Anda di halaman 1dari 41

TUGAS RANCANG KOPLING DAN RODA GIGI

PERENCANAAN KOPLING
NEW HONDA FREED
Guna memenuhi persyaratan kelulusan pada mata kuliah

OLEH

……………….

NIM : ………………

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAMULANG
20..
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur, Saya panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan
Rahmat-Nya, Dengan selesainya penyusunan Tugas PERENCANAAN KOPLING sebagai
Tugas Mata kuliah Elemen Mesin I, Pada Program Studi Teknik Mesin di Universitas
Pamulang.

Tugas ini pada dasarnya merupakan sarana pendukung untuk memenuhi persyaratan
kelulusan pada Mata kuliah Elemen Mesin 1. Oleh karena itu saya berharap semoga Tugas ini
dapat berguna bagi Saya maupun bagi siapa saja yang membacanya.

Saya sadari, Dalam penyusunan Tugas ini masih banyak memiliki kelemahan dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk jadi bahan
masukan dan perbaikan selanjutnya.

Akhir kata, Saya mengucapkan Terimakasih kepada ……………………………


sebagai dosen pembimbing yang telah membantu dan mendukung pembuatan Tugas ini.

Pamulang, ……..

Penulis

( ……………….. )

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SIMBOL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.......................................................................
1.2. Tujuan....................................................................................
1.3. Metode Permasalahan.....................................................................
BAB II TEORI DASAR
2.1. Pengertian kopling....................................................................
2.2. Klasifikasi kopling....................................................................
2.3. Rumus-rumus yang digunakan dalam percobaan......................
BAB III METODE PERENCANAAN
3.1. Desain Poros.............................................................................
3.2. Desain Kampas Kopling........................................................
3.3. Karakteristik Kopling...............................................................
BAB IV DATA DAN HASIL PERHITUNGAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................
DAFTAR SIMBOL

Nama dan Lambang Satuan

Momen puntir yang terjadi (Mp) kg.mm

Momen puntir yang direncanakan (Mtd) kg.mm

Daya mesin maksimum (N) dk

Putaran Mesin (n) rpm

Faktor keamanan ( v,s,β) -

Momen gesek (Mfr) kg.mm

Tegangan geser yang diizinkan (σbol) kg/cm2

Tegangan tarik yang diizinkan (τbol) kg/cm2

Diameter poros (dp) cm

Diameter spline (ds) cm

Tinggi spline (h) cm

Lebar spline (w) cm

Jari-jari rata-rata cm

Panjang (l) cm

Jumlah spline (z) -

Lebar permukaan gesek (b) cm

Luas penampang poros (A) cm2

Tekanan yang terjadi (P) kg/cm2

Gaya Tekan (F) kg.cm/s2

Jari-jari dalam (r1) cm

Jari-jari luar (r0) m


Berat kopling (G) kg

Defleksi yang terjadi (Y) cm

Putaran kritis (ncr) rpm

Diameter kritis cm

Energi yang hilang karena gesekan (Wg) watt

Putaran sudut (ω) rad/s

Waktu (t) detik

Panas jenis spesifik (Cp) J/kg0C

Tebal plat gesek (a) cm

Umur kopling (Lt) jam/tahun

Kerja beban spesifik (k) watt jam/cm3

Daya yang hilang (Nfr) watt

Luas permukaan gesek (Am) cm2

Efesiensi kopling (η) %


DAFTAR GAMBAR

A. Macam-macam Kopliung tetap


Sketsa Kopling Tetap ( Kopling Flens )

B. Macam-macam Kopling tidak tetap


Kopling Fluida

C. Gbr. Gaya dan Torsi pada Kopling gesek


Letak Kopling Gesek pada Sistem Transmisi Mobil

Kopling Gesek ( Clutch ) Type pelat


Poros dengan beban Puntir
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kendaraan merupakan sarana terpenting dalam

sistem transportasi dan sangat dibutuhkan. Ide pengembangan sarana transportasi yang

kian berkembang, menunjukkan suatu bukti nyata dengan adanya perubahan-perubahan

yang terjadi pada sarana transportasi tersebut. Kendaraan yang dahulunya bersifat klasik

dimana mengandalkan tenaga hewan, kini telah berubah menjadi modern yang lebih

mengandalkan mekanik atau mesin.

Mobil sebagai salah satu sarana transportasi, kerap dipakai oleh segenap

masyarakat. Dapat dikatakan bahwa mobil memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan

dengan kendaraan bermotor lainnya. Diantaranya adalah dapat mengangkut beban yang

besar, banyak, dan dapat dipakai untuk menempuh perjalanan yang jauh, memiliki

konstruksi yang lebih kokoh dan stabil serta kelebihan-kelebihan lainnya.

Tetapi sewaktu-waktu kita selalu dihadapkan pada masalah-masalah teknis

permesinannya. Hal ini membuktikan bahwa mesin tersebut yang terdiri dari bermacam-

macam elemen mesin memegang peranan yang sangat penting. Salah satu elemen mesin

yang akan dibahas lebih jauh pada tugas perencanaan ini adalah kopling, dalam hal ini

Kopling Pada Mobil NEW HONDA FREED.

1.2. Tujuan

Karena suatu perencanaa elemen mesin haruslah benar-benar akurat atau teliti,

maka khusus dalam perencanaan kopling ini terdapat beberapa tujuan yang hendak

dicapai agar memiliki efisiensi yang tinggi, antara lain :


a. Mendapatkan kekuatan kopling yang baik dengan dasar bahwa faktor

keamanan yang dimilikinya adalah optimal yang ditunjang dengan

pemilihan bahan yang sesuai.

b. Memiliki efisiensi kerja yang tinggi.

c. Mendapatkan kopling yang kuat tetapi ekonomis.

d. Dapat memperkirakan umur kopling yang direncanakan.

1.3 Metode Permasalahan.

Dalam perencanaan kopling ini tidak semua bagian-bagian dari sebuah kopling

kami jabarkan. Hanya sebahagian saja dimana dalam hal ini yang kami bahas adalah :

1. Diameter poros

2. Diameter sepline

3. Diameter plat gesek

4. Diameter plat tengah

5. Efisiensi kopling

6. Lamamya pemakaian
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Pengertian Kopling

Kopling merupakan suatu bagian dari mesin yang berfungsi sebagai sambungan

poros dengan elemen mesin yang dengan terus menerus atau kadang-kadang harus ikut

berputar dengan poros tersebut. Elemen mesin serupa itu ialah umpamanya puli sabuk,

puli tali dan puli rantai, roda gigi serta tromol.

Sehubungan dengan tujuannya, terdapat bermacam-macam prinsip kopling.

Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

a) Kalau harus dibuat suatu sambungan mati, dipergunakan kopling lekat

b) Kalau kopling harus membolehkan gerakan poros yang satu terhadap

poros yang lain dalam arah memanjang sebagai akibat perubahan yang

diakibatkan oleh perubahan temperatur, dalam arah radial sebagai akibat

ketidaktelitian ketika memasang – maka dipasang kopling yang dapat

bergerak atau fleksibel.

c) Suatu sambungan yang mengurangi tumbukan lewat akumulasi kerja dan

lewat pengubahan kerja menjadi kalor danyang banyak atau sedikit

meredam getaran, dinamakan kopling elastik.

d) Apabila sambungan dapat dibuat bekerja hanya kalau sedang berhenti,

tetapi dapat dilepaskan selama sedang bergerak, maka kita sedang

berhadapan dengan kopling yang dapat dilepaskan. Misalnya pada

kopling cakar.

e) Apabila sambungan sembarang waktu selama sedang bergerak harus

dapat dihubungkan dan dilepaskan, maka yang dipergunakan ialah


kopling yang dapat dihubungkan, kopling gesek, kopling hidrolik atau

kopling induksi elektromagnetik.

f) Untuk pekerjaan berat atau pekerjaa yang peka, dipergunakan kopling

aman untuk menghindari tumbukan dalam bagian yang peka dalam

perkakas yang digerakkan atau beban terlampau besar dalam mesin

penggerak, motor dan sebagainya. Untuk yang belakangan ini juga

diterapkan kopling starter.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kopling adalah

sebagai berikut :

a) Kopling harus ringan, sederhana dan semurah mungkin dan mempunyai

garis tengah yang sekecil mungkin.

b) Garis-sumbu poros yang hendak di sambung harus berderet dengan

tepat terutama apabila kopling tidak fleksibel atau tidak elastik.

c) Titik berat kopling sebanyak mungkin harus terletak pada garis sumbu

poros, dan juga kopling harus disetimbangkan dinamis, kalau

tidak, kopling akan berayun. (Apabila titik berat terletak dalam garis-

sumbu, maka kopling telah disetimbangkan).

d) Kopling harus dapat di pasang dan dilepaskan dengan mudah.

e) Bagian menonjol harus di cegah atau ditutupi sedemikian rupa sehingga

tidak menimbulkan bahaya.


2.2. Klasifikasi Kopling

Secara umum kopling dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu :

1. Kopling tetap

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran

dan daya poros pengerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi slip),

dimana sumbu poros tersebut terletak pada suatu garis lurus. Yang termasuk

kopling tetap adalah

a. Kopling kaku

Kopling ini dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris.

Kopling ini dipakai pada mesin dan poros transmisi umumnya di pabrik-pabrik. Kopling

ini terbagi atas:

 Kopling box atau kotak digunakan apabila dua buah poros dan transmisi harus

dihubungkan dengan sebuah garis. Kopling ini dipakai pada poros transmisi.

 Kopling flens kaku terdiri dari naf dengan flens yang terbuat dari besi cor atau baja

cor dan dipasang pada ujung poros yang diberi pasak serta diikat dengan flensnya.

Dalam beberapa hal, naf pada poros dengan sumbunya dipress atau dibaut.

 Kopling flens tempa.

2. Kopling luwes, kopling ini terbagi atas

 Kopling fans lurus

 Kopling karet ban

 Kopling karet bintang

 Kopling rantai

 Kopling gigi
3. Kopling universal, kopling ini terbagi atas:

 Kopling universal hook

 Kopling universal

2. Kopling Tidak Tetap

Yaitu suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang digerakkan dengan

poros penggerak dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya serta dapat

melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam maupun berputar.

Jenis kopling tidak tetap ini adalah

1. Kopling cakar

Kopling ini berfungsi untuk meneruskan momen dengan kontak positif (tidak dengan

perantaraan gesekan) sehingga tidak terjadi slip. Ada dua bentuk kopling cakar yaitu:

 Kopling cakar persegi

 Kopling cakar spiral

2. Kopling Plat.

Kopling ini disusun berdasarkan :

 Berdasarkan banyaknya plat yaitu kopling plat tunggal dan kopling plat banyak.

 Berdasarkan ada tidaknya pelumas yang digunakan yaitu basah dan kering.

 Berdasarkan pelayanannya yaitu kopling manual, hidrolik, numatik dan

elektromagnetik.

Type-typenya adalah:

1. Kopling kerucut

2. Kopling friwill

3. Kopling gesek ( dutch )


SYARAT-SYARAT YANG HARUS DIMILIKI KOPLING

Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kopling adalah :

1. Mampu menahan adanya kelebihan beban.


2. Mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh gerakan dari elemen
lain.
3. Mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih.
4. Mampu mencegah terjadinya beban kejut.

Kondisi yang harus dipenuhi untuk mendesain kopling :


1. Kopling harus mudah dipasang dan dilepas.
2. Kopling harus dapat mentransmisikan daya sepenuhnya dari poros.
3. Kopling harus sederhana dan ringan.
4. Kopling harus dapat mengurangi kesalahan hubungan pada poros.

Kopling ditinjau dari cara kerjanya :


1. Kopling tetap ( coupling flens )
2. Kopling tak tetap ( coupling gesek )

Kopling tetap adalah suatu elemen yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya
dari poros penggerak keporos yang digerakan secara pasti ( tanpa terjadi slip, dimana kedua
sumbu poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat sedikit berbeda sumbunya.
Kopling tetap selalu dalam keadaan terpasang, untuk memisahkannya harus dilakukan
pembongkaran.

I. PEMBAGIAN KOPLING TETAP :

1. Kopling kaku

Kopling kaku dipergunakan bila kedua poros harus dihubungkan sumbu segaris, dan
dipakai pada poros mesin dan transmisi umum dipabrik-pabrik. Kopling ini terdiri atas :
 Kopling Bus
 Kopling Flens kaku
 Kopling Flens tempa

2. Kopling Luwes

Kopling Luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan sumbu


poros yang terdiri atas :
 Kopling Flens Luwes
 Kopling karet ban
 Kopling karet bintang
 Kopling gigi
 Kopling rantai
3. Kopling universal

Kopling universal digunakan bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup
besar, terdiri dari :
 Kopling universal Hook
 Kopling universal kecepatan tetap.

4. Kopling Fluida

Penerusan daya sehingga tidak ada hubungan antara kedua poros. Kopling Fluida
sangat cocok untuk mentransmisikan putaran tinggi dan daya yang besar. Keuntungannya
adalah getaran dari sisi penggerak dan tumbukan dari sisi beban tidak saling diteruskan.
Demikian pula pada waktu terjadi pembebanan lebih, penggerak mula tidak akan terkena
momen yang akan melebihi batas kemampuan.

5. Kopling Plat

Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan satu plat / lebuh yang di pasang
diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan
daya melalui gesekan antara sesamanya. Kontruksi kopling ini cukup sederhana dan dapat
dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar , karena itu kopling ini sangat banyak
dipakai.

Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan kopling plat banyak ,yaitu
berdasarkan atas banyaknya plat gesek yang dipakai. Juga dibagi atas kopling basah dan
kering, serta atas dasar pelayanan ( manual, hidrolik, nimatik, dan elektro magnitis ). Macam
mana yang akan dipilih tergantung pada tujuan, kondisi kerja, lingkungan dan sebagainya.

Bentuk kopling plat yang paling sederhana diperlihatkan pada gambar 3.4 Badan A
dipasang tetap pada poros di sebelah kanan serta dapat bergeser secara aksial pada poros
sebelah kiri , dan badan B di pasang pada poros di sebelah kanan serta dapat bergeser secara
aksial pada poros tersebut sepanjang pasak luncur. Bidang gesek C pada badan B didorong ke
badan A hingga terjadi penerusan putaran dari poros penggerak dari sebelah kanan.
Pemutusan hubungan dapat dilakukan dengan meniadakan gaya dorong hingga gesekan akan
hilang.

adalah diameter dalam,dan adalah diameter luar bidang gesek. Karena bagian
bidang gesek yang terlalu dekat pada sumbu poros hanya mempunyai pengaruh yang kecil
saja pada pemindah momen, maka besarnya perbandingan / jarang lebih rendah dari
0,5.

Besarnya tekanan pada permukaan bidang gesek adalah tidak terbagi rata pada seluruh
permukaan tersebut, makin jauh dari sumbu poros tekanannya semakin kecil. Jika dalam
gambar besarnya tekanan rata-rata pada bidang gesek adalah p ( kg / ), maka besarnya
gaya yang menimbulkan tekanan ini adalah

F= ( - )p
2.3. Rumus-Rumus Yang Digunakan

1. Momen Puntir (Mp)


Mp = 71620 N/n (Kg/mm2) ………………………………….…………….……..1
Dimana : N = Daya maksimum mesin (Hp)
n = Putaran mesin (rpm)
2 Momen puntir yang direncanakan
Mtd = Mp x v…..………………………………………………………………....2
3. Momen Gesek (Mfr)
Mfr = B x Mtd….…………………………………………………………………3
4 Tegangan tarik yang diizinkan
 td
 bol  ………………………..…………………………………………….….4
s
5 Tegangan geser yang diizinkan
 bol
 bol  ………………………………………………………………………....5
s
6 Diameter Poros
Dp = [ 5 . Mfr/τbolII]1/3………………………………………...……………….…...6
7 Diameter Spline
Ds = dp/0.8………………………………………………………………………...7
8. Tinggi spline
H = 0.1 x ds………………………………………………………………………..8
9. Lebar spline
W = 0.25 x ds……………………………………………………………………...9
10. Jari-jari rata-rata
Dp  Ds
rm  ……………………………………………………………...........10
4
11 Tegangan geser yang terjadi pada poros
P
s  …………………..……………………………………………….………11
A
12. Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mg
g  ……….……………….………………….…………………….........12
m.F .z
13 Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata
b = r0 – r1 …………………………………………….……………………...13
rm = 0.5(r0 + r1)
14. Perbandingan jari-jari dalam dengan jari-jari luar
r1/r0 = ( 0.6 – 0.8 )………………………………………………………………..14
15 Momen Gesek
Mfr = f . P . Fm . rm.…………………………………………………………….15
16. Jari-jari dalam plat gesek
r1g = 0.6 r0g……………………………………………………………………...16
17 Diameter luar plat gesek
D0g = 2 . r0………………………………………………………………….........17
18 Diameter dalam plat gesek
D1g = 2 . r1g……………………….……………………………………..………18
19 Berat plat gesek
Gl = 2 . π (D0g2 – D1g2) t . γ
4………......………………………………..19
20 Perhitungan berat plat tengah
G2 = π . (D0t – D1t) . t . γ
............20
21. Perhitungan naf
G3 = π .(D0n-D1n) . t . γ
………...21
22 Perhitungan berat rumah kopling
G4 = π . ((D0g + 2 . A . K)2 – D1n2) . t. γ
………………...22
23. Perhitungan berat poros
G5 = π. dp2 . t . γ plat…..………………………………………………………..23
24 Defleksi akibat beban poros
5.q. 4
 ………………………………..…………………………………….24
.348
25 Defleksi akibat berat kopling
3
 ………………….………………………………………..…………25
.348
26 Putaran Kritis
1
Ncr = 300 ……………………………………………….……………..26
tot
27 Akibat beban terpusat
ML1 = Pl/4……………………………………………………………….………27
28 Akibat beban terbagi merata
Ml2 = gl2/8…………………………………………………………..…..……….28
29 Momen lentur yang terjadi
Mltot = Pl/4 + gl2/8…………...………..…………………………………………29
30 Diameter Kritis
Mrc = (ml)2 + A (mp)2…………………………….…………..………………...30
31 Diameter kritis yang terjadi pada poros
red
Dcr  ……………….…………………………………………………31
0,1. bolii
32 Energi yang dihilangkan karena gesekan

Wg = Mtd . W . t/2…………………………...…………………………………………………………...32
33 Kenaikan Suhu

Q = Wg = G . Cp . Dt………………..……………….…….………………………………………………33
34 Umur Kopling
a.k .m
 …………………………………………………………..………….34
fr
35 Efesiensi Kopling
m  fr
 ………………………………..…………………………………35
m
BAB III METODE PERENCANAAN

Data perencanaan dari Mobil NEW HONDA FREED Sebagai berikut :


1. Daya maksimum : 118 Ps
2. Putaran maksimum : 6600 rpm
3.1. Desain Poros
A. Perhitungan Diameter Poros
1. Momen Puntir Yang terjadi
N
Mp  71620
n

= 71620 = 1280,47 kgcm

2. Momen Puntir Yang Direncanakan


Mtd = Mp. V ; V = Faktor Keamanan
=1-6
= dipilih 4, untuk mengantisipasi adanya
pembebanan yang tiba-tiba.
Semakin tinggi faktor keamanan maka momen puntir yang direncanakan
semakin baik terhadap perencanaan poros.
Mtd = ( 1280,47 ) (4)
= 5121,88 kg.cm.

3. Momen Gesek
Mfr =  . Mtd ;  = Faktor konstanta
= 1,2  1,5
= dipilih 1,2 untuk memperoleh gesekan yang
kecil, sehingga poros yang direncanakan tidak
mudah aus.

Semakin besar konstanta maka momen gesek yang terjadi semakin rendah
menyebabkan gesekan yang terjadi juga semakin besar.
Mfr = (1,2) ( 5121,88 )
= 6146,25 kg.cm
4. Diameter Poros
Karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang sangat vital, maka
material poros yang digunakan haruslah benar-benar kuat. Untuk menjaga agar dalam
operasinya lebih aman maka dipilih baja St – 60 sebagai bahan poros dalam perencanaan
ini.
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan faktor keamanan
(S = 5 – 8 ) maka tegangan-tegangan yang terjadi adalah sebagai berikut : (dipilih S = 6)
a. Tegangan tarik yang diizinkan :
6000
boll  II  1000 kg cm 2
6
a. Tegangan geser yang diizinkan :
boll
boll 
II
II
1,73
1000
boll 
II  578,03 kg cm 2
1,73
b. Diameter Poros

5.Mfr
Dp  3
 bol

=√

= 3.76 cm
= 4 cm
4. Pemeriksaan tegangan geser pada poros
P P
s  
A  dp 2
4

P= = = 128,047 kg

τ= = 10,19 ⁄

Material poros cukup aman karena tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan yaitu :
s < 
10,19 < 578,03 kg/cm2

B. Perhitungan Splines
Splines berfungsi untuk menghubungkan poros dengan cakra sehingga momen
puntir cakra dapat dipindahkan melalui alur splines yang mengakibatkan poros berputar
bersama-sama dengan cakra.
1. Pemilihan bahan splines
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah baja St 70
maka bahan sepline yang digunakan juga adalah baja St 70 yang bekerja
pada kondisi pembebanan dinamis II dengan faktor keamanan yang
diambil adalah 8. Selanjutnya dari bahan tersebut kita dapat menentukan
tegangan – tegangan yang diizinkan, yaitu :
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
7000
 bol II = = 1166,6 kg/cm2
6
Tegangan geser yang diizinkan adalah :
bol 1166,6
 bolII = 
II

1,7 1,7
 bol II = 686,27 kg/cm2

2. Pemilihan jumlah splines


Dengan menentukan jumlah splines, kita dapat menentukan dimensi
splines yang lain. Dalam perencanaan ini kita merencana sebanyak 10
buah splines.
3. Perhitungan diameter splines (Ds)
dp
Ds 
0,8
4
=
0,8
= 5 cm
4. Jari-jari rata-rata splines (rms)
rms = ¼ (Ds + dp)
= ¼ (5 + 4)
= 2,25 cm
5. Tinggi splines
h = 0,1 Ds
= 0,1 (5)
= 0,5 cm
6. Lebar Splines (w=b)
w = 0,25 Ds
= 0,25 (5)
= 1,25 cm
7. Diameter rata-rata splines (Dms)
Dms = 2 rms
= 2 (2,25)
= 4,5 cm
8. Koreksi faktor keamanan pada spline :
Tegangan geser yang terjadi pada spline
Mfr
g 
rm.F .z.
dimana : μ = 0,75 (untuk distribusi pembebanan merata)
F = 0,8 . dm . l/z
Dimana : l = panjang spline
= 6 cm (direncanakan)
z = 2.rm
= 2 . 2,25
= 4,5 cm
F = 0,8 . 4,5 . 6/10
= 2,16 cm2

= 374,71 kg/cm2
3.2. Desain Kampas Kopling
Dari tabel untuk bahan plat gerek spesifikasinya adalah sebagai berikut (buku ir.J
Stolk hal.210) selnjutnya terdapat pada lampiran.
a) Material plat gesek : asbes
b) Keadaan plat gesek : kering
c) Koefisien gesek (f) : 0,2
d) Tekanan permukaan (P) : 8 kg/cm2
e) Temperatur maksimum : 250C
A. Perhitungan Plat gesek
1. Perbandingan lebar permukaan gesek terhadap jari-jari rata-rata adalah :
b rog  rig
= = (0,2 – 0,5)
2 (rog  rig
rmg 1

Dalam hal ini dipilih 0,5 sebab semakin besar permukaan geges maka gaya
geseknya juga semakin besar sehingga kopling dapat berfungsi dengan baik.
2. Perbandingan jari-jari dalam dan jari-jari luar adalah :
rig
= (0,6 – 0,8)
rog
Dalam hal ini dipilih 0,6 sebab semakin kecil perbandingan jari-jari dalan dan
jari-jari luar maka geseknya juga semakin kecil sehingga kopling dapat
berfungsi dengan baik.
3. Momen gesek (Mfr)
Mfr = f . P . Fm . rm
Dimana Fm = 2π .rm . b . z
Z = jumlah plat gesek
= 2 ( direncanakan )
= 2π . rm . 0,5rm . 2
= 2π . rm2
Mfr = f. P . 2π . rm3

Mfr
rm = 3
f .P.2

= √

= 8,48 cm
Sehingga dari persamaan (A) didapat lebar permukaan gesek :
b = 0,5.rm
= 0,5 x 8,48
= 4,24 cm

Karena rm = ½ ( rog + rig ) maka :


rm = ½ ( rog + 0,6 rog )
8,48 = ½ (1,6) rog
rog = 10,6 cm
rig = 0,6 rog
= 0,6 x 10,6
= 6,36 cm

Syarat tebal plat gesek ( 0,2 - 0,5 ) cm sehingga diplih 0,5 cm


Semakin tebal pelat gesek yang direncanakan maka semakin baik karena
semakin lama umur pakai.
 Diameter luar pelat gesek :
Dog = 2 rog
= 2 (10,6 )
= 21,2 cm

 Diameter dalam pelat gesek adalah :


Dig = 2 rig
= 2 ( 6,36 )
= 12,72 cm

A. Perhitungan Plat Tengah Gesek


Plat ini disatukan dengan naf dan juga berfungsi untuk memegang plat
gesek. Dimensi – dimensi plat gesek tengah yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
1. Diameter luar plat tengah sama dengan diameter luar pelat gesek.
Dot = Dog = 21,2 cm
2. Bahan plat tengah yaitu St-60
t = 6000 kg/cm2
3. Tebal pelat tengah direncanakn 0,4 cm
t = 0,4 cm
4. Diameter dalam plat tengah direncanakan sama dengan diameter luar
naf yaitu :
Dit = 7 cm
C. Naf
Naf berfungsi untuk mentransmisi daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain
Dimensi – dimensi yang direncanakan :
1. Diameter luar naf
Don = 7 cm
2. Diameter dalam naf
Din = 5 cm
3. Panjang naf direncanakan sama dengan panjang splain yaitu 6 cm
4. Bahan naf direncanakn adalah St-60.

D. Perhitungan kopling dan komponen-komponennya


1. Berat plat gesek


G1 = 2 Do g  Di g . t.γ/4
2 2

 asbes = Massa jenis asbes = 2,1 gr/cm3

= 2𝛑 ( – ) 0,5 x ⁄

= 6,28 ( 449,44 – 161,79 ) 0,2625


= 474,19 gram

2. Berat plat tengah



G2 = 2 Do t  Di t . t.γ/4
2 2

 baja = 7,8 gr/cm3

= 2𝛑 ( – ) 0,4 x ⁄

= 6,28 ( 449,44 – 49 ) 0,78


= 1961,51 gram
3. Berat naf

G3 = 1
4 
 Do  Di
n
2
n
2
. t.γ
baja = 7,8 gr/cm3
= 1
4  7 2  5 2  0,6 x 7,8
= 176,34 gram

4. Berat rumah kopling


G4 = 1 4  Dog  2. ak 2 - Din 2 . t.γ 
baja = 7,8 gr/cm3
t = ak = tebal rumah kopling = 0,5 cm direncanakan
= 𝛑 [(21,2+2x0,5 - ] 0,5 x 7,8

= 0,785 [ ( 492,84 ) – 25 ] 3,9


= 1432,29 gram

5. Berat Poros
G5 = ¼ .dp2 . L. 
= ¼ .3,14 .42 .10 .7,8
` = 976,68 gram
6. Berat total kopling tanpa berat poros
Gtot = G1 + G2 + G3 + G4
= 474,19 + 1961,51 + 176,34 + 1432,29
= 4044,33 gram = 4,044 kg

E. Pemeriksaan putaran kritis


1. Defleksi pada poros
Defleksi yang terjadi pada poros kita dapat menganggapnya sebagai akibat dari
dua macam pembebanan, yaitu pembebanan akibat berat poros itu sendiri (beban
terbagi merata) dan pembebanan terpusat yang diakibatkan oleh berat kopling.
a. Beban akibat berat poros (beban terbagi merata)
x

½ ql ½ ql
 x

Mx
qx

½ ql x/2
x/2

Mx = 0
= -½ ql.x + ½ qx2
Karena

d2y
Mx = EI
dx 2

d2y
Maka EI = -½ qlx + ½ qx2
2
dx
dy
EI = -¼ qlx2 + 1/6 qx3 + c1
dx
EI y = 1/12 qlx3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Syarat Batas :

Pada x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x= ½l ; =0
dx
 -¼ ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
 -1/8 ql3 + 1/12 ql3 + c1 = 0
 c1 = 1/24 ql3
Sehingga persamaannya menjadi :

1  ql 3 qx 4 ql 3 x 
y =    
EI  12 24 24 
 
Lendutan maximum terjadi pada pertengahan poros atau x = ½ l
Maka :

  ql 1 2 l   q 2   gl  2 
1  1 3 1 1 4 1 3 1 
y =
EI  12 24 24 

1  ql 4 qx 4 ql 4 
y =    
EI  96 384 48 
 

1  5.ql 4 
y =  
EI  384 
 
Dimana :

E = Modulus elastisitas untuk beban poros St 70


= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen Inersia poros
~ 1/64..dp4

~ 1/64.3,14.44 = = 12,56 cm4

Q = Beban terbagi merata


Gp
~ /l = 0,979/10 = 0,0979 kg/cm
Sehingga lendutan akibat berat poros adalah :

1  5 x0,0979.10 4 
y =  
2,15 .10 6 x12,56  384 
y = 4,7205.10-7 cm = 0,4720. 10-6 cm
a. Beban akibat berat kopling (beban terpusat)

Gtot = P
x
Mx b
a
b

Pb/l Pb/l

Mx =0
Pb
= .x
l
Karena :

d2y
Mx = EI
dx 2
Maka :

d2y Pb
EI =  .x
2 l
dx

dy Pbx 2
EI =   c1
dx 2.l

Pbx 2
EI y =   c1 x  c 2
2.l
Syarat batas :

x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = 1/2l dan = 0 , maka :
dx

dy Pbx 2
EI =   c1
dx 2.l

Pbx 2
C1 = 
2.l
C1 = Pbl/8
Sehingga :

1  Pb.x 3 Pb.l.x 
y = .  
EI  6.l 8 

dimana lendutan maximum terjadi pada x = l/2 dan b = l/2
 P. l . l 3 P. l . l .l 
1  2 2 
y = . 2 2
 
EI  6.l 8 
 

1  P.l 3 
y = . 
EI  48 
 
Dimana :
E = Modulus elastisitas kopling dipakai standar baja St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
3,14.4 4
= 1/64 .dp4 =  12,56 cm4
64
P = Berat total kopling = 4044,33 gr = 4,044 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :

1  P.l 3 
y = . 
EI  48 
 

1  4,044.10 3 
y = .  
2,15.10 6 x12,56  48 
y = 3,1199.10-6 cm
Maka Ytotal adalah :
= y1 +y2 cm
= 0,4720.10-6 +3,1199.10-6 cm
= 3,6.10-6

Putaran Kritis
ncr = 300

ncr = 300

ncr = 83333 rpm

Putaran poros (n) dianggap cukup aman jika fluktuasinya berada diantara (0,8n
- 1,2n), dimana putaran poros n = 6600 rpm. Sehingga interval putaran maksimum adalah
(1,2) (6600 rpm) = 7920 rpm.

Karena putaran optimum (nopt) lebih kecil dari putaran kritis (ncr) maka dapat
dikatakan bahwa kondisi putaran poros berjalan dengan stabil terhadap akan adanya
pembebanan.

nopt < ncr

6600 < 83333 rpm


F. Pemeriksaan Kekuatan Poros Momen Lentur
1. Akibat beban terpusat (P = Gtot)

P
L/2

A B

l
P/2 P/2
Momen lentur terjadi maximum pada L = l/2

½.l
A Ml1

P/2

Ml1 = 0
P l Pl
= . 
2 2 4
2. Akibat beban terbagi merata (berat poros)

L = 1/2

A B
1/4

ql/2 ql/2

X= l/2

Ml2

qx
ql/2

Ml2 =0
= -qx.(l/4) + q.(l/2).(l/2)
= - (ql2/8) + ql2/4)
= ql2/8.
3. Momen lentur yang terjadi
Ml = Ml1 + Ml2
= Pl/4 + ql2/8
dimana : P = Berat kopling = 4,044 kg
l = Panjang poros = 10 cm
q = Berat beban terbagi merata
= qp/l = 0,97/10 = 0,0974 kg/cm.
Ml = (0,0974.102/8) + (4,044.10/4)
= 11,3275 kg.cm
G. Diameter Kritis

Pemeriksaan diameter kritis menggunakan momen reduksi

Mred = Ml 2  (Mp) 2

dimana :  = faktor koreksi


 = bol III/bol II
Berdasarkan tabel XX.4 pada buku referensi Bagian-bagian mesin dan
merencana, hal 186, karangan Umar Sukrisno, untuk baja St 60-70 :
bol III = 600  800 kg/cm2 ; dipilih boll III = 600.
= 600/875 = 0,685
Semakin kecil tegangan tarik yang digunakan maka momen reduksinya
juga senakin kecil sehingga diameter kritis yang terjadi juga kecil
Sehingga :

Mred = 5,39752  (0,685).1193.672


= 817,682 kg.cm
Diameter kritis

Mrd
=
0,1.bol II

817,682
=
0,1 x 600
=3,69 cm
Karena diameter kritis adalah 3,69 cm dan diameter poros adalah 4 maka
dalam perencanaan ini dianggap aman sebab diameter kritis lebih kecil
dari diameter poros.
dcr  dp
3,69  4 cm

3.3. KARAKTERISTIK KOPLING


A. Suhu Kampas Kopling
Suhu kampas kopling sama dengn suhu kopling dan akan
meningkat akibat gesekan/slip saat penyambungan. Kenaikan suhu ini tidak
melebihi batas tertentu agar plat gesek lebih awal. Untuk asbes suhu kerja yang
direncanakan adalah 250o. Untuk menghitung kenaikan suhu kopling
direncanakan (diambil asumsi) :
 waktu penyambungan : 1 detik
 panas ditimbulkan oleh plat tengah
1. Energi yang hilang karena gesekan
M t.t..
Wfr =
2
Mt = Momen puntir rencana
= Mtd . 9,81
= 56.61 . 9,81
= 555,34 Nm
t = Waktu penyambungan (0,2  1) detik
= dipilih 1 detik.
Semakin cepat waktu penyambungan maka energi yang hilang juga semakin
kecil agar energi yang dihasilkan tidak terbuang percuma.
ω = Kecepatan sudut
2. .n 2. .4200
= =
60 60
= 439,6 rad/sekon
Sehingga:
555,34.1.439,6
Wfr =
2
= 12,2064.104 Joule.
2. Kenaikan temperatur

Q = Wfr
Q = 2,488.105 Joule
Q = Go . Cp . t
Q
t =
Go.Cp
dimana : Go = Berat plat tengah
=0,764 kg/m3
Cp = Panas spesifik udara pada 27C
= 1,0053 kJ/kgC = 1005,3 J/kgC
Maka :
12,2063.104
t =
0,764.1003,5
= 159 oC
Karena temperatur kopling dipengaruhi oleh temperatur luar maka :
t kop = t udara + t
= (27 + 159)C
= 186 C
Karena temperatur kopling lebih kecil dari temperatur yang direncanakan
maka kondisi kopling berada dalam keadaan aman.
Tkop < tdirencaanakan
186 < 250C
B. Umur Kopling
Umur kopling plat gesek kering adalah lebih rendah dari pada plat gesek basah.
Umur kopling gesek basah kurang lebih sepuluh kali umur kopling gesek kering. Karena
laju keausan plat gesek sangat tergantung pada macam bahan geseknya, tekanan kontak,
kecepatan keliling, temperatur dan lain-lain, maka agak sukar menentukan umur secara
lebih teliti.
Lama gesekan
a.k . Am
Ld =
Nfr
dimana : a = Tebal plat gesek = 0,5 cm
= Luas permukaan gesek
= ¼  (Dog2 – Dig2). 2
= ¼ (3,14)(21,922 – 13,142). 2
= 60,51 cm2
k = Kerja spesifik untuk bahan asbes,
dimana daya yang merusak asbes (5 - 8) dk/cm3
dipilih 8
= 5968 waat jam/cm2
Nfr = Daya yang hilang karena gesekan
Mtd . .t.z
=
2.3600
1 60
Nfr = 555,34 . 439,6. .
2 3600
= 2034,39 Watt
Maka :
Lama gesekan adalah :
0,5.60,51.5968
Ld =
2034,39
= 188,75 jam
Dalam penentuan umur kopling, direncanakan penyambungan oleh
kopling 60 kali tiap jamnya dimana waktu kopling menyambung 1 detik dan
melepas 1 detik. Sehingga waktu yang diperlukan tiap jam adalah ~ 60(1 + 1)
detik/jam  120 detik/jam
Jika diperkirakan kendaraan dipakai selama 10 jam setiap hari, maka :
N = 10 jam/hari x 120 detik/jam
N = 1200 detik/hari
= 0,3 jam/hari
Sehingga umur kopling didapat adalah :
Lt = 188,75 / 0,3
=1,7 tahun
Jadi kopling dapat dipakai selama 1,7 tahun
C. Efisiensi Kopling
Efisiensi kopling merupakan besarnya kemampuan kopling bekerja secara
efektif untuk memindahkan daya maksimum ke bagian transmisi lain.
Nm - Ng
 = .100%
Nm
Nm = Daya rata-rata kopling tiap jam
= 83 . 736
= 61088 waat
Sehingga efesiensi kopling didapat
61088  2034,39
η= x100%
61088
= 96,6 %
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Suatu perncanaan dapat dikatakan aman apabila harga yang didapat lebih
kecil daripada harga yang diizinkan.
2. Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sagat penting karena turut
mempengaruhi perhitungan kopling yang direncanakan.
3. Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat daripada
bahan untuk kopling.

4.2 Saran
1. Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang
digunakan untuk desain poros dan komponen-komponen kopling.
2. Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang
didapat dari hasil perhitungan harus lebih kecil daripada harga yang
diizinkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dobrovolsky, Machine Element


Perry, Robert, H, Engineering Manual, Mc. Graw Hill Book Company
Rune, Ir, Zaenab A, Materi Kuliah Elemen Mesin
Ressang, Prof.Dr.Ir.H. Arifuddin, Materi kuliah Mekanika Kekuatan Material I
Stolk, Ir, Elemen Mesin; Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin, 1993, Jakarta, Erlangga
Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, 1987, Jakarta, PT. Pradnya
Paramita

Anda mungkin juga menyukai