JALUR PKL
A. Latar belakang
Perkembangan teknologi manufaktur memiliki peran sangat penting dalam
peningkatan hasil produksi yang berkualitas dalam dunia industri. Hampir
disemua proses produksi menggunakan kemajuan teknologi ini. Terobosan untuk
selalu memakai teknologi yang terdepan menjadi suatu keharusan bagi setiap
perusahaan yang ingin tampil progresif dan eksistensinya tetap terjaga. Proses
manufaktur dikenal berbagai macam proses, salah satunya adalah proses
pembentukan logam. Proses pembentukan logam dalam manufaktur adalah proses
pemberian tekanan pada plat datar menurut permukaan desain die sampai pada
titik deformasi plastis plat tersebut, sehingga terbentuklah komponen yang baru
sesuai dengan desain permukaan die. Selanjutnya pada proses pembentukan plat
ada yang dinamakan pengepresan yaitu suatu proses dalam pembentukan parts
pada sebuah mesin press dengan meletakkan plat diantara punch dan die,
kemudian plat dijepit oleh blank holder dengan bantuan mesin press untuk
melakukan penekanan. Bentuk akhir dari produk ditentukan oleh punch sebagai
penekan dan dies sebagai penahan benda kerja saat ditekan oleh punch, sehingga
terbentuk komponen yang kita inginkan. Hal ini dapat dilihat contoh-contoh
aplikasi parts yang menjadi produk akhir dalam proses pembentukan lembaran
plat logam. Produk – produk industri manufaktur ini masih banyak ditemui
fenomena cacat (forming defect) akibat deformasi dan adanya fenomena
springback.
Proses penekukan (bending) merupakan salah satu jenis proses
pembentukan logam yang banyak dilakukan dalam bidang manufaktur. Proses
penekukan (bending) terutama sekali banyak ditemui pada material logam yang
banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari. Sehingga proses penekukan
diharapkan lebih presisi agar mendapatkan bentuk yang sesuai dengan yang
diinginkan. Dalam proses penekukan akan terjadi suatu fenomena gaya balik yang
dinamakan fenomena springback. Fenomena tersebut terjadi karena adanya gaya
balik yang ditimbulkan akibat pengaruh elastisitas bahan logam yang mengalami
proses pembentukan sehingga bentuk yang diinginkan akan sulit terbentuk.
Pembentukan logam yang dimaksud dalam analisa ini adalah plat galvanis. Plat
aluminium merupakan salah bahan yang banyak digunakan pada berbagai macam
konstruksi bangunan, alat rumah tangga, cover pintu, dekorasi, talang air, atap
rumah, dinding pabrik, ducting, dll.
Springback yang terjadi pada produk hasil disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya variasi material, ketebalan plat, geometri tooling (radius die dan
punch), hal itu yang menjadi masalah-masalah yang terjadi pada pembentukan
plat logam. Oleh karena itu perlu dilakukan Pemahaman tentang fenomena
springback pada proses bending dan mengetahui area atau lokasi pada benda uji.
B. Pembatasan Masalah
Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi springback, maka penelitian
ini dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan adalah pelat galvanis dan galvanis lokfom.
2. Tebal bahan yang digunakan sebesar 3 mm (untuk galvanis) dan 2,3 mm
(untuk galvanis lokfom).
3. Pengujian yang dilakukan guna mengetahui springback pada penekukan plat
Galvanis dan Galvanis Lokfom.
4. Penekukan dilakukan dengan alat tekuk manual Akademi Teknologi Warga
Surakarta.
C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul dan latar belakang yang diuraikan diatas, maka
permasalahan yang timbul adalah:
1. Bagaimana pengaruh springback terhadap sudut tekuk pada penekukan pelat
galvanis ?
2. Bagaimana pengaruh springback terhadap sudut tekuk pada penekukan pelat
galvanis lokfom ?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh springback terhadap
sudut tekuk pada penekukan pelat galvanis dan galvanis lokfom.
2. Setelah mengetahui adanya pengaruh springback terhadap sudut tekuk
pada penekukan pelat galvanis dan galvanis lokfom, diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan hasil penekukan antara plat galvanis dan
galvanis lokfom.
BAB II
DASAR TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penekukan merupakan suatu proses yang mengubah bentuk-bentuk lurus
menjadi lengkungan, dimana pada proses ini bagian luar benda yang ditekuk
akan mengalami tarikan sedangkan pada bagian dalam akan mengalami
tekanan. Pada proses pembentukan suatu material akan lebih tahan terkena
kompresi dibandingkan bila terkena tarikan sehingga pada bagian luar benda
yang ditekuk akan mengalami lulur yang terlebih dahulu dan mengakibatkan
pengecilanlogam pada daerah tersebut atau ketebalan dari benda akan
berkurang. Pada penekukan plastis, sumbu netral bergeser lebih dekat
kepermukaan bagian material yang mengalami tekanan pada saat penekukan.
Karena regangan plastis sebanding dengan jarak dari sumbu netral, serat-serat
pada permukaan luar mengalami regangan lebih besar dibandingkan serat pada
permukaan dalam dan serat permukaan dalam mengalami pengkerutan
(Husaini Ardy:1995).
Muhammad Arsyad Suyuti, Rusdi Nur, Muh. Iswar dengan judul “
Springback hasil proses tekuk bentuk “v“ pelat baja karbon ST.60 ketebalan 4
mm” menyimpulkan bahwa Radius punch dan sudut punch mempengaruhi
springback secara signifikan. Springback cenderung menurun dengan
peningkatan sudut dandan radius punch. Springback terkecil (bernilai nilai
positif) terjadi pada radius punch terbesar (r=6 mm) dan sudut punch terbesar
(90o). Sehingga dalam proses penekukan, radius punch dan sudut punch adalah
faktor yang sangat penting untuk dipertimbangkan.
Dody Praharja Surya, Dan Edi Septe dengan judul “Analisa pengaruh
springback terhadap sudut tekuk pada proses penekukan pelat aluminium”
menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengujian tekuk pada pelat aluminium
1,2 mm, yang dilakukan untuk mendapatkan sudut tekuk 45° dan 90°, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Semakin besar sudut penekukan yang
diberikan maka sudut balik (springback) yang terjadi akan semakin besar pula,
hal ini disebabkan oleh karena pengaruh elastisitas bahan alumunium. (2)
Semakin kecil sudut tekuk yang akan dihasilkan maka semakin besar
springback yang terjadi. (3) Besarnya sudut penekukan yang diberikan untuk
mendapatkan sudut hasil 45° adalah sudut penekukan 143°. (4) Besarnya sudut
penekukan yang diberikan untuk mendapatkan sudut hasil 90° adalah sudut
penekukan 96°.
Proses pembentukan lembaran logam biasanya dihubungkan dengan
proses penekanan (Press Forming) termasuk pemotongan material, penekukan
atau penarikan menjadi bentuk tertentu (Husaini Ardy, 1995).
Pelapisan logam merupakan pengendapan satu lapisan tipis pada suatu
permukaan logam atau plastik yang biasanya dilakukan secara elektrolit, tetapi
dapat juga hanya menggunakan reaksi kimia di mana diharapkan benda
tersebut akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun
ketahanannya, dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap
sifat fisiknya (Purwanto dan Huda, 2005).
B. Dasar Teori
1. Spring back
2. Galvanis
Galvanis adalah proses pelapisan logam anti karat atau non corrosive
metal pada besi. Galvanis dapat juga dikenali dari warnanya yang silver
atau bronze namun tidak mengkilat atau doff. Warna itu juga sering disebut
dull silver. Untuk tingkat ketebalanya, galvanis punya tingkat ketebalan
yang beragam, mulai dari 1 micron sampai 9 micron juga bahkan lebih.
Untuk ketebalan 1 micron biasanya produsen akan memberi jaminan selama
3 tahun anti karat dan untuk ketebalan 7 micron itu bisanya produsen akan
memberi jaminan hingga 30 tahun, jadi semakin tinggi tingkat ketebalannya
maka akan semakin tinggi pula tingkat kekebalanya terhadap karat.
Proses galvanis ini memiliki dua macam cara. Yang pertama adalah
electro plating atau dalam bahasa proyek bisa disingkat dengan EP. Proses
ini dengan cara memberikan aliran listrik dalam kolam galvanis. Sehingga
partikel galvanis menempel pada besi sampai ketebalan yang diinginkan.
Sedangkan proses yang kedua adalah Hot Dip galvanis atau dalam bahasa
proyek biasa di singkat dengan HD. Proses yang kedua ini dengan cara
mencelupkan besi ke dalam kolam galvanis panas. Semakin tebal lapisan
galvanisnya.
Keuntungan plat galvanis
1) Karat perlindungan
C. Hipotesis
Pada penelitian ini pengaruh springback terhadap penekukan dengan
sudut 900 yaitu material tersebut tidak mengalami pengaruh springback,
dikarenakan pada penekukan 900 material tersebut berada di daerah plastis.
Untuk penekukan dengan sudut 600 material tersebut akan mengalami pengaruh
springback akan tetapi tidak begitu signifikan berpengaruh terhadap material,
hal ini dikarenakan material tersebut berada pada daerah elastis akan tetapi
mendekati daerah plastis. Untuk penekukan dengan sudut 450 material tersebut
akan mengalami pengaruh springback yang cukup signifikan, hal ini
dikarenakan material tersebut berada pada daerah elastis.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Identifikasi Masalah
Finish
Gupta, T. R., & Payal, H. S. (2017). Effect of Die and Punch Geometry on Spring
Back in Air Bending of Electrogalvanized CR4 Steel. International Journal
of Applied Engineering Research, 12(11), 2792- 2797.
Gautama, P., Ka’ka, S., Suyuti, M. A., & Susanto, T. A. (2015). Desain Prototipe
Alat Press Tool untuk Pembuatan O-Ring Sistem Pneumatik. Jurnal Teknik
Mesin SINERGI, 12(2), 114-123.
Grizelj, B., Cumin, J., & Grizelj, D. (2010). Effect of spring-back and spring-
forward in V-die bending of St1403 sheet metal plates. Journal for Theory
and Application in Mechanical Engineering, 52(2), 181- 186.
Kumar, A., Viswanath, P., Mahesh, K., Swati, M., Kumar, P. M., Abhijit, A., &
Singh, S. (2010). Prediction of springback in V-bending and design of dies
using finite element simulation. International Journal of Materials and
Product Technology, 39(3-4), 291-301.
Kazan, R., Fırat, M., & Tiryaki, A. E. (2009). Prediction of springback in wipe-
bending process of sheet metal using neural network. Materials & design,
30(2), 418-423.