Anda di halaman 1dari 10

“INTERELASI INTERAKSI PERMUKIMAN”

MATA KULIAH :
Dosen Pembimbing : Lisa amalisa, ST.,MT

Oleh :
Mei yunus
NIM 4518043008

UNIVERSITAS BOSOWA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN 2020/2021

Jl. Urip Sumoharjo Km. 4, Makassar | tel(0411) fax : (0411) 424568


Kode pos 90231 | website : universitasbosowa.ac.id
E-mail : info@universitasbosowa.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan

karunia-nya saya dapat menyelsaikan tugas mengenai “makalah interelasi interaksi

permukiman” ini dengan baik meskipun terdapat kekurangan dalam makalah ini.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah pengetahuan kita

mengenai tugas makalah interaksi permukiman, Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah

ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritikan, usulan demi perbaikan dimasa

yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi yang membacanya. Sebelumnya saya mohon

maaf apabila terdapat kesahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan masa depan.

makassar,13 Maret 2021

Penyusun
SAMPUL

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………......

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...…

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….….….

A. Latar Belakang………………………………………………………....................

B. Rumusan Masalah …………………………………...……………………………

C. Tujuan …………………………………………………………………..……….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………….…..

A. Interaksi Sosial ………………………………………………………………………


B. Interaksi Ekonomi …………………………………………………………………..
C. Diversifikasi Permukiman ……………………..……………………………………
D. Penguatan Hubungan Antar Permukiman…………………………………………
E. Interaksi fisik ………………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………...…………

A. Kesimpulan …………………………………………………………..…………......

B. Saran …………….…………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia (kebutuhan primer)
yang harus terpenuhi agar manusia dapat sejahtera dan hidup layak sesuai dengan derajat
kemanusiaannya. Permukiman sebenarnya merupakan kebutuhan perorangan (individu)
namun dapat berkembang menjadi kebutuhan bersama jika manusia berkeluarga dan
bermasyarakat. Selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial maka
manusia tidak hidup sendirisendiri akan tetapi hidup bersama dan membentuk kelompok-
kelompok, demikian pula halnya dengan rumah tempat tinggalnya akan dibangun secara
bersama-sama sehingga berkelompok atau tersebar dalam suatu wilayah, dilengkapi dengan
prasarana dan sarana yang diperlukan penghuninya, selanjutnya disebut dengan permukiman
(settlement). Dalam dimensi permukiman, secara harfiah pola permukiman dapat diartikan
sebagai susunan (model) tempat tinggal suatu daerah. Model dari pengertian- pengertian
permukiman mencakup didalamnya susunan dari pada persebaran permukiman. Pengertian
pola permukiman dan persebaran permukiman memiliki hubungan yang sangat erat.
Persebaran permukiman menekankan pada hal yang terdapat permukiman, dan atau dimana
tidak terdapat permukiman dalam suatu wilayah (Sumaatmadja, 1981 dalam Banowati 2006).

Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh penghuni permukiman itu


sendiri. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin pesat akan mengakibatkan
kebutuhan permukiman semakin besar. Masalah ini hampir terjadi disetiap daerah perkotaan,
karena kota merupakan daerah yang sangat dinamis yaitu pertumbuhan penduduknya setiap
hari semakin bertambah banyak, sehingga daerah perkotaan menghadapi ancaman semakin
tingginya kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan tempat tinggal yang merupakan
indikator penurunan kualitas lingkungan permukiman. Hal tersebut juga terjadi di Kecamatan
biringkanaya yang setiap tahunnya mengalami pertumbuhan penduduk. Kecamatan memiliki
luas area kurang lebih 31,84 km² atau 18,2% dari luas Kota Makassar. Jumlah penduduk pada
hingga bulan mei tahun 2015 mencapai kurang lebih 142.000 Jiwa.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat diketahui pola apa yang terbentuk dari sebaran
lokasi permukiman yang ada, serta faktor fisik dan faktor sosialekonomi yang berpengaruh
terhadap pola persebaran permukiman di wilayah Kecamatan biringkanaya. Wilayah
Kecamatan tamalanrea terbagi atas 8 kelurahan yaitu Kelurahan tmalanrea, Kelurahan
tamalanrea jaya, Kelurahan tamalanrea indah, Kelurahan kelurahan kapasa, Kelurahan kapasa
raya, Kelurahan bira, Kelurahan parangloe, Kelurahan Buntusu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana interaksi sosial di Kecamatan tamalanrea?
2. Bagaimana pengaruh faktor fisik dan faktor sosial-ekonomi terhadap pola
persebaran permukiman di Kecamatan tamalanrea?
3. Bagaimana difersifikasi permukiman di kecamatan tamalanrea?
4. Faktor dominan apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan agihan kualitas
lingkungan fisik permukiman didaerah penelitian?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian :
1. Mengetahui agihan kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian.
2. Mengetahui pengaruh distribusi fasilitas sosial, ekonomi, pendidikan dan
transportasi terhadap kualitas lingkungan fisik permukiman.
3. Mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi adanya perbedaan agihan
kualitas lingkungan fisik permukiman di daerah penelitian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Interaksi Sosial
Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara
individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang
lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan
tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau
kelompok dengan kelompok. Adapun Basrowi (20015) mengemukakan interaksi
sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok
dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya
bersifat kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan
sejenisnya.

Menurut Partowisastro (2003) interaksi sosial ialah relasi sosial yang


berfungsi menjalin berbagai jenis relasi sosial yang dinamis, baik relasi itu berbentuk
antar individu, kelompok dengan kelompok, atau individu dengan kelompok.
Soekanto (2002) mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara orang perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok
manusia. Menurut Sarwono dan Meinarno (2009) interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu lain, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain.
Gerungan (2006) secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah
proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang
lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu dapat juga
menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain
itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama. Berdasarkan beberapa uraian di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial adalah hubungan timbal balik
yang saling mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku yang berlangsung
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Interaksi sosial secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan konsep
diri dalam seseorang, terkhusus lagi dalam hal individu memandang positif atau
negatif terhadap dirinya, sehingga ada yang menjadi pemalu atau sebaliknya dan
akibatnya kepada masalah hubungan interaksi sosialnya. ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi interaksi social di kecamatan biringromang yaitu :
a. Jenis kelamin.
Kecenderungan laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya/sejawat
lebih besar daripada perempuan.
b. Kepribadian ekstrovert.
Orang-orang ekstrovert lebih komformitas daripada introvert.
c. Besar kelompok.
Pengaruh kelompok menjadi makin besar bila besarnya kelompok semakin
bertambah.
d. Keinginan untuk mempunyai status.
Adanya dorongan untuk memiliki status inilah yang menyebabkan
seseorang berinteraksi dengan sejawatnya, individu akan menemukan
kekuatan dalam mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat atau
status terlebih di dalam suatu pekerjaan.
e. Interaksi orang tua.
Suasana rumah yang tidak menyenangkan dan tekanan dari orang tua
menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan teman sejawatnya.
f. Pendidikan.
Pendidikan adalah salah satu faktor dalam mendorong manusia untuk
interaksi, karena didalam pendidikan terjadi interaksi antara individu
dengan kelompok maupun sebaliknya. Contohnya, SD NEGERI
BONTORAMBA MAKASSAR.
B. Interaksi Ekonomi
Interaksi ekonomi yaitu suatu hubungan dengan keadaan yang saling
bergantung satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berkaitan
dengan produksi, konsumsi, distribusi terhadap barang dan jasa.
Faktor yang mempengaruhi kualitas fisik suatu lingkungan seperti; kondisi
sosial ekonomi penduduk, kepadatan rumah, ukuran kapling rumah, kondisi
permukaan jalan, lebar jalan, pohon pelindung (vegetasi penutup), tata letak
bangunan, sarana air minum, saluran limbah rumah tangga (sanitasi), tempat
pembuangan sampah dan saluran air hujan. Pengkajian kualitas lingkungan fisik
permukiman ini dapat dilakukan melalui analisa data sekunder dan dengan kerja
lapangan (uji terestris).
Hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pada setiap kualitas lingkungan fisik permukiman dan agihannya yang ada di daerah
penelitian. Dimana untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran di atas diuraikan pada
gambar 1.1 diagram alir penelitian berikut:
Contoh interaksi ekonomi yang terjadi di kecamatan biringromang yaitu :
1. Kesepakatan jual beli antar pedagang sayuran dipasar dengan pembeli
seperti di pasar BTP, kios dan penjual di pinggiran jalan bonto ramba
2. Interaksi antara pemilik kontrakan dengan penyewanya.
3. Kesepakatan tukang ojek yang menawarkan jasanya kepada pejalan kaki.
Seperti didepan jalan masuk bontoramba makassar.
C. Diversifikasi permukiman

Difersifikasi pengertian tersebut, diversifikasi secara sederhana dapat


dimaknai sebagai kegiatan atau tindakan untuk membuat sesuatu menjadi lebih
beragam atau tidak terpaku hanya pada satu jenis saja. Di dalam dunia bisnis,
diversifikasi ini seringkali diidentikkan dengan ungkapan “tidak menaruh telur di
dalam satu keranjang”. Contoh : difersifikasi produk. Pengertian difersifikasi produk
adalah penganekaragaman bentuk berbagai barang atau jasa tertentu yang akan
diedarkan atau diperjualbelikan dipasaran.
Tujuan diversifikasi permukiman di kecamatan tamalanrea adalah :
1. Untuk menghindari ketergantungan terhadap suatu barang/produk tunggal yang
beredar dipasar.
2. Membuat alternatif pilihan lain terhadap barang /produk tertentu yang tergolong
langka dipasaran.
3. Memaksimalkan sektor produksi dan sumber daya manusia (SDM) yang ada.
D. Penguatan hubungan antara satuan permukiman
Pengembangan permukiman di kecamatan tamalanrea selama ini masih banyak
mengalami kendala yang cukup besar. Dalam perkembangannya, pengembangan
permukiman masih bersifat parsial dan belum berkelanjutan. Acuan dalam pengembangan
di kecamatan tamalanrea
Adapun rincian pengembangan permukiman di Kabupaten Bangkalan ini meliputi :
1. Pengembangan Kawasan Permukiman
2. Rencana pengembangan jaringan prasarana dasar (misalnya air bersih, sanitasi,
drainase, sampah)
3. Rencana investasi jaringan prasarana
4. Rencana fasilitas umum
5. Peningkatan Kualitas Permukiman
6. Rencana peningkatan dan perluasan prasarana dan sarana Isu Strategis, Kondisi
Eksisting, Permasalahan dan Tentangan Isu Strategis Kondisi Eksisting Karakteristik
Permukiman yang terdapat diwilayah
Kecamatan tamalanrea dapat dibedakan menjadi 2 jenis kawasan permukiman yaitu
Kawasan Permukiman Perdesaan dan Kawasan Permukiman Perkotaan. Kawasan
pemukiman pedesaan adalah suatu kawasan untuk pemukiman yang pada lokasi
sekitarnya masih didominasi oleh tanah pertanian, tegalan, perkebunan dan tanah kosong
serta mempunyai aksesbilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang
juga terbatas atau hampir tidak ada. Sedangkan Kawasan Pemukiam Perkotaan adalah
kawasan yang digunakan untuk kegiatan pemukiman dengan ditunjang oleh sarana
prasarana transportasi yang umumnya memadai, fasilitas peribadatan, pendidikan,
perdagangan, perkantoran, dan pemerintahan, serta jasa.
Fungsi dari kawasan ini adalah sebagai pusat pemerintahan dan sekaligus sebagi pusat
atau sentra kegiatan perekonomian. Fakta ini didukung oleh keuntungan lokasional yang
terletak di sepanjang jalan arteri primer dan keberadaan guna lahan kawasan perdagangan
dan jasa, fasilitas perkantoran serta fasilitas transportasi regional di Desa/Kelurahan
tersebut. Pada umumnya bangunan rumah penduduk dikawasan permukiman perkotaan
terdiri dari bangunan yang sudah lebih baik dan permanen dengan konstruksi utama
berupa konstruksi beton. Namun dibeberapa permukiman kawasan yang lebih bersifat
rural, masih banyak terdapat bangunan yang terbuat dari kayu dengan kondisi yang relatif
kurang baik. Berdasarkan kondisi faktual mengenai kondisi bangunan rumah penduduk
yang terdapat di 8 Kelurahan kawasan perkotaan di Kabupaten Bangkalan, dapat
dibedakan menjadi 3 jenis kondisi rumah yaitu : Rumah Permanen, Rumah Semi
Permanen dan Rumah Non Permanen. Definisi kondisi rumah permanen ini adalah rumah
yang memiliki pondasi dan material bangunan berbahan dasar semen dan tembok, Rumah
permanen yaitu rumah yang memiliki pondasi dan material rumah merupakan kombinasi
semen, tembok dan kayu/papan, serta rumah kondisi Non Permanen adalah rumah yang
memiliki pondasi dan material bangunan didominasi bahan kayu, papan, dan bambu.
Sebagian besar kondisi perumahan penduduk pada wilayah perkotaan berupa rumah
permanen, hanya sebagian kecil saja perumahan penduduk yang yang berupa rumah semi
permanen maupun rumah non permanen.

BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai