Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMBENTUKAN LOGAM DAN PENGELASAN


PROSES MANUFAKTUR 1

Disusun Oleh:
Seprinaldo ( 2110017211027 )
Muhammad Tauvan Farezi ( 2110017211028 )
Ghinaa Nur Fauziy ( 2110017211031 )

TEKNIK MESIN

DOSEN:
Duskiardi, S.T,.M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha Esa, dan salawat
beriringan salam tak luput pula kita haturkan kepada baginda kita yakninya nabi
Muhammad,SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Teknik Mesin
Fakultas Industri berjudul Pembentukan Logam dan Pengelasan. Namun penulis menyadari
dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dalam pembahasan materi.
Namun demikian penulis merasa berbesar hati dan merasa bangga atas penyelesaian makalah
ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 03 Januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................4


B. Tujuan .............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. PROSES DRAWING........................................................................................5
B. PROSES PIERCING........................................................................................7
C. PROSES ROLLING.........................................................................................8
D. PROSES SPINNING........................................................................................11
E. PROSES SWAGING........................................................................................16
F. PROSES POWDER WELDING......................................................................17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang
Dengan semakin kembangnya teknologi di jaman sekarang, saya membuat
makalah ini untuk mengetahui lebih luas tentang proses-proses pembentukan logam
diantaranya adalah proses Drawing,Piercing,Rolling,Spinning,Swaging dan Powder
Welding . Karena proses tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia industri.
Di dalam industri manufaktur logam, suatu proses pembentukan logam baik
primer maupun sekunder seperti pengerolan (rolling), spinning, penarikan(drawing)
adalah pekerjaan yang harus dilakukan dengan menentukan atau memilih kapasitas
mesin serta perkakas dan peralatan yang akan digunakan untuk proses tersebut.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut
a. Mengetahui proses-proses pembentukan logam
b. Mengetahui cara pembentukan logam

4
BAB II
Pembahasan

A. PROSES DRAWING
Drawing merupakan proses pengubahan bentuk dingin dari lembaran logam untuk
menghasilkan benda yang mempunyai kedalaman tekan seperti pada pembuatan
mangkuk (kup). Proses ini dilakukan dengan meletakan lembaran (blank) diantara dua
penjepit yang salah satunya juga sekaligus berfungsi sebagai cetakan. Lembaran
kemudian ditekan pada bagian yang tak berjepit sehingga bahan lembaran akan
mengalir masuk ke dalam cetakan dan menghasilkan benda jadi sama dengan bentuk
cetakannya. Pada proses ini terjadi aliran material disebabkan tekanan blank holder
yang digunakan tidak terlalu besar. Selama proses, ketebalan benda lebih kurang sama
dengan ketebalan lembaran awal dan luas permukaan lembaran sebelum dibentuk sama
dengan luas permukaan benda setelah dibentuk.

Pada proses ini perlu diperhitungkan besarnya tekanan penjepit disekeliling blank
untuk menghindari pengkerutan bagian tepi ataupun perobekan mangkuk. Bentuk
pengujian deep drawing yang biasanya dilakukan yaitu pengujian swift, dimana
blank lingkaran dibentuk menjadi mangkuk beralas datar seperti tampak pada gambar
berikut ini:

Gambar 1.proses drawing

Pada proses deep drawing, blank mengalami tiga jenis deformasi yang berbeda.
Deformasi dan keadaan tegangan yang terjadi pada daerah-daerah yang berbeda
selama proses deep drawing diperlihatkan pada gambar berikut ini:

5
Gambar 2.Bagian blank yang mengalami deformasi

Pada daerah tenagh blank (bagian yang kontak langsung dengan alat tekan) terjadi
regangan tarik biaksial sehingga pada daerah ini terjadi penipisan. Blank yang
berada di laur daerah penekanan (diantara penjepit) pada saat akan masuk kedalam
cetakan akan mengalami penarikan ke arah radialnya. Keliling lingkaran akan terus
menerus menyusut dari keliling awal D menjadi d. Penyusutan terjadi pada daerah
ini karena adanya regangan tarik pada arah radial akibat gaya tekan dari alat tekan
(punch) serta regangan tekan pada arah tegak lurus radial (arah keliling)
 Pada saat masuk ke cetakan, mula-mula terjadi pembengkokan atau bending,
kemudian dilanjutkan dengan pelurusan (straightening) akibat melewati kelengkungan
cetakan membentuk dinding kup akibat gaya tekan dari punch yang memasuki lubang
cetakan. Gaya tekan dari punch mengakibatkan dinding kup mengalami penarikan
pada arah sejajar dengan arah gerakan punch
 Beban tekan dari dasar kup diteruskan ke bagian dinding. Umumnya daerah yang
sering mengalami robek dalam deep drawing terletak pada bagian dinding sedikit di
atas jari-jari kelengkungan dasar kup. Pada daerah ini terjadi peregangan bidang (plane
strain) yang mengakibatkan penipisan bahan. Robek akan terjadi apabila tegangan
tarik yang terjadi pada daerah ini melebihi kekuatan tarik bahan

Gaya tekan yang dibutuhkan untuk membentuk blank menjadi kup merupakan
jumlah gaya idela untuk pengubahan bentuk, gaya gesek dan gaya penyusutan ketebalan
pada bagian dinding. Gaya penekanan ideal untuk menekan blank masuk ke dalam
cetakan terus bertambah dengan makin dalamnya penekanan akibat terjadinya
pengerasan regang. Gaya penekanan yang terjadi pada daerah penjepit terus bertambah
sampai keadaan maksimum dan kemudian berkurang dengan makin berkurangnya

6
daerah blank yang terjepit

B. PROSES PIERCING
Piercing merupakan proses pengerjaan panas untuk membuat pipa tanpa
sambungan (seamless pipe) dengan bahan baku berupa billet (batang bulat dan padat)
Dengan demikian hasil dari proses ini tidak terdapat suatu garis penghubung hasil
sambungan.
Batang logam padat yang telah dipanasi dengan salah satu ujungnya berlubang
ditengah- tengahnya sebagai penunjuk bagi mandrel, dimasukkan ke dalam roll
yang sumbunya membentuk 6 % terhadap sumbu benda kerja. Roll berputar
searah, dan bentuk roll lebih kecil dibandingkan dengan diameter bahan.
Pada saat batang dimasukkan, batang akan terbawa oleh putaran dari roll dan
karena adanya sudut kemiringan batang seakan-akan ditarik oleh kedua roll.

Produk Piercin

C. PROSES ROLLING
Rolling atau pengerolan logam adalah sebuah proses untuk mengurangi
ketebalan atau luas penampang dari suatu logam atau benda kerja, dengan melewatkan
benda kerja pada sepasang roll yang berputar dengan arah yang berlawanan.
Celah atau gap diantara dua roll yang berputar lebih kecil dari ketebalan logam
yang akan masuk. Benda kerja terjepit diantara dua roll, sehingga muncul gaya gesek

7
yang diperlukan untuk menggigit dan menarik benda kerja agar dapat melewati roll.
Benda kerja yang melewati roll berputar akan mengalami tegangan tekan dan tegangan
geser permukaan. Deformasi dari proses ini akan menyebabkan benda kerja bertambah
panjang, sedangkan luas penampang atau ketebalannya akan berkurang.

Gambar 5.proses Rolling

Jenis – Jenis Proses Pengerolan


a) Proses Pengerolan Panas (Hot Rolling)

Hot rolling merupakan operasi pengerolan yang dilakukan pada temperature lebih
tinggi dari temperature rekristalisasi. Biasanya bahan kerja yang digunakan dalam
proses pengerolan panas berupa potongan besar logam dalam bentuk slab atau bloom
untuk tahap berikutnya, sehingga pada akhirnya diperoleh bentuk batang, plat, atau
lembaran.
Pada proses pengerolan panas ini, deformasi tidak menyebabkan terjadinya
penguatan logam. Tegangan alir bahan akan semakin kecil dengan semakin tingginya
temperature operasi. Energi deformasi yang dibutuhkan menjadi lebih kecil pada
temperature yang lebih tinggi. Dengan demikian, maka deformasi dapat dilakukan pada
benda kerja yang berukuran relative besar dengan total deformasi besar.

8
proses pengerolan panas

Keuntungan dari pengerolan panas adalah :


 Bebas dari tegangan sisa

 Sifat-sifatnya lebih homogen

Sedangkan beberapa kekurangan dari pengerolan panas ini yaitu :


 Dimensi kurang akurat

 Terjadi oksidasi pada permukaan rolan

b) Proses Pengerolan Dingin (Cold Rolling)

Cold rolling merupakan proses pengerolan yang dilakukan pada temperature


dibawah temperature rekristalisasi benda kerjanya. Pengerolan dingin ini biasanya
dilakukan setelah proses pengerolan panas . Proses pengerolan dingin ini menghasilkan
kualitas permukaan yang lebih baik, dan kesalahan dimensional yang lebih kecil
daripada hasil proses pengerolan panas. Bahan baku untuk proses pengerolan dingin ini
biasanya adalah hasil dari proses pengerolan panas.
Proses pengerolan dingin ini akan menyebabkan terjadinya mekanisme
penguatan pada benda kerja yang diikuti dengan turunnya keuletan. Benda kerja
menjadi lebih kuat, lebih keras, dan lebih rapuh. Pada proses pengerolan dingin ini,
tegangan alir benda kerja menjadi semakin meningkat.

Pada saat benda kerja mengalami pengerolan dingin, terjadi perubahan yang
mencolok pada struktur butir dan pergeseran atom-atom. Untuk pengerolan dingin
diperlukan tekanan yang lebih besar daripada pengerolan panas, karena material akan

9
mengalami deformasi plastis bila tegangan melebihi batas elastis. Karena tidak mungkin
terjadi rekristalisasi selama pengerolan dingin, tidak terjadi pemulihan dari butir yang
mengalami perpecahan.
Keuntungan dari proses pengerolan dingin antara lain :
 Produknya lebih tipis daripada produk pengerolan panas
 Benda kerjanya menjadi lebih kuat dan lebih keras
Sedangkan beberapa kekurangan dari pengerolan dingin antara
lain :
 Membutuhkan proses pengerjaan panas setelah pengerolan, untuk
menyeimbangkan lagi sifat mekanik produk

D. PROSES SPINNING
Spinning atau biasa disebut dengan metal spinning, spin forming, atau metal
turning adalah salah satu cara pembentukan/pengolahan logam (metal forming) dengan
memutar logam (biasanya berbentuk seperti kepingan disc atau tabung) dengan
kecepatan tinggi dan membentuknya menggunakan alat khusus. Proses spinning
bertujuan untuk membuat produk yang simetris aksial, seperti peralatan memasak.

Metal spinning tidak bekerja dengan cara memotong atau menghilangkan material
sebagaimana dilakukan pada proses pengerjaan kayu atau logam. Spinning bekerja
dengan cara membentuk lembaran logam menjadi bentuk yang diinginkan dengan
pemutaran lembaran logam secara sangat cepat. Spinning dapat dilakukan
menggunaan mesin bubut manual ataupun menggunakan mesin bubut otomatis CNC.
Spinning banyak digunakan oleh pengrajin dalam hal pembuatan alat-alat industri.
Semua bahan logam yang bersifat ulet (ductile) dapat dilakukan proses ini, seperti
stainless steel, alumunium, dan logam lainnya.

Proses Kerja Spinning


Proses spinning terbilang cukup sederhana. Blok cetakan produk dipasang pada
bagian drive mesin bubut. Kemudian, lempeng logam yang menjadi bahan dasar
produk dijepitkan terhadap blok tersebut oleh bantalan bertekanan (pressure pad). Blok
dan lempeng logam berputar bersamaan saat mesin dinyalakan. Saat mesin berputar,
diberikan gaya khusus kepada lempengan dengan menggunakan berbagai tuas khusus

10
sedimikan hingga lempeng logam tersebut berdeformasi mengikuti bentuk blok. Tahap
selanjutnya adalah merapikan tepi serta ujung produk yang sering kali masih tajam dan
kurang rapi. Tahap ini dilakukan dengan mengikis sedikit-demi-sedikit bagian ujung
dan tepi benda kerja hingga didapatkan ujung dan tepi yang halus.

Untuk produk sederhana, hanya dibutuhkan satu blok cetakan. Namun, jika
produk yang ingin dihasilkan memiliki bentuk yang kompleks dan rumit, penggunaan
blok cetakan lebih dari satu dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Karena diameter
produk selalu lebih kecil daripada diameter awal, produk setelah proses kerja haruslah
lebih tebal, memanjang secara radial, atau melengkung melingkar daripada sebelum
dilakukan proses kerja.

Selain spinning, terdapat pula istilah Hot Spinning. Hot spinning hampir sama
dengan spinning biasa, hanya saja terdapat penambahan perlakuan terhadap lempengan
logam, yakni memanaskan lempengan logam sehingga molekul-molekul logam
mengalami perenggangan. Dengan pemanasan, gaya yang diperlukan untuk
mendeformasi logam menjadi lebih kecil.

Penerapan
Spinning sangat tepat diterapkan untuk memproduksi alat-alat sederhana dan
berskala besar karena waktu dan biaya yang diperlukan dalam proses spinning cukup
kecil. Sebagai contoh adalah produk kaleng minuman.

Logam yang Digunakan


Hampir semua logam dapat dilakukan proses spinning, namun hanya sedikit bahan
yang bekerja secara baik. Alumunium adalah salah satunya. Alumunium memiliki sifat
elastis dan mudah dibentuk sehingga memudahkan proses spinning dengan hasil yang
baik (kemungkinan cacat kecil). Selain itu, stainless steel juga memiliki elastisitas
yang baik, bahkan lebih baik daripada alumunium (50%-68% elongasi). Dari rentang
Austenitic dari stainless steel, 201 dan 301 memiliki kemampuan elongasi terbaik.
Demikian pula, semakin rendah kadar karbon dalam baja ringan semakin mudah
terbentuk. Tembaga memiliki kemampuan elongasi yang baik (dapat diubah
bentuknya) namun perlu membutuhkan perlakuan khusus saat pengerjaan guna
menghindari terjadinya patah dan retak. Kuningan juga memiliki karakteristik hampir

11
sama dengan tembaga, hanya saja memiliki kekerasan lebih tinggi sehingga
membutuhkan gaya yang lebih besar. Beberapa logam lainnya yang dapat dilakukan
proses spinning adalah titaium, magnesium (pada 600 ̊ F), perak, emas, dan lain – lain,
namun logam – logam tersebut membutuhkan perlakuan yang khusus untuk
menghindari gagal produksi.

Proses pembentukan dengan spinning ini dilakukan penekanan secara bertahan di


seluruh permukan pelat yang akan dispin atau diputar. Proses penekanan dengan putar
ini tidak boleh dilakukan sekaligus dengan penekanan yang keras. Hasil penekan keras
akan memberikan dampak kerusakan pada permukaan pelat. Kemungkinan lain juga
dapat menyebabkan pelat menjadi robek atau pecah. Tool yang digunakan pada proses
spinning ini mempunyai bentuk-bentuk seperti pada gambar disamping yakni: Bulat,
pipih, bulat me- lengkung, pipih tajam, bulat kecil lurus. Tang-kai holdernya terbuat
dari bahan kayu dengan panjang sekitar 200 mm.

Gambar diatas menjelaskan tempat dudukan tool pembentuk dari proses spinning.
Tool ditahan pada pin yang terletak pada tool rest machine. Mesin spinning yang
digunakan adalah mesin bubut dengan meja yang lebih pendek. Pelat atau material
diletakkan diantara mal pembentuk dan dijepit oleh kepala lepas. Tool ditekan dengan
menggunakan tangan pada saat dilakukannya proses pemutaran tool ditekankan kepelat.

12
Karena proses spinning ini dilakukan pada saat berputar makan bentuk-bentuk yang
dihasilkan mempunyai bentuk yang simetris.

Proses spinning diperlihatkan pada gambar dibawah, Langkah-langkah proses


ini ditunjukan melalui beberapa pandangan. Pada pandangan atas terlihat posisi tool
menekan pelat yang sedang berputar. Pelat dijepit diantara mal pembentuk dan diapit
oleh balok yang berhubungan dengan kepala lepas. Proses pembentukan deng-an spin
ini dimulai dari pusat sumbu pelat dan ditekan sambil pelat ditarik keluar. Proses ini
dilakukan secara bertaha. Pengulangan ini dimaksukan agar pembentukan merata pada
seluruh permukaan pelat

Pembentukan terjadi akibat adanya penekanan yang dilakukan padapelat


dengan tool. Tenaga yang digunakan untuk menekan tool ini merupakan tenaga
tangan manusia. Karena pekerjaan ini dilakukan secara manual maka skill atau latihan
untuk melakukan proses ini sangat diperlukan.

13
E. PROSES SWAGING

Swaging adalah proses pengurangan diameter benda kerja yang berbentuk bulat
baik solid meupun berongga dengan cara penempaan berulang kali.

Gambar proses swaging

Disini die berfungsi sebagai hammer.Proses swaging juga dapat membentuk


bentuk

kerucut dan mengurangi diameter dalam maupun diameter luar penampang

F. PROSES POWDER WELDING


Submerged arc welding (SAW) adalah proses pengelasan yang menggunakan
elektroda terkonsumsi secara kontinu dan menggunakan pelindung las yang
disediakan oleh butir-butir flux.

14
Gambar mesin las SAW

Proses otomatis terjadi pada pemakanan elektroda yang disuplai oleh lilitan
elektroda. Pada proses ini flux dijatuhkan ke area pengelasan menggunakan bantuan
hopper dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Selanjutnya flux tersebut tertimbun secara
menyeluruh sehingga mencegah percikan las, spatter, dan radiasi yang berbahaya. Flux
di dekat busur kemudian cair dan tercampur dengan cairan logam untuk menghilangkan
kotoran serta memadat pada bagian atas sambungan las. Flux yang memadat di atas las
tersebut membentuk slag yang mirip menyerupai kaca. Slag dan sisa flux yang tidak
tercampur melindungi logam

las dari atmosfer dengan sangat baik. Selain itu slag dan flux tersebut juga
mengisolasi panas dari area las. Panas yang terisolasi menyebabkan pendinginan relatif
lambat sehingga diperoleh kualitas sambungan las yang baik (tough dan
ductile). Sisa-sisa flux yang tidak tercampur tadi selanjutnya disedot kembali ke
penampungan flux dan dapat dimanfaatkan kembali.

Aplikasi Submerged Arc Welding (Kelebihan SAW)

Submerged arc welding secara meluas digunakan pada fabrikasi baja bentuk-bentuk
struktur (seperti I-beam yang dilas); menyambung pipa, tangki, dan bejana berdiameter
besar (baik sambungan longitudinal maupun circumferential); dan mengelas komponen
mesin-mesin besar.
15
Ketebalan plat yang dapat dilas sebesar lebih dari 25 mm. Material yang dapat dilas
menggunakan SAW antara lain: baja karbon rendah, baja paduan rendah, dan stainless
steel.

Kekurangan Submerged Arc Welding

Submerged arc welding tidak dapat digunakan untuk mengelas baja karbon tinggi,
tool steel, dan sebagian besar logam non ferro.

Karena SAW memanfaatkan gravitasi untuk menyediakan butir flux, maka benda
kerja yang dilas selalu diorientasikan secara horizontal. Metode penyediaan butir flux
dengan memanfaatkan gaya gravitasi juga menuntut proses SAW menggunakan plat
yang sering diletakkan pada bagian bawah sambungan selama proses pengelasan.

Gambar 1. Submerged Arc Welding (SAW).

16
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Forging atau Penempaan merupakan penekanan pada logam dengan mempunyai daya tekan
yang tinggi sehingga dapat dikatakan penempaan merupakan proses penumbukan pada benda kerja
sehingga membentuk suatu benda,karena penempaan merupakan proses merapatan bulir atau serat
pada bahan baku maka proses penempaan mempunyai kekuatan unutk ratio berat sehingga sangat
baik untuk digunakan sebagai komponen-komponen mesin.

Dalam penempaan menggunakan mesin kualitas penempaan, biaya produksi, dan


produktivitasnya tergantung pada keahlian dari operator mesin tersebut.

Untuk membentuk logam ada 2 cara yang bisa digunakan yaitu: dengan proses pengerjaan
panas dan dingin. Yang dalam penggunaannya disesuaikan dengan jenis bahan/logam. Dan
prosesnya dapat dikelompokkan menjadi 6 yaitu: dengan cara hammer forging, drop forging, press
forging, upset forging, swaging forging, roll forging. Dalam prosesnya dingin dan panas mempunyai
keuntungan dan kerungian masing-masing.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ir. Dines Ginting, Dasar-dasar pengelasan, Jakarta : Penerbit Erlangga Jln. Kramat IV
No.11, 1985

Hery, Sonowan dan Rochim, Suratma, Pengantar untuk memahami proses pengelasan
logam, Bandung : PT Alfabeta , 2003

Suharno, Prinsip-prinsip teknologi dan metalurgi pengelasan logam, Surakarta : Lembaga


pengembangan pendidikan, 2008

Ir. Suharto, Teknologi pengelasan logam, Malang : Rineka cipta, 1991

18

Anda mungkin juga menyukai