NIM
: 13714035
Kelompok
:6
(13714006)
Egi Setiawan
(13714007)
(13714032)
(13714035)
(13714039)
Tanggal Praktikum
(13712049)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Logam merupakan salah satu material yang banyak digunakan saat ini,
baik untuk produk kebutuhan sehari-hari hingga produk yang digunakan untuk
keperluan yang khusus. Dalam prosesnya, logam diperoleh dari mineral yang
mengandung unsur logam tersebut dan kemudian diekstraksi. Logam yang
telah diperoleh biasa dicetak dalam bentuk ingot yang siap untuk diolah lebih
lanjut menjadi produk jadi.
Dalam prosesnya, ingot pasti diberikan perlakuan agar dapat dijadikan
produk jadi. Salah satu perlakuan yang dilakukan adalah dengan mengubah
bentuk ingot tersebut melalui proses metal forming. Metal forming terdiri dari
berbagai macam proses, salah satunya adalah cold rolling.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Metal Forming adalah :
1. Menentukan nilai kekerasan spesimen sebelum dan setelah proses
pengerolan.
2. Menentukan nilai konstanta strain hardening (n) spesimen uji.
3. Menentukan nilai konstanta kekerasan (K) spesimen uji.
4. Menentukan nilai gaya dan daya pengerolan spesimen uji berdasarkan
perhitungan dan pengukuran.
5.
Page 2 of 37
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Klasifikasi Proses Pembentukan Logam
Secara umum, prinsip dari proses pembentukan logam adalah pemberian
deformasi yang bersifat permanen terhadap logam tanpa terjadi kegagalan
(cracking atau fracturing). Oleh karena itu, tegangan yang diberikan pada logam
harus melebihi nilai yield strength yang dimiliki logam tersebut, namun tidak
boleh melebihi nilai ultimate tensile strength.
Klasifikasi proses pembentukan logam berdasarkan gaya yang diberikan
pada benda kerja adalah sebagai berikut :
a. Direct-Compression Processes
Pembentukan logam dilakukan dengan memberikan gaya tekan
yang searah dengan arah aliran benda kerja. Pada proses ini, logam akan
mengalami tegangan tekan secara langsung dari gaya yang diberikan.
Contoh direct-compression process adalah proses forging dan rolling.
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.1 Proses Forging dan Rolling.
b. Indirect-Compression Processes
Pembentukan logam dilakukan dengan memberikan gaya primer,
biasanya gaya tarik. Pada proses ini, logam akan mengalami tegangan
tekan secara tidak langsung dari gaya yang diberikan, dimana tegangan
tekan berasal dari kontak antara logam dengan cetakan. Contoh indirectcompression processes adalah wire drawing, extrusion, dan deep drawing.
Page 3 of 37
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.2 Proses Wire Drawing, Extrusion, dan Deep Drawing.
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.3 Proses Stretch Forming.
d. Bending Processes
Pembentukan logam dilakukan dengan memberikan gaya bending
pada logam sehingga terjadi deformasi plastis pada logam. Umumnya,
bentuk logam yang digunakan pada metode ini adalah logam dengan
bentuk pelat.
Page 4 of 37
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.4 Proses Bending.
e. Shearing Processes
Pembentukan logam dilakukan dengan memberikan gaya geser
sehingga logam akan mengalami tegangan geser agar terjadi rupture pada
bidang gesernya.
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.5 Proses Shearing.
Temperatur Kerja
Fenomena yang
Hot Working
T > Trekristalisasi
Logam mengalami
Cold Working
T < Trekristalisasi
Logam mengalami strain
Page 5 of 37
Terjadi
Toleransi Dimensi
Permukaan Hasil
rekristalisasi.
Tidak dapat dicapai.
Kasar akibat terjadinya
hardening.
Dapat dicapai.
Halus akibat tidak
Proses
Exuiaxial
Lebih rendah, kecuali
logam.
Elongated
Lebih tinggi, kecuali
Bentuk Butir
Sifat Mekanik
reduksi area.
Page 6 of 37
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.6 Macam Konfigurasi Rolls. (a) Two-High, Pullover; (b) Two-High, Reversing; (c)
Three-High; (d) Four-High; (e) Cluster.
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.7 Konfigurasi Rolls Four-Stand Continuous Mill.
Page 7 of 37
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.8 Konfigurasi Rolls Planetary Mill.
Hot Rolling
Tproses > Trekristalisasi
Permukaan produk kasar akibat
Cold Rolling
Tproses < Trekristalisasi
Permukaan produk halus karena
dicapai.
dan penyusutan.
Diameter rolls 0.18 25 mm.
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.9 Skema Pengerolan.
Page 9 of 37
Pr cos Pr sin
Tan
Dimana :
= koefisien gesek antara permukaan roll dengan benda kerja
= sudut kontak
Besar gaya pengerolan adalah :
P= p b L p
Dimana :
P = gaya pengerolan (MN)
p = tekanan pengerolan rata-rata (MPa)
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.10 Distribusi Tekanan Roll di Sepanjang Busur Kontak
Page 10 of 37
Selain gaya, pada proses pengerolan juga terdapat usaha atau energi yang
dilakukan sebagai berikut :
a. Homogeneous Work
Usaha yang dibutuhkan untuk mereduksi cross-section benda kerja.
b. Frictional Work
Usaha yang dibutuhkan untuk melewatkan benda kerja terhadap
tahanan gesekan.
c. Redundant Work
Usaha yang dibutuhkan untuk mengubah arah aliran benda kerja.
2
1( Q ) D
o A
e 1 b
h
3
Q
2
Page 11 of 37
1 3=
2
0= ' 0
3
Page 12 of 37
(Sumber : G. E. Dieter, Metallurgy, 3rd ed., McGraw-Hill, New York, 1986, p.504.)
Gambar 2.11 Cacat pada Pengerolan. (a) Wavy Edge; (b) Zippering; (c) Side Cracks; (d)
Lateral Spread; (e) Alligatoring.
Page 13 of 37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pengujian metal forming adalah sebagai
berikut :
Menyiapkan spesimen uji berupa pelat tembaga.
Melakukan pengujian tarik untuk material yang sama dengan material spesimen uji.
Melakukan proses cold rolling sebanyak 3x dengan reduksi sebanyak 25%, 50%, dan 75%.
Mengukur nilai kekerasan akhir spesimen hasil cold rolling setiap reduksi 25%.
Mengukur lebar akhir spesimen hasil cold rolling setiap reduksi 25%.
Page 14 of 37
BAB IV
DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Percobaan
Mesin Rolling
Diameter roll (D)
: 80 mm
Koefisien gesekan ()
: 0.1
: 4 rad/s
: 0.45
Spesimen Uji
Jenis material : Tembaga
Tabel 4.1 Data Awal Spesimen Sebelum Diberi Perlakuan
No.
Panjang (mm)
Lebar (mm)
Tebal (mm)
Kekerasan (HRE)
99.09
18.33
10.05
65.5
99.08
18.48
9.99
65.5
99.31
18.68
9.98
65.5
Rata-rata
99.16
18.49
10.01
65.5
Reduksi
25%
50%
Tahap
Tegangan (V)
9.51
1.68
8.86
2.01
8.25
2.09
7.54
2.10
6.82
2.62
6.31
2.16
5.67
2.36
Page 15 of 37
75%
5.01
2.30
4.35
2.66
3.80
2.64
3.18
2.79
2.52
2.79
Reduksi
25%
50%
75%
No.
Kekerasan (HRE)
65
65
63
67
67.5
69
69
70
69
64
67.83
69.5
Page 16 of 37
64
62
60
0%
25%
50%
75%
Reduksi
Page 17 of 37
eng =
F
A0
eng =
dan
l i l o l
=
lo
lo
Dimana :
Ao = luas penampang awal = 64.05 mm2 (diketahui dari kurva uji tarik)
lo = panjang awal spesimen = 12.81 mm (diketahui dari kurva uji tarik)
Selanjutnya, nilai true stress dan true strain dapat dihitung melalui
persamaan :
true = eng ( eng +1)
dan
Kemudian dari nilai true stress dan true strain yang telah diperoleh dapat
dihitung nilai koefisien strain hardening dan konstanta kekuatannya melalui
persamaan flow stress.
=K n
Dengan :
= true stress pada daerah setelah yield sampai sesaat sebelum uts
K = konstanta kekuatan
n = koefisien strain hardening
= true strain pada daerah setelah yield sampai sesaat sebelum uts
No.
F (N)
A (mm2)
l (mm)
lo (mm)
eng
eng
true
true
Page 18 of 37
Log true
Log
(MPa)
(MPa)
(MPa)
16130
64.05
0.13
12.81
251.83
0.0101
254.39
0.0100
2.4055
-1.9
16270
64.05
0.39
12.81
254.02
0.0304
261.75
0.0299
2.4178
-1.5
16340
64.05
0.78
12.81
255.11
0.0608
270.64
0.0591
2.4324
-1.2
16410
64.05
1.05
12.81
256.20
0.0819
277.20
0.0787
2.4428
-1.1
16419
64.05
1.31
12.81
256.34
0.1022
282.56
0.0973
2.4511
-1.0
Page 19 of 37
260
250
240
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
True
2.44
2.43
2.42
2.41
2.4
2.39
-2.2
-2
2.38
-1 -0.8
Page 20 of 37
y = 0.0458x + 2.0932
dimana persamaan flow stress nya adalah :
log = n log + log K
sehingga didapatkan :
n = 0.0458
log K = 2.0932
K = 123.936 MPa
Berdasarkan literatur2, nilai koefisien strain hardening untuk tembaga
adalah 0.44 dengan konstanta kekerasan 530 MPa.
h0 awal
h0 i
h0 awal
hfi
h0 i
hfi
Page 21 of 37
o + f
2
dengan
h=h0 hf
h0+ h
2
hm =
f
dengan
1
=
d
f o o
P=
2
1
b Lp ( e Q 1 )
Q
3
Page 22 of 37
N (kW )=
4 aPn
60000
a=L p
dengan
Reduksi
25%
50%
Tahap
h0 (mm)
hf (mm)
hm
(mm)
h
(mm)
Lp (mm)
10.01
9.51
9.76
0.50
4.47
0.045
0.051
0.051
0.025
10
9.51
8.86
9.18
0.65
5.09
0.055
0.051
0.122
0.070
0.086
11
8.86
8.25
8.55
0.61
4.93
0.057
0.122
0.193
0.071
0.157
11
8.25
7.54
7.89
0.71
5.32
0.067
0.193
0.283
0.089
0.238
11
7.54
6.82
7.18
0.72
5.36
0.074
0.283
0.383
0.100
0.333
11
6.82
6.31
6.56
0.51
4.51
0.068
0.383
0.461
0.077
0.422
11
6.31
5.67
5.99
0.64
5.05
0.084
0.461
0.568
0.106
0.514
12
5.67
5.01
5.34
0.66
5.13
0.096
0.568
0.692
0.123
0.630
12
Page 23 of 37
75%
5.01
4.35
4.68
0.66
5.13
0.109
0.692
0.833
0.141
0.762
12
4.35
3.80
4.07
0.55
4.69
0.115
0.833
0.968
0.135
0.900
12
3.80
3.18
3.49
0.62
4.97
0.142
0.968
1.146
0.178
1.057
12
3.18
2.52
2.85
0.66
5.13
0.180
1.146
1.379
0.232
1.263
12
Terukur
P (N)
P (N)
N (kW)
10105.51
N (kW)
17.0288
1.68
4800
8.0884
12387.74
23.8007
2.01
6250
12.0081
12359.30
23.0038
2.09
6600
12.2842
13657.36
27.4243
2.1
6255
12.5602
14019.08
28.3482
2.62
6700
13.5482
11892.79
20.2399
2.16
7000
11.9130
13550.59
25.8338
2.36
8000
15.2517
13971.87
27.0500
2.3
7700
14.9074
14192.23
27.4766
2.66
9300
18.0051
13090.53
23.1355
2.64
9200
16.2596
14199.57
26.6447
2.79
9750
18.2953
15057.72
29.1522
2.79
9750
18.8763
Page 24 of 37
Daya - Reduksi
35
30
25
20
Daya Terhitung
Daya (kW) 15
Daya Terukur
10
5
0
0.25
0.5
0.75
Reduksi
Page 25 of 37
BAB V
ANALISIS DATA
Pada pengujian pengerolan kali ini, spesimen yang digunakan adalah pelat
tembaga. Spesimen terlebih dahulu diukur dimensi dan kekerasannya sebelum
dilakukan proses pengerolan. Setelah dilakukan proses pengerolan, kekerasan
spesimen pada reduksi 25% mengalami penurunan, hal tersebut tidak sesuai
dengan teori, yaitu seharusnya kekerasan spesimen bertambah akibat adanya
strain hardening. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh ketika pengujian
keras yang dilakukan sebanyak 3x, jarak antar indentasi terlalu dekat (kurang dari
3-5 diameter indentor) sehingga terdapat distorsi dan permukaan spesimen tidak
rata baik karena adanya kotoran maupun bentuknya yang tidak rata akibat proses
pengerolan sehingga nilai kekerasan yang terukur menjadi tidak akurat. Untuk
kekerasan spesimen pada reduksi 50% mengalami peningkatan, karena terjadi
fenomena strain hardening akibat adanya multiplikasi dislokasi ketika spesimen
mengalami deformasi plastis. Begitu pula dengan nilai kekerasan spesimen pada
reduksi sebesar 75% yang mengalami peningkatan kekerasan akibat adanya
fenomena strain hardening.
Kemudian, berdasarkan pengolahan data uji tarik, diperoleh nilai koefisien
strain hardening dan konstanta kekerasan tembaga adalah 0.0458 dan 123.936
MPa. Nilai koefisien strain hardening yang dihitung sudah hampir sesuai dengan
nilai yang ada pada literatur2, yaitu 0.0458. Sedangkan untuk nilai konstanta
kekerasan sangat berbeda jauh dengan literatur, yaitu 123.936 MPa, seharusnya
530 MPa. Hal tersebut disebabkan oleh data yang diperoleh dari literatur
merupakan data untuk tembaga yang telah diberi perlakuan annealing, sedangkan
spesimen tembaga yang digunakan pada praktikum ini tidak diketahui apakah
sudah mengalami perlakuan annealing atau belum.
Berdasarkan pengolahan data pengerolan, diperoleh kurva daya terhadap
reduksi baik daya yang terhitung maupun daya yang terukur. Daya yang terhitung
nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai daya yang terukur. Hal
Page 26 of 37
tersebut disebabkan oleh banyak faktor. Pada saat proses pengerolan berlangsung,
spesimen mengalami bending dan bentuknya menjadi melengkung, hal tersebut
disebabkan oleh deformasi terjadi tidak homogen. Dengan begitu, nilai ketebalan
untuk tiap titik pada spesimen juga akan berbeda-beda dan menjadi tidak akurat.
Selain itu, terjadi penambahan lebar spesimen setelah dilakukan proses
pengerolan. Dengan adanya penambahan lebar spesimen, maka spesimen tidak
dalam kondisi plane strain, sehingga persamaan plane strain seharusnya tidak
dapat digunakan. Untuk daya yang terukur, data yang digunakan berasal dari
kurva kalibrasi load cell mesin roll bulan September 2009. Data tersebut sudah
dapat dibilang lama (7 tahun yang lalu), dan bisa saja terdapat perbedaan kalibrasi
pada mesin roll tahun 2009 dengan tahun 2016.
Page 27 of 37
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum metal forming adalah :
1. Nilai kekerasan spesimen sebelum dan setelah proses pengerolan adalah
sebagai berikut :
Reduksi
0%
65.5
25%
64
50%
67.83
75%
69.5
Terukur
P (N)
P (N)
N (kW)
V
N (kW)
10105.51
17.0288
1.68
8.0884
12387.74
23.8007
2.01
12.0081
12359.30
23.0038
2.09
12.2842
13657.36
27.4243
2.1
12.5602
14019.08
28.3482
2.62
13.5482
11892.79
20.2399
2.16
11.9130
13550.59
25.8338
2.36
15.2517
13971.87
27.0500
2.3
14.9074
14192.23
27.4766
2.66
18.0051
Page 28 of 37
13090.53
23.1355
2.64
16.2596
14199.57
26.6447
2.79
18.2953
15057.72
29.1522
2.79
18.8763
6.2 Saran
Saran dari praktikum metal forming adalah sebagai berikut :
1. Spesimen uji digrinding terlebih dahulu sebelum dilakukan uji keras.
2. Spesimen diuji tarik terlebih dahulu agar nilai koefisien strain hardening
dan konstanta kekerasannya akurat.
3. Mengkalibrasi kembali mesin roll.
4. Menggunakan konfigurasi roll yang sesuai agar tidak terjadi roll bending.
Page 29 of 37
DAFTAR PUSTAKA
1. Dieter, George E. 1986. Mechanical Metallurgy. New York: McGraw-Hill.
2. https://en.wikipedia.org/wiki/Strain_hardening_exponent, diakses pada 23
November 2016 pukul 23.30.
Page 30 of 37
LAMPIRAN
Pertanyaan Setelah Praktikum
1. Jelaskan mengapa pelat hasil pengerolan sering tidak lurus dan tebalnya
tidak seragam?
Jawab :
Hal tersebut disebabkan oleh roll mengalami deformasi, baik roll bending
maupun roll flattening terutama apabila kekakuan antara roll dengan benda
kerja hampir sama. Selain itu, deformasi plastis yang tidak homogen juga
dapat menyebabkan ketebalan pelat tidak seragam, serta gaya gesek yang
tidak konstan.
2. Menurut perkiraan saudara, adakah pengaruh kecepatan pengerolan
terhadap daya dan gaya pada proses rolling?
Jawab :
Ya, kecepatan pengerolan dapat mempengaruhi gaya dan daya pada proses
pengerolan. Semakin besar kecepatan pengerolan, maka gaya gesek yang
terjadi akan semakin tinggi, dan semakin tinggi pula daya dan gaya
pengerolan yang dibutuhkan.
3. Jelaskan kegunaan proses annealing pada tembaga hasil cold work!
Gambarkan struktur mikro spesimen tembaga sebelum dan sesudah cold
work serta setelah di anneal!
Jawab :
Annealing berguna untuk menghilangkan internal stress yang dimiliki oleh
tembaga akibat bekas proses pemesinan sebelumnya. Dengan adanya
proses annealing, proses cold work dengan reduksi yang cukup besar akan
lebih mudah dilakukan. Berikut adalah gambar struktur mikro tembaga
sebelum dan sesudah cold work serta setelah di anneal.
Page 31 of 37
Hubungan f dengan i
130
125
120
f
(MPa) 115
110
105
100
0
Page 32 of 37
Daya - Reduksi
35
30
25
20
Daya Terhitung
Daya (kW) 15
Daya Terukur
10
5
0
0.25
0.5
0.75
Reduksi
Page 33 of 37
25%
50%
75%
Reduksi
Page 34 of 37
Page 35 of 37
Page 36 of 37
Page 37 of 37