Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Kristen Indonesia
Paulus
Oleh :
PINIEL PANGALA
PAULUS MAKASSAR
2022
i
ABSTRAK
Piniel Pangala, 2022. TM, FT, UKIP “ Pengaruh Variasi Arus Pengelasan
pengelasan terhadap kekuatan tarik dan kekerasan las GTAW dengan elektroda
elektroda ER 70S-6 diameter 2,4 x 1000 mm. Polaritas terbalik AC/DC, yaitu
Ampere yaitu 48,18 kgf/mm² yang mengalami kenaikan sebesar 9,10 kgf/mm²
dari spesimen 85 Ampere dan sebesar 5,52 kgf/mm² dari arus 75 Ampere.
Kekerasan pada daerah las tertinggi pada spesimen 85 Ampere yaitu sebesar
masing-masing sebesar 0,9 HR dan 2,5 HR. Dari hasil penelitian dapat
ii
ABSTRACT
Piniel Pangala, 2022. TM, FT, UKIP “Effect of GTAW Welding Current
the tensile strength and toughness of SMAW welds with E7018 electrodes.
Materials were welded with current variations of 100 Ampere, 130 Ampere, and
160 Ampere with reverse polarity SMAW DC welding using E7018 electrode with
the positive pole and base metal is connected to the negative pole. The type of
seam used is V seam with and angle of 70°. This specimen is subjected to tensile
The highest tensile strength for the weld area occurs in the 100 Ampere
specimen, which is 32,07 kgf/mm² which has an increase of 0,49 kgf/mm² from the
130 Ampere specimen and 0,70 kgf/mm² from the 160 Ampere current. The
toughness in the highest weld area on the 100 Ampere specimen is 0,722
Joule/mm², the 130 Ampere and 160 Ampere currents have decreased to the 100
Ampere current, which are 0,068 Joule/mm² and 0.084 Joule/mm², respectively.
From the results of the study, it can be concluded that with variations in welding
currents there is a change in the structure due to cooling, which affects the
Keywords : Current, GTAW, Tensile Stength, Hardness and AWS A5.18 ER 70S-
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
merupakan syarat dalam menyelesaikan studi untuk menempuh gelar Sarjana Teknik di
rintangan yang dihadapi. Tetapi, berkat kesabaran dan ketekunan, disertai doa,
bantuan, dukungan, arahan, masukan, nasehat, dan dorongan dari semua pihak,
Puji Tuhan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
1. Dosen Pembimbing I, Prof. Dr. Ir. Jusuf Siahaya, MSME. dan Dosen
S.H., M.H.
Musa B. Palungan, M.T., Wakil Dekan, serta seluruh staf fakultas yang
iv
petunjuk kepada penulis selama mengikuti pendidikan.
Mesin serta segenap jajaran pada Prodi Teknik Mesin yang telah
penulis.
5. Kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Yacob Sampe. dan
materil dan begitu banyak pengorbanan serta kerja keras yang tidak
Langkah Kehidupan-Nya.
6. Kepada semua keluarga yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu
v
L. Toding, yang sama-sama berjuang dari awal semester hingga
sampai saat ini yang selalu membantu peneliti untuk menemani penulis
9. Kepada teman penulis yaitu Angkatan 2018 “Rocker Arm” yang selalu
pengetahuan, masih banyak kekurangan dan kekeliruan serta masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai bentuk saran dan
pendapat, bahkan kritik yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan.
Piniel Pangala
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................ii
ABSTRACT...................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................xii
DAFTAR NOTASI........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
vii
2.7. Sifat Mekanik Bahan...................................................................10
4.2 Pembahasan..................................................................................44
5.1 Kesimpulan...................................................................................46
viii
5.2 Saran.............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................48
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
……………………………………………………...……………………… 43
x
Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Kekerasan Rata-rata dengan spesimen 75 A
……………………………………………………………………………... 43
……………………………………………………………………………... 43
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1. Spesifikasi Arus Menurut Tipe Elektroda dan Diameter dari
Elektroda......................................................................................11
xii
DAFTAR NOTASI
Wp Lebar Akhir mm
Ap Spesimen mm²
q Regangan %
HR Pertambahan Panjang HR
E Hardness Rockwell RE
Nilai rata-rata
xiii
kekerasan
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
didefinisikan sebagai suatu ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
paduan yang dilakukan pada saat logam dalam keadaan cair. Pada proses
diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal, mulai dari tahapan desain
sampai tahapan pengerjaan. Tahapan desain yang dimulai dari pemilihan jenis
pada tahapan pengerjaan akan dipilih kuat arus yang sesuai sampai pada posisi
pengerjaan.
yang dihasilkan oleh elektroda tetap terbuat dari tungsten. Sedang sebagai bahan
penambah terbuat dari bahan yang sama atau sejenis dengan bahan yang dilas dan
terpisah dari pistol las (welding gun). Dalam proses penyambungan ini, parameter
kuat arus pengelasan akan sangat mempengaruhi hasil las. Ada beberapa
penelitian tentang pengaruh arus pengelasan terhadap sifat mekanik atau kekuatan
1
Faktor yang mempengaruhi pengelasan adalah prosedur pengelasan,
pengelasan adalah rencana pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang
Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau disebut juga pengelasan gas (Syahrani,
dkk, 2017).
saat busur listrik timbul karena terdapat perpindahan ion saat ujung elektroda
menyentuh dengan benda kerja. Pengelasan terjadi pada saat panas dari busur
listrik tersebut melelehkan benda kerja dan filler metal (apabila menggunakan
arus yang digunakan terlalu rendah, akan sulit untuk memulai busur. Busur listrik
yang dihasilkan menjadi tidak stabil. Panas yang dihasilkan tidak cukup untuk
melelehkan elektroda dan bahan dasar, menghasilkan elektroda kecil, rigi-rigi las
yang tidak rata, serta penetrasi kurang dalam. Sebaliknya, jika arus terlalu tinggi,
elektroda akan meleleh terlalu cepat, sehingga permukaan las lebih lebar dan
2
penetrasi lebih dalam, sehingga mengurangi kekuatan tarik dan meningkatkan
pekerjaan dan bahan las. Penentuan variasi arus pada las yaitu 75 A, 85 A dan 95
Karbon Rendah.”
adalah :
1. Apakah ada pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik baja karbon
2. Apakah ada pengaruh arus pengelasan terhadap kekerasan baja karbon rendah
1. Untuk mengetahui kekuatan tarik lasan baja karbon rendah akibat pengaruh arus
Pengelasan GTAW.
3
2. Untuk mengetahui kekerasan lasan baja karbon rendah akibat pengaruh arus
Pengelasan GTAW.
maka penulis berharap dapat mengambil manfaat dari penelitian ini, diantaranya:
2. Sebagai informasi bagi juru las untuk meningkatkan kualitas hasil pengelasan.
4
BAB II
TEORI DASAR
sampai titik rekristalisasi logam, dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah
dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas. Pengelasan juga
dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari benda atau logam yang dipanaskan
dan membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh dengan cara
Pengertian Gas tungsten arc welding (GTAW) adalah salah satu jenis dari
pelindung, tanpa penerapan tekanan, dan dapat digunakan dengan atau tanpa
5
Gas pelindung yang digunakan pada jenis pengelasan ini yaitu helium,
argon, atau gabungan dari helium dan argon sehingga biasa disebut dengan TIG
(tungsten inert gas), tujuan diberikannya gas pelindung ini yaitu agar tidak terjadi
oksidasi akibat pengaruh dari udara di sekitar area pengelasan yang dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin las arus searah atau Direct Current
(DC), mesin las arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus
ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengelasan dengan
arus searah (DC) dan pengelasan arus bolak-balik (AC). Mesin las DC dapat
digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las
DC polaritas lurus (DCEN) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan
dan logam dasar dihubungkan ke kutub positif, sedangkan untuk mesin las DC
polaritas terbalik (DCEP) digunakan bila titik cair bahan dasar rendah dan
kapasitas kecil, untuk gagang elektrodanya dihubungkan dengan kutub positif dan
tergantung elektroda yang digunakan. Beberapa elektroda las Gas Tungsten Arc
Welding (GTAW) dirancang untuk digunakan hanya dengan DC- atau DC+. =
114−100
x 100 %Elektroda lain dapat menggunakan keduanya DC- dan DC+.
100
Elektroda Thoriated Tungsten dapat digunakan untuk arus searah (DC) polaritas
elektroda, tebal bahan yang dilas, jenis elektroda yang digunakan, geometri
kapasitas panas tinggi maka diperlukan arus yang tinggi (Gunawan, dkk, 2019).
penembusan dan kecepatan pencairan logam induk. Makin tinggi arus las makin
mempengaruhi hasil las bila arus terlalu rendah maka perpindahan cairan dari
ujung elektroda yang digunakan sangat sulit dan busur listrik yang terjadi tidak
stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan logam dasar, sehingga
menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan kurang
7
dalam. Jika arus terlalu besar, maka akan menghasilkan manik melebar, butiran
percikan kecil, penetrasi dalam serta penguatan matrik las tinggi (Jalil dkk., 2017).
Baja karbon rendah adalah baja paduan yang mempunyai kadar karbon
sama dengan baja lunak, tetapi ditambah dengan sedikit unsur-unsur paduan.
keuletannya. Baja karbon banyak digunakan untuk kapal, jembatan, roda kereta
api, ketel uap, tangka-tangki dan dalam permesinan. Baja karbon rendah dibagi
menurut sifatnya yaitu baja tahan suhu rendah, baja kuat dan baja tahan panas
1. Baja tahan suhu rendah. Baja ini mempunyai kekuatan tumbuk yang tinggi
dan suhu transisi yang rendah, karena itu dapat digunakan dalam konstruksi
2. Baja kuat. Baja ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kekuatan tinggi dan
mampu las yang baik karena kadar karbonnya rendah. Kelompok ini sering
ketangguhan dan sifat mekanik yang sangat baik. Kekuatan tarik untuk baja
3. Baja tahan panas adalah baja paduan yang tahan terhadap panas, asam dan
mulur. Baja tahan panas yang terkenal adalah baja paduan jenis Cr-Mo yang
8
Pengelasan yang banyak digunakan untuk baja karbon rendah adalah las
busur elektroda terbungkus, las busur rendam dan las MIG (las logam gas mulia).
Perubahan struktur daerah las selama pengelasan, karena adanya pemanasan dan
Daerah pengaruh panas atau heat affected zone (HAZ) adalah logam dasar
yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami
siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat sehingga daerah ini yang paling
kritis dari sambungan las. Secara visual daerah yang dekat dengan garis lebur las
Pada daerah HAZ terdapat tiga titik yang berbeda, titik 1 dan 2
disebut dengan transformasi menyeluruh yang artinya struktur mikro baja mula-
menunjukkan temperatur pemanasan, daerah itu mencapai daerah berfasa ferit dan
austenit dan ini yang disebut transformasi sebagian yang artinya struktur mikro
9
Gambar 2.2. Transformasi fasa pada logam hasil pengelasan. (Perdana, Dony,
2016)
Sifat mekanik adalah salah satu sifat yang terpenting, karena sifat mekanik
menyatakan kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan
yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain, maka diambil langkah untuk
dkk, 2020).
Misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan
bahan. Baja mempunyai sifat mekanik yang cukup baik, dimana baja memenuhi
syarat untuk suatu pemakaian tetapi mempunyai sifat tahan terhadap korosi yang
kurang baik. Untuk mengatasi hal itu seringkali dilakukan sifat yang kurang tahan
terhadap korosi tersebut diperbaiki dengan cara pengecatan atau galvanising, dan
cara lainnya. Jadi tidak harus mencari bahan lain seperti selain kuat juga harus
tahan
10
korosi, tetapi cukup mencari bahan yang syarat pada sifat mekaniknya sudah
tegangan tanpa menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ini ada beberapa
macam, tergantung pada jenis beban yang bekerja atau mengenainya. Contoh
kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan tekan, kekuatan torsi, dan kekuatan
lengkung.
suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut diberikan gaya maka
struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal
ini:
11
SMAW (Shielded Metal Arc Welding) 90
maksimumnya.
Pengujian kekerasan adalah satu cara yang paling efektif untuk mencari
kekerasan suatu material, karena memalui pengujian ini kita dapat mengetahui
sifat mekanis pada material untuk mennggolongkan suatu material (Afarat Gilang
Barokah, 2019).
12
Umumnya ada tiga uji kekerasan yang sering di gunakan diantaranya
sebagai berikut.
kedalaman bola, dimana beban yang diberikan pada bola adalah konstan atau nilai
Gambar 2.4. Indentor bola uji kekerasan Rockwell (Dicky Zulfandy, 2019)
13
Untuk mencari nilai kekerasan suatu material dapat dirumuskan sebagai
berikut :
HR = E − e …………………………………………………….(1)
Dimana :
2.8. Kampuh V
dengan ketebalan 6-15 mm. Sambungan ini terdiri dari sambungan kampuh V
kampuh antara 60° - 80°, jarak akar 2 mm, tinggi akar 1-2 mm (Ramadhan, Beno
Ilham, 2020).
uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimkasudkan untuk
mengetahui apakah kualitas las mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau
lebih tinggi dari specimen normal. Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik
dimaksudkan untuk
14
mengetahui beberapa nilai kekuatannya dan dimanakah letak putusnya suatu
sambungan las. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda
dengan memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung benda
bentuk (deformasi) bahan tersebut. Proses terjadinya deformasi pada bahan uji
adalah proses pergeseran butiran kristal logam hingga terlepas ikatan tersebut oleh
15
Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang
σ u = Fu ……..................……………………………………(2)
Ao
Dimana :
membagi perpanjangan panjang ukur (∆L) dengan panjang ukur mula-mula benda
uji.
∆L L−Lo
ε= x 100 % = x 100 % ...........................(3)
Lo Lo
Dimana:
ε = Regangan (%)
panjang dan pengecilan luas permukaan dan akan mengakibatkan kepatahan pada
beban. Persentase pengecilan yang terjadi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai
berikut:
16
∆A A 0− A
q= × 100 %= ×100 %
1
A0 A0
Dimana:
peningkatan beban aksial yang terjadi secara bertahap, maka perpanjangan total
atas panjang diukur pada setiap kenaikan beban dan dilanjutkan hingga terjadi
penampang asli dan panjang spesimen, tegangan normal (σ) dan regangan (ε)
Grafik nilai tegangan (σ) sepanjang sumbu y dan regangan (ε) sepanjang
Berdasarkan kondisi panjang awal batang (L₀) dan luas area awal batang
(A₀) yang diberikan beban (F). Maka tegangan (σ ) adalah gaya per satuan luas
area, sedangkan regangan (ε) adalah perubahan panjang (δ) dibagi dengan
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam eksperimen ini adalah sebagai
berikut:
1. Bahan yang digunakan adalah plat baja karbon rendah (St. 42).
2. Ketebalan plat 6 mm
4. Kampuh yang digunakan jenis kampuh V terbuka, jarak celah plat 2 mm,
5. Bentuk spesimen benda uji mengacu standar JIS Z 2201 1981 untuk pengujian
tarik.
6. Bentuk spesimen benda uji mengacu standar JIS Z 2202 1980 untuk pengujian
kekerasan.
18
3.3. Pelaksanaan Penelitian
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah
dengan ukuran panjang 250 mm, lebar 350 mm, tebal 6 mm.
1) Mesin gerinda
2) Peralatan pengelasan
4) Penggaris
5) Mesin amplas
6) Kikir
sebanyak empat buah dan 25 cm sebanyak dua buah, setelah bahan di potong
dua mm dan diukur sudut 35°. Setelah bahan digambar bahan dicekam dan
19
3.3.4. Proses Pengelasan Benda
bawah tangan.
4. Kampuh yang digunakan jenis kampuh V terbuka, dengan sudut 70°, dengan
5. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi
jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang
6. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi
jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang
7. Menyetel ampere meter yang digunakan untuk mengukur arus pada posisi
jarum nol, kemudian salah satu penjepitnya dijepitkan pada kabel yang
digoreskan
20
sampai menyala. Ampere meter diatur pada angka 95 A. selanjutnya mulai
sesuai JIS Z 2201 1981, yang nantinya akan di uji tarik untuk kekuatan las,
3. Membuat gambar pada kertas yang agak tebal atau mal mengacu ukuran
mm.
sesuai JIS Z 2202 1980, yang nantinya akan di uji impak, langkah-langkahnya
sebagai berikut:
21
mendapatkan ukuran sesuai standar JIS Z 2202 1980.
40
R=10
15
25
100
6
200
15
30
Prosedur dan pembacaan hasil pada pengujian tarik adalah sebagai berikut.
Benda uji dijepit pada ragum uji tarik, setelah sebelumnya diketahui
1. Menyiapkan kertas milimeter block dan letakkan kertas tersebut pada plotter.
2. Benda uji mulai mendapat beban tarik dengan menggunakan tenaga hidrolik
22
diawali 0 kg hingga benda putus pada beban maksimum yang dapat ditahan
23
benda tersebut.
3. Benda uji yang sudah putus lalu diukur berapa besar penampang dan panjang
4. Gaya atau beban yang maksimum ditandai dengan putusnya benda uji terdapat
5. Hasil diagram terdapat pada kertas milimeter block yang ada pada meja plotter.
4
2
5
1
Keterangan :
1. Rangka Landasan
2. Rangka Mesin
24
3. Chucks Bawah
4. Chucks Atas
5. Push ON/OFF
berikut:
1. Siapkan spesimen yang akan diuji dan pastikan permukaan spesimen bebas
2. Bila ada kotoran atau karat bersihkan menggunakan amplas, dan bila
spesimen rata.
3. Pasang indentor pada mesin uji rockwell dengan diameter bola yang sesuai
4. Bersihkan meja uji dari kororan yang menempel pada meja uji
5. Pasang spesimen di atas meja uji, kemudian putar tuas kearah kanan untuk
menaikkan meja uji dan ke arah kiri untuk menurunkan meja uji.
6. Putar tuas kearah kanan untuk menaikkan meja uji sampai spesimen
mendekati identor.
7. Atur besarnya beban yang diberikan sampai indekator menyala warna hijau
yang diberikan.
25
8. Catat hasil uji kekerasan dan lakukan hal yang sama pada semua spesimen
26
3.4. Diagram Alir Penelitian (Flow Chart)
Mulai
Pembuatan Spesimen
Selesai
27
BAB IV
material baja paduan rendah sebagai material uji dalam penelitian ini. Hasil
pengujian tarik pada umumnya adalah parameter tegangan, regangan, dan reduksi
Dalam menghitung data hasil pengujian tarik diketahui data awal spesimen
sebagai berikut :
Dari persamaan-persamaan yang ada, maka salah satu spesimen yang akan
digunakan sebagai informasi dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan
adalah spesimen tanpa bentuk kampuh (spesimen normal) dengan data hasil
pengujian
sebagai berkut :
28
A. Spesimen
Normal Data I
Lo = 100 mm
Wo = 15 mm
to = 6 mm
) Ao = Wo x to
= 15 mm x 6 mm
= 90 mm2
Ap = Wp x tp
= 9 mm x 4 mm
= 36 mm2
∆L = Lp - Lo
= 119 mm – 100 mm
= 19 mm
4. Tegangan yielding ( σy )
Fy
σy =
Ao
2897 kgf
= 2
90 mm
29
= 32,18 kgf/mm2
5. Tegangan maksimum ( σu )
Fu
σu =
Ao
3875 kgf
=
90 mm2
= 43,05 kgf/mm2
6. Tegangan patah ( σp )
Fp
σp =
Ao
2805 kgf
=
90 mm2
= 31,16 kgf/mm2
7. Regangan ( ε )
Lp−Lo
ε = Lo x 100 %
119 mm−100 mm
= 100 mm x 100 %
= 19 %
8. Reduksi penampang
Ao−Ap
q= x 100 %
Ao
90 mm2−39 mm2
= 2 x 100 %
90 mm
= 60 %
30
B. Spesimen kampuh V Arus 75
A Data I
Lo = 100 mm
Wo = 15 mm
to = 6 mm
) Ao = Wo x to
= 15 mm x 6 mm
= 90 mm2
Ap = Wp x tp
= 15 mm x 5 mm
= 75 mm2
∆L = Lp - Lo
= 114 mm – 100 mm
= 14 mm
4. Tegangan yielding ( σy )
Fy
σy =
Ao
1681kgf
=
90 mm2
= 18,67 kgf/mm2
31
5. Tegangan maksimum ( σu )
Fu
σu =
Ao
2754 kgf
=
90 mm2
= 30.60 kgf/mm2
6. Tegangan patah ( σp )
Fp
σp =
Ao
2300 kgf
=
90 mm2
= 25,55 kgf/mm2
7. Regangan ( ε )
Lp−Lo
ε= x 100 %
Lo
114 mm−100 mm
= 100 mm x 100 %
= 14 %
8. Reduksi penampang
Ao−Ap
q= x 100 %
Ao
90 mm2−75 mm2
= x 100 %
90 mm2
= 16,66 %
32
C. Spesimen kampuh V Arus 85
A Data I
Lo = 100 mm
Wo = 15 mm
to = 6 mm
) Ao = Wo x to
= 15 mm x 6 mm
= 90 mm2
Ap = Wp x tp
= 15 mm x 5 mm
= 75 mm2
∆L = Lp - Lo
= 104 mm – 100 mm
= 4 mm
4. Tegangan yielding ( σy )
Fy
σy =
Ao
33
2500 kgf
= 2
90 mm
= 27,77 kgf/mm2
5. Tegangan maksimum ( σu )
Fu
σu =
Ao
3782kgf
=
90 mm2
= 42,02 kgf/mm2
6. Tegangan patah ( σp )
Fp
σp =
Ao
2190 kgf
= 2
90 mm
= 24,33 kgf/mm2
7. Regangan ( ε )
Lp−Lo
ε= x 100 %
Lo
104−100
= 100 x 100 %
=4%
8. Reduksi penampang
Ao−Ap
q= x 100 %
Ao
90−75
= 90 x 100 %
= 16,66 %
34
D. Spesimen kampuh V Arus 95
A Data I
Lo = 100 mm
Wo = 15 mm
to = 6 mm
) Ao = Wo x to
= 15 mm x 6 mm
= 90 mm2
Ap = Wp x tp
= 10 mm x 4 mm
= 40 mm2
∆L = Lp - Lo
= 114 mm – 100 mm
= 14 mm
35
4. Tegangan yielding ( σy )
Fy
σy =
Ao
3819 kgf
=
90 mm2
= 42,43 kgf/mm2
5. Tegangan maksimum ( σu )
Fu
σu =
Ao
4532,5 kgf
=
90 mm2
= 50,36 kgf/mm2
6. Tegangan patah ( σp )
Fp
σp =
Ao
2300 kgf
= 2
90 mm
= 25,55 kgf/mm2
7. Regangan ( ε )
Lp−Lo
ε= x 100 %
Lo
114 mm−100 mm
= 100 mm x 100 %
= 14 %
36
8. Reduksi penampang
Ao−Ap
q= x 100 %
Ao
2 2
90 mm −40 mm
= 2 x 100 %
90 mm
= 55,55 %
60
50 48.18
43.05 42.66
39.08
40
𝜎U (kgf/mm²)
30
20
10
Normal 75 A 85 A 95 A
Variasi Arus (Ampere)
adalah 39,08 kgf/mm2, ini berarti mengalami penurunan sebesar 3,97 kgf/mm2 dari
spesimen normal. Nilai rata-rata kekuatan tarik untuk spesimen 85 Ampere adalah
42,66 kgf/mm2, hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 0,39 kgf/mm 2 dari
spesimen normal dan mengalami kenaikan sebesar 3,58 kgf/mm2 dari spesimen 75
37
Ampere. Nilai rata-rata kekuatan tarik untuk spesimen 95 Ampere adalah 48,18
kgf/mm2, hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 5,13 kgf/mm2 dari spesimen
normal, mengalami kenaikan sebesar 9,10 kgf/mm2 dari spesimen 75 Ampere dan
juga sebesar 5,52 kgf/mm2 dari spesimen 85 Ampere. Pada grafik di atas yang
mempengaruhi adanya kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin
40 37.73
35 32.18
𝜎Y (kgf/mm²)
31.64
30
25.14
25
20
15
10
0
Normal 75 A 85 A 95 A
Variasi Arus (Ampere)
Nilai tegangan luluh untuk spesimen normal sebesar 32,18 kgf/mm 2. Nilai
rata-rata tegangan luluh untuk spesimen 75 Ampere sebesar 25,14 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami penurunan sebesar 7,04 kgf/mm2 dari spesimen normal.
Nilai rata-rata tegangan luluh untuk spesimen 85 Ampere sebesar 31,64 kgf/mm2,
hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 0,54 kgf/mm2 dari spesimen normal,
dan mengalami kenaikan sebesar 6,5 kgf/mm2 dari spesimen 75 Ampere. Nilai
38
berarti mengalami kenaikan dari spesimen yang lain yaitu untuk spesimen normal
sebesar 5,55 kgf/mm2, spesimen 75 Ampere sebesar 12,59 kgf/mm2 dan spesimen
85 Ampere sebesar 6,09 kgf/mm2. Pada grafik di atas yang mempengaruhi adanya
kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin tinggi juga kekuatan
40
35.99
35
31.16 32.44
𝜎P (kgf/mm²)
30 28.44
25
20
15
10
0 Normal 75 A 85 A 95 A
Variasi Arus (Ampere)
Nilai tegangan patah untuk spesimen normal sebesar 31,16 kgf/mm 2. Nilai
rata-rata tegangan patah untuk spesimen 75 Ampere sebesar 32,44 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami kenaikan sebesar 1,28 kgf/mm2 dari spesimen normal. Nilai
rata- rata tegangan patah untuk spesimen 85 Ampere sebesar 28,44 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami penurunan sebesar 2,72 kgf/mm2 dari spesimen normal, dan
rata tegangan patah untuk spesimen 95 Ampere adalah sebesar 35,99 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami kenaikan dari spesimen normal sebesar 4,83 kgf/mm2,
dan
39
mengalami kenaikan sebesar 3,55 kgf/mm2 dari spesimen 75 Ampere dan
mempengaruhi adanya kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin
20 19
18
16
14
Ɛ (%)
12
9
10 7.66 8
8
6
4
2
0 Normal75 A85 A95 A
Variasi Arus (Ampere)
rata- rata perpanjangan untuk spesimen 75 Ampere sebesar 9 %, hal ini berarti
70
60
60
50
q (%)
40
31.47
30
22.21
20 16.66
10
0
Normal 75 A 85 A 95 A
Variasi Arus (Ampere)
hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 43,34 % dari spesimen normal.
hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 37,79 % dari spesimen normal, dan
reduksi penampang untuk spesimen 95 Ampere adalah sebesar 31,47 %, hal ini
kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin tinggi reduksi
penampang.
42
4.1.2. Analisa Data Uji Kekerasan
penitikan dimulai dari posisi titik 1 daerah logam las/weld metal sampai titik 9
daerah logam induk/parent metal, hasil penitikan spesimen dapat dilihat pada tabel
berikut :
Titik Uji
Spesimen
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Normal
95,3 106 105,6
Daerah Las HAZ Logam Induk
43
114
112.5 112.6
112 111.6
110
Kekerasan Rata - rata
108
106
104
102 102.3
100
98
96
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5
Variasi Arus (Ampere)
Berdasarkan grafik di atas, data hasil uji kekerasan metode Rockwell pada
baja St 42 pada spesimen normal memiliki nilai tertinggi sebesar 106 dan setelah
nilai kekerasan pada baja tersebut meningkat, pada spesimen 1 memiliki nilai
tertinggi sebesar 118,2 pada daerah las, untuk spesimen 2 nilai tertinggi sebesar
116,5 pada logam induk, untuk spesimen 3 dengan nilai tertinggi sebesar 117,2
pada dareah las. Nilai tertinggi dari Arus 75 A sebesar 118,2 pada spesimen 1
daerah las, meningkatnya nilai kekerasan pada spesimen dipengaruhi panas lasan
Berdasarkan grafik di atas, data hasil uji kekerasan metode Rockwell pada
baja St 42 spesimen normal memiliki nilai tertinggi sebesar 106 untuk spesimen
pada baja tersebut dimana pada spesimen 1 memiliki nilai tertinggi sebesar 121,3
pada daerah HAZ untuk spesimen 2 nilai tertinggi sebesar 114,1 pada HAZ dan
spesimen 3 dengan nilai tertinggi 115,8 pada daerah las. Nilai tertinggi dari Arus
44
85 A sebesar 121,3 pada specimen 1 HAZ peningkatan kekerasan setelah
Berdasarkan grafik di atas, data hasil uji kekerasan metode Rockwell pada
baja St 42 spesimen normal memiliki nilai tertinggi sebesar 106 untuk spesimen
pada baja tersebut dimana pada spesimen 1 memiliki nilai tertinggi sebesar 116,5
pada HAZ, untuk spesimen 2 nilai tertinggi sebesar 114 pada logam induk, dan
spesimen 3 dengan nilai tertinggi 118,3 pada daerah las . Nilai tertinggi dari Arus
4.2 Pembahasan
kgf/mm2. Nilai rata-rata kekuatan tarik maksim untuk spesimen 75 Ampere adalah
39,08 kgf/mm2, ini berarti mengalami penurunan sebesar 3,97 kgf/mm2 dari
spesimen normal. Nilai rata-rata kekuatan tarik untuk spesimen 85 Ampere adalah
42,66 kgf/mm2, hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 0,39 kgf/mm 2 dari
spesimen normal dan mengalami kenaikan sebesar 3,58 kgf/mm2 dari spesimen 75
45
Ampere. Nilai rata-rata kekuatan tarik untuk spesimen 95 Ampere adalah 48,18
kgf/mm2, hal ini berarti mengalami kenaikan sebesar 5,13 kgf/mm2 dari spesimen
normal, mengalami kenaikan sebesar 9,10 kgf/mm2 dari spesimen 75 Ampere dan
juga sebesar 5,52 kgf/mm2 dari spesimen 85 Ampere. Pada grafik di atas yang
mempengaruhi adanya kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin
Nilai tegangan luluh untuk spesimen normal sebesar 32,18 kgf/mm 2. Nilai
rata-rata tegangan luluh untuk spesimen 75 Ampere sebesar 25,14 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami penurunan sebesar 7,04 kgf/mm2 dari spesimen normal.
Nilai rata-rata tegangan luluh untuk spesimen 85 Ampere sebesar 31,64 kgf/mm2,
hal ini berarti mengalami penurunan sebesar 0,54 kgf/mm2 dari spesimen normal,
dan mengalami kenaikan sebesar 6,5 kgf/mm2 dari spesimen 75 Ampere. Nilai
kgf/mm2, hal ini berarti mengalami kenaikan dari spesimen yang lain yaitu untuk
kgf/mm2 dan spesimen 85 Ampere sebesar 6,09 kgf/mm 2. Pada grafik di atas yang
mempengaruhi adanya kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin
Nilai tegangan patah untuk spesimen normal sebesar 31,16 kgf/mm 2. Nilai
rata-rata tegangan patah untuk spesimen 75 Ampere sebesar 32,44 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami kenaikan sebesar 1,28 kgf/mm2 dari spesimen normal. Nilai
rata- rata tegangan patah untuk spesimen 85 Ampere sebesar 28,44 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami penurunan sebesar 2,72 kgf/mm2 dari spesimen normal, dan
46
rata tegangan patah untuk spesimen 95 Ampere adalah sebesar 35,99 kgf/mm2, hal
ini berarti mengalami kenaikan dari spesimen normal sebesar 4,83 kgf/mm2,
dan
mempengaruhi adanya kenaikan dari tiap arus adalah semakin tinggi arus semakin
Rockwell pada baja St 42 pada spesimen normal memiliki nilai tertinggi sebesar
kekerasan dimana nilai kekerasan pada baja tersebut meningkat, pada spesimen 1
memiliki nilai tertinggi sebesar 118,2 pada daerah las, untuk spesimen 2 nilai
tertinggi sebesar 116,5 pada logam induk, untuk spesimen 3 dengan nilai tertinggi
sebesar 117,2 pada dareah las. Nilai tertinggi dari Arus 75 A sebesar 118,2 pada
pada baja St 42 spesimen normal memiliki nilai tertinggi sebesar 106 untuk
kekerasan pada baja tersebut dimana pada spesimen 1 memiliki nilai tertinggi
sebesar 121,3 pada daerah HAZ untuk spesimen 2 nilai tertinggi sebesar 114,1
pada HAZ dan spesimen 3 dengan nilai tertinggi 115,8 pada daerah las. Nilai
pada baja St 42 spesimen normal memiliki nilai tertinggi sebesar 106 untuk
kekerasan pada baja tersebut dimana pada spesimen 1 memiliki nilai tertinggi
sebesar 116,5 pada daerah HAZ, untuk spesimen 2 nilai tertinggi sebesar 114
pada logam induk, dan spesimen 3 dengan nilai tertinggi 118,3 pada daerah las .
Nilai tertinggi dari Arus 95 A sebesar 118,3 pada spesimen 3 daerah las
48
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Nilai kekuatan tarik tertinggi diperoleh sebesar 48,18 kgf /mm2 yang terjadi
2. Nilai kekerasan tertinggi diperoleh sebesar 121,3 yang terjadi pada arus 95
5.2. Saran
2. Jika mengelas dengan elektroda E7018 sebaiknya menggunakan arus dari 115
Ampere sampai 165 Ampere, karena jika kurang maka penembusan yang
terjadi akan kecil dan jika lebih dari 165 Ampere akan menyebabkan busur
listrik yang tejadi tinggi sekali sehingga akan menyebabkan pencairan logam
induk besar.
49
3. Sebaiknya dilakukan pemanasan elektroda terlebih dahulu sebelum dilakukan
50
DAFTAR PUSTAKA
Afriany, R., Djunaidi, R., Asmadi, A., & Prasetya, C. (2020). ANALISA HASIL
Agustriyana, L., Sarjiyana, S., & Suyanta, S. (2019). Pengaruh Pengelasan GTAW
Pada Logam Bimetal Plat Baja Karbon Rendah Dengan Stainless Steel
Awali, J., Irawan, Y.S., & Choiron, M.A. (2014). Pengaruh kuat arus pengelasan
dua layer dengan metode GTAW dan SMAW terhadap kekuatan tarik
Smaw (shielded Metal Arc Welding) Stainless Steel Austenitik Aisi 201
Terhadap Uji Komposisi Kimia, Uji Struktur Mickro, Uji Kekerasan dan
Uji Kekerasan Dari hasil Las Baja SSC 41. Jurnal Teknologi, 2015, 8(2),
128-134.
51
Furqon, G. R., & Firman, m. (2016). Analisa Uji Kekerasan Pada Poros Baja ST
Gunawan, E., Choifin, M., Rosidin, MK, Afifah, YN, Lestariningsih, W., Pradana,
MS, & Makki, A. (2019). Analisis Pengaruh Variasi Arus Pada GTAW
Pada Material Plat SS 400 Yang Disambung Plat Stainless Steel SUS 304
Jurnal Fisika: Seri Konferensi (Vol. 1175, No. 1, hal. 012277). Penerbitan
IOP.
2(2)
Kurniawan dkk., 2014, “Analisis Kekuatan Tarik dan Struktur Mikro Pada Baja
Terhadap Hasil Uji Kekerasan Material Alumunium Dan Besi Cor. Jurnal
Naufal, A., Jokosisworo, S., & Samuel, S. (2016). Pengaruh Kuat Arus Listrik
52
Perdana, D. (2016). Analisa Pengaruh Variasi Arus Pengelasan GTAW pada
Material Plat SS 400 Disambung Dengan Material Plat SUS 304 Terhadap
Sifat Mekanis.
Pratiwi, Y. R., & Wibowo, S. S. (2019). Pengaruh Jenis Elektroda Dan Jumlah
Pass Terhadap Uji Kekerasan Hasil Pengelasan dan Struktur Mikro Pada
Proses Pengelasan Shielded Metal Arc Welding. Briliant: Jurnal Riset dan
Prayitno, D., & Fikri, IA (2020). Pengaruh Kuat Arus Pengelasan GTAW
SMAW dan GTAW Terhadap Kekuatan Tarik Material Baja St 37. Jurnal
Sambungan Las Baja Karbon Rendah (Mild Steel) AISI 1008 pada
Surakarta).
Rauf, F. A., Sappu, F. P., & Lakat, A. M. (2018). Uji Kekerasan dengan
53
TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO. Jurnal Ilmiah
Santoso, dkk., 2016, “Pengaruh kuat arus listrik pengelasan terhadap kekuatan
tarik dan struktur mikro las SMAW dengan elektroda E7016,” J. Tek.
100 A dan 160 A Dengan Uji Bahan Kimia, Struktur Mikro, Uji Kekerasan
Surakarta).
Siswanto, 2011, Konsep Dasar Teknik Las (Teori dan Praktik). Jakarta : P.T.
Prestasi Pustakarya.
Syahrani, A., Mustafa, M., & Oktovianus, O. (2017). Pengaruh variasi arus
pengelasan GTAW terhadap sifat mekanis pada pipa baja karbon ASTM A
Syahrani, A., Naharuddin, N., & Nur, M. (2018). “Analisis Kekuatan Tarik,
312 dengan Variasi Arus Listrik”, Jurnal Mekanikal, vol. 9, no. 1, pp. 814-
822.
Syahrani, A., Sam, A., & Chairulnas, C (2013), “Variasi Arus Terhadap Kekuatan
Tanjung,. Nasution, A. R., Fonna, S., & Huzni, S. (2020). I invertigasi Laju Korosi
54
Medan. Jurnal Teknologika, 10(1).
55