Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MATA KULIAH PROSES MANUFAKTUR

Dosen Pengampu:
Yekti Condro Winursito, S.T.,M.Sc

Nama : Lusia Khulil Jannah


NPM : 22032010130
Pararel :C

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2023
1. Definisi & Sejarah Proses Manufaktur
Proses manufaktur adalah aktivitas pengubahan dari bahan mentah menjadi
barang jadi atau barang setengah jadi yang menjadikan sebuah barang memiliki
nilai jual yang lebih tinggi. Manufaktur adalah kata yang berasal dari bahasa
Latin, yaitu manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Sedangkan kata
manufacture muncul pertama kali pada tahun 1576, dan kata manufacturing
muncul tahun 1683. Jika kita melihat kata “manufaktur”, dalam arti yang paling
luas, adalah proses merubah bahan baku menjadi suatu produk. Proses merubah
bahan baku menjadi suatu produk ini meliputi (1) perancangan produk, (2)
pemilihan material, dan (3) tahap-tahap proses dimana produk tersebut dibuat.
Pada konteks yang lebih modern, manufaktur melibatkan pembuatan produk dari
bahan baku melalui bermacam-macam proses, mesin dan operasi, mengikuti
perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk setiap aktifitas yang
diperlukan.
2. Sifat Mekanik Material
Ada 8 sifat mekanik material yaitu:
1. Kegetasan atau brittleness
Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum suatu material
mengalami kerusakan atau secara mendadak rusak tanpa munculnya tanda-tanda
terlebih dahulu.
2. Ketangguhan atau toughness
Sifat material ini memiliki keistimewaan yakni mampu menahan beban
impact tinggi atau beban kejut.
3. Kekuatan atau strength
Sifat material yang satu ini ditentukan berdasarkan tegangan paling besar
saat material mampu renggang sebelum akhirnya rusak.
4. Keuletan atau ductility
Material dengan sifat keuletan memiliki kemampuan deformasi terhadap
beban tarik sebelum akhirnya patah.
5. Kekakuan atau stiffness
Sifat material ini mempunyai kemampuan renggang pada tegangan tinggi
dengan tidak diikuti regangan yang besar.
6. Elastisitas atau elasticity
Material yang mempunyai sifat elastisitas adalah material yang dapat
kembali ke dimensi awal sesudah beban dilepaskan atau dihilangkan.
7. Kelenturan atau resilience
Sifat kelenturan ditandai dengan kemampuan material dalam menerima
beban impact yang tinggi tanpa mengakibatkan tegangan lebih pada batas elastis.
8. Kelunakan atau malleability
Sifat kelunakan yang dimiliki oleh suatu material membuat material tersebut
mampu mengalami deformasi plastis terhadap beban tekan sebelum akhirnya
patah. Pada umumnya, material yang sangat liat juga mempunyai sifat cukup
lunak.
3. Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah proses di mana logam cair panas dituangkan ke
dalam cetakan yang berisi potongan berlubang atau rongga dengan bentuk jadi
yang diinginkan.
Ada banyak teknik pengecoran logam yang dapat dipilih. Pemilihan teknik
pengecoran ini tergantung pada logam yang digunakan, ukuran proses, dan
kompleksitas pengecoran. Umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan sifat dasar desain cetakan yaitu
a. Teknik Cetakan Sekali Pakai
Pengecoran cetakan sekali pakai adalah klasifikasi umum yang mencakup
cetakan pasir, plastik, dan cangkang.
b. Teknik Cetakan Permanen
Pengecoran cetakan permanen berbeda dari cetakan sekali pakai dimana
cetakan tidak perlu diperbarui setelah setiap siklus produksi Dalam pelaksanaan
pengecoran untuk logam sendiri, terdapat beberapa proses yang perlu dilakukan.
 Pembuatan pola
 Pembuatan cetakan
 Peleburan dan penuangan logam
 Post-processing
4. Pembentukan Logam
Proses Pembentukan logam adalah proses-proses manufaktur di mana
bentuk benda kerja logam diubah bentuknya melalui deformasi plastis. Deformasi
tersebut dihasilkan dari penggunaan suatu alat/perkakas, seperti “die” dan
“roller”. Alat/perkakas tersebut digunakan dengan cara memberikan tekanan
kepada benda kerja yang melebihi yield strength logam tersebut. Ada 2 klasifikasi
dalam pembentukan logam yaitu:
1. Klasifikasi Berdasarkan Benda Kerja
a. Pembentukan Benda Kerja Logam Masif (pejal/bulk)
Proses deformasi benda masif umumnya ditandai dengan terjadinya
deformasi yang signifikan dan perubahan bentuk yang masif, serta rasio luas
permukaan-volume yang relatif kecil. Teknik pengerjaan dasar benda kerja logam
masif yaitu sebagai berikut.
1) Rolling
Ini adalah proses deformasi tekan di mana
ketebalan pelat logam dikurangi dengan
dua alat silindris berlawanan yang
disebut roller. Roller berputar untuk
menarik benda kerja ke dalam celah di
antara roller tersebut dan menekannya.

2) Forging
Dalam (forging) penempaan, benda kerja dikompresi di antara
dua cetakan yang berlawanan, sehingga bentuk cetakan
diberikan ke pekerjaan. Penempaan secara tradisional
merupakan proses pengerjaan panas, tetapi banyak jenis
penempaan dilakukan dalam keadaan dingin.
3) Extrusion
Dalam proses pembentukan ini, diameter kawat atau batang
bundar dikurangi dengan menariknya melalui lubang cetakan.

b. Pembentukan Benda Kerja Logam Lembaran (pelat/sheet)


Proses pengerjaan logam lembaran adalah operasi pembentukan dan
pemotongan yang dilakukan pada lembaran, strip, atau gulungan logam. Teknik
pengerjaan dasar benda kerja logam lembaran yaitu sebagai berikut.
1) Bending
Bending (Pembengkokan) melibatkan penegangan pelat
logam untuk mengambil sudut sepanjang sumbu lurus
(biasanya).
2) Drawing
Dalam pengerjaan logam lembaran, menggambar
mengacu pada pembentukan lembaran logam
menjadi bentuk berlubang atau cekung, seperti
cangkir, dengan cara meregangkan logam tersebut.
3) Shearing
Proses ini mungkin kurang tepat jika disebut
proses deformasi, karena melibatkan pemotongan
dan bukan pembentukan.
Operasi shearing memotong pekerjaan dengan
menggunakan punch dan die.
2. Klasifikasi Berdasarkan Suhu Pengerjaan Logam
Agar berhasil dibentuk, logam harus memiliki sifat tertentu. Sifat yang
diinginkan termasuk yield strength rendah dan keuletan (ductility) tinggi. Sifat-
sifat ini dipengaruhi oleh suhu. Saat suhu pengerjaan dinaikkan, keuletan akan
meningkat dan yield strength akan berkurang. Pengaruh suhu menimbulkan
perbedaan antara kerja dingin, kerja hangat, dan kerja panas. Laju regangan dan
gesekan merupakan faktor tambahan yang mempengaruhi kinerja dalam
pembentukan logam. Ada 2 macam proses pada klasifikasi ini yaitu sebagai
berikut.
a. Proses Pengerjaan Dingin (Cold working/cold forming)
Pengerjaan dingin adalah pembentukan logam yang dilakukan pada
suhu kamar atau sedikit di atas suhu kamar.
b. Proses Pengerjaan Panas (Hot working/hot forming)
Proses pengerjaan panas adalah pembentukan logam yang melibatkan
deformasi pada suhu di atas suhu rekristalisasi. Suhu rekristalisasi untuk
logam tertentu yaitu sekitar setengah dari titik lelehnya pada skala absolut. Dalam
praktiknya, pengerjaan panas biasanya dilakukan pada suhu agak di atas 0,5Tm. 

Anda mungkin juga menyukai