PEMBENTUKAN LOGAM
Disusun Oleh:
NPM : 3334130433
Halaman
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
BAB II DEFORMASI
PENDAHULUAN
DEFORMASI
Deformasi Elastis yaitu perubahan bentuk dan ukuran berbanding langsung dengan besar
gaya yang dikenakan. Jika gaya tersebut ditiadakan, bentuk dan ukuran bahan kembali ke
keadaan semula sedangkan Deformasi Plastis perubahan bentuk dan ukuran yang permanen,
meskipun gaya-gaya luar yang dikenakan pada suatu bahan telah ditiadakan.
kemampuannya mengalir secara plastis pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya.
Dengan menggerakkan material secara sederhana ke bentuk yang kita inginkan ( sebagai lawan
dari membuang bagian yang tidakdiperlukan) Kegunaan material logam dalam masyarakat
modern ditentukan oleh mudah tidaknya material tersebut dibentuk (forming) kedalam bentuk
yang bermanfaat. Hampir semua logam mengalami deformasi sampai pada tingkat tertentu
selama proses pembuatannya menjadi produk akhir. Pengertian deformasi elastis dan plastis
dapat merujuk pada kurva tegangan – regangan pada uji tarik batang logam.
Kurva Tegangan – Regangan:
S = F/A₀
e = ( L₁ - L₀ )/L₀ = ∆L/L₀
q = ( A₀ - A₁ )/A₀ = ∆A/A₀
Secara mikro, deformasi elastis dan plastis disebabkan oleh bergesernya kedudukan
atom-atom dari tempatnya semula. Pada deformasi elastis atom-atom akan kembali ke
kedudukan semula jika gaya luar dilepaskan. Jarak pergeseran atom – atom relatif kecil ( < 0,5
% ). Dalam deformasi plastis, atom – atom bergeser menempati kedudukan baru yang stabil,
sehingga terjadi perubahan bentuk permanen.
MEKANISME DEFORMASI :
Mekanisme deformasi dapat diklasifikasikan sbb :
1. Mekanisme Slip ( Gelincir, Luncur )
Atom – atom logam tersusun teratur menurut pola geometris tertentu. Bila ada tegangan
geser yang cukup besar, atom-atom akan bergeser menempati posisi yang baru.
Pergeseran atom berarti ada pemutusan ikatan atom. Bidang atom yang lebih mudah
bergeser adalah bidang yang kerapatan atomnya tinggi. Bidang tersebut disebut
dengan bidang luncur atau bidang gelincir ( Slip plane ).
Dislokasi Sisi dan Ulir :
Ciri-ciri Dislokasi Sisi :
1. Garis dislokasi tegak lurus terhadap vector slip ( vector Burger )
2. Arah gerakan dislokasi searah dengan arah vector Burger
Ciri-ciri Dislokasi Ulir :
1. Garis dislokasi searah terhadap vector Burger
2. Arah gerakan dislokasi tegak lurus vector Burger
TEORI PLASTISITAS
Asumsi dasar : secara makroskopis, bahan padat dianggap sebagai bahan yang kontinu,
homogen dan isotropik.
Kontinu : bahan pejal, tidak ada rongga kosong, cacat dislokasi dsb.
Homogen : keadaan bahan disetiap titik sama ( tanpa segregasi ).
Isotropik : sifat bahan tetap pada setiap arah sumbunya.
Tegangan ( σ ) didefinisikan sebagai intensitas gaya . Jika gaya ( P ) bekerja pada luas
permukaan A, maka
σ = δP/δA bila δA → 0
Jika harga σ tetap dan bekerja merata pada seluruh permukaan, maka
σ = P/A
Satuan Tegangan ( SI unit ) = [ N/m² ] = [ Pa ] atau [ Kg/mm² ]
Ukuran besar deformasi adalah Regangan Pt
Contoh : Regangan rata-rata linier ( average linear strain ) e = δ/L₀ = ∆L/L₀ =
( L - L₀ ) / L₀
L , L₀, δ dalam dimensi panjang. Nilai e tanpa dimensi
Semakin besar nilai e semakin besar deformasi
Tegangan normal pada bidang m-m yang membentuk sudut φ terhadap sumbu x, maka
tegangan yang bekerja pada bidang tsb :
Tegangan normal pada arah sumbu x : σφ = σx cos² φ
Tegangan geser pada arah sumbu x : τφ = ½ σx sin 2φ
Tegangan normal pada bidang m-m membentuk sudut ( ½ π – φ ) terhadap sumbu y,
sehingga :
Tegangan normal pada arah sumbu y : σφ’ = σy cos² - (½ π – φ) = σy sin² φ
Lingkaran Mohr :
OD = OC + CD = ( OE + EC ) +CD
= [ OE + ½ ( OB – OE )] + CD
= [ σy + ½ ( σx – σy )] +
½ ( σx – σy ) cos 2φ
= ½ ( σx + σy ) + ½ ( σx – σy ) cos2φ
= σx cos² φ + σy sin² φ = Tegangan normal
AD = CA sin 2φ = ½ ( σx – σy ) sin 2φ = Tegangan geser
Maksimum Tegangan normal = OB = σx
Maksimum Tegangan geser = CF = ½ ( σx – σy ) → terjadi bila sin 2φ = 1 atau φ = ¼ π
3.1.4 Tegangan Pada Deformasi Biaxial Dengan Tegangan Eksternal
σφ = σx cos²φ + σy sin²φ + τxy sin² 2φ
σφ’ = σx sin²φ + σy cos²φ - τxy sin² 2φ
τφ = ½ ( σx - σy ) sin 2φ + τxy cos 2φ
τφ’ = - τφ
Tegangan Utama ( Principle Stress)
Keadaan tegangan dimana hanya ada Tegangan Normal maksimum atau Tegangan
Normal minimum, tanpa ada Tegangan Geser ( τ = 0 ).
1. σx, σy, adalah Tegangan Utama jika Tegangan geser τxy, τxy = 0
2. Bidang dimana tegangan normal maksimum bekerja disebut bidang utama ( Principal
Plane ). Pada bidang utama tidak bekerja Tegangan Geser.
3. Besar Tegangan Utama :
4. σ₁ = ½ ( σx + σy ) + [{ ½ ( σx – σy )}² + ( τxy )² ] ⁰’⁵ …….….……..………….. ( 8 )
5. σ2 = ½ ( σx + σy ) - [{ ½ ( σx – σy )}² + ( τxy )² ] ⁰’⁵………..…………..……….. ( 9 )
6. Arah tegangan utama =
a. tan 2φ = 2τ / ( σx – σy ) …....... ( 10 )
7. τmax = ½ ( σ₁ - σ₂ )
a. = √[{ ½ ( σx – σy )}² + (τxy)² ] … ( 11 )
σz = Pz/Az
Tegangan dapat dihitung menurut persamaan tegangan untuk dua arah tegangan yang
saling tegak lurus ( persamaan tegangan pada deformasi biaxial ) σx,σy,σz adalah tegangan
utama jika tidak ada tegangan geser ( τ = 0 ) → σx = σ₁, σy = σ₂, σz = σ₃
Tegangan pada sebarang bidang miring yang memotong sumbu x,y dan z terletak pada
daerah yang berwarna kuning. Tegangan geser maksimum = radius lingkaran terbesar
τmax = ½ ( σx - σz )
dimana σx > σy > σz
τmax bekerja pada bidang melalui sumbu y dan membagi dua sudut antara sumbu x dan z
3.1.6 Regangan Bidang
Regangan muai pada arah sumbu x
AA’ = εx dx
Regangan muai pada arah sumbu y
AA” = εy dy
Regangan geser = BB’ = γxy dy
εx’ = ½ ( εx + εy ) + ½ ( εx – εy ) cos2θ
+ ½ γxy sin2θ ………………… ( 12 )
γx’y ‘= - ( εx – εy )sin2θ + γxy cos2θ ……………………………………………. ( 13 )
α ≈ - ( εx – εy ) sinθcosθ – γxy sin²θ
β ≈ - ( εx – εy ) sinθcosθ + γxy cos²θ
TEORI PLASTISITAS
dεx = ( 2/3 ) dλ ( σx – ½ ( σy + σz )
dεy = ( 2/3 ) dλ ( σy – ½ ( σz + σx )
dεz = ( 2/3 ) dλ ( σz – ½ ( σx + σy )
Tegangan dan Regangan efektif adalah Tegangan dan Regangan yang mewakili
keadaan tegangan tiga sumbu seperti pada uji tarik
Besar Tegangan dan Regangan efektif menurut Nadai :
σ̄ = ( ½ √2 )[ ( σ₁ - σ₂ )² + ( σ₂ - σ₃ )² + ( σ₃ - σ₁ )² ] ⁰’⁵
ε̄ = ( ⅓ √2 )[ ( ε₁ - ε₂ )² + ( ε₂ - ε₃ )² + ( ε₃ - ε₁ )² ] ⁰’⁵
dεx = ( dє̄/σ̄ )( σx – ½ ( σy + σz )
dεz = ( dє̄/σ̄ )( σz – ½ ( σx + σy )
→ ∆ = εx + εy + εz = [( 1 -2ν )/E ]( σx + σy + σz )
εx + εy + εz = 0
Tegangan Alir adalah tahanan atau perlawanan bahan terhadap deformasi plastis. Agar
terjadi perubahan bentuk plastis, tegangan pembentukan harus mencapai atau melebihi
tegangan alir bahan yang diproses. Tegangan alir adalah semua titik sepanjang kurva pada
daerah plastis dalam diagram Tegangan – Regangan sebenarnya. Kurva Tegangan – Regangan
sebenarnya disebut pula sebagai Kurva Alir ( Flow Curve ).
Pada proses deformasi pada temperatur rendah ( pengerjaan dingin ) besar Tegangan
alir tergantung pada tingkat deformasi atau besar regangan . → σ₀ = f( ε ), misal fungsi linier
σ₀ = a + bε atau sebagi fungsi eksponensial σ₀ = K εⁿ
Tipe-tipe Kurva alir ideal :
Bahan Elastis sempurna
Bahan Kaku, plastis sempurna
Bahan Kombinasi Elastis & Kaku, Plastis sempurna
Bahan Kaku dengan Pengerasan regang linier
Bahan Elastis dengan Pengerasan regang linier
Besar tegangan alir dipengaruhi oleh :
a. Temperatur
b. Laju regangan
c. Komposisi kimia
d. Ukuran butir
e. Mikrostruktur ( fasa )
Tegangan alir bahan ditentukan dengan Uji Tarik, Uji Tekan, Uji Puntir dan Uji
mekanik khusus, misal : Uji tekan regangan bidang, Uji tarik – puntir, Uji tekan – puntir .
Kriteria luluh adalah pernyataan matematis dari suatu keadaan tegangan yang dapat
menghasilkan deformasi plastis
Secara umum dinyatakan sebagai :
C₁ = f( σx, σy, σz, τxy, τyz, τzx ) atau dinyatakan sebagai fungsi tegangan utama : C₂ =
f( σ₁, σ₂, σ₃ )
C₁, C₂ adalah konstanta yang merupakan fungsi dari Tegangan Luluh
Deformasi plastis terjadi apabila tegangan yang bekerja melampaui Batas Luluh bahan
( Yield Strength, Yield Point ) atau dengan perkataan lain,perubahan permanen bahan terjadi
jika tegangan yang bekerja mencapai Tegangan Alirnya ( Flow Stress ).
Ada 2 kriteria luluh yang umum digunakan dalam pengubahan bentuk bahan, yaitu :
Kriteria Luluh Tresca ( Maximum Shear Stress Criterion )
Kriteria luluh Von Mises ( Distortion Energy Criterion )
1. Kriteria Luluh Tresca ( Maximum Shear Stress Theory ) :
Bahan akan terdeformasi plastis jika tegangan geser maksimum yang bekerja ( τmax )
mencapai harga kritisnya atau Tegangan Luluh geser bahan ( τ₀ ) tersebut. τmax = τ₀ sedang
τmax = ½ ( σ₁ - σ₃ ) maka ½ ( σ₁ - σ₃ ) = τ₀ dimana σ₁ > σ₂ > σ₃
Pada uji tarik ( pembebanan uniaxial ) :
σ₁ = F/A , sedang σ₂ dan σ₃ = 0
τmax = ½ ( σ₁ - σ₃ ) = ½ ( σ₁ - 0 ) = ½ σ₁
Bahan terdeformasi jika σ₁ = Batas Luluh = σ₀ → τmax = ½ σ₁ = ½ σ₀
Jadi kriteria luluh Tresca dapat dituliskan sebagai ( σ₁ - σ₃ ) = σ₀
2. Kriteria Luluh Von Mises ( Distortion Energy Theory )
Bahan akan luluh jika energi regangan per satuan volume bahan tersebut sama dengan energi
pada batas luluhnya :
w₀ = (1/2E )[σ₁² + σ₂² + σ₃² - 2ν (σ₁σ₂ + σ₂σ₃ + σ₁σ₃ )]
w₀ = ( σ₀ )²/2E
( σ₀ )² = ( σ₁² + σ₂² + σ₃² ) - 2ν (σ₁σ₂ + σ₂σ₃ + σ₁σ₃ )
σ₀ = [( σ₁² + σ₂² + σ₃² ) - 2ν (σ₁σ₂ + σ₂σ₃ + σ₁σ₃ )] ⁰’⁵
Untuk tegangan yang bekerja pada dua dimensi ( deformasi biaxial ) :
σ₀ = σ₁² + σ₂² – 2ν σ₁σ₂ dimana ν = Poisson’s Ratio
Berdasar teori energi distorsi persamaan Von Mises dapat ditulis sbb : σ₀ = (1/√2 ) [( σ₁ – σ₂
)² + ( σ₂ – σ₃ )² + ( σ₃ – σ₁ )² ] ⁰’⁵
Bentuk umum persamaan kriteria luluh Von Mises :
σ₀ = (1/√2 ) [( σx – σy )² + ( σy – σz )² + ( σz – σx )² + 6 ( τxy² + τyz² + τzx² )] ⁰’⁵
Kriteria Luluh pada kondisi geseran murni ( puntir ), menurut Von Mises : σ₁ = (1/√3 ) σ₀ =
0,577 σ₀
Kriteria Luluh untuk bahan yang mengalami Tegangan uniaksial dan puntir :
Menurut Tresca : ( σx / σ₀ )² + 4( τxy / σ₀ )² = 1
Menurut Von Mises : ( σx / σ₀ )² + 3( τxy / σ₀ )² = 1