PROSES MANUFAKTUR I
BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh :
Meldi Alfatsya 2011042036
Kelas II A
Dosen Pembimbing :
Lilimiwirdi S.S., M.Hum.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Proses Manufaktur I.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia di
Politeknik Negri Padang. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 2
1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................... 4
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
3.1 Cawan Tuang ............................................................................................................... 5
3.2 Saluran Turun .............................................................................................................. 5
3.3 Pengalir ........................................................................................................................ 6
3.4 Saluran Masuk ............................................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 7
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 8
ii
ABSTRAK
Teknik pengecoran logam merupakan salah satu teknik produksi yang di Indonesia
masih membutuhkan banyak usaha dalam pengembangannya yang lebih terfokus, agar
kualitas produk, kemampuan produksi dan biaya. produksi sejalan. Proses pengecoran pada
dasarnya adalah penuangan logam cair ke dalam cetakan yang telah dibuat polanya, sampai
logam cair tersebut mengeras dan kemudian dikeluarkan dari cetakan. Dalam pengecoran
juga diperlukan pola gatting system, yaitu sistem aliran untuk mengalirkan logam cair ke
dalam coran. Tujuan dari sistem gatting ini adalah untuk mengatur laju aliran logam cair ke
dalam rongga cetakan, sehingga rongga cetakan terisi penuh. Selain pola coran dan pola
gatting system, kita juga membutuhkan pola riser atau pola penambah. Cangkir tuang
adalah penerima yang menerima cairan logam langsung dari sendok. Saluran turun adalah
saluran pertama yang membawa cairan logam dari cangkir tuang ke diverter dan saluran
masuk. Diverter adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran ke bagian cetakan
yang sesuai.
Kata kunci : Teknik Pengecoran Logam
ABSTRACT
Metal casting technique is one of the production techniques which in Indonesia still
requires a lot of effort in its development which is more focused, so that product quality,
production capabilities and production costs are in line. The casting process is basically
pouring molten metal into a mold that has been made a pattern, until the molten metal
hardens and then is removed from the mold. In casting, a gatting system pattern is also
needed, namely a flow system to drain the molten metal into the castings. The purpose of
this gatting system is to regulate the flow rate of molten metal into the mold cavity, so that
the mold cavity is completely filled. In addition to the casting pattern and gatting system
pattern, we also need a riser pattern or an adder pattern. The pouring cup is the receiver
that receives the molten metal directly from the spoon. The down line is the first line that
carries the molten metal from the pour cup to the diverter and inlet. The diverter is a
conduit that carries the molten metal from the conduit to the corresponding molded part.
Key word : Metal casting technique.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu teknik Pengecoran Logam adalah salah satu teknik produksi dimana di
indonesia masih memerlukan banyak usaha dalam pembinanya yang lebih terarah,
sehingga kualitas produk, kemampuan produksi dan biaya produksi dalam proses
memproduksi benda-benda coran akan dapat menyaingi benda-benda coran buatan luar
negeri. Dalam hal ini Perlu pembinaan dilakukan, oleh karena itu ahli ilmu pengecoran
harus mampu mengembangkan industri pengecoran di Indonesia yang mana salah satu
caranya adalah dengan memberikan dasar ilmu pengetahuan yang baik kepada Perguruan
Tinggi yang mengambil program studi teknik produksi.
Proses pengecoran pada dasarnya ialah penuangan logam cair kedalam cetakan yang
telah terlebih dahulu dibuat pola, hingga logam cair tersebut membeku dan kemudian
dipindahkan dari cetakan.
Jenis-jenis pengecoran yang ada yaitu:
1. Sand Casting, Yaitu jenis pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Jenis
pengecoran ini paling banyak dipakai karena ongkos produksinya murah dan dapat
membuat benda coran yang berkapasitas berton–ton.
2. Centrifugal Casting, Yaitu jenis pengecoran dimana cetakan diputar bersamaan dengan
penuangan logam cair kedalam cetakan. Yang bertujuan agar logam cair tersebut terdorong
oleh gaya sentrifugal akibat berputarnya cetakan. Contoh benda coran yang biasanya
menggunakan jenis pengecoran ini ialah pelek dan benda coran lain yang berbentuk bulat
atau silinder.
3. Die Casting, Yaitu jenis pengecoran yang cetakannya terbuat dari logam. Sehingga
cetakannya dapat dipakai berulang-ulang. Biasanya logam yang dicor ialah logam non
ferrous.
4. Investment Casting, yaitu jenis pengecoran yang polanya terbuat dari lilin (wax), dan
cetakannya terbuat dari keramik. Contoh benda coran yang biasa menggunakan jenis
pengecoran ini ialah benda coran yang memiliki kepresisian yang tinggi misalnya rotor
turbin.
2
3
Sistem saluran adalah jalan masuk bagi cairan logam yang dituangkan ke dalam
rongga cetakan. Tiap bagian diberi nama, dari mulai cawan tuang dimana logam cair
dituangkan dari ladel, sampai saluran masuk ke dalam rongga cetakan. Nama-nama itu
ialah: cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk.
Dalam pengecoran, kita juga memerlukan pola gatting system, yaitu sistem aliran
untuk mengalirkan logam cair ke dalam cetakan benda coran. Seperti yang diperlihatkan
pada gambar 2. Gatting system dibagi atas 4 bagian, yaitu:
1. Cawan tuang
2. Saluran turun
3. Saluran pengalir
4. Saluran masuk
Tujuan dari gatting system ini adalah untuk mengatur kecepatan aliran logam cair
ke dalam rongga cetakan, sehingga rongga cetakan terisi secara sempurna. Dan juga agar
slag logam cair tidak ikut masuk kedalam rongga cetakan.Selain pola benda coran dan pola
gatting system kita juga memerlukan pola riser atau pola penambah. Riser atau penambah
juga diperlukan untuk mengimbangi penyusutan (Shrinkage) pada saat logam cair tersebut
membeku. Karena setiap logam mempunyai nilai penyusutan tersendiri.
Contoh macam-macam saluran tuang yang dipakai dalam pengecora,yaitu:
1. saluran pisah
2. saluran langsung
3. saluran bawah
4. saluran cincin
5. saluran terompet
6. saluran bertingkat
7. saluran baji
4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cawan Tuang
Cawan tuang merupakan penerima yang menerima cairan logam langsung dari
ladel.Cawan tuang biasanya berbentuk corong atau cawan dengan saluran turun
dibawahnya. Cawan tuang harus mempunyai konstruksi yang tidak dapat melalukan
kotoran yang terbawa dalam logam cair dari ladel. Karenanya cawan tuang tidak boleh
terlalu dangkal. Kalau perbandingan antara : H (tinggi logam cair dalam cawan tuang) dan
d (diameter cawan), harganya terlalu kecil, umpamanya kurang dari 3, maka akan terjadi
pusaranpusaran dan timbullah terak atau kotoran yang terapung pada permukaan logam
cair.
Oleh karena itu kedalaman cawan tuang biasanya 5 sampai 6 kali diameternya.Ada
cawan tuang yang diperlengkapi dengan inti pemisah.Dimana logam cair dituangkan di
sebelah kiri dari saluran turun. Dengan demikian inti pemisah akan menahan terak atau
kotoran, sedangkan logam bersih akan lewat di bawahnya kemudian masuk ke saluran
turun.Kadang-kadang satu sumbat ditempatkan pada jalan masuk dari saluran turun agar
aliran logam cair pada saluran masuk cawan tuang selalu terisi oleh logam (lihatGambar).
Dengan demikian kotoran dan terak akan terapung pada permukaan dan terhalang untuk
masuk ke dalam saluran turun. Kalau cawan tuangnya terlalu kecil dibandingkan dengan
coran, maka logam cair harus diberikan di tengahnya beberapa kali. Kadang-kadang cawan
tuang dibuat besar agar logam cair tinggal di dalamnya setelah rongga cetakan terisi oleh
logam. Gambar menunjukkan sumbat saluran turun yang dibuat dari grafit dengan
pegangan batang baja liat yang menyaring saluran turun dan terapung setelah penuangan.
3.2 Saluran Turun
Saluran turun adalah saluran yang pertama yang membawa cairan logam dari
cawan tuang ke dalam pengalir dan saluran masuk. Saluran turun dibuat lurus dan tegak
dengan irisan berupa lingkaran. Kadang kadang irisannya sama dari atas sampai bawah
dipakai kalau dibutuhkan pengisian yang cepat dan lancar atau mengecil dari atas ke bawah
dipakai apabila diperlukan penahanan kotoran sebanyak mungkin. Saluran turun dibuat
dengan melubangi cetakan dengan mempergunakan satu batang atau dengan memasang
bumbung tahan panas yang dibuat dari samot (batu tahan api). Samot ini cocok untuk
membuat saluran turun yang panjang.
5
6
3.3 Pengalir
Pengalir adalah saluran yang membawa logam cair dari saluran turun ke bagian-
bagian yang cocok pada cetakan. Pengalir biasanya mempunyai irisan seperti trapezium
atau setengah lingkaran sebab irisan demikian mudah dibuat pada permukaan pisah, lagi
pula pengalir mempunyai luas permukaan yang terkecil untuk satu luas irisan tertentu,
sehingga lebih efektip untuk pendinginan yang lambat.Pengalir lebih baik sebesar mungkin
untuk melambatkan pendinginan logam cair. Tetapi kalau terlalu besar tidak ekonomis.
Karena itu ukuran yang cocok harus dipilih sesuai dengan panjangnya.Logam cair dalam
pengalir masih membawa kotoran yang terapung, terutama pada permulaan penuangan,
sehingga harus dipertimbangkan untuk membuang kotoran tersebut, sekalipun logam cair
sudah ada di dalam pengalir. Ada beberapa cara untuk itu yaitu sebagai berikut :
1. Perpanjangan pemisah dibuat pada ujung saluran pengalir. Logam cair yang pertama
masuk akan berkumpul di sini bersama kotoran yang terbawa.
2. Membuat kolam putaran pada saluran masuk. Logam cair Memasuki kolam secara
tangetial dan berputar sehingga kotoran berkumpul di tengah kolam.
3. Saluran turun bantu. Logam cair yang pertama masuk bersama kotorannya akan
tertampung di sini. Saluran turun bantu ini ditempatkan di tengah-tengah.
4. Penyaring. Kotoran akan ditahan di sini kalau logam cair melalui inti penyaring atau
piring saringan dengan lubang-lubang kecil, yang sebaiknya terbuat dari keramik. Piring
ini kadang-kadang dipasang pada pintu masuk dari saluran turun.
7
DAFTAR PUSTAKA
Tata surdia., Prof. Ir, M.Sc.Met dan Kenji Chijiiwa, Prof. Dr, Teknik pengecoran logam,
Jakarta, 1982.
Reinal Rachmavial,Ir.,MT.Met, Skripsi Pengaruh Perubahan sistem Saluran Tuang
Terhadap Produk Coran, Trisakti, Jakarta, 1997.
Hastono Reksotenejo., Ir, M.Sc.Eng.Met, Teknologi Cor Gravity Teori Dasar
dan Aplikasi, Jakarta, 1992.
Whittaker, Dr David. 2014. Introduction to Powder Metallurgy. [online] Available at :
http://www.ipmd.net/Introduction_to_powder_metallurgy
Jurusan Teknik Material dan Metalurgy. 2007. Laporan Tugas Akhir Powder Metallurgy.
[online] Availabe at: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7197- 2702100009-
bab2.pdf
Nayiroh, Nurul. 2013. Metalurgi Serbuk. [online] Availabe at: http://blog.uin-
malang.ac.id/nurun/files/2013/03/METALURGI-SERBUK.pdf
Foundry technology by Beeley, P.R
Casting by ASM Handbook Vol 15
Casting By John Campbell
High Performance Casting by Elihu F. Bradley
The Principle of Material Selection for Engeneering Design by L. Pat mangonon
Alumunium Casting Technology by American Foundrymen’s Society,Inc
Manufacturing Engeneering And Technology by Serope Kalpakjian