan. Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang
diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik. Selanjutnya gerakan utama
tersebut akan diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan
putar pada spindle mesin frais. Spindle mesin frais adalah bagian dari sistem
utama mesin frais yang berfungsi untuk memegang dan memutar cutter hingga
menghasilkan putaran atau gerakan pemotongan.

Gambar 3. 5 Mesin Frais


(sumber : internet)

Bagian-bagian pada mesin frais adalah sebagai berikut :

 Lengan untuk menyokong arbor.

 Penyokong arbor.

 Tuas untuk menggerakkan meja otomatis.

 Nok pembatas untuk membatasi jarak gerak otomatis meja.

 Meja mesin tempat untuk memasang benda kerja dan perlengkapan mesin.

 Engkol, untuk menggerakkan meja dalam arah memanjang.

 Tuas untuk mengunci maja.

 Baut penyetel untuk menghilangkan geteran meja.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 56


 Engkol untuk menggerakkan sadel dalam arah melintang.

 Engkol untuk menggerakkan lutut dalam arah tegak.

 Tuas untuk mengunci meja.

 Tabung pendukung dengan batang ulir,untuk mengatur tingginya meja.

 Lutut tempat untuk kedudukan alas meja.

 Tuas untuk mengunci sadel.

 Alas meja, tempat kedudukan untuk meja.

 Tuas untuk merubah kecepatan motor listrik.

 Engkol meja.

 Tuas, untuk merubah kecepatan motor listrik.

 Tuas untuk menentukan besamya putaran spindel dan pisau frais.

 Tiang untuk menghantar turun naiknya meja.

 Spindle untuk memutarkan arbor dan pisau frais.

 Tuas untuk menjalankan spindle.

3.10.3 Mesin Gurdi (Boring Machine)

Proses gurdi merupakan proses pembuatan lubang pada sebuah objek atau benda
kerja dengan menekankan sebuah gurdi yang berputar kepada benda kerja
tersebut. Proses pembuatan lubang ini tidak hanya dapat dilakukan pada proses
gurdi melainkan dapat juga dilakukan dengan proses lain seperti mempons,
pengelasan, meluaskan lubang dan lain-lain. Pahat gurdi memiliki dua mata
potong dan melakukan gerak potong berupa putaran poros utama mesin gurdi.
Putaran tersebut dapat dipilih dari beberapa tingkatan putaran yang terdapat pada
mesin gurdi atau ditetapkan sekehendak bila sistim transmisi putaran mesin gurdi
merupakan sistim berkesinambungan (stepless spindle drive).

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 57


Prinsip kerja mesin bor adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin
sehingga poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai
pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi lurus
dan gigi rack yang dapat menyesuaikan tekanan pemakanan saat pengeboran.

Gambar 3. 6 Mesin Bor


(sumber : internet)

Bagian-bagian pada mesin frais adalah sebagai berikut :

 Base (dudukan), penopang dari semua komponen mesin bor.

 Column (tiang), penyangga bagian bagian yang digunakan untuk proses

pengeboran.

 Table (meja), untuk meletakkan benda kerja yang akan dibor.

 Mata bor, alat pembuat lubang atau alur.

 Spindle, untuk menggerakkan chuck atau pencekam, yang memegang atau

mencekam mata bor.

 Spindle head, rumah dari konstruksi spindle yang digerakkan oleh motor.

 Drill Feed Handle, Handel untuk menurunkan atau menekankan spindle

dan mata bor ke benda kerja.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 58


 Kelistrikan

3.10.4 Mesin Las

Berdasarkan definisi dari duetche Industri Norman (DIN) las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam atau paduan yang dilaksanakan dalam keadaan
lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las
adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas.

Pengelasan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelas, yaitu :

4. Pengelasan cair

Pengelasan cair adalah pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai

mencair dengan menggunakan sumber panas dari busur listrik atau semburan

api yang terbakar.

5. Pengelasan tekan

Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana sambungan di panaskan

kemudian ditekan menjadi satu.

6. Pematrian

Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan

dengan menggunakan paduan logam yangmempunyai titik cair rendah, dalam

cara ini logam tidak turut mencair.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 59


3.11 Sambungan (Joining)

Sambungan adalah proses produksi berupa penggabungan antara dua buah


material atau lebih untuk mendapatkan produk sesuai yang diinginkan. Proses
penyambungan ini contohnya seperti pengelasan, mematri, soldering,
pengelingan, perekatan dengan lem, penyambungan dengan baut dan lain-lain.
Proses penyambungan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Penyambungan permanen
Penyambungan permanen adalah penyambungan yang tidak dapat
dipisahkan lagi, apabila dipisahkan akan merusak komponennya.
Contohnya adalah penyambungan pada pengelasan, solder dan paku
keling.

2. Penyambungan sementara
Penyambungan sementara adalah penyambungan yang sifatnya dapat
dipisahkan kembali tanpa merusak komponen. Contohnya adalah
penyambungan dengan menggunakan baut.

3.11.1 Sambungan Baut

Baut adalah alat pengikat yang sangat penting yang digunakan sebagai
penyambung konstruksi. Baut dipasang pada suatu lubang yang menembus masuk
kebagian konstruksi yang disambung. Untuk mencegah kecelakaan dan kerusakan
pada mesin, maka pemilihan baut sebagai pengikat harus dilakukan dengan
seksama agar mendapatkan ukuran yang sesuai.

Untuk menentukan ukuran baut berbagai faktor harus diperhatikan seperti sifat
gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan, ketelitian dan lain-lain.
Baut itu sendiri biasanya digunakan untuk :

1. Sebagai baut penguat untuk smabungan yang dapat dipisahkan.

2. Sebagai baut pemegang untuk proses pengencangan (baut pemegang).

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 60


3. Sebagai baut penutup untuk menutup lubang, misalnya lubang

pembuangan oli.

4. Sebagai baut pengukur untuk jarak dekat (micrometer).

5. Sebagai baut dudukan untuk mendudukan atau menyetel kembali goyahan

atau keausan.

6. Sebagai pemindah gaya memanjang yang besar dari gaya yang kecil (press

ulir).

7. Sebagai baut diferensial untuk menimbulkan lintasan yang kecil dari

putaran besar.

3.11.2 Sambungan Las

Sambungan las adalah sebuah sambungan permanen yang diperoleh dengan


peleburan sisi dua bagian yang disambung bersamaan, dengan atau tanpa tekanan
dan bahan pengisi. Panas yang diperlukan untuk peleburan bahan diperoleh
dengan pembakaran gas (untuk pengeleasan gas) atau bunga api listrik (untuk las
listrik). Secara umum sambungan las dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1. Lap Joint atau Fillet Joint

Sambungan ini diperoleh dengan pelapisan plat dan kemudian mengelas


sisi dari plat-plat. Pada bagian penampang fillet (sambungan las tipis)
mendekati tringular (bentuk segitiga). Contoh sambungan fillet dapat
dilihat pada gambar 2.34

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 61


Gambar 3. 7 Sambungan Las Jenis Lap Joint
(sumber : internet)

2. Butt Joint

Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti ditunjukkan


pada gambar 2.21 Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan
kemiringan jika ketebalan plat kurang dari 5 mm. Jika tebal plat 5 mm
hingga 12,5 mm, maka sisi yang dimiringkan berbentuk alur V atau U
pada kedua sisi.

Gambar 3. 8 Sambungan Las Butt Joint


(sumber : internet)

3.12 Alat Ukur

Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan sesuatu


besaran dengan besaran lainnya (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Alat ukur

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 62


yang baik adalah kunci dari proses produksi massal. Tanpa alat ukur, elemen
mesin tidak dapat dibuat cukup akurat untuk menjadi sebuah mesin. Pada saat
merakit, komponen yang dirakit harus sesuai satu sama lain. Pada saat ini, alat
ukur merupakan alat yang sangat penting dalam proses pemesinan dari awal
pembuatan sampai dengan kontrol kualitas di akhir produksi.

3.12.1 Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang memiliki ketelitian


mencapai 0,1 mm. Pada jangka sorong terdapat dua skala yaitu, skala utama dan
skala nonius. Jangka sorong mempunyai dua bagian kaki pengukur yaitu bagian
yang cembung digunakan untuk pengukuran biasa sedangkan bagian yang cekung
kedalam digunakan untuk mengukur diameter dalam sebuah benda misalnya,
diameter dalam sebuah silinder.

Pengukuran menggunakan jangka sorong dilakukan dengan cara


menyentuhkan sensor ukur pada benda kerja yang akan diukur, dapat dilihat pada
gambar 2.22. Membaca hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam
ukur dapat dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang
ditunjukkan oleh jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk pembacaan
digital , hasil dari pengukuran langsung dapat dibaca pada monitor digitalnya.

Gambar 3. 9 Jangka Sorong


(sumber : internet)

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 63


3.12.2 Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur ketebalan benda-


benda yang sangat tipis atau benda yang bentuknya kecil. Mikrometer sekrup
memiliki dua skala yaitu skala tetap dan skala putar (skala nonius). Ketelitian
mikrometer sekrup hingga 0,01 mm.

Cara penggunaaan mikrometer sekrup pertama-tama adalah benda atau plat


yang akan di ukur diletakkan diantara landasan dan sumbu. Kemudian gagang
pemutar di atur hingga plat tersebut terjepit dengan kuat. Setelah itu kita tarik
kunci kearah kiri agar tidak terjadi pergeseran lagi (mengumci). Untuk
menentukan besarnya pengukuran maka pembacaan skala dilakukan dengan
membaca skala tetap terlebih dahulu, dengan satuan milimeter, yaitu garis skala
tetap yang tepat berada didepan gagang pemutar. Pada pembacaan skala putar
akan diperoleh suatu angka tertentu kemudian angka tersebut dikalikan dengan
0,01. Jumlah pembacaan skala tetap dan skala putar inilah yang merupakan hasil
dari pengukuran.

Gambar 3. 10 Mikrometer Sekrup


(sumber : internet)

3.13 Identifikasi Analisis Teknik yang Digunakan dalam Perancangan

3.13.1 Teori Desain Perancangan


Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu rangkaian dalam proses
pembuatan produk. Tahap perancangan tersebut dibuat keputusan-keputusan
penting yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya[6].
Sehingga, sebelum sebuah produk dibuat terlebih dahulu dilakukan proses

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 64


perancangan yang nantinya menghasilkan sebuah gambar skets atau gambar
sederhana dari produk yang akan dibuat. Gambar skets yang telah dibuat
kemudian digambar kembali dengan aturan gambar sehingga dapat dimengerti
oleh semua orang yang ikut terlibat dalam proses pembuatan produk tersebut.
Gambar hasil perancangan adalah hasil akhir dari proses perancangan dan sebuah
produk dibuat setelah dibuat gambar-gambar rancangannya dalam hal ini gambar
kerja.

Ada tiga macam perancangan yaitu : (1) asli yaitu merupakan desain
penemuan yang benar-benar didasarkan pada penemuan belum pernah ada
sebelumnya, (2) pengembangan/ modifikasi yaitu merupakan pengembangan
produk yang sudah ada dalam rangka peningkatan efisiensi, efektivitas, atau daya
saing untuk memenuhi tuntutan pasar atau tuntutan zaman, (3) adopsi yaitu
merupakan perancangan yang mengadopsi/ mengambil sebagian sistem atau
seluruhnya dari produk yang sudah ada untuk penggunaan lain dengan kata lain
untuk mewujudkan alat mesin yang memiliki fungsi lain (Epsito and
Thrower.R.J., 1991: 6).

Perancangan dan pembuatan produk adalah dua kegiatan yang penting,


artinya rancangan hasil kerja perancang tidak ada gunanya jika rancangan tersebut
tidak dibuat. Sebaliknya pembuat tidak dapat merealisasikan benda teknik tanpa
terlebih dahulu dibuat gambar rancangannya[6]. Mengenai gambar rancangan yang
akan dikerjakan oleh pihak produksi berupa gambar dua dimensi yang dicetak
pada kertas dengan aturan dan standar gambar kerja yang ada.

Menurut Darmawan 2004, Perancangan itu terdiri dari serangkaian kegiatan


yang beruntun, karena itu disebut sebagai proses perancangan. Kegiatan dalam
proses perancangan disebut fase. Fase-fase dalam proses perancangan berbeda
satu dengan yang lainya sebagai berikut:

1. Cara meningkatkan kualitas barang/jasa dengan memahami tuntutan konsumen


atau keinginan konsumen kemudian menghubungkannya dengan ketentuan
teknis untuk menghasilkan pertimbangan perancangan. Penetapan kebutuhan
bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat yang perlu bagi

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 65


desain/rancangan. Metode yang digunakan pada langkah ini adalah
Performance Specification Model, yang prosedur pelaksanaannya adalah :

(1) mempertimbangkan tingkatan-tingkatan solusi yang berbeda yang dapat


diaplikasikan,
(2) menentukan tingkatan untuk beroperasi,
(3) identifikasi atribut-atribut performansi yang diinginkan,
(4) menentukan kebutuhan performansi untuk setiap atribut[6].

2. Definisi proyek dan kegiatan-kegiatan lain dalam fase ini menghasilkan antara
lain :

a. Pernyataan tentang masalah atau produk yang akan dirancang.


b. Beberapa kendala yang membatasi solusi masalah tersebut.
c. Spesifikasi teknis produk.
d. Kriteria keterimaan dan kriteria lain yang harus dipenuhi oleh produk.
e. Rencana produk.
b. Perancangan Konsep Produk
Spesifikasi teknis produk hasil fase pertama proses perancangan menjadi dasar
fase berikutnya, yaitu fase perancangan konsep produk. Tujuan fase ini adalah
menghasilkan alternatif konsep produk sebanyak mungkin. Konsep produk
yang dihasilkan fase ini masih berupa skema atau dalam bentuk skets. Pada
prinsipnya, semua alternatif semua konsep produk tersebut memenuhi
spesifikasi teknik produk. Pada akhirnya fase perancangan konsep produk,
dilakukan evaluasi pada hasil rancangan konsep produk untuk memilih satu
atau beberapa konsep produk terbaik untuk dikembangkan pada fase ketiga
fase perancangan produk.Definisi proyek, Perencanaan Proyek, dan
Penyusunan Spesifikasi Teknis Proyek.

c. Perancangan Produk
Fase perancangan produk merupakan pengembangan alternatif dalam bentuk
skema atau skets menjadi produk atau benda teknik yang bentuk, material dan
dimensi elemen-elemennya ditentukan. Fase perancangan produk diakhiri

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 66


dengan perancangan detail elemen-elemen produk, yang kemudian dituangkan
dalam gambar-gambar detail untuk proses pembuatan.

d. Dokumen untuk Pembuatan


Produk Dokumen atau gambar hasil perancangan produk tersebut dapat
dituangkan dalam bentuk gambar tradisional diatas kertas (2 dimensi) atau
gambar dalam bentuk modern yaitu informasi digital yang disimpan dalam
bentuk memori computer. Informasi dalam digital tersebut dapat berupa print-
out untuk menghasilkan gambar tadisional atau dapat dibaca oleh sebuah
software computer. Gambar hasil rancangan produk terdiri dari :
a. Gambar semua elemen produk lengkap dengan geometrinya, dimensinya,
kekasaran/kehalusan permukaan dan material.
b. Gambar susunan komponen (assembly).
c. Gambar susunan produk.
Spesifikasi yang membuat keterangan-keterangan yang tidak dapat dimuat
dalam gambar.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 67


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar Mesin Penggoreng Abon Ikan


Adapun perancangan gambar mesin penggoreng abon ikan lele adalah
sebagai berikut :

Gambar 4. 1 Gambar Desain Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele


(sumber : data pribadi)

Komponen mesin penggoreng abon :

1. Unit Penyangga
2. Motor Listrik, pulley,v-belt dan gear box
3. Alas Motor listrik dan gear box
4. Wajan
5. Alat Pengaduk

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 68


4.2 Prinsip Kerja Mesin Penggoreng Abon Ikan
Prinsip kerja dari mesin penggoreng abon ini adalah daging dari hasil suiran
yang sudah dikukus dan dicampur dengan bumbu abon ikan lele dimasukkan ke
dalam bak penggorengan. Kemudian mesin dihidupkan maka motor listrik akan
menggerakkan puli pada motor, kemudian dari puli motor ditransmisikan ke puli
poros penggoreng sehingga poros penggoreng akan ikut berputar kemudian terjadi
proses penggorengan.pada saat menggoreng abon kita atur waktu pada proses
penggorengan dengan alat sensor mesin penggoreng agar dapat mengetahui waktu
penggorengan yang dibutuhkan agar abon matang dengan sempurna. Ketika abon
sudah mulai berwarna kecoklatan lalu mesin penggoreng abon dimatikan. Setelah
nya abon yang sudah matang kemudian di masukkan kedalam wadah untuk
diproses lebih lanjut ke mesin peniris minyak. Hasil produksi yang diharapkan
mampu menghasilkan daging abon matang secara merata dalam waktu singkat
dan mendapatkan hasil produksi yang diperoleh lebih efisien.

Adapun gambar wiring system otomatis terdapat pada gambar 4.2

Gambar 4. 2 Wiring Diagram Sistem Timer Otomatis Mesin Penggoreng


Abon

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 69


(sumber : data pribadi)

4.3 Perhitungan Mesin Penggoreng Abon

4.3.1 Perhitungan Rangka


M = L x T x P x 0,01512

M = 40 x 4 x 8 x 0,01512

M = 1280 x 0,01512

M = 19,36 Kg untuk 1 unit besi siku

Untuk 4 unit siku adalah

19,36 x 4 = 77,44 kg

4.3.2 Perhitungan Kapasitas Wajan


 Menghitung Volume Wajan

Volume Wajan :

V = 2/3.3,14 . (30)3

V = 18.840 cm³  0,01884 m³

 Menentukan Massa Jenis Abon Lele (ρ)

- Untuk mengetahui Massa jenis abon lele (ρ) diperlukan pengujian dengan

cara memasukkan 1 kg abon lele ke dalam gelas.

- Kemudian di ukur radius gelas dan tinggi adonan yang berada didalam

gelas.

- Di dapat diameter gelas = 10 cm dan tingginya 17 cm

Sehingga diketahui volume adonan (Va) :

Va = 3,14 .5² .17 cm³

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 70


Va = 1334,5 cm³  0,00133 m3.

 Mencari massa jenis (ρ) :

ρ = 1 kg/ 0,00133 m³

ρ = 751,88 kg/m³

Dari massa jenis ini bisa mencari massa total adonan abon ikan yang dapat di
tampung oleh wajan :

m = 751,88 kg/m³ . 0,01884 m³

m = 14,165 kg

Jadi adonan abon ikan yang dapat di tampung oleh wajan adalah sebesar 14 kg.

4.3.3 Perencanaan Daya Pengaduk & motor penggerak


 Besarnya Torsi Pengaduk (Ts) :

Ts = 14 kg . 265 mm

Ts = 3710 kg.mm

Ts = 36,38 N.m

 Dengan besarnya kecepatan Sudut adalah :

2. π .70
ω=
60

ω = 7,32 rad/s

 Daya Pengaduk (Ps)

Ps = 37,1 N. m . 7,32 rad/s

Ps = 271,572 watt

Ps = 0,271 kW

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 71


Tabel 4. 2 Faktor - Faktor Koreksi Daya Yang Akan Ditransmisikan

Daya yang akan ditransisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maximum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

Sedangkan daya yang direncanakan (P) dengan faktor koreksi daya rata-rata yang

diperlukan (fc) = 1,2 seperti dalam table :

Pd = 0,271 kW . 1,2

Pd = 0,3252 kW

Pd = 325,2 Watt

Sehingga daya yang diperlukan pada pengaduk sebesar 325 Watt.

4.3.4 Perencanaan Kecepatan Putaran

Kecepatan putaran yang direncanakan ditentukan dari motor listrik


(dinamo) yang digunakan untuk memutarkan mesin peniris minyak. Berikut
adalah sebagai berikut:

π . alat pengaduk . n1
V=
60 x 1000

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 72


3,14.530 .1400
V=
60 x 1000

V =38,83m/ s

4.3.5 Gaya Sentrifugal

v2
F=m
r

38,83
F = 14
0,265

F = 2051,47 N

4.3.6 Kecepatan Sinkron Motor


120.50
ns =
4

ns = 1500 Rpm

4.3.7 Slip Motor


1500
% Slip = x 100%
1400

% Slip = 6,7 %

4.3.8 Effisiensi Motor


Pout
Ƞ= x 100 %
Pin

325
Ƞ= x 100 %
363

Ƞ = 89,5 % dibulatkan menjadi 90%

4.3.9 Konsumsi Listrik


Perhitungan biaya konsumsi listrik untuk mesin penggoreng abon lele yang
dibutuhkan adalah dimana operasional alat diasumsikan bekerja selama 8 jam
dalam sehari.Untuk kwh listrik yang digunakan untuk home industri adalah 2200

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 73


Va, dengan biaya per KWH nya berdasarkan sumber di internet sebesar Rp
1.444,70 maka dapat dihitung KWH perbulan nya yaitu :

KWH = 0,325 Kw X 8 jam X 1 hari

KWH = 78 KWH

Konsumsi listrik mesin penggoreng abon lele perbulan adalah sebesar 78 KWH,
selanjutnya dapat ditentukan biaya listrik yang dikeluarkan untuk mesin
penggoreng abon lele selama sebulan adalah sebagai berikut :

Harga = 78 KWH x Rp 1.444,70

Harga = Rp. 112.686,6

4.3.10 Perhitungan Pulley

Pulley yang digunakan untuk mentransfer energi gerak untuk poros adalah Pulley
tipe sabuk A dengan spesifikasi :

Tabel 4. 3 Ukuran Pulley - V

α = 34o Ko = 8

ɷ = 11,95 e = 15,0

Lo = 9,2 f = 10,0

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 74


K = 4,5

 Lebar sisi luar pulley :

B=2xf

B = 2 x 10,0

B = 20 mm

Data perhitungan :

- Berdasarkan perancangan yg dibuat diameter untuk pulley input gearbox

(d2) sebesar = 100 mm

 Perbandingan reduksi pulley Motor (d1) ke pulley input gearbox (d2) :

i1 = D1/D2

= 50/100

=1:2

1400.50
n2 =
100

n2 = 700 rpm

Dari perhitungan perbandingan reduksi pulley motor (d1) ke pulley input gearbox
(d2) yang kemudian direduksi kembali menggunakan gearbox dengan
perbandingan 1:10 sehingga mengahsilkan putaran (n3) = 70 rpm. Maka untuk
perbandingan pulley poros penggerak dan pulley pengaduk dipilih perbandingan 1
: 2. Sehingga data-data yang diperoleh untuk perancangan pulley adalah :

- Diameter pulley output gearbox (d3) = 100 mm

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 75


- Jarak sumbu poros (c) = 380 mm

- Lebar pulley (B) = 20 mm

4.3.11 Gear Box

Gearbox digunakan untuk mereduksi putaran yang dihasilkan oleh motor


penggerak. Berdasarkan kebutuhan gearbox yang terdapat dipasaran, gearbox
yang digunakan memiliki ratio 1 : 10.

 Perhitungan reduksi gearbox dari putaran motor penggerak :

Ratio = 1 : 10

n3 = 70 rpm

700. 1
n3 =
10

n3 = 70 rpm

4.3.12 Kecepatan Sabuk


 Kecepatan sabuk penggerak input gearbox (v1) :

3,14 .50 . 1400


v1 =
60000

v1 = 3,663 m/s

 Kecepatan sabuk penggerak poros (v2) :

3,14 .100 . 70
v2 =
60000

v2 = 0,3662 m/s

Kecepatan semua V-belt pulley < 30 m/s, sehingga baik digunakan.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 76


4.3.13 Panjang Sabuk (V-Belt)

Panjang keliling v-belt penggerak input gearbox (L) :

1
L1 = 2 . 380 + 3,14/2 (50 + 100) + (50 + 100)2
4 . 380

L1 = 760 + 235,5 + 14,80

L1 = 1.010,3 mm

4.3.14 Pemilihan V-Belt

Dari tabel panjang V-Belt diketahui bahwa ukuran yang paling mendekati dari L =
1.010,3 mm dan berdasarkan daya motor yang dipilih adalah 0, 5 HP serta dengan
putaran pulley motor sebesar 1400 rpm maka V-Belt yang digunakan dari diagram
di bawah adalah type A.

Gambar 4. 3 Diagram Pemilihan V-belt

Dari pernyataan diatas nomor nominal sabuk-V (L) = No.29

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 77


Jadi V-belt yang sesuai dengan sistem transmisi mesin penggoreng abon ikan
adalah sebagai berikut :

- V-belt = tipe A-29

4.3.15 Sudut Kontak


Sudut kontak v-belt penggerak input gearbox ( θ1 ) :

57 ( 100−50 )
θ1=180 o−
380

θ1=180 o−7,5 o

θ1 = 172,5 o

172,5
θ1 = X 3,14
180

θ1=3,009rad

4.3.16 Perhitungan Poros

4.3.16.1 Bahan dan Kekuatan Poros


Bahan poros pada mesin pengoreng abon ikan ini menggunakan S45C dengan
kekuatan tarik (σb) = 58 kg/mm2. Dalam perencanaan sebuah poros harus di
perhatikan tentang pengaruh-pengaruh yang akan dihadapi oleh poros tersebut,
sehingga diperoleh tegangan geser yang diijinkan. Ada 2 faktor koreksi yang
diperhitungkan yaitu Sf1 dan Sf2. Ditinjau dari batas kelelahan puntir diambil Sf1 =
6, Sf2 = 2.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka poros mesin penggoreng abon lele ini
menggunakan :

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 78


- Sf2= 2 karena diberi alur pasak, poros bertingkat, dan pertimbangan

pengaruh kekasaran permukaan.

- Diameter poros yang direncanakan (ds) 25 mm.

 Tegangan geser yang diijinkan σg (kg/mm2) adalah:

σg = 58/ (6 x 2 )

σg = 4,83 kg/mm2

 Tegangan geser yang timbul (τ) :

5,1. 3710 Kg. mm


τ=
( 25 )3 mm2

τ = 1,22 kg/mm2

Karena τ < σg , Jadi dapat dikatakan bahwa konstruksi aman.

4.3.16.2 Perhitungan Diameter Poros

 Daya yang ditransmisikan :

P = 325 Watt

N1 = 1400 rpm

N2 = 700 rpm

 Momen Puntir pada poros (T) :

0,325 kw
T =9,74 x 105
700 rpm

T =452kg .mm

Bahan Poros :

S45C, σb= 58 Kg/mm2.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 79


Tabel 4. 4 Tabel baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja difinis dingin
untuk poros

Standar dan Perlakuan Kekuatan tarik


Lambang Keterangan
macam panas (N/mm2)

S30C Penormalan 480

S35C “ 520

Baja karbon S40C “ 550


kontruksi
mesin S45C “ 580

(JIS G 4102) S50C “ 620

S55C “ 660

Batang baja S35C-D - 530 Di tarik dingin,


yang difinis digerinda, di
dingin S45C-D - 600 bubut, atau
gabungan antara
S55C-D - 720 hal-hal tersebut

Untuk bahan yang bekerja pada beban yang dapat ditentukan dengan bahan SC-45
Sf1 = 6, sedangkan Sf2 diambil 2 sesuai bentuk poros (harga 1,3 – 3).

 Besarnya tegangan yang diijinkan τa (kg/mm2) dapat dihitung dengan :

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 80


58
τa =
6 x3

τa = 3,22 Kg/mm2

 Perhitungan diameter poros ( ds) :

{( ) }
1 /3
5,1
ds ≥ x 3 x 2,3 x 452
3,22

ds ≥ (4939,71 )1/3

ds ≥ 17 mm

Kebutuhan diameter poros ≥ 25 mm dengan pertimbangan dimensi bantalan dan


diameter poros yang terdapat di pasaran serta faktor keamanan, maka diameter
poros yang dibuat adalah 25 mm.

 Besarnya sudut puntir yang terjadi pada poros :


o
519 . 245
θ = (584 3 4
)
8,3 .10 .(25)

θ = 0,022o

Besar deformasi yang diperlukan sebesar 0,25 s/d 0,3 derajat[6]. Sedangkan
menurut perhitungan deformasi yang terjadi sebesar θ = 0,022o.

Maka poros dinyatakan aman karena sudut puntir yang terjadi lebih kecil dari
sudut puntir yang diizinkan.

Jadi defleksi puntiran tersebut aman karena θ = 0,022o≤ 0,30.

4.4 Analisis Ekonomi Mesin Penggoreng Abon Lele


Penentuan harga mesin penggoreng abon dapat dilihat pada Tabel
Penentuan Harga Mesin.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 81


Tabel 4. 5 Penentuan Harga Mesin

Macam Alat Jumlah


Macam Biaya Pekerjaa Bahan (Rp) (Rp) Tenaga (Rp) (Rp)
n
A. Biaya Desain Survey 0 20.000 10.000 30.000
Analisis 0 30.000 30.000 60.000
Gambar 20.000 30.000 60.000 110.000
Jumlah 200.000

Macam Biaya Jumlah


Macam Biaya Komponen Pembelian Jumlah (Rp)
(Rp)
B. Biaya Motor listrik 800.000 1 unit 800.000
Pembelian Wajan Stainless stell dia. 300.000 1 unit 300.000
Komponen 600mm
V-Belt A 29 50.000 1 pc 50.000
Mur dan baut 10.000 lot 30.000
Cat dasar 40.000 1 pc 40.000
Cat biru 70.000 1 pc 70.000
Push botton 60.000 1 unit 60.000
Kuas 5.000 1 pc 5.000
Plat Tutup 75.000 1 pc 75.000
Gearbox 1:10 1.100.000 1 set 1.100.000
Plat Pengunci 60.000 1 pc 60.000
Poros Pengaduk 300.000 1 pc 300.000
Kompor gas 300.000 1 set 300.000
Siku 40x40mm 120.000 4 pcs 480.000
Base Plat 4x70x70mm 50.000 4 pcs 200.000
JUMLAH 3.870.000

Biaya Transportasi Rp 100.000


C. Biaya Non Produksi
Biaya Tenaga Kerja (25% x Rp Rp 400.000
1.000.000)
Jumlah Rp 500.000

D. Laba yang Dikehendaki 20% x (A+B+C) Rp 914.000

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 82


Laba 20% didapat berdasarkan peraturan presiden no. 21 tahun 1965 pasal 3
tentang kalkulasi biaya dan penetapan harga jual barang dan jasa yang dikuasai
oleh pemerintah.

E. Taksiran Harga Produk (A+B+C+D) Rp 5.484.000

Jadi harga produk untuk mesin penyuir daging ikan lele adalah Rp.
5.484.000,- . Besarnya nilai harga produk tersebut selanjutnya dalam analisis
ekonomi dijadikan sebagai modal tetap. Biaya variabel tiap unit adalah Rp.
700.000,-. Dengan data tersebut maka dapat dihitung BEP (Break Even Point)
agar tidak mengalami kerugian.

Modal tetap
BEP =
Harga produk−Biaya variabel

4.570.000
BEP =
5.484 .000−700.000

BEP = 1 unit
Jadi agar tidak mengalami kerugian maka harus menjual 1 unit mesin
penggoreng ikan lele.

Apabila mesin penggoreng abon ikan lele disewakan maka perhitungan nya
adalah sebagai berikut :

Harga jual
BEP =
Harga Sewa perhari

5.484 .000
BEP =
80.000

5.484 .000
BEP =
80.000(dalam 1 hari selama 8 jam)

BEP = 68,55 Hari = 69 Hari

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 83


Jadi apa bila mesin penggoreng disewakan Rp. 80.000 dalam sehari maka modal

akan kembali dalam waktu 69 hari.

4.5 Perbandingan harga mesin penggoreng abon yang ada dipasaran


Perbandingan harga mesin penggoreng abon yang ada dipasaran
berdasarkan sumber internet adalah :

Tabel 4. 6 Perbandingan Harga Mesin Penggoreng abon yang ada dipasaran


Mesin Penyuir Yang Mesin Penyuir Yang
Deskripsi
Telah Dibuat Terdapat Dipasaran

Merk / Buatan Lokal Lokal

Tipe - -

Kapasitas 14 kg 30 kg

Daya Motor / Listrik 325 Watt , 1400 Rpm 570 Watt, 1400 Rpm

Bahan Stainless Steel Stainless Steel

Dimensi 100 x 100 x 80 cm 150 x 100 x 100 cm

Harga Jual Rp 5.484.000,00 Rp 8.300.000,00

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 84


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perancangan mesin penggoreng abon ikan lele, maka dapat
disimpulkan:

 Desain yang direncanakan mesin penggoreng abon ikan lele menggunakan

bahan stainless steel SS 304 dengan lisensi food grade agar makanan

tersebut aman dikonsumsi dan higienis ditengah pandemi covid 19 yang

terjadi saat ini.

 Motor listrik dengan daya 0.5 HP dengan kecepatan putaran 1400 rpm

yang telah dialiri listrik dihidupkan terlebih dahulu.

 Mesin penggoreng abon ini dapat menghasilkan kapasitas produksi selama

1 jam sebesar 14 kg.

 Mesin penggoreng abon ini selain dapat digunakan untuk menggoreng

abon lele juga dapat digunakan untuk mengaduk adonan jenang atau

dodol.

 Kapasitas yang di dapat pada wajan mesin penggoreng abon lele yaitu 14

kg.

 Effisiensi dari mesin penggoreng abon adalah sebesar 90%.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 85


5.2 Saran

Dalam perancangan mesin penggoreng abon ikan masih memerlukan


perkembangan yang lebih lanjut agar memiliki nilai manfaat yang lebih maksimal
dan memberikan solusi agar lebih baik lagi. Saran yang akan penulis dari
perancangan mesin penggoren abon ikan ini adalah :

 Diharapkan untuk pengembangan selanjutnya agar dapat memaksimalkan


manufaktur rangka dan unit pengaduk lebih efisien dalam penggorengan
abon ikan lele.
 Menambahkan alat sensor panas supaya pada saat menggoreng abon ketika
panas berlebih mesin berhenti agar produksi abon lebih maksimal tidak
ada yang gosong.
 Menambahkan roda disetiap kaki-kakinya agar mudah dipindahkan.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 86


DAFTAR PUSTAKA

1. Borgstrøm, Reidar & Hansen, Lars Petter (red): Fisk i ferskvann - et


samspill mellom bestander, miljø og forvaltning, Landbruksforlaget.

2. Khurmi, R.S. dan Gupta, J.K. A Text Book of Machine Design. New Delhi :
Eurasia Publishing House, 2005.

3. L.Mott, Robert. Machine Elements and Mechanical Design. Edisi Pertama :

University of Dayton, 2009.

4. Putra, Boy Isma. Elemen Mesin Untuk Teknik Industri. Yogyakarta : Graha

Ilmu, 2008.

5. Shingley, Joseph E. Perencanaan Teknik Mesin. Jakarta : Edisi ke-4 Erlangga,


1983.

6. Sonawan, Hery. Perancangan Elemen Mesin. Bandung : Penerbit Alfabeta,

2014.

7. Sularso dan Suga, Kiyokatsu. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen

Mesin. Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 2004.

9. Zainun, Achmad. Elemen Mesin I. Bandung : Rafika Aditamab, 1999.

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 87


10. Zainuri, ST, Ach. Muhib. Mesin Pemindah Bahan (Material Handling

Equipment). : Penerbit Andi, 2006.

11.https://www.gurupendidikan.co.id/rumus-daya/. [Online] [Dikutip: 01

Maret 2022.]

12.https://docplayer.info/56800808-Rancang-bangun-mesin-pengaduk-dodol-
dan-jenang.html

13.https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/D11A/2013/D.111.13.0023/

D.111.13.0023-05-BAB-II-20180312105528-Pengaruh-Lama-Waktu-

Penggorengan-Terhadap--Kadar-Protein,-Kadar-Lemak-dan-Uji-Organoleptik-

Abon-Ikan-Lele. [Online] [Dikutip: 1 maret 2022.]

14.http://repository.unimus.ac.id [Online] [Dikutip: 1 maret 2022.]

15.http://repository.uin-suska.ac.id [Online] [Dikutip: 1 maret 2022.]

16.https://www.carailmu.com/2021/07/menghitung-arus-ampere
motor.html[Online] [Dikutip: 1 maret 2022.]

17.Sularso, Kiyokatsu Suga., Elemen Mesin Jilid 3, PT. Pradya Paramita,


Jakarta, 1997

18.https://www.etsworlds.id/2018/05/pengertian-klasifikasi-dan-jenis-
motor.html

19.https://elektronika-dasar.web.id/jenis-jenis-motor-listrik/[Online] [Dikutip:
1 maret 2022.]

20.https://arafuru.com/material/inilah-rumusnya-cara-menghitung-berat-besi-
siku-tanpa-tabel.html [Online] [Dikutip: 1 maret 2022.]

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 88


LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Desain Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 89


Lampiran 2. Gambar Unit Kerangka Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 90


Lampiran 3. Gambar Unit Rangka motor listrik dan gear box

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 91


Lampiran 4. Gambar Wajan Mesin Penggoreng Abon Ikan Lele

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 92


Lampiran 6. Kandungan Gizi Ikan Per 100 Gram sumber Alodokter

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 93


Lampiran 7. Syarat Mutu Abon berdasarkan SNI 1995

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 94


Lampiran 8. Diagram Alir Proses Perancangan Poros Mesin Buku Sularso dan
Kiyokatsu Suga

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 95


Lampiran 9. Faktor Koreksi Daya yang akan Ditransmisikan Buku Sularso dan
Kiyokatsu Saga

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 96


Daya yang akan ditransisikan fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maximum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

Lampiran 10. Tabel Ukuran Pulley Buku Sularso dan Kiyokatsu Saga

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 97


Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 98
Lampiran 11. Diagram Pemilihan V-belt Buku Sularso dan Kiyokatsu Saga

Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal 99

Anda mungkin juga menyukai