Modul A
PROSES PENGEROLAN LOGAM (METAL ROLLING)
Oleh:
Genby Ardinugraha
13718023
Anggota:
Kelompok 12
Rafli Fadhillah Rasyad 13717025
Genby Ardinugraha 13718023
R Erlangga M W 13718039
Ngakan Made Ramadipa A R 13718057
Aulia Nur Lathifa 13718061
1.2 Tujuan
1. Mengukur nilai kekerasan tembaga sebelum dan sesudah proses
pengerolan.
2. Mengukur dan menghitung besar gaya pengerolan tembaga dari
proses pengerolan dan hasil uji tarik untuk tiap tahapan reduksi.
3. Menghitung besar daya pengerolan tembaga dari proses pengerolan
dan hasil uji tarik untuk tiap tahapan reduksi.
BAB II
TEORI DASAR
1) Direct-compression-type processes
2) Indirect compression processes
3) Tension type processes
4) Bending processes
5) Shearing processes
Gaya yang mengenai benda kerja adalah compress dari roll atas
dan roll bawah, serta juga dari tahanan searah bidang lebar bidang benda
kerja agar benda kerja tidak melebar. State of stress dari gaya-gaya yang
bekerja pada bidang tersebut adalah sebagai berikut.
d. Yield criterion.
σmax−σmin
τ max=
2
σy 2=σ 12 −σ 1 σ 2+ σ 22
Gambar 2.4 (a) kiri, Von Mises ; (b) kanan Tresca[7]
ϵa
1
σ́ o= ∫ σo dϵ
εa−ϵb ϵb
σ 0= A+ Bε
Dimana A= K(1-n); B = Kn
Sudut α antara bidang masuk dan garis tengah dari roll disebut
dengan angle of contact atau angle of bite . Berdasarkan pada gambar 2.7,
komponen horizontal dari gaya normal adalah Pr sin α, dan kompoen
horizontal dari gaya gesek adalah F cos α. Agar benda kerja dapat masuk
ke tenggorokan gulungan komponen horizontal gaya gesekan, yang
bertindak terhadap celah gulungan, harus sama dengan atau lebih besar
dari komponen horizontal gaya normal, yang bertindak menjauh dari celah
gulungan. Kondisi pembatas untuk masuknya pelat tanpa gulungan ke
dalam gulungan adalah
F cos α = Pr sin α
F sin α
= =tan α
Pr cos α
F = μPr
μ=tan α [3]
1) diameter roll;
2) ketahanan deformasi logam yang dipengaruhi metallurgi, temperature dan
laju regangan;
3) gesekan atara roll dan benda kerja;
4) dan kehadiran front tension dan back tension di bidang lembaran
2 1
Formula gaya pengerolan adalah P= σ ' bl [ ( e Q −1 ) ]
√3 Q
dari friction hill. Beban rolling juga meningkat jika lembaran yang masuk
ke roll menjadi lebih tipis.[3]
i. Back tension dan front tension.
PROSEDUR PERCOBAAN
PENGOLAHAN DATA
300
250
200
150
100
50
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Dari data di tabel 4.4 lalu diolah nilai true stress dan true strainnya dengan
persamaan berikut.
σt = σ (e+1)
εt = ln (e+1)
e εt
σ (MPa) σt (MPa)
(mm/mm) (mm/mm)
256,49492 0,0295325 264,06986 0,0291048
58 01 24 16
256,49492 0,0393766 266,59484 0,0386211
58 67 12 75
256,49492 0,0492208 269,11982 0,0480478
58 34 01 26
256,49492 0,0590650 271,64479 0,0573864
58 01 89 44
274
272
270
268
266
264
262
260
0.03 0.03 0.04 0.04 0.05 0.05 0.06 0.06
2.44
2.43
f(x) = 0.04 x + 2.48
R² = 0.99 2.43
2.43
2.43
2.43
2.42
2.42
2.42
2.42
2.42
2.41
-1.6 -1.55 -1.5 -1.45 -1.4 -1.35 -1.3 -1.25 -1.2
𝑦=𝑚𝑥+𝐶
Dengan :
K= Konstanta kekuatan
n = 0,0414
b. Pengerolan Tembaga
Dari data yang diperoleh kemudian dicari nilai hm, Δh dan juga
regangan (ε0, εf, εi, εm) untuk setiap tahapan reduksi dengan persamaan
dibawah ini.
hm = (h0 + hf)/2
Δh = h0 – hf
ε0 = ln (h0awal/h0i)
εf = ln (h0awal/hfi)
εi = ln (h0i/hfi)
εm = (εf + εi)/2
Selanjutnya Panjang busur rol (Lp), Q dan flow stress (σ’) untuk tiap
tahapan reduksi dicari dengan persamaan dibawah ini.
L p=¿ √ R ∆ h ¿
Lp
Q=μ
hm
45000
40000
35000
30000
25000
P (N)
20000
15000
10000
5000
0
0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7 0.75 0.8 0.85
Δh (mm)
Lalu grafik dibawah ini merupakan perbandingan antara gaya terukur dan
gaya teoritis terhadap pertambahan panjang di setiap reduksi.
40000
35000
30000
25000
P (N)
20000
P terukur
15000 P teoritis
10000
5000
0
0.46 0.48 0.5 0.52 0.54 0.56 0.58
Δh (mm)
40000
35000
30000
25000
P (N)
20000
P terukur
15000 P teoritis
10000
5000
0
0.61 0.62 0.63 0.64 0.65 0.66 0.67 0.68 0.69 0.7
Δh (mm)
40000
35000
30000
25000
P (N)
20000 P terukur
15000 P teoritis
10000
5000
0
0.68 0.7 0.72 0.74 0.76 0.78 0.8 0.82 0.84
Δh (mm)
Spesimen tembaga direduksi ketebalannya sebesar 25%, 50% dan 75% dan
kemudian diuji keras. Kemudian hasilnya dapat diperoleh pada kurva
dibawah ini.
95
90
Kekerasan (HRE)
85
80
75
70
0 10 20 30 40 50 60 70 80
% reduksi
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 4.12 (a) struktur mikro reduksi 0%; (b) struktur mikro reduksi
25%; (c) struktur mikro reduksi 50%; (d) struktur mikro reduksi 75%; dan
(e) struktur mikro reduksi 75%-annealed
BAB V
ANALISIS DATA
Hasil pengerolan dapat dilihat pada Gambar 4.2, dapat dilihat bentuk dari
hasil pengerolan menjadi melengkung. Hal ini terjadi karena gaya yang diterima
oleh benda kerja berbeda. Dimana pada bagian yang menerima beban lebih tinggi
akan memiliki penambahan panjang yang lebih besar sehingga benda kerja akan
melengkung ke arah deformasi yang lebih kecil. Mikrostruktur spesimen hasil
percobaan bisa dilihat pada Gambar 4.12 dimana terjadi perubahan mikrostruktur
dari pengerolan reduksi 0%, 25%, 50%, 75%, dan annealed. Dapat dilihat bahwa
ketika reduksi akibat pengerolan semakin besar, bentuk fasa yang ada akan
menjadi semakin pipih atau disebut juga elongated. Namun, ketika telah dilakukan
prosses anneal terlihat terjadi rekristalisasi di mana bentuk fasa-fasa nya kembali
menjadi equiaxial.
Dari percobaan yang dilakukan didapat nilai K sebesar 305,05 MPa, dan
nilai K tembaga menurut literatur sebesar 315 MPa, nilai yang didapatkan cukup
akurat. Sedangkan untuk nilai n, dari percobaan yang dilakukan didapatkan
besarnya adalah 0,0414, dimana menurut literatur adalah sebesar 0,54. Hal ini
karena nilai n yang didapat dari literatur adalah hasil anneal, sedangkan pada nilai
n hasil pengolahan data bukan hasil anneal.
6.1 Kesimpulan
1. Nilai kekerasan tembaga sebelum dan sesudah proses pengerolan
masing-masing adalah 79,67 HRE (Awal); 84,24 HRE (reduksi
25%); 90 HRE (reduksi 50%); 92,5 HRE (reduksi 75%)
2. Besar gaya pengerolan tembaga dari proses pengerolan dan hasil
uji Tarik untuk tiap tahapan produksi adalah dapat dilihat dibawah
ini
6.2 Saran
Spesimen praktikum mungkin bisa divariasikan, seperti
menggunakan material lain atau melakukan hot rolling agar bisa dilihat
perbandingannya.
DAFTAR PUSTAKA