Anda di halaman 1dari 20

KARYA TULIS ILMIAH

PROSES BENDING PADA MATEIAL BAJA


sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Bahasa
Indonesia

Disusun oleh :
MUHAMMAD IFAL MAULANA

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DR. KHEZ. MUTTAQIEN
PURWAKARTA
2019
Abstrak

Proses bending adalah suatu proses yang termudah dari sekian banyak

proses pembentukan pada sheet metal, dan dapat juga dilakukan dengan peralatan

yang cukup sederhana. Proses bending merupakan salah satu proses di dalam group

proses forming. Pada bagian ini bending dalam industri dijelaskan Bending adalah

proses deformasi secara plastik dari logam terhadap sumbu linier dengan hanya

sedikit atau hampir tidak mengalami perubahan luas permukaan dengan bantuan

tekanan piston pembentuk dan cetakan (die) Sepotong besi dapat menjadi bengkok

akibat tekanan mesin sederhana dengan menggunakan pres yang disebut bending.

Berdasarkan dari hasil proses Bending pada Sheet Metal yang dilakukan, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut, dapat meningkatkan

pemahaman dan penggunaan teori-teori yang diajarkan di bangku kuliah dengan

pengamatan langsung dilapangan khususnya Bending pada Teknik Pembentukan

Logam. Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam proses Bending pada Sheet

Metal diameter mm mulai dari tahap awal sampai tahap akhir. Mengetahui

prosedur-prosedur yang harus diperhatikan dalam keselamatan kerja pada proses

Bending. Pada proses Bending sangat perlu diperhatikan mulai dari SOP dan

keselamatan kerja dan Check Quality pada saat pelaksanakan proses tersebut,

karena akan sangat mempengaruhi kinerja dan hasil produk yang dihasilkan oleh

karyawan yang bersangkutan.


Proses Bending Pada Material Baja

2.1 Material

Material adalah bahan mentah yang belum di proses,tetapi kadang kala telah

di proses sebelum digunakan untuk proses produksi. Di dalam dunia teknik,

material umumnya diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu : material logam,

keramik, glass, elastomer, polymer, dan material komposit. . Sifat material

umumnya diklasifikasikan menjadi sifat mekanik, sifat fisik, sifat kimiawi.

2.1.1 Klasifikasi Material

Berbagai jenis material digunakan manusia untuk memenuhi keperluan

hidupnya. Namun secara garis besar khusus nya pada bidang teknik, material

dikelompokan pada tiga kelompok, yakni:

a) Logam

Logam atau metal adalah material yang paling banyak digunakan

pada biadang teknik.

b) Non logam

Material non logam atau material bukan logam, yakni: polimer, dan

keramik.

c) Komposit
Diartikan sebagai gabungan beberapa bahan, dimana bahan-bahan

yang digabung masih bias terlihat dengan mata telanjang.

Sifat mekanis material selain kekuatan tarik dapat juga ditentukan dari nilai

kekerasan yang dimilikinya. Semakin tinggi nilai kekerasan material maka semakin

besar energi yang dibutuhkan untuk menimbulkan jejak pada permukaannya.

Kekerasan material umumnya berbanding lurus dengan kekuatan tariknya.

Artinya bila kekuatan tarik material tinggi maka kekerasannya juga tinggi

sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 2.1.1. Hubungan Antara Kekerasan dan Kekuatan Tarik

Dari gambar 2.1.1. Terlihat bahwa kekerasan baja (steel), kuningan (brass)

dan besi tuang nodular (nodular cast iron) meningkat seiring dengan naiknya

kekuatan tarik masing-masing. Pada kekuatan tarik 1000 MPa, kekerasan baja

adalah 30 HRC kemudian ketika kekuatan tariknya naik menjadi 1500 MPa maka

kekerasannya juga meningkat pada angka 45 HRC. Peningkatan kekerasan juga


diperlihatkan oleh besi tuang nodular, yaitu meningkat dari 200 Brinell pada

kekuatan tarik 600 MPa, menjadi 275 Brinnel ketika kekuatan tarik naik ke angka

1000 MPa. Berdasarkan hubungan ini, maka untuk mengetahui kekuatan material,

pengujian UTM dapat diwakili dengan menggunakan pengujian kekerasan

(Hardness Tester).

Walaupun demikian, pengujian kekerasan tidak dapat menggantikan

kedudukan dari pengujian tarik karena pada dasarnya pengujian kekerasan adalah

untuk melihat kemampuan permukaan material dalam menerima beban deformasi

plastis pada titik tertentu saja. Berbeda dengan pengujian tarik yang melihat

kemampuan material secara keseluruhan (bulk) untuk menerima beban sampai

putus.

Gambar 2.1.2. Diagram uji tarik

Kaitanya dengan uji tarik adalah, pada saat dilakukan penekukan maka sisi

yang lain dari suatu sheet metal akan tertarik, dan jika melebihi batas elastisitasnya

maka akan terjadi retakan dan bisa sampai menjadi patah pada Material Logam

tersebut. Maka hal ini perlu diperhatikan dengan teliti, agar pembentukan menjadi

sempurna.

2.2 Pengertian Logam


Sebuah logam atau metal adalah material ( sebuah unsur senyawa dan

paduan ) yang biasanya keras tak tembus cahaya, berkilau, dan

memiliki konduktivitas listrik dan termal yang baik. Logam umumnya liat, yaitu

dapat ditempa atau ditekan permanen hingga berubah bentuk tanpa patah atau retak

dan juga fusibel (bisa dilelehkan) dan ulet (dapat ditarik hingga membentuk kawat

halus). Sekitar 91 dari 118 unsur dalam tabel periodik adalah logam, sisanya

adalah nonlogam atau metaloid. Beberapa unsur menunjukkan sifat baik logam dan

nonlogam sekaligus.

Banyak unsur dan senyawa yang tidak diklasifikasikan secara normal

sebagai logam menjadi logam pada tekanan tinggi; ini terbentuk sebagai alotropi

metalik dari non logam

2.3 Pembentukan Logam

Pembentukan logam atau metal forming adalah proses melakukan

perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara memberikan gaya luar sehingga

terjadi deformasi plastis, contoh : pengerolan, tempa, ekstrusi, penarikan kawan,

penarikan dalam, dll. Proses pemebentukan logam dengan pengerjaan Teknik

pengecoran, Teknik pembentukan, Teknik permesinan, Teknik pengelasan,

merupakan proses yang mengubah bentuk benda kerja. Proses pengerjaan panas,

digunakan pemanasan, dimaksudkan untuk memudahkan terjadinya deformasi

plastis dalam pengerjaannya dan tidak untuk mencairkan logam benda kerja.

2.4 Teori Bending


Pembengkokan (logam) atau penekukan atau bending adalah proses

deformasi secara plastik dari logam terhadap sumbu linier dengan hanya sedikit

atau hampir tidak mengalami perubahan luas permukaan dengan bantuan tekanan

piston pembentuk dan cetakan (die). Sepotong besi dapat menjadi bengkok akibat

tekanan mesin sederhana dengan menggunakan pres yang disebut bending.

Biasanya pekerjaan bending menggunakan sepotong besi panjang, lembaran logam

ataupun piring.

Bending biasanya memakai die berbentuk V, U, W atau yang lainnya.

Bending menyebabkan logam pada sisi luar sumbu netral mengalami tarikan,

sedangkan pada sisi lainnya mengalami tekanan.

2.5 Gaya Pada Bending

Pada proses bending gaya-gaya yang terjadi saling berlawanan arah, hampir

sama dengan proses cutting. Tetapi pada proses bending gaya gaya yang terjadi

terpisah jauh, apalagi pada V-bending. Pada proses cutting, jarak antara 2 gaya

adalah sebesar clearance, yaitu antara 4% sampai dengan 5% dari tebal sheet metal.

Sedangkan pada proses bending (U bending), jarak antara dua gaya adalah sebesar

tebal material+radius dari punch dan die. Pada proses bending, strees hanya terjadi

pada bagian radius yang dibentuk, sedangkan pada radius bagian dalam terjadi

sebaliknya yaitu compression-strees. Karena hal tersebut, bila terjadi kerusakan

proses, maka pada radius bagian luar akan terjadi crack dan kerutan pada bagian

dalam.

Adapun proses bending dapat dibagi menjadi 8 bagian :


1. Angle Bending

Angle bending adalah pembentukan plat atau besi dengan menekuk bagian

tertentu plat untuk mendapatkan hasil tekukan yang diinginkan. Selain

menekuk, dengan pekerjaan ini dapat memotong plat yang disisipkan dan juga

dapat membuat lengkungan dengan sudut sampai +- 150o pada lembaran logam.

Contoh hasil pekerjaan.

a. Potongan plat (benda kerja las karbit)

b. Plat bentuk L,V, dan U

c. dll

2. Press Brake Bending

Press brake bending adalah suatu pekerjaan bending yang menggunakan

penekan dan sebuah cetakan (die). Proses ini membentuk plat yang diletakkan

diatas die lalu ditekan oleh penekan dari atas sehingga mendapatkan hasil tekukan

yang serupa dengan bentuk die. Umumnya die berbentuk U, W, dan ada juga yang

mempunyai bentuk tertentu.

3. Draw Bending

Draw bending yaitu pekerjaan mencetak plat dengan menggunakan roll

penekan dan cetakan. Roll yang berputar menekan plat dan terdorong kearah

cetakan. Pembentukan dengan draw bending ini sangat cepat dan menghasilkan

hasil banyak, tetapi kelemahannya adalah pada benda yang terjadi springback yang

terlalu besar sehingga hasil menjadi kurang maksimal.

4. Roll Bending
Roll bending yaitu bending yang biasanya digunakan untuk membentuk

silinder, atau bentuk-bentuk lengkung lingkaran dari pelat logam yang disisipkan

pada suatu roll yang berputar. Roll tersebut mendorong dan membentuk plat yang

berputar secara terus menerus hingga terbentuklah silinder

5. Roll Forming

Dalam roll pembentukan, bahan memiliki panjang dan masing-masing

bagian dibengkokkan secara individual oleh roll. Untuk menekuk bahan yang

panjang, menggunakan sepasang roll yang berjalan.

Dalam proses ini juga dikenal sebagai forming dengan membentuk kontur

kontur melalui pekerjaan dingin (cold working) dalam membentuk logam. Logam

dibengkokkan secara bertahap dengan melewatkan melalui serangkaian roll. Bahan

roll umumnya terbuat dari besi baja karbon atau abu-abu dan dilapisi krom untuk

ketahanan aus.

Proses ini digunakan untuk membuat bentuk-bentuk kompleks dengan

bahan dasar lembaran logam . Tebal bahan sebelum maupun sesudah proses

pembentukan tidak mengalami perubahan.

Produk yang dihasilkan dari pengerjaan ini adalah saluran pipa, besi pipa, dll

6. Seaming

Seaming adalah operasi bending yang digunakan untuk menyambung ujung

lembaran logam sehingga membentuk benda kerja, sambungan dibentuk dengan

rol-rol kecil yang disusun secara berurutan.

Contoh hasil pengerjaan seaming seperti kaleng, drum, ember, dsb.

7. Straightening
Straightening merupakan proses yang berlawanan dengan bending ,

digunakan untuk meluruskan lembaran logam . Pada umumnya straightening

dilaksanakan sebelum benda kerja dibending. Proses ini menggunakan rol-rol yang

dipasang sejajar dengan ketinggian sumbu rol yang berbeda.

8. Flanging

Proses Flanging sama dengan seaming hanya saja ditunjukkan untuk

melipat dan membentuk suatu permukaan yang lebih besar.

Contoh hasil pekerjaan flanging yaitu cover cpu pada komputer, seng berpengait,

dll

2.5.1 Kegagalan Proses Pembendingan

Dalam proses pekerjaan bending, ada beberapa kemungkinan gagal pembentukan

benda yang terjadi, diantaranya yaitu:

1. Springback

Springback terjadi karena semua benda - benda memiliki modulus tertentu

dari elastisitas, perubahan logam diikuti dengan pemulihan lenting pada pulihan

beban. Dalam pembentukan, pemulihan ini dikenal sebagai springback., sudut

lengkung akhir setelah diberi kekuatan tekanan/pembentukan lebih kecil dan radius

lengkung akhir lebih besar dari yang sebelumnya.

Sudut lengkung yang dihasilkan menjadi lebih besar setelah pembentukan

dilakukan. Kegagalan springback negatif dapat berupa kembalinya bentuk benda

menuju ke bentuk semula.

2. Sobek
Kegagalan ini disebabkan karena keelastisan benda yang kurang atau pada

saat pembentukan terjadi tumbukan yang terlalu besar sehingga benda yang

dibentuk menerima tekanan lebih yang menyebabkan sobek. Umumnya sobek

terjadi pada pengerjaan yang menggunakan benda plat atau piringan.

3. Patah

Salah satu kegagalan dalam proses pembendingan yaitu patah. Penyebab

patah antara lain terlalu kerasnya benda yang dibentuk. Benda yang didorong atau

ditekan dalam cetakan tidak memiliki elastisitas yang cukup, sehingga tekanan yang

dilakukan bukan membentuk tapi mematahkan. Sebab lain yaitu berulang kalinya

penekukan yang dilakukan pada benda di titik tekukan yang sama. Tekukan

berulang kali yang diberikan tidak dapat diterima oleh logam yang dibentuk,

sehingga terjadilah patahan, bahkan untuk logam yang termasuk elastis, gagal patah

bisa terjadi
2.6 Perhitungan Tekukan

L = La + Lb + Lp

T Rn ,n.a°
r
180

Rn = Rd + X

La = Lb = L1 - (Rd + S)

Keterangan :

L = Panjang bahan sebelum penekukan

Lp = Bend allowance ( pertambahan panjang tekukan )

S = Tebal bahan

Rn = Jari - jari dari titik pusat ke sumbu radius

Rd = Jari - jari dari busur dalam

S = tebal plat / batang


C = Koefisien bengkokan ynag tergantung dari macam bahan

Balian C Rd
St. 37/St. 50 0,5 0,5 .S
Tembaga 0,25 0,25 .S
Kuning an 0,35 0,35 .S

Perunggu 1,2 1,2 .S

Aluminium 0,7 0,7 .S


Alu Mg 1,4 1,4 .S

a X
o

S /2
i

3 CP -120° S /3

12CP - 180° S /4

x = Jarak antara jari - jari dalam Rd dan sumbu netral

x . a = Sudut tekukan
2.6.1 Faktor pemantulan (K)

K = a2/a1 Keterangan :

K = Faktor pemantulan kembali a1 = Sudut pembengkokan

a2 = Sudut efektif

Bah an R/S K
St. 37 1 0,99
10 0,97
Stainless steel 1 0,96
10 0,92
Alumunium 99% 1 0,99
10 0,98
Kuning an 1 0,91
10 0,93

(Pardjono dan Sirod Hantoro, 1991 : 111)


2.7 Mesin Bending

Bending merupakan pengerjaan dengan cara memberi tekanan pada bagian

tertentu sehingga terjadi deformasi plastis pada bagian yang diberi tekanan.

Sedangkan proses bending merupakan proses penekukan atau pembengkokan

menggunakan alat bending manual maupun menggunakanmesin bending.

Pengerjan bending biasana dilakukan pada bahan plat baja karbon rendah untuk

menghasilkan suatu produk dari bahan plat.

2.7.1 Bagian-bagian Mesin Bending

Gambar 2.7.1. Bagian – bagian Mesin Bending

2.8 Proses Bending pada Material Logam

Proses Bending adalah proses pembengkokan atau penekukan. Proses

bending Plat adalah proses penekukan plat dengan alat bending baik manual

maupun dengan menggunakan Mesin Bending. Material plat bisa dibending dengan

menggunakan pisau bending dan dies.


Jenis Bendingan :

1. Bendingan Lurus

Bendingan Lurus adalah Bendingan yang hasil bendingnya berbentuk garis atau

lurus.

2. Bendingan Radius

Bendingan Radius adalah Bendingan yang hasil bendingnya berbentuk Radius.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum proses bending :

1. Material yang dibending harus mampu bending

2. Tebal Material yang dibending masih dalam kapasitas alat bending.

3. Pemilihan V dies yang digunakan harus tepat

4. Profil bendingan bisa diproses dengan peralatan yang ada atau tidak

2.9 Proses Fabrikasi

Fabrikasi adalah proses manufaktur dimana item atau barang dibuat

dari bahan baku mentahatau setengah jadi bukannya dirakit dari komponen yang

sudah siap pakai. Dan fabrikasi juga dapat diartikan sebagai salah satu proses

operasional dari perusahaan manufaktur.


4.1 Proses produksi

Proses produksi adalah hasil akhir dari suatu pelaksanaan fisik dari perencanaan bejana tekan,

menjelaskan bagaimana proses produksi (Fabrikasi) proses Bending pada Material Logam, yang

mana bagian-bagian yang terdapat pada proses tersebut harus direncanakan mulai dari persiapan,

marking, pembentukan, dan finishing yang memerlukan waktu dan prosedur yang baku sesuai

dengan standarisasi atau pun peraturan-peraturan oleh badan berwenang, guna menghindari

kesalahan yang mengakibatkan tidak layak digunakan akibat kesalahan perencanaan dan fabrikasi

yang harus diikuti.

Tahap pembuatan dan langkah kerja pada proses Bending pada Material Logam di PT. Perkasa

Heavyndo Engineering dimulai dari :

4.2 Gambar Kerja

Departemen Engineering telah melakukan perancangan gambar kerja keseluruhan dan tiap

komponen yang telah disetujui oleh owner dan bisa digunakan sebagai referensi kerja difabrikasi.

4.3 Pre Fabrikasi

4.3.1 Marking

Setelah gambar kerja selesai dibuat kemudian gambar kerja di distribusikan ke masing-masing

departemen, salah satunya ke departmen Material Planning and Control (MPC). Departmen MPC

mempunyai tugas untuk membuat rencana pemotongan material (nesting plan), tujuannya adalah

untuk merencanakan pemotongan berdasarkan gambar dan pemotongan tersebut dapat


mengefisienkan dengan material yang tersedia. Nesting plan kemudian di distribusikan ke departmen

Preparasi untuk proses pemotongan.

Langkah kerja :

1) Sebelum melakukan proses marking, yakinkan bahwa material yang akan dipakai

memenuhi persyaratan teknis (spesifikasi, ukuran, ketebalan, heat number dan lain-lain)

dan telah lolos dari pengecekkan Quality Control ( QC ).

2) Transper identifikasi material untuk setiap item meliputi spesifikasi material, Heat

No,Drg.No.Part NO.Dengan menggunakan die stamp ( Khusus produk ASMEkode “ G “

untuk material yang tidak memerlukan proses heat treatment atau kode “ MT “ untuk

material yang mengharuskan proses Heat treatment ) atau steel marker.

3) Melakukan marking sesuai dengan nesting plan.

4) Allowance untuk mengantisipasi adanya welding shrinkage & over cut

5) Quality Control (QC) memeriksa dan meyakinkan bahwa tidak ada kesalahan dalam proses

marking,dilanjutkan dengan pemotongan material yang dimaksud.

Gambar 4.3.1. Proses Marking

4.3.2 Cutting
Pemotongan plat atau pun pipadilakukan sesuai dengan ukuran yang telah di markingyang telah

melalui proses Quality Control (QC).

Langkah kerja :

1) Finishing ujung nozzle untuk butt weld menggunakan machining atau dengan grinding.

2) Tempatkan semua material yang sudah dipotong pada tempat tertentu.

3) Untuk material stainless steel, cutting menggunakan plasma cutting.

4) Material yang telah selesai dipotong harus dilakukan pengecekan oleh QC sebelum

dilakukan proses penyetelan.

Gambar 4.3.2. Proses Cutting

4.3.3. Proses Bending


Proses Bending atau tekuk merupakan metode pembentukan logam akhir dari proses ini yang

bertujuan untuk menekuk material. Material yang masih berbentuk flat akan dibentuk menjadi

serupa huruf U atau V. Tahapan pegerjaan Bending sebagai berikut:

Langkah kerja :

1) Siapkan peralatan yang diperlukan untuk proses pengerollan mal (template), rol meter dan

lain-lain.

2) Perhatikan kapasitas mesin dan ketebalan benda kerja yang akan dilakukan proses

pengerollan.

3) Perhatikan petunjuk yang ada pada gambar sebelum melakukan proses penekukan.

4) Material yang akan ditekuk harus dalam keadaan bersih ,bebas dari kerak yang akan

merusak kehalusan dari hasil bending.

5) Material yang telah selesai pengerollan harus dilakukan pengecekan oleh QC sebelum

proses penyetelan.

Gambar 4.3.3 Proses dan Hasil Bending

Anda mungkin juga menyukai