Anda di halaman 1dari 70

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS RANCANGAN KOPLING

KOPLING PADA “DAIHATSU XENIA”

DAYA : 92 Ps

PUTARAN :6000 Rpm

OLEH :

HARAPAN SETIA SITORUS

NPM: 18013015

Diketahui Oleh : Disetujui oleh:

Ketua Program Studi Teknik Mesin Dosen pembimbing

(Rahmadsyah S.T, M.T) (T. Jukdin S, M.Eng)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ASAHAN

KISARAN

2020
LEMBAR BIMBINGAN KOPLING

Nama : Harapan setia sitorus

NPM : 18013015

Daya : 92 PS

Putaran : 6000 Rpm

NO TANGGAL POKOK PEMBAHASAN TANDA TANGAN KET


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kisaran ,…,..…………,2019

Diketahui Diketahui

Ka. Prodi TeknikMesin UNA Dosen pembimbing

(Rahmadsyah,S.T M.T) (T.Jukdin S, M.Eng

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi dan syukur saya panjatkan kehadiran kepada Allah SWT

karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun

sebuah tugas rancangan koplingmobil “DAIHATSU XENIA” dengan spesifikasi

sebagai berikut:

Daya maksimum : 92 PS

Putaran : 6000 rpm

Tugas rancangan kopling ini merupakan tugas yang harus di selesaikan

oleh setiap mahasiswa padaprodi teknik mesin yang bertujuan untuk memahami

dan memperdalam pengetahuan tentang mata kuliah elemen mesin dan tugas ini

sangat penting untuk melanjutkan tugas-tugas selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa di dalam rancangan ini masih jauh dari kata

sempurna, untuk iu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan isi tugas rancangan ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucaapkan banyak terima kasih kepada;

1. Kepada kedua orang tua penulis, atas semua nasehat dan pengorbanan

material dan do’anya sehingga penulis menyelesaikan tugas ini.

i
2. Bapak Rahmadsyah, MT selaku Ketua Prodi Teknik Mesin Universitas

Asahan dan juga sekaligus dosen pembimbing dalam tugas ini.

3. Ibu Moraida Hasanah, S.Si, M.Si selaku sektaris Prodi Teknik Mesin

Universitas Asahan.

4. Bapak T.Jukdin S, M.Eng sebagai pembimbing akademik dan juga

sekaligus dosen pembimbing dalam tugas ini.

5. Kepada seluruh teman-teman yang telah membantu Saya dalam

menyelesaikan Tugas Rancangan Kopling ini.

6. Dan tidak lupa pula Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang tidak dapat disebut satu-persatu namanya yang telah membantu Saya

dalam menyelesaikan Tugas Rancangan Kopling ini

Akhir kata penulis berharap semoga tugas rancangan ini bisa bermanfaat bagi

yang membacanya, khususnya bagi penulis sendiri, amin.

Kisaran, Juni 2020

(Harapan setia sitorus)

NPM 18013015

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

GAMBAR ASSEMBLING KOPLING................................................................v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

1.1 Latar belakang..............................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................2

1.3 Batasan Masalah..........................................................................................3

1.4 Manfaat perancangan...................................................................................3

BAB II TINJAUN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Pengertian Kopling......................................................................................4

2.2 Cara Kerja Kopling......................................................................................4

2.3 Klasifikasi Kopling......................................................................................5

BAB III PERENCANAAN KOPLING..............................................................13

3.1 Pengertian Poros........................................................................................13

3.2 Spline dan Naaf..........................................................................................14

3.3 Pengertian Plat Gesek...............................................................................17

3.4 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam perencanaan Plat Gesek............17

3.5 Pengertian Pegas........................................................................................18

3.6 Paku Keling................................................................................................21

3.7 Defenisi Baut.............................................................................................21

3.8 Bantalan....................................................................................................22

BAB IV PERHITUNGAN KOPLING...............................................................23

iii
4.1 Perhitungan Poros......................................................................................23

4.2 Perhitungan Spline....................................................................................25

4.3 Perhitungan Plat Gesek.............................................................................27

4.4 Perhitungan Paku Keling..........................................................................29

4.5 Perhitungan Pegas Kejut ..........................................................................35

4.6 Perhitungan Baut.......................................................................................40

4.7 Perhitungan Bantalan ................................................................................42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................47

5.1 Kesimpulan................................................................................................47

5.2 Saran.........................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51

LAMPIRAN..............................................................................................................

GAMBAR.................................................................................................................

iv
GAMBAR ASSEMBLING KOPLING

KETERANGAN GAMBAR :

1.Roda Penerus ( FlyWheel )

2.Plat gesek

 3.Baut Pengikat FlyWheel dengan poros penggerak 

4.Plat pembawa

5.Bantalan radial

6.paku keeling untuk plat pembawa dan Naaf 

7.Baut pengikat FlyWheel dengan penutup kopling

8.Plat penekan

9.Paku keeling untuk penutup kopling dan pegas matahari

10.Pegas kejut

11.Plat pembawa

12.Bantalan aksial

v
13.Poros

14.Naaf 

15.Pegas matahari

16.Paku keeling untuk plat pembawa dan lingkar pembawa

17.Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopling merupakan bagian utama yang sangat penting pada kendaraan

untukm memindahkan daya engine ke transmisi secara perlahan-lahan agar tidak

terjai hentakan atau getaran pada saat pemindahan gigi transmisi, sehingga gerak

awal jalannya kendaraan dapat berlangsung dengan lembut dan nyaman. Bisa

dibayangkan ketika kita inhgin memindahkan gigi kendaraan, kemudian terjadi

selip atau gigi pada transmisi susah masuk. Hal ini akan menyebabkan kerusakan

pada transmisi dan dapat membahayakan pengendara karena kendaraan akan

berhenti secara tiba-tiba, ini terjadi suatu gejala yang tidak normal padaa kopling,

maka keamanan kendaraan pada saat dikemudikan akan terganggu. Oleh karena

itu, perwatan dan perbaikan harus dilakukan secara berkala untuk mendapatkan

kondisi mobil yang prima sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.

Pada umumnya untuk memindahkan daya dan putaran dipakai macam

sistem antara lain :

A. Sistem Kopling

B. Sistem roda gigi

C. Sistem rantai dan transmisi

1
Akan tetapi yang akan dibahas dalm dalam hal ini adalah sistem kopling, jadi

pengertian kopling adalah suatu elemen mesin yang befungsi sebagai alat

penyambungan dan pemutusan daya dan putaran yang berasal dari poros

penggerak (mesin) terhadap poros yang digerakkan (transmisi).

Pada perkembangan teknologi dewasa ini khususnya dibidang otomatis,

hamper seluruh kendaraan bermotor menggunakan kopling khususnya kopling

tidak tetap (kopling plat tetap).

Hal seperti ini dapat diperhatikan pada semua jenis kendaraan bermotor

dengan menggunakan kopling daya dan putaran dapat diditransmisikan dari poros

penggerak keporos yang digerakkan tanpa menghantikan putaran mesin terlebih

dahulu.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

1. Menerapkan ilmu dari perkuliahan dan dapat membandingkannya

dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

2. Membiasakan mahasiswa untuk merancang elemen-elemen mesin dan

sekaligus untuk memperluas wawasan dalam hal perancangan.

b. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pemahaman elemen-elemen mesin,khususnya kopling

dan komponen-komponennya.

2. Menguasai sistem penyambungan dan pemutusan putaran dan daya

pada kendaraan bermotor.

2
Pada sistem kopling ini putaran dan daya dihubungkan melalui

suatu mekanisme penyambungan dan pemutusan putaran poros input ke

poros output yang dioperasikan tanpa mematikan mesin atau putaran poros

input dan tidak ada selip yang dapat merugikan atau mengurangi daya

mesin.

1.3. Batasan Masalah

Pada perencanaan ini yang dibahas adalah desain suatu kopling kendaraan

bermotor roda empat yang digunakan untuk memindahkan dan memutuskan

putaran dan daya antara poros input dan poros output dengan daya dan putaran

sebagai berikut :

Daya : 92 PS

Putaran : 6000 rpm

Dalam hal ini akan dihitung ukuran dari pada komponen kopling tersebut

yakni meliputi : poros, plat gesek, spline, naaf, pegas matahari, baut, paku keling

dan bantalan.

1.4 Manfaat Perancangan

a. Memperoleh kopling yang lebih efektif dan tahan lama

b. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca menganai cara kerja

kopling

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kopling

Kopling adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus daya

putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti (tanpa terjadi

slip), dimana kedudukan kedua poros tersebut terletak pada suatu garis sumbu

yang lurus atau dapat sedikit berbeda.

Secara garis besar kegunaan kopling adalah:

a. Untuk menjamin mekanis dan karakteristik akibat bagian mesin yang

berputar.

b. Untuk menjamin hubungan antara poros penggerak dengan poros yang

digerakkan.

c. Untuk mengurangi beban lanjut pada waktu melakukan transmisi dari

poros yang digerakkan atau dari suatu poros ke poros yang lain.

2.2 Cara Kerja Kopling

Cara kerja kopling plat tunggal ini dapat ditinjau dari dua keadaaan,yaitu:

1. Kopling Dalam Keadaan Terhubung ( Pedal Kopling Tidak

Ditekan)Poros penggerak yang berhubungan dengan motor meneruskan

daya dan putaran ke flywheel ( roda penerus ) melalui baut pengikat.

Daya dan putaran iniditeruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat

penekan karena adanya tekanan dari pegas matahari . Akibat putaran dari

plat gesek, poros yang digerakkan ikut berputar dengan perantaraan

spline dan naaf.

4
2. Kopling Dalam Keadaan Tidak Terhubung ( Pedal Kopling Ditekan)

Bantalan pembebas menekan pegas matahari sehingga gaya

yangdikerjakannya pada plat penekan menjadi berlawanan arah. Hal ini

menyebabkan plat penekan tertarik ke arak luar sehingga plat gesek

berada dalam keadaan bebasdiantara plat penekan dan flywheel. Pada

saat ini tidak terjadi transmisi daya dan putaran

2.3 Klasifikas Kopling

Berdasarkan fungsi dan cara kerja dapat dibagi atas dua jenis yaitu :

1. Kopling tetap

2. Kopling tidak tetap

1. Kopling Tetap

Kopling tetap adalah penerusan daya dan putaran yang dapat dilakukan

pada saat kopling bekerja denan baut pengikat, pemindahan daya putaran kopling

ini adalah secara pasti atau tidak dan terjadi slip dan kedua sumbunya harus

segaris. Kopling tetap mencakup kopling kaku yang tidak mengizinkan sedikit

ketidak lurusan sumbu poros dan kopling universal digunakan bila kedua poros

membentuk sudut yang cukup besar.

Sifat-sifat dari kopling tetap adalah :

a) Sumbu kedua poros harus terletak pada garis lurus

b) Pemutusan dan penyambungan kedua poros dapat pada saat kedua poros

tidak bekerja

c) Putaran kedua poros tidak sama

Kopling tetap ini dibagi atas :

5
a. Kopling Kaku

Kopling ini tidak mengijinkansedikitpun lurusan sumbu kedua poros serta

tidak mengurangi tumbukan dan getaran transmisi.

Contoh :

 Kopling bus

 Kopling flens kaku

 Kopling tumpu

Gambar 2.1. Kopling Flens Kaku

b. Kopling Luwes

Bentuk rumah kopling ini sama dengan flens kaku, tetapi pemasangan

poros tidak dapat menonjol ke rumah yang satu lagi. Pada baut pengikat tidak

terdapat kejutan yang besar (kejutan kecil).

Contoh :

 Kopling flens luwes

 Kopling karet bintang

6
 Kopling karet ban

 Kopling rotary

Gambar 2.2. Kopling Flens Luwes

c. Kopling Universal

Pada kopling ini penghubung poros kopling ini digunakan kopling silang.

Contoh :

 Kopling universal hook

 Kopling universal kecepatan

Gambar 2.3 Kopling Universal

7
2. Kopling Tidak Tetap

Kopling tidak tetap adalah suatu elemen yang menghubungkan poros

yang digerakkan dengan poros penggerak dengan poros penggerak dan putaran

yang sama, serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam

keadaan diam maupun pada saat poros tidak berputar.

a. Kopling Cakar

Kopling cakar ini dapat meneruskan momen dengan kontak positif (tanpa

perantaraan gerakan) sehingga tidak terjadi slip.

Adapun dua bentuk kopling cakar yaitu :

a) Kopling Cakar Persegi

Kontrusi kopling ini paling sederhana diantarankopling tetap yang lainnya,

dan kopling cakar persegi ini dapat meneruskan momen dalam dua arah tetap,

tidak dapat dihubungkan dalam perputaran dengan sedemikian sepenuhnya

berfungsi sebagai kopling tetap.

Gambar 2.4. Kopling Cakar Persegi

b) Kopling Cakar Spiral

Baik dalam satu putaran saja karena timbulnya yang besar jika

dihubungkan dalam keadaan berputar, maka cara menghubungkan semacam ini

8
hanya dilakukan jika poros penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 rpm,

kopling ini dapat dihubungkan dalam keadaan berputar.

Gambar 2.5. Kopling Cakar Spiral

b. Kopling Plat

Kopling plat adalah suatu kopling yang digunakan satu plat lebih yang

dipasang diantara kedua poros, serta membuat kontak sesamanya, kontruksi

sangat sederhana, dimana dapat dihubungkan atau dilepaskan dalam keadaan

berputar..........(Sularso 2008). Kopling ini dibagi atas :

1. Kopling Plat Tunggal

Gambar 2.6. Kopling Plat Tunggal

Lapisan plat kopling disebut dengan kanvas kopling terbuat dari paduan

bahan asbes dan logam. Paduan ini dibuat dengan tujuan agar plat kopling dapat

memenuhi persyaratan, yaitu :

a) Tahan terhadap panas. Panas dalam hal ini terjadi karena terjadi gesekan

yang memang direncanakan saat kopling akan dihubungkan.

b) Dapat menyerep panas dan membersihkan diri. Gesekan akan

menyebabkan panas dan kotoran debu yang aus. Kanvas kopling

9
dilengkapi dengan alur yang berfungsi untuk ventilasi dan menampung

dan membunag debu yang terjadi.

c) Tahan terhadap gesekan. Kanvas kopling direncanakan untuk bergesekan,

maka perlu dibuat tahan terhadap keausan akibat gesekan.

d) Dapat mencengkeram dengan baik. Plat kopling dilengkapi dengan alat

penahan kejutan baik dalam bentuk pegas ataupun karet. Alat ini dipasang

secara radial, hingga disebut dengan pegas radial.

2. Kopling Plat Banyak

Gambar 2.7. Kopling Plat Banyak

10
Menurut cara kerjanya dan pelayanannya :

Cara kopling manual

o Cara kopling hidrolik

o Cara kopling pneumatic

o Cara elektromagnetik

Serta dapat juga dibagi atas koling basah dan kering

o Kopling basah apabila dia bekerja dalam keadaan basah atau dilumasi

minyak pelumas, sedangkan.

o Kopling kering yaitu apabila plat-plat bekerja dalam keadaan kering dan

ini semua dipilih tergantung pada tujuan kondisi kerja lingkungan dan

sebagainya.

A. Kopling Kerucut

Kopling kerucut adalah suatu kopling gerak dengan konstruksi sederhana

dan mempunyai keuntungan dimana dengan gaya akial yang kecil dapat

ditransmisikan momen yang besar. Kopling ini tidak banyak lagi dipakai karena

daya yang sederhana, meskipun dalam keadaan diam bentuk plat tidak

dikehendaki da nada kemungkinan kena mminyak. Kopling kerucut ini lebih

menguntungkan, gaya dorong aksial 7 kg adalah sama dengan jumlah dari

komponen horizontal. Dari gaya tekan normal Q (kg) dan komponen horizontal

tahanan gerak yang ditimbulkan oleh gaya Q (kg).

Gambar 2.8. Kopling Kerucut

11
B. Kopling Freewheel

Kopling freewheel adalah kopling yang diperlukan agar dapat dilepas

dengan sendirinya bila poros mulai berputar dengan lambat atau denngan arah

yang berlawanan dari poros yang digerakkan sehingga ke poros penggerak

(bagian dalam) berputar searah jarum ja, maka gesekan yang ditimbulkan akan

menyebabkan rol-rol atau bola-bola akan terjepit diantara poros penggerak dengan

cincin luar bersama poros yang digunakan akan berputar meneruskan daya.

Jika poros penggerak berputar melawan arah jarum jam atau jika poros

digerakkan berputar lebihbcepat maka bola-bola atau rol-rol akan lepas dari

jepitan sehingga tidak terjadi meneruskan momen lagi. Kopling ini sangat banyak

digunakan dalam otomatis mekanis.

Gambar 2.9.koplingFreewheel

12
BAB III

PERENCANAAN KOPLING

3.1 Pengertian poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.Hampir

semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.Peranan utama

dalam transmisi seperti itu di pegang oleh poros.secara istilah poros adalah

elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya berpenampang lingkaran,

berfungsi untuk memindahkan putaran atau mendukung sesuatu beban dengan

atau tanpa meneruskan daya.

Gambar 3.1 Poros

Beban yang di dukung oleh poros pada umumnya adalah roda gigi,

roda daya (fly wheel), roda ban (pulley), roda gesek, dan lain lain. poros

hampir terdapat pada setiap konstruksi mesin dengan fungsi yang berbeda

beda. dilihat dari fungsinya poros dibedakan menjadi

1. Poros dukung : misalnya gandar, poros motor

2. Poros transmisi : misalnya poros motor listrik, poros gigi transmisi pada

gear box

3. Gabungan antara dukung dan transmisi : misalnya poros pada roda mobil

perencanaan poros mengacu pada kekuatan bahan poros. untuk bahan yang

13
liat (ductile material), ukuran poros dihitung dengan menggunakan teori

tegangan geser meksimal, sedangkan untuk bahan yang getas (brittle

material) dihitung dengan teori tegangan normal maksimal. dimana kedua

teori tersebut dikembangkan dari teori tegangan utama yaitu RANKINE.

Rangkine adalah merupakan solusi medan tegangan yang memprediksi

tekanan aktif dan pasif. Dengan mengasumsikan bahwa kegagalan terjadi

bila tegangan utama maksimum pada setiap titik mencapai nilai sama

dengan tegangan tarik.Tegangan pada poros pada umumnya berupa

tegangan puntir saja, bengkok saja, atau gabungan puntir dan bengkok.

Bahan poros pada umumnya menggunakan machinery steels, dimana

tegangan bengkok ijin sebesar 400-800 kg/cm persegi, tegangan geser ijin

sebesar 420 kg/cm persegi untuk yang berpasak dan 560 kg/cm persegi

yang tanpa pasak. yang tergolong machinery steels yaitu high carbon steel

dan tensile steel. dipasaran indonesia yang tergolong kelompok tersebut 

adalah jis s 45 c, SCM-4

3.2 SPLINE dan NAAF

1. Spline

Spline berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran dari poros

komponen-komponen lainnya. Fungsi spline pada dasarnya adalah sama

dengan fungsi pasak, perbedaannya adalah bahwa spline merupakan

bagian dari poros, atau dengan kata lain menyatu dengan poros, sedangkan

pasak terpisah dari poros dan untuk pemasangannya diperlukan alur pada

poros. Selain itu jumlah spline untuk tiap poros adalah tertentu pada

14
konstruksi yang diambil berdasarkan standard SAE, sedangkan jumlah

pasak ditentukan sesuai dengan kebutuhan yang dianggap perlu oleh

perancangnya. Penggunaan spline adalah lebih beruntung dibanding pasak,

karena spline lebih kuat dan akan mengalami beban puntir yang merata

pada seluruh bagian poros. Sedangkan pada pasak yang akan mengalami

tegangan adalah pasak itu sendiri karena terkonsentrasi pada pasak

tersebut, perancangan spline pemilihan spline ditentukan berdasarkan

standart SAE (Society Automotive Engineering) pada kendaraan bermotor,

mesin-mesin produksi, mesin-mesin perkakas dan lain-lain.

Pasak jenis ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan

tipe-tipe lainnya. Karena konstruksi pasaknya dibuat lansung pada bahan

poros dan hub yang saling terkait.Umumnya digunakan untuk poros-poros

yang harus mentrasmisikan tenaga putar besar, seperti pada mesin-mesin

tenaga dan sistim transmisi kendaraan.Bahan pasak dan poros yang

digunakan biasanya sama. Pasaknya yang berjumlah banyak yakni : 4, 6,

8, 10 sampai 16 buah . Karena hampir menyerupai sehingga sering disebut

sebagai pasak bintang (Spline).Spline pada poros biasanya relatif lebih

panjang, terutama bagi hub yang dapat digeser-geser secara

aksial.Dengan :   

D = 1,25.d Dan b1 = 0,25.d

Jenis seplain berdasarkan jenis gerakannya terhadap poros yaitu :

1. Spline fleauble : dimana bagia yang dihubungkan dengan poros dapat bergeser

scara aksial.

2. Splain tetap : dimana bagian yang dihubungkan berkunci pada poros.

15
Jenis spline dibedakan berdasarkan bentuk yaitu :

a. Spline Persegi Jenis ini membuat alur dan gigi berbentuk persegi. Poros

ini umumnya mempunyai jumlah seplain : 4,6,10 dan 16 buah splain.

b. Seplain Involut, Jenis ini mempunyai gigi (Spline) yang berbentuk sudut-

sudut tertentu

Tabel 3.1 rumus untuk SAE spline lurus

Table 3.2 Kapasitas torsi pada spline lurus

16
2. Naaf

Terkadang ukuran spline dan naaf disamakan dalam perancangaan,

namun dalam kondisi yang sebenarnya terdapat perbedaan ukuran yang

sangat kecil antara spline dan naaf. Walaupun perbedaannya adalah kecil

tetapi dapat menjadi sangat berpengaruh apabila mesin tersebut

memerlukan ketelitian yang tinggi atau bekerja pada putaran tinggi.

Standar yang digunakan dalam perencanaan naaf adalah sama dengan

yang digunakan dalam perencanaan spline, yaitu berdasarkan SAE

(Society of Automotive Engineering)

3.3 Pengertian Plat Gesek

Plat gesek adalah suatu plat yang digunakan sebagai medium gesekan

antar plat penekan dan flywheel dalam meneruskan putaran dan daya pada mekanisme

kopling.

Gambar 3.2 Plat Gesek

17
3.4 Hal –hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perencanaan Plat Gesek

 Bahan plat gesek harus tahan arus dan terhadap suhu yang tinggi.

 Kekuatan plat gesek

 Koefisien plat gesek

Tabel 3.3harga koefisien gesek (μ) dan tekanan rata rata (Pa)

Bahan Permukaan μ
Kontak Pa(kg/mm2)
Kerin Dilumasi
g
Besi Cor 0,10 – 0,08- 0,09 -0,17
dan besi 0,20 0,12 0,05 -0,08
cor 0,10 0,10 0,007 -0,07
Besi cor -0,20 -0,20 0,005
dan 0,35 - -0,003
perunggu -0, 65 0,05 – 0,02 – 0,03
Besi cor 0,05 0,10
dan asbes -0,10 0,10
Besi cor - -0,35
dan serat
Besi cor
dan kayu

3.5 Pengertian pegas

Pegas adalah suatu elemen yang dapat meredam getaran dan tumbukan

dengan memanfaatkan sifat elastisnya

1. Pegas kejut

Pegas kejut disebut juga dengan pegas tekan/kompresi yang berfungsi

untuk meredam kejutan

18
Gambar 3.3 Pegas

Gambar 3.4 Tegangan Maksimum dari Pegas Tekan

Keterangan Gambar :

1. kawat music kelas B

2. kawat music kelas A

3. kawat baja keras kelas C

4. kawat baja keras kelas B

5. kawat baja tahan karat no 2

6. kawat baja tahan karat no 1

7. kawat musik kelas V

19
8. baja karbon, kawat bertemper dengan minyak, kelas B

9 kawat baja Cr-V distemper dengan minyak, untuk pegas katup

10. baja paduan

11. baja pegas (SUP 4)

12. kawat baja karbon distemper dengan minyak, kelas A

20
Tabel 3.4 Harga Modulus Geser

2. Pegas matahari

Gambar 3.5 Pegas Matahari

Pegas matahari adalah pegas yang berfungsi untuk menarik plat penekan

dalam arah menajauhi plat gesek untuk pemutusan hubungan . Hal ini akan

menyebabkan plat gesek dalam keadaan bebas , diantara plat penekan dan

flywheel tidak lagi diteruskan ke poros yang digerakkan

Keterangan :

L1= 45 mm

L2 = 20

L2 = 20 mm

21
F1 = gaya tekan yang dikerjakan oleh bantalan pembebas (kg)

F2 = gaya tekan yang dikerjakan oleh pegas matahari (kg)

n ( jumlah daun pegas matahari) = 12

h ( tebal plat pegas matahari) = 2 mm

Di ( diameter dalam pegas matahari) = 50 mm

Pada perencanaan pegas matahari ini, diameter luar pegas matahari

(Da) sama dengan diameter luar plat gesek, jadi Da = 210 mm.

3.6 Paku Keling

Paku keling dapat di definisikan sebagai pengikat sambungan tetap dari

dua buah plat atau lebih. Dari perhitungan sebelumnya momen puntir (T) =

12,074 kg, bahan yang digunakan untuk paku keling pada perencanaan ini adalah

S45C dengan kekuatan tarik 58 kg/mm2

3.7 Definisi Baut

Baut didefinisikan sebagai alat pengikat.Baut di dalam kopling digunakan

untuk mengikat flywheel terhadap poros penggerak dan pengikat tutup kopling

dengan flywheel.

Gambar 3.6. Baut Pengikat Tutup Kopling dengan Flywheel

22
3.8 Bantalan

Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang menumpu poros

terbeban. Sehingga putaran atau gesekka bolak-baliknya dapat

berlangsung secara halus dan aman. Bantalan harus kuat untuk

memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan

baik.

Tabel 7.1 Tabel Bantalan

23
BAB IV

PERHITUNGAN KOPLING

4.1 Perhitungan poros

Daya (P) : 92 PS

Putaran (n) : 6000 Rpm

Untuk mencari daya yang ditransmisi kan (Pd) di gunakan rumus sebagai berikut:

Pd =f × P
c

Dimana : Pd = Daya yang ditransmisikan

fc= Faktor koreksi

P = Daya nominal

Jika daya masih dalam satuan daya kuda (Ps),maka harus dikalikan dengan 0,735

supaya diperoleh daya dalam satuan Kw.

Jadi, P = 92 x 0,735

P = 67,62

Jadi, P = 67,62 kW

fc =1,1

Pd = 1,1× 67,62 kW

Pd = 74,38 kW

Bila suatu poros berputar maka poros tersebut akan mengalami momen puntir.

Pd
Momen puntir T = 9,74× 105×
n

T = 9,74× 105× 74,38/6000

T = 12.069,4833 (kg.mm)

24
Jika bahan poros yang di pakai adalah batang baja JIS G 4501 dengan lambang

S55C, maka kekuatan tariknya σ b = 66 kg.mm2.

Tegangan geser yang diijinkan σ a dalam satuan kg/mm2 adalah:

σb
τ a=
sf 1 × sf 2

Dimana :

Sf1 = faktor keamanan untuk pengaruh massa dari bahan S-C

denganharga =6,0

Sf2 = faktor keamanan kedua akibat pengaruh konsentrasi tegangan

cukup besar dengan harga 2,0

66 kg . mm2
Jadi, τ a= = 5,5 kg/mm2
6,0 ×2,0

Diameter poros

5,1
ds=
[ K C T
τa t b ]
1/3

Dimana :

Kt = faktor konversi untuk puntiran (1,5 -3,0)

Cb = faktor konversi untuk lenturan (1,2 – 2,3)

Maka dipilih :

Kt = 2,0

Cb =1,5

Sehingga,

5,1
ds=[ 5,5
×2,0 ×1,5 ×12074 ]
1/3

ds= (33,5876727)1/3

ds = 32,2 mm

25
Maka diameter poros nya yaitu 32 mm

4.2 Perhitungan spline

Splain adalah komponen elemen mesin yang berfungsi sebagai

penghubungdaya/putaran. Pada perancangan ini bahan seplain yang dipakai sama

dengan bahan poros, yaitu JIS4501 dengan lambang S55C.

Gambar 4.1. Spline

Keterangan gambar : D = diameter luar spline

s = diameter dalam spline

h = tinggi spline

w = lebar spline

L = panjang spline

Dalam perencanaan ini jumlah spline yang direncanakan n = 16.

Dengan mengetahui jumlah spline yang di rencanakan dapat diketahui

ukuran-ukuran spline pada table 3.1. diperoleh:

n :16

w : 0,098

h : 0,095 D

d : 0,810 D

dari perhitungan sebelumnya ds = 32 mm sehingga didapat :

26
- Diameter spline (D) = ds/0,81 mm

D =32/0,81 mm

D = 39,5 mm

- Lebar spline w = 0,098 D

= 0,098 . 16

= 1,6 mm

- Tinggi spline (h) =0,95 D

h = 0.095 . 39,5

h = 3,7 mm

D+ d s 39,5+32
- Radius rata rata (Rm) = = = 47,5 mm
4 4

- Panjang spline (L) dalam perancangan ini adalah 40 mm

- Menghitung tegangan geser

Dimana F = T = Momen torsi

Ln= L= Panjang spline (pasak)

hn =h=tinggi spline

σ o = τ = tegangan geser

n = jumlah spline

T
Maka ; τ=
L.h.n

12074
T=
40 . 3,7.16

12074 kg
T=
2368 mm2

T =¿ 5,09 kg/mm2

27
Dari perhitungan diatas tegangan geser sudah diproleh, karerna bahan yang sama

dengan spline, maka tegangan geser bpun yang sama yaitu 5,5 kg/mm2

Syarat aman adalah τ g¿ τ

Sehingga 5,5 kg/mm2¿ 5,09 kg/mm2

Maka spline aman

4.3 Perhitungan Plat Gesek

Plat gesek adalah plat yang digunakan sebagai sedia gesekan antara

plat penekan dengan flywheel dalam meneruskan daya/putaran pada mekanisme

kopling.

Gambar 4.2. Plat Gesek

Keterangan gambar : F = tekanan pada plat gesek (kg)

D1 = diameter dalam plat gesek (mm)

D2 = diameter luar plat gesek (mm)

D3= diameter rata– rata plat gesek (mm)

t = tebal plat gesek (mm)

s = tebal plat pembawa (mm)

b = lebar plat gesek (mm)

Perhitungan plat gesek

Bahan plat gesek yang direncanakan adalah dibuat dari asbes (ditenun)

yang bergesek dengan besi cor. Sesuai dengan literatur 5, halaman 63,table 3.1

28
bahwakoefisien gesek dan tekanan yang diijinkan untuk bahan asbes dan besi cor

padakondisi kering adalah :

μ = 0,35 – 0,65 : diambil harga diantaranya yaitu 0,4

Pa = 0,007– 0,07 kg/mm2: diambil harga 0,0184 kg/mm2

Untuk perencanaan plat gesek perbandingan D1dan D2sebesar 0,6.

Denganmemasukkan harga yang diketahui maka diperoleh gaya F yang

dinyatakan dalam D.

Momen puntir yang di teruskan (T) dapat dihitung dengan rumus :

fc × P
T = 9,74× 105
n

1,0 ×74,38
T = 9,74× 100.000 ×
6000

T =974,000 × 0,012

T = 12,074 kg. mm

Bahan plat gesek yang dirancangkan adalah dilihat dari asbes

(ditenun) yang bergesek dengan besi cor. Sesuai dengan tabel 4.1

koefesien gesek dan tekanan yang diijinkan untuk bahan asbes dan besi

cor pada kondisi kering adalah :

μ= 0,35– 0,65 : diambil harga diantaranya yaitu 0,6

Pa= 0,007−¿ 0,07 kg/mm2 : diambil harga 0,004 kg/mm2

π
Maka : F= (D22 – D12 )Pa
4

= (0,785) (1 -0,7) D2 × 0,004 kg/mm2

=0,00094 D22 kg/mm2

Maka , jari jari rata rata (rm) yaitu :

29
( D 1+ D 2 )
rm=
4

( 0,7+1 ) D 2
=
4

= 0,425 D2

Diameter Luar (D2) yaitu:

T = . F. rm

=0,6×0,00094 D22×0,425 D2

12,074 = 0,0002397 D23

12,074
D2 =

3

0,0002397

= 673,30 mm

Diameter dalam (D1) yaitu :

D1 = 0,7× D2

= 0,7× 673,30

= 471,31 mm

Luas Plat Gesek (A)

π
A= (D22 – D12 )
4

=0,785 (673,30)2 - (471,31)2

=181,49 mm

Besar tekanan pada permukaan plat gesek (F) yaitu :

F = A × Pa

=181,49 mm2× 0,004 kg /mm2

=0,72596 kg

30
4.4 Perhitungan Paku Keling

Paku keling sebagai pengikat sambungan tetap dari dua buah palat atau

lebih.paku keling dari bahan s40c makka kekuatan tariknya Tb = 58 kg/mm

Gambar 4.3. Posisi kerja paku keling

Keterangan :

d = diameter paku keling

D = diameter kepala paku keling

d' = diameter lubang paku keling

h = tinggi paku keling

R = jarak sumbu paku keling dengan sumbu poros

Tegangan tarik izin¿t)

τb
τt =
sf 1 × sf 2

58
=
6,0× 2,0

= 4,83 kg/mm2

Tegangan Geser Izin (τ g)

τ g = 0,18× τ t

= 0,18× 4,83

=39,5094 kg/mm2

31
Tabel 5.1 jumlah paku dan baris paku keling

Baris Jumlah paku R (mm)


I 16 94
II 16 80
III 16 65
IV 16 42
a.Baris pertama(1)

NPk =16 buah

R = 94 mm

Gaya tekan paku keling dihitung yaitu :

T =P × r

T
Maka: P =
r

12,07
=
94

= 132,68 kg

P tiap paku dihitung;

P
P1 =
n pk

132,68
= kg
16

= 8,2925 kg

Maka diameter paku keling pada baris pertama (D1) yaitu ;

P1 × 4
D1 =
√ π × τg

8,2925 kg × 4
=
√ 3,14 × 39,5094 kg /mm 2

32
= 0,51 mm

a. Baris pertama(1)

NPk =16 buah

R = 94 mm

33
Gaya tekan paku keling dihitung yaitu :

T =P × r

T
Maka: P =
r

12,07
=
94

= 132,68 kg

P tiap paku dihitung;

P
P1 =
n pk

132,68
= kg
16

= 8,2925 kg

Maka diameter paku keling pada baris pertama (D1) yaitu ;

P1 × 4
D1 =
√ π × τg

8,2925 kg × 4
=
√ 3,14 × 39,5094 kg /mm 2

= 0,51 mm

b. Baris kedua (2)

NPk =16 buah

R = 80mm

34
35
Gaya tekan paku keling dihitung yaitu :

T =P × r

T
Maka: P =
r

12,07
=
80

= 150,925 kg

P tiap paku kelling dihitung;

P
P2 =
n pk

150,925
= kg
16

= 9,432875 kg

Maka diameter paku keling pada baris pertama (D2 ) yaitu ;

P2 × 4
D2 =
√ π × τg

9,432875 kg × 4
=
√ 3,14 × 39,5094 kg /mm 2

= 0,30 mm

c. Baris Ketiga (3)

NPk =16 buah

R = 65 mm

Gaya tekan paku keling dihitung yaitu :

36
T =P × r

T
Maka: P =
r

12,07
=
65

= 185,753846 kg

P tiap paku dihitung;

P
P3 =
n pk

185,753846
= kg
16

= 11,609,615,4 kg

Maka diameter paku keling pada baris pertama (D3) yaitu ;

P3 × 4
D3 =
√ π × τg

11,609,615,4 kg × 4
=
√ 3,14 × 39,5094 kg /mm 2

= 0,37 mm

d. Baris Keempat (4)

NPk =16 buah

R = 42 mm

Gaya tekan paku keling dihitung yaitu :

T =P × r

37
T
Maka: P =
r

12,07
= = 287,47619 kg
42

P tiap paku dihitung;

P
P4 =
n pk

287,47619
= kg
16

= 17,9672619 kg

Maka diameter paku keling pada baris pertama (D4) yaitu ;

P4× 4
D4 =
√ π × τg

17,9672619 kg × 4
=
√ 3,14 × 39,5094 kg /mm 2

= 0,57 mm

4.5 Pegas Kejut

Pegas kejut disebut juga dengan pegas tekan/kompresi yang berfungsi

untukmeredam kejutan.

Gambar 4.4. Pegas kejut

Dimensi perancangan

 Diameter kawat (d) : 4 mm

38
 Diameter luar pegas (D2) : 20 mm

 Diameter dalam pegas (D1) : 12 mm

 Bahan pegas yang dipakai SUP4

 Tegangan maksimum pegas = 6500 kg/mm

 Jumlah pegas (n1)= 4 buah

 Jumlah lilitan (n2) = 6 buah

 Jumlah lilitan aktif (n3) =4 buah

Gaya tekan pada pegas (F) dihitung..

π
F = (D22 – D12) P
4

=0,785 (673,30)2 –(471,31)2 . 0,004 kg/mm2

= 726,03

Bila jumlah pegas (n1)adalah 4 buah maka didapat gaya tekan untuk masing –

masing pegas

F
Wl =
n1

726,03
=
4

= 181,50

Tegangan geser (τ g ¿dihitung yaitu :

τg = 0,8 x τ g

= 0,8 x 6500 kg/mm

= 5200 kg/mm2

Faktor tegangan awal (K) yaitu ;

39
4.7−1 0,65
K = +
4.7−4 7

27 0,615
= +
24 7

=1,21

Diameter kawat pegasnya (d)dihitung dengan persamaan

8 W1
d2 = K . C
π τg

8 W1
d= k
√ τ1
.c.
τg

8 181,5075

d = 1,21
3,14
.7 .
5200 kg/ cm 2

d = 0,82 cm = 8,2 cm

Diameter lingkaran pegas (D) yaitu:

D/d =6

D =6 x 8,2

Dimana G adalah medulus geser = 8x103 kg/mm2 dari tabel 6.1

8 x 4 ( 49,2 ) 3 x 181,5075
δ=
( 8,2 ) 4 x 8 .103 kg /mm 2

=19,1 mm

= 1,91 cm

Konstantaa Pegas (K) di hitung;

G. d 4
K=
8 .n 3 .D 3

8 ×103 kg /mm 2 . 8,24


K=
8.4 . 49,23

40
= 9,4 mm= 0,94 cm

Panjang Lilitan Peas (H) dihitung dengan persamaan untuk pembagiaan umum

H//D tidak boleh dari 4

Maka ; H/D ≤4

H/D ≤2

H ≤ 2D

≤ 2 × 49,2

H ≤ 988,4 mm

Pegas matahari

Gambar 4.5 Pegas Matahari

Pegas matahari adalah pegas yang berfungsi untuk menarik plat penekan

dalam arah menajauhi plat gesek untuk pemutusan hubungan . Hal ini akan

41
menyebabkan plat gesek dalam keadaan bebas , diantara plat penekan dan

flywheel tidak lagi diteruskan ke poros yang digerakkan

Keterangan :

L1= 45 mm

L2 = 20

L2 = 20 mm

F1 = gaya tekan yang dikerjakan oleh bantalan pembebas (kg)

F2 = gaya tekan yang dikerjakan oleh pegas matahari (kg)

n ( jumlah daun pegas matahari) = 12

h ( tebal plat pegas matahari) = 2 mm

Di ( diameter dalam pegas matahari) = 50 mm

Pada perencanaan pegas matahari ini, diameter luar pegas matahari

(Da) sama dengan diameter luar plat gesek, jadi Da = 210 mm.

Besar gaya yang pada setiap daun pegas matahari (F2) : Dari

perhitungan sebelumnya telah didapat bahwa besar tekanan yang diterima

oleh Permukaan plat gesek (F) adalah 353,8 kg, sehingga :

F
F2 =
n

353,8 kg
F2 =
12

F2 = 29,48 kg

Besar gaya tekan yang dikerjakan oleh bantalan pembebas (F1) :

∑ 𝑚 ≥ 0 (F1 ∙ L1) - (F2 ∙ L2) ≥ 0

42
(F1 ∙ 45 mm) – (353,8 kg ∙ 20 mm) ≥ 0

(F1 ∙ 45 mm) – (7076 kgmm) ≥ 0

F1 ∙ 45 mm ≥ 7076 kgmm

7076 kgmm
F1 ≥
45 mm

F1 ≥ 157,24 kg

4.6 Perhitungan Baut

Baut yang direncanakan adalah :

- Tipe baut : M8

- Jumlah baut (n) : 8 buah

- Panjang baut : 21 mm

- Jarak sumbu baut kesembu poros (R) : 133 mm

Untuk tipe baaut m6 diperoleh data dari tabel sebagai berikut :

-diameter luar (d) : 8 mm

-diameter dalam (d1) : 6,647 mm

-diameter efektif (d2) : 7,188 mm

-jarak bagi (p) : 1,25 mm

- tinggi kaitan (h) : 0,0677 mm

Untuk mencari w maka kita menggunakan persamaan berikut

2w
D≥
√ σa
..................................................

2
w d σa
√2

43
untuk baja liat yang mempunyai kadar karbon (0,2 – 0,3), σ a = 6 kg/mm2 bila

difinistinggi, literatur 1,halaman 297. Maka

2w
d1 ≥
√ σa

44
2w
6,6 mm =
√ 6 kg/ m m2

2w
(6,6 mm)2 =
6 kg /mm 2

2w
43,6 mm2 =
6 kg /mm 2

26,1 kg
W =
2

W = 130,8 kg

Tegangan geser yang terjadi (σ g)

w
w
σg = = n
a
4 1
d 2 ()
192 kg
σ g = 3,14
( )
4
¿¿

192 kg
σg =
34,68 mm 2

= 5,53 kg/mm2

Gaya yang terjadi pada paku keling (f)

T=F.R.n

T
F=
R. N

8775 kg mm
F=
133 mm .8

45
4.7 . Perhitungan bantalan

1. Bantalan aksial

Gambar 4.6. Bantalan

Untuk diameter dalam bantalan (d) = 35 mm, dengan jenis bantalan

terbuka, dan nomor 6007 , diperoleh dari tabel 7.1. Dari tabel diperoleh:

- Diameter dalam (d) : 35 mm

- Diameter luar (D) : 62 mm

- jari-jari fillet (r) : 1,5 mm

- Kapasitas nominal dinamis spesifik (c) : 1250 kg

- Kapasitas nominal statis spesifik (Co) : 915 kg

- Tebal bantalan (B) : 14 mm

Beban ekivalen:

Pa= x’Fr + Y ’ Fa

46
Dimana:

Pa= beban ekivalen dinamik (kg)

X = faktor radial, untuk bantalan bola radial beralur bola radial dalam

baris tungga, besarnya adalah 1,0

V= faktor putaran, untuk kondisi cincin dalam berputar besar nya 1,0

Fr= gaya radial, yaitu sebesar 1,404 N

Y= faktor aksial, untuk bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal

besar nya adalah nol

Fa= gaya aksial, untuk bantalan pendukung poros ini besar nya adalah

nol

Dimana Fa dari perhitungan sebelumnya adalah 157,24 kg

Fa 157,24 kg
sehingga, = = 0,17
Co 915 kg

Dari tabel diperoleh, X = 0,56: Y = 1,45 dan Fr = 0, maka,

Pa =0,56 . 0 + 1,45 . 157,24 kg = 228 kg

Faktor kecepatan (fn)

33,3
Fn =

3

Dimana n adalah putaran = 8000

47
33,3
fn =

3

8000

fn = 0,21

faktor umur (fn)

C
fn = f n .
Pa

1250 kg
fn = 0,21 .
157,24 kg

fn = 1,67

umur nominal ( Lh)

Lh = 500 (fh)3

Lh = 500 (1,67)3 = 228,7

2. Bantalan radial

Untuk bantalan radial kita pilih diameter yang paling kecil dari bantalan

aksial yang telah dihitung sebelumnya karena menumpu beban yang cukup kecil.

Dalam perancangan bantalan ini dipakai nomor 6004.

- Diameter dalam (d) : 20 mm

- Diameter luar (D) : 42 mm

- Jari-jari fillet (r) : 1 mm

- Kapasitas nominal dinamis spesiik (c) : 735 kg

- Kapasitas nominal statistik spesifik (co) : 465 kg

- Tebal bantalan (B) : 12 mm

Beban ekivalen:

Pa = x . v . Fr + Y . F a

48
Dimana: x = faktor radial : 0,56

V = faktor rotasi :1

Y = faktor aksial : 0

Fa = beban aksial : 0

Fr = faktor beban radial : 6 kg

Maka:

Pa = x . v . Fr + Y . F a

Pa = 0,56 . 1 . 6 kg + 0 . 0

Pa = 3,36 kg

Faktor kecepatan (fn)

33,3
fn =

3

Dimana n adalah putaran = 8000

33,3
fn =

3

5600

fn = 0,21

faktor umur (fn)

c
fn = f n .
pa

735 kg
fn = 0,21 .
3,36 kg

fn = 45,93

umur nominal (Lh)

Lh = 500 (fn)3

Lh = 500 (45,93)3 Lh = 48469894

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan rancangan kopling pada Mobil Daihatsu Xenia


diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

 Daya(N) : 92 PS

 Putaran(n) : 6000 rpm

 Hasilperhitunganpadaporos

o Bahanporos : S55C

o Momen torsi (T) :12.069,4833 (kg.mm)

o Diameter poros (ds) : 32 mm.

 Hasilperhitunganpada spline dannaaf

o Bahan spline dannaaf : S55 C dan S 40 C.

o jumlah spline : 16 buah

o Diameter luar spline (ds) : 673,30 mm

o Diameter dalam spline (ds) : 471,31 mm

o Lebargigi spline (ws) : 4,23 mm.

o tinggispline (h) : 3,7 mm

o Diameter spline : 39,5 mm

o Panjang spline (L) : 40 mm.

o Lebar Spline : 1,6 mm

50
51
 Hasilperhitunganpada plat gesek

o Bahanpermukaan yang dipakai : Besicor&asbes.

o Tekananpadapermukaan plat gasek (F) : 0,72596 kg

o Luas plat gesek : 181,49 mm

o Diameter luar(D2) : 673,30mm.

o Diameter dalam(D1) : 471,31mm

 Hasilperhitunganpadapakukeling

o Bahanpakukeling : S 40 C

o Jumlahpakukeling (n) : 16 buah

o Tegangantarikizin ( σ K)
: 4,83 kg/mm2

o Diameter paku keling D1 : 0,51 mm

o Diameter paku keling D2 : 0,30 mm

o Diameter paku keling D3 : 0,37 mm

o Diameter paku keling D4 : 0,57 mm

 Hasilperhitunganpadapegas

o Bahan pegas : SUP 4

o Tegangandariwahl (K) : 1,21 mm

o Diameter luar pegas (D2) : 20 mm

o Diameter dalam pegas (D1) : 12 mm

o Konstantapegas (k) : 0,94 cm

o Diameter lingkaran : 49,2 mm

o Panjang lilitan pegas : 988,4 mm

o Tegangangeser yang diizinkan ( σ a) : 5200 kg/mm2

52
53
 Hasilperhitunganpadabaut

o Tipe baut : M8

o Jumlahbaut(n ) : 8 buah

o Panjang baut :21mm

o Jarak sumbu baut kesembu poros (R) : 133 mm

o diameter luar (d) : 8 mm

o diameter dalam (d1) : 6,647 mm

o diameter efektif (d2) : 7,188 mm

o jarak bagi (p) : 1,25 mm

o tinggi kaitan (h) : 0,0677 mm

o Tegangan geser yang terjadi (σ g) : 5,53 kg/mm2

 Hasilperhitunganpadabantalan :

o Bantalan Radial

 Bahan : SUP4

 diameter dalam : 35mm

 diameter dalam : 62mm

 tebal bantalan : 14 mm

o Bantalan Radial

 Bahan : SUP4

 diameter dalam : 20mm

 diameter dalam : 42mm

 tebal bantalan : 12mm

54
Setelah hasil perhitungan tersebut diatas diperoleh, maka dilakukan

pemeriksaan keamanan terhadap tegangan yang timbul, ketahana.Dari

hasil pemeriksaan yang dilakukan ternyata elemen-elemen tersebut cukup

aman, dan dapat disimpulkan bahwa bahan-bahan yang dipakai untuk

konstruksi adalah cukup aman dan siapuntuk dipakai mesin tersebut.

5.2 Saran

1. Untuk mengenal dan mengetahui bentuk dan cara kerja kopling

sebaiknya dilakukan surveike laboraturium atau bengkel mesin.

2. Dalam hal perencanaan, sebaiknya bahan-bahan yang dipilih harus

sesuai dengan standar. Agar konstruksinya dapat dipakai sesuai dengan

yang direncanakan.

3. Untuk memilih bahan-bahan yang dipergunakan hendaknya ukuran

dari bahan tersebut harus berdasarkan hasil diperhitungan yang

diperoleh.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. DobroVolsky, V dan K. Zablonsky,1984. “Machine Elemendan Text

Book”, Edisike XXI, Publishing Howet, Moscow

2. G. West WijinAsraldan Abbar,1952. “PengetahuanDasarTentangIlmu-

ilmuBangunanPesawat Yang Praktis”, Jilid 4, Stam, Jakarta

3. Jack Stalk,1995. “Elemen Kontruksi Bangunan”, MesinEdisi 21 Erlangga,

Jakarta

4. R.S Khurmi, JK. Gupta,1982. “A Text Book Of Machine Design”,Eurasa

Publishing Hourse (PVT) Ltd. Ram Vegar, New Design

5. S.E Joseph, M.D Corry,1984. “PerencanaanTeknikMesin”, Edisi IV,

Erlangga, Jakarta

6. Sularso, Kiyokatsu Suga, 2008. “Dasar Perencanaan dan Pemilihan

Elemen Mesin”, Edisi ke-9, P.T.Pradya Paramtha,Jakarta.

7. Umar Sukrisno,1984. “Bagian-bagianMesindanRencana”, Edisi II,

Erlangga, Jakarta

8. Dabrovolsky V “Machine Elemen”, Penerbit Foreign Languages

Fablishing House, Edisi ke 2.1968

9. Stoclk Jeck dan Kross,1995. “Elemen Konstruksi Bangunan Mesin” New

York 1992

10. G.. West Wijin Asral dan Abbar,1952. “Pengetahuan Dasar Tentang Ilmu-

ilmu Bangunan Pesawat Yang Praktis”, Jilid 4,Stam, Jakarta

56
11. Moot, Robert L, 2004, Machine Element in Mechanical Design,Edisi Ke

4, New Jersey: Prentice Hall.

12. Sibarani, Swardi Leonard.2018. “Tugas Rancangan Elemen Mesin 1

Kopling”. Medan.

13.

57
LAMPIRAN 1

Tabel Diameter Poros

4 10 *22,4 40 100 *224 400


24 (105) 240 420
11 25 42 110 250 440

4,5 *11,2 28 45 *112 280 450


12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,5 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170 630
*6,3 18 63 180
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
90
9 95
Keterangan : 1. Tanda * menyatakan bahwa bilangn yang bersangkutan

di pilih dari bilanga standar

2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian

akan dipasang bantalan gelinding.

58
LAMPIRAN 2

Tabel rumus untuk SAE spline lurus

Table Kapasitas torsi pada spline lurus

59
LAMPIRAN 3

Tabel harga koefisien gesek (μ) dan tekanan rata rata (Pa)

Bahan Permukaan μ
Kontak Pa(kg/mm2)
Kerin Dilumasi
g
Besi Cor 0,10 – 0,08- 0,09 -0,17
dan besi 0,20 0,12 0,05 -0,08
cor 0,10 0,10 0,007 -0,07
Besi cor -0,20 -0,20 0,005
dan 0,35 - -0,003
perunggu -0, 65 0,05 – 0,02 – 0,03
Besi cor 0,05 0,10
dan asbes -0,10 0,10
Besi cor - -0,35
dan serat
Besi cor
dan kayu

Tabel Penggolongan baja secara umum

Golongan Kadar C (%)


Baja lunak -0,15
Baja liat 0,2-0,3
Baja agak keras 0,3-0,5
Baja keras 0,5-0,8
Baja sangat keras 0,8-1,2

Table baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
untuk poros
Standart dan lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
macam panas tarik
(kg/mm2)
S30C Penormalan 48
S35C “ 42
Baja karbon S40C “ 55
konstruksi S45C “ 58
mesin (JIS S50C “ 62
45011) S55C “ 66
Batangan S35C-D - 53 Ditarik,dingin,digerin
baja yang S45C-D - 60 da,dibubut,ataubgabu
difinis dingin S55C-D - 72 ngan antara hal-hal
tersebut.

60
LAMPIRAN 4

Tabel NomordanUkuranBantalan

Kapasitas
Kapasitas
nominal
Nominal
dina-
Nomorbantalan Ukuranluar ( mm) sta- tis
misspesifi
spesifik
k
Co (kg)
C (kg)
Duasik Duasikatd
Jenister
at antanpakk d D B R
buka
ontak
10
6001ZZ 12
02 15
ZZ 17
6000 26 8 0.5 360 196
6003 20
6001 6001 VV 28 8 0,5 400 229
ZZ 25
6002 02 VV 32 9 0,5 440 263
04 30
6003 6003 VV 35 10 0,5 470 296
ZZ 35
6004 04 VV 42 12 1 735 465
05 ZZ 40
6005 05 VV 47 12 1 790 530
6006 45
6006 6006 VV 55 13 1,5 1030 740
ZZ 50
6007 07 VV 62 14 1,5 1250 915
07 ZZ
6008 08 VV 68 15 1,5 1310 1010
08
6009 6009 VV 75 16 1,5 1640 1320
ZZ
6010 10 VV 80 16 1,5 1710 1430
6009
ZZ
10
ZZ
6200
ZZ
6200 01 ZZ 6200 VV 10 30 9 1 400 236
6201 02 ZZ 01 VV 12 32 10 1 535 305
6202 6203 02 VV 15 35 11 1 600 360
6203 ZZ 6203 VV 17 40 12 1 750 460
6204 04 ZZ 04 VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 05 ZZ 05 VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206 6206 VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 ZZ 07 VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 07 ZZ 08 VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 08 ZZ 6209 VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6209 10 VV 50 90 20 2 2750 2100
ZZ
10 ZZ

61
6300 10
ZZ 12
01 15
ZZ 17
02 20
35
ZZ 25
6300 6300 VV 37 11 1 635 365
6303 30
6301 01 VV 42 12 1,5 760 450
ZZ 35
6302 02 VV 47 13 1,5 895 545
04 40
6303 6303 VV 52 14 1,5 1070 660
ZZ 45
6304 04 VV 62 15 2 1250 785
05 50
6305 05 VV 72 17 2 1610 1080
ZZ
6306 6306 VV 80 19 2 2090 1440
6306
6307 07 VV 90 20 2,5 2620 1840
ZZ
6308 08 VV 10 23 2,5 3200 2300
07
6309 6309 VV 0 25 2,5 4150 3100
ZZ
6310 10 VV 11 27 3 4850 3650
08
0
ZZ
6309
ZZ
10
ZZ

62

Anda mungkin juga menyukai