Anda di halaman 1dari 25

TUGAS

PEMBENTUKAN LOGAM

Disusun Oleh:

Nama : Rizqy Abdurrohman Halim

NPM : 3334130433

JURUSAN TEKNIK METALURGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2016
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pembentukan Logam ........................................................................ 1

1.2 Teknik-Teknik Pembentukan Logam ............................................... 2

1.3 Klasifikasi Pembuatan Plastis Logam .............................................. 2

1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................... 2

BAB II DEFORMASI

2.1 Deformasi Plastis dan Elastis ........................................................... 3

2.2 Sifat Plastis ....................................................................................... 4

2.3 Sifat Elastis ....................................................................................... 7

2.3 Mekanisme Deformasi ..................................................................... 7

BAB III.1 TEORI PLASTISITAS

3.1.1 Tegangan dan Regangan .............................................................. 10

3.1.2 Tegangan Pada Deformasi Uniaxial ............................................. 11

3.1.3 Tegangan Pada Deformasi Biaxial ............................................... 11

3.1.4 Tegangan Pada Deformasi Biaxial Dengan Tegangan Eksternal . 11

3.1.5 Tegangan Pada Deformasi Triaxial .............................................. 11

3.1.6 Regangan Bidang ........................................................................ 11

BAB III.2 TEORI PLASTISITAS

3.2.1 Hubungan Tegangan-Regangan Pada Daerah Plastis ................. 13

3.2.2 Tegangan Alir (Flow Stress) ........................................................ 13

3.2.3 Kriteria Luluh (Yielding Criterion) .............................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pembentukan Logam (Metal Forming)


Definisi Proses pembentukan (forming) adalah proses mengubah bentuk logam
dengan suatu gaya pada arah tertentu tanpa menyisakan serpih Proses pembentukan
tergantung pada sifat plasticity (plastisitas), yakni kemampuan mengalir sebagai padatan
tanpa merusak sifat-sifatnya.
Manfaat produk logam untuk :
1. Struktur dan komponen Bangunan
2. Mesin
3. Perkakas /peralatan ( tools )
4. Alat transport, angkat – angkut
5. Alat rumah tangga dan kantor
6. Senjata
7. Komponen listrik dan magnet
8. Ornamen dan perhiasan
9. Implant

Tujuan mempelajari pembentukan logam yaitu untuk memahami dasar-dasar


pembentukan logam dan memahami prinsip-prinsip perancangan produk dan proses
pembentukan logam, serta pengendalian prosesnya untuk mendapatkan bentuk , ukuran
dan sifat mekanis produk logam yang memenuhi spesifikasi teknik yang diinginkan.

1.2 Teknik-Teknik Pembentukan Logam


1. Proses pengecoran (casting)
Suatu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan
kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk
cor yang akan dibuat.
2. Proses pemesinan (machining)
Proses pemotongan logam disebut sebagai proses pemesinan adalah proses pembuatan
dengan cara membuang material yang tidak diinginkan pada benda kerja sehingga
diperoleh produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan surface finish yang diinginkan.
3. Proses pembentukan logam (metal forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan
cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
4. Proses pengelasan (welding)
Proses penyambungan dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian dari daerah
yang akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan didaerah tersebut akan
menyebabkan terjadinya ikatan sambungan.
5. Proses perlakuan panas (heat treatment)
Heat treatment adalah proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan cara
perlakuan panas.
6. Surface treatment
Proses surface treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat
karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses thermokimia, metal
spraying.
7. Pembentukan Plastis ( Plastic Metal Forming )
pembentukan dengan memberikan gaya luar terhadap logam sehingga terjadi deformasi
plastis
8. Metalurgi Serbuk ( Powder Metallurgy )
pembentukan dengan cara merekatkan dan menekan serbuk logam.

Pengecoran dan Pencetakan


Permesinan (Bubut dan Bor) :

Pengelasan dan Metalurgi Serbuk :

Pembentukan plastis logam, yang selanjutnya disebut dengan pembentukan logam


( metal forming ) adalah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari kelakuan dan tanggapan
logam apabila kepadanya dikenakan gaya-gaya luar untuk merubah bentuknya menjadi bentuk
tertentu dengan sifat-sifat yang diinginkan. Kelakuan berhubungan dengan sifat-sifat mekanis
bahan logam. Tanggapan berhubungan dengan tahanan logam, gaya dan daya yang diperlukan
untuk mengubah bentuk logam tersebut.

1.3 Klasifikasi Pembuatan Plastis Logam


1. Analisa Gaya Pembentukan ( Daerah dan Pola Deformasi, Metoda Analisa Gaya
Pembentukan )
2. Pengerjaan Mekanis Logam ( Pengerjaan Panas, Pengerjaan Dingin, Pengaruh
Tegangan Alir pada Proses Pengerjaan Logam )
3. Mekanisme Pengutan Logam ( Penguatan Penghalusan Ukuran Butir, Penguatan
Larutan Padat, Penguatan Pengerasan Endapan, Penguatan Fasa Kedua, Efek
Temperatur )
4. Perlakuan Termomekanik ( Klasifikasi Perlakuan Termomekanik, Pengendalian Proses
Perlakuan Termomekanik / TMCP, Contoh Aplikasi TMCP )
5. Canai / Rolling (Klasifikasi Peralatan dan Proses Canai , Geometri daerah deformasi,
Gaya, Momen Puntir dan Daya Canai, Perancangan Kaliber, Proses-proses Canai
Logam Lembaran, Proses-proses Canai Logam Batangan )
6. Forging ( Klasifikasi Proses Tempa, Proses-proses Tempa, Tegangan dan Gaya Tempa,
Mesin Tempa, Tempa Metalurgi serbuk )
7. Extruding ( Klasifikasi Proses Ekstrusi, Rasio Ekstrusi-Gaya dan Kerja, Mesin
Ekstrusi )
8. Pembuatan Pipa dan Tabung ( Klasifikasi Pembuatan Pipa, Proses-proses pembuatan
Pipa Las, Proses-proses pembuatan Pipa Tanpa Kampuh, Pembentukan akhir pipa
secara tarik dingin )
9. Cold Drawing ( Proses Pembuatan Kawat dengan cara Tarik Dingin, Gaya, Tegangan
Tarik dan Daya, Proses penarikan Pipa )
10. Sheet Metal Forming ( Proses Pemotongan, Pembengkokan, Tarik Rentang, Tarik
Dalam, Pres )

Contoh Gambar Rolling dan Extruding :


BAB II

DEFORMASI

2.1 Deformasi Plastis dan Elastis

Deformasi Elastis yaitu perubahan bentuk dan ukuran berbanding langsung dengan besar

gaya yang dikenakan. Jika gaya tersebut ditiadakan, bentuk dan ukuran bahan kembali ke

keadaan semula sedangkan Deformasi Plastis perubahan bentuk dan ukuran yang permanen,

meskipun gaya-gaya luar yang dikenakan pada suatu bahan telah ditiadakan.

Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material ( biasanya logam ) yaitu

kemampuannya mengalir secara plastis pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya.

Dengan menggerakkan material secara sederhana ke bentuk yang kita inginkan ( sebagai lawan

dari membuang bagian yang tidakdiperlukan) Kegunaan material logam dalam masyarakat

modern ditentukan oleh mudah tidaknya material tersebut dibentuk (forming) kedalam bentuk

yang bermanfaat. Hampir semua logam mengalami deformasi sampai pada tingkat tertentu

selama proses pembuatannya menjadi produk akhir. Pengertian deformasi elastis dan plastis

dapat merujuk pada kurva tegangan – regangan pada uji tarik batang logam.
Kurva Tegangan – Regangan:

S = F/A₀
e = ( L₁ - L₀ )/L₀ = ∆L/L₀
q = ( A₀ - A₁ )/A₀ = ∆A/A₀

Kurva Tegangan - Regangan Teknik Rekayasa

Batas Proporsional ( Proportional limit = P ) adalah tegangan tertinggi dimana nilai


tegangan selalu berbanding lurus dengan regangan yang terjadi. Sp = Pp/A₀. Batas Elastis
( Elastic limit = E ) adalah batas tegangan tertinggi dimana bahan masih dapat kembali
kebentuk semula apabila tegangan tersebut ditiadakan. Se = Pe/A₀. Batas Luluh, Batas
Ulur ( Yield Point = Y ) adalah titik batas tegangan dimana bahan akan mengalami sedikit
deformasi plastis apabila tegangan dilepaskan. Sy = Py/A₀.Proof Stress , Offset Yield
Strength adalah tegangan luluh yang akan memberikan regangan sebesar 0,2 % apabila
tegangan ditiadakan S₀,₂ = P₀,₂ /A₀.
Upper Yield Point : batas tegangan luluh teratas. Lower Yield Point : batas tegangan
luluh terendah Batas tersebut nampak jelas pada bahan lunak. Kuat tarik ( Tensile
Strength, Ultimate Point, Maximum Stress ) : Batas tegangan maksimum yang dicapai
setelah bahan melampaui batas luluhnya. Su = Pu/A₀ Pada batas tegangan tarik
maksimum mulai terjadi necking ( penciutan penampang bahan ). Titik patah ( Breaking
Point ) : Batas tegangan dimana bahan mengalami perpatahan setelah melampaui tegangan
maksimumnya. Sb = Pb/A₀ . S = Tegangan teknik ( dihitung terhadap luas penampang
mula A₀ ). e = regangan teknik ( dihitung terhadap panjang bahan semula L₀ )

2.2 Sifat Elastis

1. Sampai batas proporsional berlaku Hukum Hooke :


S = E.e
tan α = S / e = E
E = Modulus elastisitas ( Young Modulus )
e = regangan
E makin besar jika e semakin kecil → stiffness ( kekakuan bahan ) semakin besar.
E semakin menurun jika temperatur bahan semakin tinggi

2. Hubungan antara sifat-sifat elastis :


K = E/3( 1 – 2ν )
G = E/2( 1 + ν )
Untuk bahan isotropis elastis :
E = 9K/( 1 + 3 K/G )
G = [ 3( 1 – 2ν )K ]/2( 1 + ν )
ν = ( 1 – 2G/3K )/( 2 + 2G/3K )
K = E /( 9 – 3E/G )
untuk bahan isotropis elastis ν = 0,25.
untuk logam, ν = 0,33

2.3 Sifat Plastis

1. Regangan total = Regangan Plastis + Regangan elastis


e₁ - e₂ = regangan elastis yang kembali kekeadaan semula = recoverable elastic strain
= S/E

2. Keuletan ( ductility ) adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan ( tarik )


tanpa mengalami patah. Pengukuran ductility untuk memberikan indikasi adanya
perubahan tingkat kemurnian bahan atau perubahan kondisi operasi
Ductility diukur dari nilai regangan teknis atau penyusutan area
( reduction of area ) pada titk patah
ef = ( Lf – L₀ ) / L₀
q = ( A₀ - Af ) / A₀
Makin besar harga ef dan q, → bahan semakin ulet ( ductile)
3. Ketangguhan ( Toughness ) adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap energi
dalam proses deformasi. Toughness ( Ut ) dinyatakan sebagai luas daerah dibawah
kurva Tegangan-Regangan Teknik Untuk bahan ulet ( ductile ) :
Ut = Su.ef
Untuk bahan getas ( brittle ) :
Ut = ⅔ Su.ef
Regangan sebenarnya ( true strain = ε ) →
ε = ∫ dL/L = ln Li/L₀ = ln ( L₀ + ∆L )/L₀ = ln ( 1 + ∆L/L₀ ) = ln ( 1 + e )
dimana Li = panjang sesaat pada waktu i
Pada daerah deformasi tak seragam, perubahan bentuk terpusat pada bagian “necking”.
Tegangan sebenarnya harus dihitung menurut σ = F / Ai dan Regangan sebenarnya
dihitung menurut perubahan penampang → ε = ln ( A₀/Ai )
Tegangan sebenarnya pada beban maksimum :
σu = Fmax /Au sedang Su = Fmax/A₀ maka
σu = ( Fmax/A₀ )( A₀/Au ) = Su ( A₀/Au )
Regangan nyata pada beban maksimum :
εu = ln A₀/Au
Regangan nyata pada titik patah :
εf = ln A₀/Af = ln [ 1 / ( 1 – q )]

2.4 Mekanisme Deformasi

Secara mikro, deformasi elastis dan plastis disebabkan oleh bergesernya kedudukan
atom-atom dari tempatnya semula. Pada deformasi elastis atom-atom akan kembali ke
kedudukan semula jika gaya luar dilepaskan. Jarak pergeseran atom – atom relatif kecil ( < 0,5
% ). Dalam deformasi plastis, atom – atom bergeser menempati kedudukan baru yang stabil,
sehingga terjadi perubahan bentuk permanen.
MEKANISME DEFORMASI :
Mekanisme deformasi dapat diklasifikasikan sbb :
1. Mekanisme Slip ( Gelincir, Luncur )
Atom – atom logam tersusun teratur menurut pola geometris tertentu. Bila ada tegangan
geser yang cukup besar, atom-atom akan bergeser menempati posisi yang baru.
Pergeseran atom berarti ada pemutusan ikatan atom. Bidang atom yang lebih mudah
bergeser adalah bidang yang kerapatan atomnya tinggi. Bidang tersebut disebut
dengan bidang luncur atau bidang gelincir ( Slip plane ).
Dislokasi Sisi dan Ulir :
Ciri-ciri Dislokasi Sisi :
1. Garis dislokasi tegak lurus terhadap vector slip ( vector Burger )
2. Arah gerakan dislokasi searah dengan arah vector Burger
Ciri-ciri Dislokasi Ulir :
1. Garis dislokasi searah terhadap vector Burger
2. Arah gerakan dislokasi tegak lurus vector Burger

2. Mekanisme Twinning ( Kembaran )


Pembentukan kristal kembar. Atom-atom pada setiap bidang yang berurutan dalam satu
blok, berpindah pada jarak yang berbeda. Tempat kedudukan atom-atom yang baru
adalah pada posisi yang simetris terhadap kedudukannya semula.
BAB III.1

TEORI PLASTISITAS

3.1.1 Tegangan dan Regangan

Asumsi dasar : secara makroskopis, bahan padat dianggap sebagai bahan yang kontinu,
homogen dan isotropik.
Kontinu : bahan pejal, tidak ada rongga kosong, cacat dislokasi dsb.
Homogen : keadaan bahan disetiap titik sama ( tanpa segregasi ).
Isotropik : sifat bahan tetap pada setiap arah sumbunya.
Tegangan ( σ ) didefinisikan sebagai intensitas gaya . Jika gaya ( P ) bekerja pada luas
permukaan A, maka
σ = δP/δA bila δA → 0
Jika harga σ tetap dan bekerja merata pada seluruh permukaan, maka
σ = P/A
Satuan Tegangan ( SI unit ) = [ N/m² ] = [ Pa ] atau [ Kg/mm² ]
Ukuran besar deformasi adalah Regangan Pt
Contoh : Regangan rata-rata linier ( average linear strain ) e = δ/L₀ = ∆L/L₀ =
( L - L₀ ) / L₀
L , L₀, δ dalam dimensi panjang. Nilai e tanpa dimensi
Semakin besar nilai e semakin besar deformasi

3.1.2 Tegangan Pada Deformasi Uniaxial

Tegangan pada bidang m-m yang tegak lurus sumbu x bahan :


σx = P/A ………………..............(1)
Bila gaya P bekerja pada bidang m-m yang komponen normalnya membentuk sudut
kemiringan φ terhadap sumbu x, maka :
Luas bidang m-m = A / cos φ
Tegangan s = P / ( A/cos φ ) = P cos φ / A
= σx cos φ
Tegangan Normal pada bidang m-m :
σφ = s cos φ = ( σx cos φ )( cos φ )
= σx cos²φ ………………………………(2)

3.1.3 Tegangan Pada Deformasi Biaxial

Tegangan normal pada bidang m-m yang membentuk sudut φ terhadap sumbu x, maka
tegangan yang bekerja pada bidang tsb :
Tegangan normal pada arah sumbu x : σφ = σx cos² φ
Tegangan geser pada arah sumbu x : τφ = ½ σx sin 2φ
Tegangan normal pada bidang m-m membentuk sudut ( ½ π – φ ) terhadap sumbu y,
sehingga :
Tegangan normal pada arah sumbu y : σφ’ = σy cos² - (½ π – φ) = σy sin² φ
Lingkaran Mohr :
OD = OC + CD = ( OE + EC ) +CD
= [ OE + ½ ( OB – OE )] + CD
= [ σy + ½ ( σx – σy )] +
½ ( σx – σy ) cos 2φ
= ½ ( σx + σy ) + ½ ( σx – σy ) cos2φ
= σx cos² φ + σy sin² φ = Tegangan normal
AD = CA sin 2φ = ½ ( σx – σy ) sin 2φ = Tegangan geser
Maksimum Tegangan normal = OB = σx
Maksimum Tegangan geser = CF = ½ ( σx – σy ) → terjadi bila sin 2φ = 1 atau φ = ¼ π
3.1.4 Tegangan Pada Deformasi Biaxial Dengan Tegangan Eksternal
σφ = σx cos²φ + σy sin²φ + τxy sin² 2φ
σφ’ = σx sin²φ + σy cos²φ - τxy sin² 2φ
τφ = ½ ( σx - σy ) sin 2φ + τxy cos 2φ
τφ’ = - τφ
Tegangan Utama ( Principle Stress)
Keadaan tegangan dimana hanya ada Tegangan Normal maksimum atau Tegangan
Normal minimum, tanpa ada Tegangan Geser ( τ = 0 ).
1. σx, σy, adalah Tegangan Utama jika Tegangan geser τxy, τxy = 0
2. Bidang dimana tegangan normal maksimum bekerja disebut bidang utama ( Principal
Plane ). Pada bidang utama tidak bekerja Tegangan Geser.
3. Besar Tegangan Utama :
4. σ₁ = ½ ( σx + σy ) + [{ ½ ( σx – σy )}² + ( τxy )² ] ⁰’⁵ …….….……..………….. ( 8 )
5. σ2 = ½ ( σx + σy ) - [{ ½ ( σx – σy )}² + ( τxy )² ] ⁰’⁵………..…………..……….. ( 9 )
6. Arah tegangan utama =
a. tan 2φ = 2τ / ( σx – σy ) …....... ( 10 )

7. τmax = ½ ( σ₁ - σ₂ )
a. = √[{ ½ ( σx – σy )}² + (τxy)² ] … ( 11 )

Prosedur Pembuatan Lingkaran MOHR


1) Buat sketsa elemen dimana tegangan normal dan tegangan geser bekerja. Tunjukkan
pada elemen ini sikap yang tepat dari tegangan-tegangan tersebut
2) Buat salib sumbu : absis = tegangan normal ( σ ) , ordinat = tegangan geser ( τ )
3) Tentukan koordinat titik pusat lingkaran → C [ ½ ( σx + σy ), 0 ]
Catatan : Ingat sistem penandaan tegangan :
Tegangan tarik : ( + ) Tegangan Tekan : ( - )
Tegangan geser berlawanan arah putaran jarum jam : ( + ),
searah putaran jarum jam : ( - )

3.1.5 Tegangan Pada Deformasi Triaxial


Tegangan normal :

σx = Px/Ax , σy = Py/Ay dan

σz = Pz/Az

Tegangan dapat dihitung menurut persamaan tegangan untuk dua arah tegangan yang
saling tegak lurus ( persamaan tegangan pada deformasi biaxial ) σx,σy,σz adalah tegangan
utama jika tidak ada tegangan geser ( τ = 0 ) → σx = σ₁, σy = σ₂, σz = σ₃

Tegangan pada sebarang bidang miring yang memotong sumbu x,y dan z terletak pada
daerah yang berwarna kuning. Tegangan geser maksimum = radius lingkaran terbesar
τmax = ½ ( σx - σz )
dimana σx > σy > σz
τmax bekerja pada bidang melalui sumbu y dan membagi dua sudut antara sumbu x dan z
3.1.6 Regangan Bidang
Regangan muai pada arah sumbu x
AA’ = εx dx
Regangan muai pada arah sumbu y
AA” = εy dy
Regangan geser = BB’ = γxy dy
εx’ = ½ ( εx + εy ) + ½ ( εx – εy ) cos2θ
+ ½ γxy sin2θ ………………… ( 12 )
γx’y ‘= - ( εx – εy )sin2θ + γxy cos2θ ……………………………………………. ( 13 )
α ≈ - ( εx – εy ) sinθcosθ – γxy sin²θ
β ≈ - ( εx – εy ) sinθcosθ + γxy cos²θ

Lingkarang Regangan Mohr :


Buat salib sumbu ε vs ½ γxy
Tentukan titik pusat lingkaran C [ ½ ( εx + εy ), 0 ]
Tanda : Regangan muai ( + )
Regangan susut ( - )
Regangan geser ( + ) bila memperpanjang diagonal, ( - ) bila memperpendek diagonal
Tentukan koordinat titik pengendali A ( εx, ½ γxy )
Buat lingkaran dengan radius CA
Regangan geser maksimum :
γmax = 2 x radius = ½ ( ε₁ + ε₂ )
Jumlah Regangan muai dalam arah yang saling tegak lurus adalah invarian :
( ε₁ + ε₂ ) = ( εx + εy ) = Tetap
BAB III.2

TEORI PLASTISITAS

3.2.1 Hubungan Tegangan-Regangan Pada Daerah Plastis


Perubahan bentuk pada daerah plastis tidak reversible, Hubungan Tegangan dan
Regangan pada daerah plastis tidak linier lagi ( Hukum Hooke tidak berlaku ), Deformasi
plastis hanya tergantung pada kondisi awal dan akhir Tegangan dan Regan gan. Dalam daerah
plastis, hubungan Tegangan – Regangan menurut Levy dan Von Mises :

dεx = ( 2/3 ) dλ ( σx – ½ ( σy + σz )

dεy = ( 2/3 ) dλ ( σy – ½ ( σz + σx )

dεz = ( 2/3 ) dλ ( σz – ½ ( σx + σy )

dεyz = dλ τyz dεxz = dλ τxz dεxy = dλ τxy

Tegangan dan Regangan efektif adalah Tegangan dan Regangan yang mewakili
keadaan tegangan tiga sumbu seperti pada uji tarik
Besar Tegangan dan Regangan efektif menurut Nadai :
σ̄ = ( ½ √2 )[ ( σ₁ - σ₂ )² + ( σ₂ - σ₃ )² + ( σ₃ - σ₁ )² ] ⁰’⁵

ε̄ = ( ⅓ √2 )[ ( ε₁ - ε₂ )² + ( ε₂ - ε₃ )² + ( ε₃ - ε₁ )² ] ⁰’⁵

= [ 2/3 ( ε₁² + ε₂² + ε₃² )] ⁰’⁵

Persamaan Levy – Von Mises dapat ditulis sebagai :

dεx = ( dє̄/σ̄ )( σx – ½ ( σy + σz )

dεy = ( dє̄/σ ̄)( σy – ½ ( σz + σx )

dεz = ( dє̄/σ̄ )( σz – ½ ( σx + σy )

dεyz = (3/2)( dє̄/σ̄ ) τyz

dεxz = (3/2) ( dє̄/σ ) τxz

dεxy = (3/2)( dє̄/σ ) τxy


Volume bahan kontinu yang dideformasi plastis adalah tetap .

→ ∆ = εx + εy + εz = [( 1 -2ν )/E ]( σx + σy + σz )

∆ ( regang volume ) = 0, jika bilangan Poisson ν = ½ atau

εx + εy + εz = 0

3.2.2 Tegangan Alir (Flow Stress)

Tegangan Alir adalah tahanan atau perlawanan bahan terhadap deformasi plastis. Agar
terjadi perubahan bentuk plastis, tegangan pembentukan harus mencapai atau melebihi
tegangan alir bahan yang diproses. Tegangan alir adalah semua titik sepanjang kurva pada
daerah plastis dalam diagram Tegangan – Regangan sebenarnya. Kurva Tegangan – Regangan
sebenarnya disebut pula sebagai Kurva Alir ( Flow Curve ).
Pada proses deformasi pada temperatur rendah ( pengerjaan dingin ) besar Tegangan
alir tergantung pada tingkat deformasi atau besar regangan . → σ₀ = f( ε ), misal fungsi linier
σ₀ = a + bε atau sebagi fungsi eksponensial σ₀ = K εⁿ
Tipe-tipe Kurva alir ideal :
Bahan Elastis sempurna
Bahan Kaku, plastis sempurna
Bahan Kombinasi Elastis & Kaku, Plastis sempurna
Bahan Kaku dengan Pengerasan regang linier
Bahan Elastis dengan Pengerasan regang linier
Besar tegangan alir dipengaruhi oleh :

a. Temperatur
b. Laju regangan
c. Komposisi kimia
d. Ukuran butir
e. Mikrostruktur ( fasa )

Tegangan alir bahan ditentukan dengan Uji Tarik, Uji Tekan, Uji Puntir dan Uji
mekanik khusus, misal : Uji tekan regangan bidang, Uji tarik – puntir, Uji tekan – puntir .

Karakteristik Uji Puntir :

1. Tidak terjadi “necking”, dapat mencapai deformasi yang besar

2. Tidak terjadi “barelling”

3. Laju Regangan lebih konstan

4. Dapat mencapai Laju Regangan yang relatif besar


3.2.3 Kriteria Luluh (Yielding Criterion)

Kriteria luluh adalah pernyataan matematis dari suatu keadaan tegangan yang dapat
menghasilkan deformasi plastis
Secara umum dinyatakan sebagai :
C₁ = f( σx, σy, σz, τxy, τyz, τzx ) atau dinyatakan sebagai fungsi tegangan utama : C₂ =
f( σ₁, σ₂, σ₃ )
C₁, C₂ adalah konstanta yang merupakan fungsi dari Tegangan Luluh
Deformasi plastis terjadi apabila tegangan yang bekerja melampaui Batas Luluh bahan
( Yield Strength, Yield Point ) atau dengan perkataan lain,perubahan permanen bahan terjadi
jika tegangan yang bekerja mencapai Tegangan Alirnya ( Flow Stress ).
Ada 2 kriteria luluh yang umum digunakan dalam pengubahan bentuk bahan, yaitu :
Kriteria Luluh Tresca ( Maximum Shear Stress Criterion )
Kriteria luluh Von Mises ( Distortion Energy Criterion )
1. Kriteria Luluh Tresca ( Maximum Shear Stress Theory ) :
Bahan akan terdeformasi plastis jika tegangan geser maksimum yang bekerja ( τmax )
mencapai harga kritisnya atau Tegangan Luluh geser bahan ( τ₀ ) tersebut. τmax = τ₀ sedang
τmax = ½ ( σ₁ - σ₃ ) maka ½ ( σ₁ - σ₃ ) = τ₀ dimana σ₁ > σ₂ > σ₃
Pada uji tarik ( pembebanan uniaxial ) :
σ₁ = F/A , sedang σ₂ dan σ₃ = 0
τmax = ½ ( σ₁ - σ₃ ) = ½ ( σ₁ - 0 ) = ½ σ₁
Bahan terdeformasi jika σ₁ = Batas Luluh = σ₀ → τmax = ½ σ₁ = ½ σ₀
Jadi kriteria luluh Tresca dapat dituliskan sebagai ( σ₁ - σ₃ ) = σ₀
2. Kriteria Luluh Von Mises ( Distortion Energy Theory )
Bahan akan luluh jika energi regangan per satuan volume bahan tersebut sama dengan energi
pada batas luluhnya :
w₀ = (1/2E )[σ₁² + σ₂² + σ₃² - 2ν (σ₁σ₂ + σ₂σ₃ + σ₁σ₃ )]
w₀ = ( σ₀ )²/2E
( σ₀ )² = ( σ₁² + σ₂² + σ₃² ) - 2ν (σ₁σ₂ + σ₂σ₃ + σ₁σ₃ )
σ₀ = [( σ₁² + σ₂² + σ₃² ) - 2ν (σ₁σ₂ + σ₂σ₃ + σ₁σ₃ )] ⁰’⁵
Untuk tegangan yang bekerja pada dua dimensi ( deformasi biaxial ) :
σ₀ = σ₁² + σ₂² – 2ν σ₁σ₂ dimana ν = Poisson’s Ratio
Berdasar teori energi distorsi persamaan Von Mises dapat ditulis sbb : σ₀ = (1/√2 ) [( σ₁ – σ₂
)² + ( σ₂ – σ₃ )² + ( σ₃ – σ₁ )² ] ⁰’⁵
Bentuk umum persamaan kriteria luluh Von Mises :
σ₀ = (1/√2 ) [( σx – σy )² + ( σy – σz )² + ( σz – σx )² + 6 ( τxy² + τyz² + τzx² )] ⁰’⁵
Kriteria Luluh pada kondisi geseran murni ( puntir ), menurut Von Mises : σ₁ = (1/√3 ) σ₀ =
0,577 σ₀
Kriteria Luluh untuk bahan yang mengalami Tegangan uniaksial dan puntir :
Menurut Tresca : ( σx / σ₀ )² + 4( τxy / σ₀ )² = 1
Menurut Von Mises : ( σx / σ₀ )² + 3( τxy / σ₀ )² = 1

Anda mungkin juga menyukai