PERENCANAAN KOPLING
NEW TOYOTA VIOS
OLEH :
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
Kata Pengantar
Puji dan Syukur, Saya panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah
memberikan Rahmat-Nya, Dengan selesainya penyusunan Tugas RANCANG
KOPLING DAN RODAGIGI Pada Program Studi Teknik Mesin di Universitas
Pamulang. Tugas ini pada dasarnya merupakan sarana pendukung untuk
memenuhi persyaratan kelulusan. Oleh karena itu saya berharap semoga Tugas ini
dapat berguna bagi Saya maupun bagi siapa saja yang membacanya.
Saya sadari, Dalam penyusunan Tugas ini masih banyak memiliki
kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk jadi bahan masukan dan perbaikan selanjutnya.
Akhir kata, Saya mengucapkan Terimakasih kepada Bapak Tatang
Suryana, ST.MT. sebagai dosen pembimbing yang telah membantu dan
mendukung pembuatan Tugas ini.
Penulis
Muhammad Dicky Robby Samsudin
1.2. Tujuan
Karena suatu perencanaa elemen mesin haruslah benar-benar
akurat atau teliti, maka khusus dalam perencanaan kopling ini
terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai agar memiliki efisiensi
yang tinggi, antara lain :
a. Mendapatkan kekuatan kopling yang baik dengan dasar bahwa
faktor keamanan yang dimilikinya adalah optimal yang ditunjang
dengan pemilihan bahan yang sesuai.
1. kopling tetap
2. kopling tidak tetap
• Kopling Kaku
Kopling kaku digunakan bila kedua poros dihubungkan dengan
sumbu segaris. Kopling ini banyak digunakan pada poros mesin dan
transmisi umum dipabrik-pabrik.
• Kopling Luwes
Mesin – mesin yang dihubungkan dengan penggeraknya melalui
kopling kaku memerlukan penyetelan yang sangat teliti agar kedua
poros yang saling dihubungkan dapat menjadi satu garis lurus, selain
itu getaran dan tumbukan yang terjadi dalam penerusan daya antara
poros penggerak dan yang digerakkan tidak dapat diredam sehingga
memperpendek umur mesin serta menimbulkan bunyi berisik. Untuk
menghindari kelemahan-kelemahan tersebut dapat digunakan kopling
luwes terutama bila terdapat ketidaklurusan antara sumbu kedua
porosnya.
e. Kopling Gigi
Kopling ini pada bagaian sillinder dalam terdapat gigi-gigi yang
dihubungkan dengan silinder luar. Silinder luar ini dihubungkan
dengan menggunakan baut. Pada kopling ini terdapat tempat untuk
memasukkkan minyak. Kopling gigi seperti terlihat pada gambar
2.8.
• Kopling Universal
Salah satu jenis kopling universal yaitu kopling universal hook.
Kopling ini dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
memindahkan putaran walaupun poros tidak sejenis. Kopling
universal seperti terlihat pada gambar 2.9.
2. Kopling Plat
Kopling ini meneruskan momen dengan perantaraan gesekan. Dengan
demikikan pembebanan yang berlebihan pada poros penggerak pada waktu
dihubungkan dapat dihindari. Selain itu, karena dapat terjadi slip maka
kopling ini sekaligus juga dapat berfungsi sebagai pembatas momen.
Menurut jumlah platnya, kopling ini dibagi aatas kopling plat tunggal dan
kopling plat banyak; dan menurut cara pelayanannya dapat dibagi atas cara
manual, hidrolik dan magnetik. Kopling disebut kering bila plat-plat gesek
tersebut bekerja dalam keadaan kering dan disebut basah bila terendam
atau dilumasi dengan minyak. Kopling plat seperti terlihat dalam gambar
2.11.
Keterangan Gambar:
1. Roda Penerus (FlyWheel)
2. Plat Gesek
3. Baut pengikat FlyWheel dengan poros penggerak
4. Plat pembawa
5. Bantalan radial
Wg = Mtd . W . t/2…………………………...…………………… 32
33 Kenaikan Suhu
Q = Wg = G . Cp . Dt………………..……………….…….……… 33
34 Umur Kopling
3. Momen Gesek
Mfr = . Mtd ; = Faktor konstanta
= 1,2 1,5
= dipilih 1,2 untuk memperoleh gesekan
yang kecil, sehingga poros yang direncanakan tidak mudah aus.
Semakin besar konstanta maka momen gesek yang terjadi semakin
rendah menyebabkan gesekan yang terjadi juga semakin besar.
4. Diameter Poros
Karena poros merupakan bagian dari suatu mesin yang sangat
vital, maka material poros yang digunakan haruslah benar-benar
kuat. Untuk menjaga agar dalam operasinya lebih aman maka
dipilih baja St – 60 sebagai bahan poros dalam perencanaan ini.
Poros dianggap berada pada kondisi beban dinamis II dengan
faktor keamanan (S = 5 – 8 ) maka tegangan-tegangan yang terjadi
adalah sebagai berikut : (dipilih S = 6)
a. Tegangan tarik yang diizinkan :
6000
boll =
II = 1000 kg cm 2
6
b. Tegangan geser yang diizinkan :
boll
boll =
II
II
1,73
1000
boll =
II = 578,03 kg cm 2
1,73
c. Diameter Poros :
5.Mfr
Dp = 3
bol
3 5 𝑥 6130,66
=√
578,03
= 3.75 cm
= 4 cm
5. Pemeriksaan tegangan geser pada poros
P P
s = =
A dp 2
4
𝑀𝑝 1277,22
P= = = 127,722 kg
𝑙 10
B. Perhitungan Splines
Splines berfungsi untuk menghubungkan poros dengan
cakram sehingga momen puntir cakram dapat dipindahkan
melalui alur splines yang mengakibatkan poros berputar
bersama-sama dengan cakram.
1. Pemilihan bahan splines
Dari perencanaan ini material poros yang digunakan adalah baja St
70 maka bahan splines yang digunakan juga adalah baja St 70 yang
bekerja pada kondisi pembebanan dinamis II dengan faktor keamanan
yang diambil adalah 8. Selanjutnya dari bahan tersebut kita dapat
menentukan tegangan – tegangan yang diizinkan, yaitu :
Tegangan tarik yang diizinkan adalah :
7000
bol II = = 1166,6 kg/cm2
6
Tegangan geser yang diizinkan adalah :
bol 1166,6
bolII = =
II
1,7 1,7
bol II = 686,27 kg/cm2
6130,66
𝜏𝑠 =
2,25𝑥2,16𝑥4,5𝑥0,75
= 373,76 kg/cm2
Tabel 3.1. Koefisien gesek antara berbagai permukaan beserta tekanan yang diizinkan
Bahan Permukaan Kontak Pa ( N/mm2)
Kering Dilumasi
Besi cor dan besi cor 0,10-0,20 0,08-0,12 0,09-0,17
Besi cor dan perunggu 0,10-0,20 0,10-0,20 0,05-0,08
Besi cor dan asbes 0,35-0,65 - 0,007-0,07
Besi cor dan serat 0,05-0,10 0,05-0,10 0,005-0,03
Besi cor dan kayu - 0,10-0,35 0,02-0,03
Sumber: Sularso,Kiyokatsu Suga, “ Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin “
Untuk perancangan plat gesek ini digunakan bahan asbes yang berpasangan
dengan besi cor sebagai bahan flywheel dan plat penekan. Alasan untuk
pemakaian asbes dan besi cor adalah asbes mempunyai daya tahan terhadap
temperatur yang sangat tinggi, yaitu sampai sekitar 200oC. Pasangan asbes dan
besi cor mempunyai koefisien gesek yang besar.
Mfr
rm = 3
f .P.2
3 6130,66
= √
0,2𝑥8𝑥2𝑥3,14
C. Naf
Naf berfungsi untuk mentransmisi daya poros ke plat gesek dan
penghubung antara poros dan seplain
Dimensi – dimensi yang direncanakan :
1. Diameter luar naf
Don = 7 cm
2. Diameter dalam naf
Din = 5 cm
3. Panjang naf direncanakan sama dengan panjang seplain yaitu 6
cm
4. Bahan naf direncanakn adalah St-60.
G1 ( 2 2
)
= 2 Do g − Di g . t.γ/4
3. Berat naf
G3 = 1
4 (
Do − Di
n
2
n
2
). t.γ
baja = 7,8 gr/cm3
= 1
4 (7 2 − 5 2 ) 0,6 x 7,8
= 176,34 gram
G4 = 1 4 (Dog + 2. ak )2 - Din 2 . t.γ
baja = 7,8 gr/cm3
t = ak = tebal rumah kopling = 0,5 cm direncanakan
1
= 4 𝛑 [(21,2+2x0,5 )2 - 52 ] 0,5 x 7,8
5. Berat Poros
G5 = ¼ .dp2 . L.
= ¼ .3,14 .42 .10 .7,8
` = 976,68 gram
½ ql ½ ql
x
Mx
qx
½ ql x/2
x/2
Mx = 0
= -½ ql.x + ½ qx2
Karena
d2y
Mx = EI
dx 2
d2y
Maka EI = -½ qlx + ½ qx2
2
dx
dy
EI = -¼ qlx2 + 1/6 qx3 + c1
dx
EI y = 1/12 qlx3 + 1/24 qx4 + c1x + c2
Pada x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x= ½l ; =0
dx
-¼ ql (1/2 l)2 + 1/6 q(1/2 l)3 + c1 = 0
-1/8 ql3 + 1/12 ql3 + c1 = 0
c1 = 1/24 ql3
Sehingga persamaannya menjadi :
1 ql 3 qx 4 ql 3 x
y = + +
EI 12 24 24
Lendutan maximum terjadi pada pertengahan poros atau x = ½ l
Maka :
− ql ( 1 2 l ) + q( 2 ) + gl ( 2 )
1 1 3 1 1 4 1 3 1
y =
EI 12 24 24
1 ql 4 qx 4 ql 4
y = − + +
EI 96 384 48
1 5.ql 4
y =
EI 384
Dimana :
1 5 x0,0979.10 4
y =
2,15 .10 6 x12,56 384
Gtot = P
x
Mx b
a
b
Pb/l Pb/l
Mx =0
Pb
=− .x
l
Karena :
d2y
Mx = EI
dx 2
Maka :
d2y Pb
EI = − .x
2 l
dx
dy Pbx 2
EI = − + c1
dx 2.l
Pbx 2
EI y = − + c1 x + c 2
2.l
Syarat batas :
x = 0 ; y = 0 ; C2 = 0
dy
x = 1/2l dan = 0 , maka :
dx
dy Pbx 2
EI = − + c1
dx 2.l
Pbx 2
C1 = −
2.l
1 Pb.x 3 Pb.l.x
y = . +
EI 6.l 8
1 P.l 3
y = .
EI 48
Dimana :
E = Modulus elastisitas kopling dipakai standar baja St 70
= 21500 kg/mm2 = 2,15.106 kg/cm2
I = Momen inersia poros
3,14.4 4
= 1/64 .dp4 = = 12,56 cm4
64
P = Berat total kopling = 4044,33 gr = 4,044 kg
Sehingga lendutan akibat beban terpusat dari berat kopling adalah :
1 P.l 3
y = .
EI 48
1 4,044.103
y = .
2,15.10 −6 x12,56 48
y = 3,1199.10-6 cm
Maka Ytotal adalah :
= y1 + y2 cm
= 0,4720.10-6 +3,1199.10-6 cm
= 3,6.10-6 cm
Putaran Kritis
1
ncr = 300
𝑌𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
1
ncr = 300 3,6 .10−6
Karena putaran optimum (nopt) lebih kecil dari putaran kritis (ncr)
maka dapat dikatakan bahwa kondisi putaran poros berjalan dengan stabil
terhadap akan adanya pembebanan.
P
L/2
A B
l
P/2 P/2
Momen lentur terjadi maximum pada L = l/2
½.l
A Ml1
P/2
Ml1 = 0
P l Pl
= . =
2 2 4
L = 1/2
A B
1/4
ql/2 ql/2
X= l/2
Ml2
qx
ql/2
Ml2 =0
= -qx.(l/4) + q.(l/2).(l/2)
= - (ql2/8) + ql2/4)
= ql2/8.
Ml = (0,0974.102/8) + (4,044.10/4)
= 11,3275 kg.cm
Mred = Ml 2 + (Mp) 2
Mrd
=
0,1.bol II
817 ,682
=
0,1 x 600
= 3,69 cm
Karena diameter kritis adalah 3,69 cm dan diameter poros adalah
4 maka dalam perencanaan ini dianggap aman sebab diameter
kritis lebih kecil dari diameter poros.
dcr dp
3,69 4 cm
= 11,0161.104 Joule.
2. Kenaikan temperatur
Q = Wfr
Q = 11,0161.104 Joule.
Q = Go . Cp . t
= 144 oC
Karena temperatur kopling dipengaruhi oleh temperatur luar maka :
t kop = t udara + t
= (27 + 144)C
= 171 C
Karena temperatur kopling lebih kecil dari temperatur yang
direncanakan maka kondisi kopling berada dalam keadaan aman.
Tkop < tdirencaanakan
171C < 250C
B. Umur Kopling
Umur kopling plat gesek kering adalah lebih rendah dari pada plat
gesek basah. Umur kopling gesek basah kurang lebih sepuluh kali
umur kopling gesek kering. Karena laju keausan plat gesek sangat
tergantung pada macam bahan geseknya, tekanan kontak, kecepatan
keliling, temperatur dan lain-lain, maka agak sukar menentukan umur
secara lebih teliti.
Lama gesekan
a.k . Am
Ld =
Nfr
dimana : a = Tebal plat gesek = 0,5 cm
= Luas permukaan gesek
= ¼ (Dog2 – Dig2) . 2
= ¼ (3,14) (21,922 – 13,142) . 2
= 168,33 jam
Dalam penentuan umur kopling, direncanakan penyambungan
oleh kopling 60 kali tiap jamnya dimana waktu kopling menyambung
1 detik dan melepas 1 detik. Sehingga waktu yang diperlukan tiap jam
adalah ~ 60(1 + 1) detik/jam 120 detik/jam
Jika diperkirakan kendaraan dipakai selama 10 jam setiap hari, maka :
N = 10 jam/hari x 120 detik/jam
N = 1200 detik/hari
= 0,3 jam/hari
Sehingga umur kopling didapat adalah :
Lt = 168,33 / 0,3
= 1,5 tahun
Jadi kopling dapat dipakai selama 1,5 tahun
C. Efisiensi Kopling
Efisiensi kopling merupakan besarnya kemampuan kopling
bekerja secara efektif untuk memindahkan daya maksimum ke bagian
transmisi lain.
= 96,6 %
4.1 Kesimpulan
Dalam perencanaan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Suatu perncanaan dapat dikatakan aman apabila harga yang
didapat lebih kecil daripada harga yang diizinkan.
2. Dalam perencanaan ini ukuran-ukuran poros sagat penting
karena turut mempengaruhi perhitungan kopling yang
direncanakan.
3. Dalam desain poros dan kopling, bahan poros harus lebih kuat
daripada bahan untuk kopling.
4.2 Saran
1. Untuk perencanaan ini sebaiknya diperhatikan bahan yang
digunakan untuk desain poros dan komponen-komponen
kopling.
2. Suatu perncanaan sebaiknya diperhatikan bahwa harga yang
didapat dari hasil perhitungan harus lebih kecil daripada
harga yang diizinkan.