Oleh :
TAUHID IHZA AMLAINI
NPM 188130087
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS RANCANGAN ELEMEN MESIN
KOPLING MOBIL SUZUKI NEW BALENO
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
Nilai : ................
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Yang Maha Kuasa atas karunia-
Nya yang telah memberikan kesehatan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
tugas Rancangan Kopling ini dengan baik. Dalam menjalankan kurikulum serta
memenuhi kewajiban saya sebagai mahasiswa di Prodi Mesin Fakultas Teknik
Universitas Medan Area, maka saya harus memenuhi tugas yang diberikan untuk
merancang ulang kopling kendaraan mobil SUZUKI NEW BALENO dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Daya Maksimum : 92,4 PS
Putaran : 6000 rpm.
Saya menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang dapat ditambahkan
untuk melengkapi tugas ini, namun saya terlebih dahulu menerima saran dan
tanggapan dari Dosen Pembimbing yang sifatnya membangun daya pikir demi
kelancaran dan kesempurnaan dari tugas ini.
Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Ir. Amrinsyah,
MM selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikiran
kepada saya dan tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namanya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan tugas rancangan ini.
Akhir kata, semoga tugas ini dapat menjadi pedoman dan perbandingan
untuk tugas-tugas yang sejenisnya.
Penyusun.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
SKETS GAMBAR KOPLING MOBIL SUZUKI NEW BALENO......................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan Perancangan..................................................................................2
1.4. Manfaat Perancangan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Dasar Konstruksi Kopling.........................................................................3
2.2 Klasifikasi Kopling....................................................................................5
BAB III ANALISA PERHITUNGAN...................................................................13
3.1 Poros........................................................................................................13
3.2 Perhitungan poros....................................................................................13
3.3 Spline dan Naff........................................................................................17
3.3.2 Spline...............................................................................................17
3.3.3 Perhitungan spline............................................................................18
3.4 Perhitungan Naaf.....................................................................................21
3.5 Perhitungan ukuran plat gesek................................................................23
3.6 Pegas........................................................................................................29
3.6.1 Perhitungan Pegas Matahari ( Diafragma )......................................29
3.6.2 Perhitungan Pegas Tekan.................................................................31
3.7 Bantalan...................................................................................................34
3.8 Perhitungan Bantalan..............................................................................34
3.9 Baut.........................................................................................................38
3.9.1 Perhitungan Baut..................................................................................38
BAB IVPERAWATAN MAINTENANCE ( PEMELIHARAAN )......................47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52
iii
SKETS GAMBAR KOPLING MOBIL SUZUKI NEW BALENO
iv
Keterangan Gambar :
2. Flywheel
3. Plat gesek
4. Poros penggerak
6. Bantalan radial
7. Seplain
8. Naf
v
16. Poros yang digerakkan
17. Sleeve
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum kopling gesek dipakai pada suatu sistem dimana sistem
penggerak dan sisitem yang digerakkan harus dihubungkan dan atau dilepas
ketika sistem tersebut sedang bekerja. Peralatan ini terdiri dari dua bagian utama,
yaitu dua buah pelat atau bidang gesek yang masing-masing dihubungkan dengan
poros input dan poros output. Poros input berhubungan dengan sisitem penggerak
sedangkan poros output dengan sistem yang digerakkan.
Kopling tidak hanya terdiri atas satu komponen saja, tetapi terdiri dari
beberapa komponen dengan jenis material dari setiap komponen yang berbeda-
beda. Sehingga untuk perancangan sebuah kopling dibutuhkan waktu yang relatif
lama karena harus menghitung kekuatan material dari setiap komponen kopling
tersebut, selain itu apabila dibutuhkan penggantian komponen kopling.
Dari uraian di atas maka penulis akan melakukan tugas rancangan elemen
mesin kopling mobil Suzuki New Baleno dengan daya 92,4 PS dan putaran 6.000
rpm.
1.2. Perumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopling adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus daya dan
putaran dari poros penggerak ke poros yang di gerakkan secara pasti ( tanpa
terjadi slip ), dimana kedudukan kedua poros tersebut terletak pada suatu garis
sumbu yang lurus atau sedikit berbeda sumbunya. Berbeda dengan kopling tak
tetap yang dapat dilepaskan dan dihubungkan bila di perlukan, maka kopling tetap
selalu dalam keadaan terhubung.
Secara garis besar kegunaan kopling adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjamin mekanisme dan karakteristik akibat bagian –bagian mesin
yang berputar
b. Untuk menjamin hubungan antara poros penggerak dengan poros yang di
gerakkan.
c. Untuk mengurangi beban lanjut pada waktu melakukan pemindahan transmisi
dari poros yang di gerakkan atau dari suatu poros ke poros yang lain.
4
2.2 Klasifikasi Kopling
Berdasarkan fungsi, dan cara kerja dapat di bagi atas 2 jenis, yaitu :
A. Kopling Tetap
B. Kopling tidak tetap
A. Kopling Tetap
Kopling tetap adalah penerus daya dan putaran yang dapat dilakukan pada
saat kopling bekerja dengan baut pengikat. Pemindahan daya dan putaran kopling
ini adalah secara pasti atau tidak terjadi slip dan kedua sumbunya harus segaris.
Kopling tetap mencakup kopling kaku yang tidak mengizinkan sedikit
ketidaklurusan sumbu poros dan kopling universal digunakan bila kedua poros
membentuk sudut yang cukup besar.
5
Gbr.2.3. Kopling Flens Kaku Gbr.2.4. Kopling Bus
6
Gbr.2.7. Kopling Karet Bintang Gbr.2.8. Kopling Rantai
7
Gbr.2.10. Kopling Universal Hook
Kopling Cakar
Kopling cakar ini dapat meneruskan moment dengan kontak positif (tanpa
perantara Gerakan) sehingga tidak terjadi slip.
Ada dua bentuk kopling cakar yaitu :
8
arah tetap, tidak dapat di hubungkan dalam berputar, dengan demikian
sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tetap.
1. Kopling plat
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan suatu plat atau lebih
yang di pasang di antara kedua poros, serta membuat kontak dengan poros
tersebut sehingga terjadi penerusan daya melalui gesekan antar sesamanya.
Konstruksi kopling cukup sederhana dimana dapat di hubungkan atau di lepas
dalam keadaan berputar .
kopling ini dapat dibagi atas :
9
Gbr.2.13. Kopling Plat Banyak
3. Kopling Kerucut
10
4. Kopling Friwil
Termasuk dalam golongan ini adalah misalnya kopling fluida kering atau
kopling seerbuk, yang meneruskan momen dengan perantara gaya sentripugal
pada buturan-butiran baja di dalam suatu rumah, dan kopling fluida yang bekerja
atas daya sentripugal pada minyak pengisian. Karena kopling tersebut tidak dapat
di lepaskan hubungannya pada waktu berputar, maka dapat digolongkan dalam
kopling tetap.
11
2. Geometri Kopling
12
13
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN
3.1 Poros
Poros adalah salah satu yang penting dalam konstruksi kopling, maka
perlu diperhatikan sebaik mungkin.
Hampir sama dengan kopling sebagai penerus daya dan putaran, perencanaan
seperti ini dipegang oleh poros.
Poros sebagai pemindah daya dan putaran, Poros yang terbuat dari batang
baja mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Tahan terhadap momen puntir
Mempunyai skalalitas yang baik
Tidak mudah patah
Bahan poros di pilih dari bahan yang difinis dingin S45C-D dengan kekuatan tarik
τB= 60 kg/mm².
Standard an macam Lambang Perlakuan panas Kekuatan Keterangan
tarik
(kg/mm2)
S30C Penormalan 48
Baja karbon S35C “ 52
konstruksi mesin (JIS S40C “ 55
G 4501) S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
Ditarik
Batang baja yang S35C-D 53 dingin,
difinis dingin digerinda,
S45C-D 60 dibubut, atau
gabungan
S55C-D 72 antara hal-
hal tersebut
15
Tegangan geser yang di izinkan τa = ___τB_
sf1 x sf2
dimana :
Sf2 = factor keamanan akibat pengaruh bentuk poros atau daya spline pada poros,
di mana harga sebesar 1,3- 3,0 maka di ambil 2,5
Maka :
τa = __τB__
Sf1 x Sf2
= __60___
6x1,8
= 5,5 kg/mm²
τa
dimana :
ds = diameter poros (mm)
T = momen torsi rencana = 10977 kg mm
cb = factor keamanan terhadap beban lentur harganya 1,2-2,3
kt = faktor bila terjadi kejutan dan tumbukan besar atau kasar 1,5-3,0
16
Maka :
ds = [5,1 x 1,5 x 1,2 x 10977] ¹⁄³
5,5
= 26,36 mm
ds = 30 mm ( sesuai dengan tabel )
Pada diameter poros di atas 30 mm, maka tegangan geser terjadi pada poros
adalah
τ = 5,1 [T ]kg/mm²
ds³
τ= 2,04 kg/mm²
24 (105) 240
260 440
17
35 55
(17) 170
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan di dalam kurung hanya di pakai untuk bagian di mana akan di
pasang bantalan gelinding.
3.3.2 Spline
Spline adalah untuk meneruskan daya putaran yang menerima dari kopling
yang meneruskan ke poros. Sistem ini dapat di jumpai pada kendaraan roda
empat.
18
Gbr 3.2. spline
19
Jari-jari spline (rm) dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
rm = R1 + R2
R2
Atau
rm = D + ds
4
dimana :
rm = jari-jari rat-rata
D = diameter spline
Ds = diameter poros = 30 mm
Maka :
rm = 37,04 + 30
4
= 16,76 mm
20
Fm = besar gaya yang di terima
Maka :
Fm = 654,95
8
= 81,87 kg
τc = Fm/ Ac
dimana :
Ac = luas yang mengalami tumbukan (mm)
Ac = h x L
= 3,52 x 57
Ac = 200,64 mm²
maka :
τc = FM/ Ac
= 81,87_
200,64
= 0,408 kg/mm²
τg = Fm/Ag
Dimana :
Ag = W x L
= 15 x 57 mm
Ag = 855 mm²
maka :
τg = Fm/ Ag
= 81,87kg
855 mm²
21
= 0,096 kg/mm²
τ = √ ( τc ) + ( τg )
2 2
= 0,419 kg/mm²
Bahan poros dengan spline di pilih dari baja dengan difinis dingin S45C-D = 60
Dimana syarat pemakaian aman adalah : τa > τ =5,5 kg/mm² > 0,419 kg/mm²
(terpenuhi)
τa = ___τb__
Sf1 X Sf2
Dimana :
Maka :
τa = __52__
22
6 X 1,8
= 4,815 kg/mm2
τg = _fm_
Wxl
Dimana :
τg =_fm_
Wxl
=__81,87__
15 x 57
= 0,096 kg/mm2
Tegangan Kombinasi ( τt )
τt = √( τc) +( τg)
2 2
Persentase syarat keamanan adalah : τ > τt = 5,5 kg/mm2 > 0,419 kg/mm2
(terpenuhi/aman) Tegangan geser yang diizinkan lebih besar dari Tegangan
kombinasi yang terjadi.
Plat Gesek
23
Syarat plat gesek antara lain :
Tahan pada suhu yang tinggi
Tahan pada gesekan
Pada perencanaan ini bahan yang digunakan ialah besi cor dan asbes. Dengan
asumsi material sangat baik untuk menghantar putaran serta tahan pada
temperature tinggi.
Adapun jenis-jenis bahan plat gesek dapat di lihat pada table bahan ini :
Material Operating Koefisien Unit pers Max
operating
Friction In oil 0,08 6-8 250
Hardener In oil 0,06 6–8 250
Cast iron Dry 0,15 2,5 – 4 300
Cast iron In oil 0,15 4 150
Bronze Dry 0,3 2–3 200
Asbestos Dry 0,4 2-3 550
24
Dalam perancanaan ini bahan plat gesek di pilih adalah asbestos dan tebal bahan
tersebut adalah :
maka :
1097,6 = 2 ( 0,4 ) x 3 x 0,5 rm x rm2
1,5
rm3 = 1097,6 x 1,5
1,224
rm = 10,04 cm
= 100,4 mm
25
Jari-jari dalam bidang gesek (r1)
r1 = rm - b
2
= 10,04 – 4,016
2
= 8,032 cm
= 8,032 mm
26
F = A x Pa
Dimana :
Pa = Tekanan yang di inginkan = 0,007 – 0,07 ( besi cor dan asbes ) = 0,007
kg/mm2 ( diambil )
A = luas bidang gesek
A = π ( D22 – D12 ) – [n(b x l) + π dp2]
4 4
dimana :
n = jumlah paku keling dan parit = 18
dp = Diameter paku keling = 3 mm
b = panjang parit
karena jumlah paku keling (n) maka total luas permukaan (Lp) adalah :
Lp = n π dp2
4
= 18 π 32
4
= 127,17 mm2
(241 2
160,6 2) 18(40,2.3) 3 2
=
4 4
27
2
= 2317 mm
Sehingga :
F = A.x ρa
2 2
= 2317 mm x 0,07Kg/ mm
= 16,22 Kg
Moment yang terjadi pada plat gesek (mg)
Mg = Md + Mt
Dimana :
Md = Momen dinamis
Mt = Momen torsi
T = Waktu penyambungan kopling ( 3 detik )
W = Kecepatan sudut
Ap = Kerja plat gesek akibat energi kinetic
Maka :
100 x75 x2
Ap = 12
= 1250 Kg/mm
2π .n
W = 60
2x 3,14 x6000
= 60
= 62,8 rad/det
md = 2 x Ap
Wx2
= 2 x 1250
62,8 x 2
28
= 19,90 kg/mm
Dari perhitungan di atas maka moment yang terjadi pada plat gesek adalah :
Mg = Md + Mt
= 19,9 Kg cm + 243,8 Kg cm
= 263,7 Kg cm
Sehingga beban perbandingan untuk kekuatan dari momen yang terjadi adalah
Mtd > Mg = 1097,6 kg cm > 263,7 kg cm (mtd lebih besar dari Mg)
sehingga konstruksi pemakaian ini cukup aman. Daya yang hilang karena
gesekan (Ng)
Ng = Mg x W x l x Z
F x 75 x 3600
= 263,7 x 62,8 x 2 x 2
1,622 x 75 x 3600
= 0,15 Dk
29
Daya mekanisme adalah :
μK = Nm – Ng x 100 %
Nm
= 106,58 – 0,15 x 100 %
106,58
= 99,8 %
3.6 Pegas
Pada pegas kendaraan, baik roda dua maupun roda empat berfungsi
sebagai penarik tumbukan atau kejutan sebagai media pembalik dalam
perencanaan direncanakan dua pegas yaitu : Pegas matahari (diafragma) dan
pegas tekan (kejut)
30
Qp = Q
N
dimana :
Q = gaya untuk melepas kopling dan n = jumlah pegas = ( 18 )
Untuk mendapat besar Q lebih dahulu di cari besar gaya tekan pegas terhadap plat
gesek ( pd )
pd = Pv x fk
Dimana :
Pv = Tekanan tumbuk izin asbes = 3-4 kg/cm ( 3 kg/cm diambil )
fk = Luas permukaan gesek ( 231,7 cm2 )
maka :
pd = 3 kg/cm2 x 231,7 cm2
= 695,1 kg
Pada prinsipnya kerja pegas matahari mengalami keseimbangan, maka pada pegas
berlaku system keseimbangan : Σm = 0
Dari gambar di ats dapat di lihat bahwa keseimbangan adalah nol atau Σm = 0
Q x l = pd x k
Dimana :
L = panjang cutter
K = konstanta pegas
Maka :
Q = 695,1 kg/ 1,5 cm
3 cm
= 154,45 kg
Sehingga ;
Qp = Q
n
= 154,45 kg = 8,58 kg
31
18
Lenturan atau defleksi yang terjadi pada pegas ( δ )
δ = 8 x n x D3 x Q
D4 x G
Dimana :
δ = lendutan atau defleksi pegas ( mm )
Q = gaya pada pegas
G = Modulus geser = 7,5 x 103 kg/mm3 (untuk baja )
D = Diameter lilitan rata-rata = 13 mm
D = Diameter kawat = 2,90mm
Maka :
δ = 8 x 18 x 133 x 204,4 = 64665619,2
2,90 4 x 7,5 x 103 530460,75
= 121,9 mm
32
3.6.2 Perhitungan Pegas Tekan
Pegas tekan berfungsi untuk meredam getaran sewaktu kopling bekerja
akibat getaran saat penyambungan maupun getaran akibat pemutusan pada
kopling. Pada perencanaan ini jumlah pegas tekan ( Z= 6 buah )
Dalam pegas yang di rencanakan adalah bahan SUS 316 WPA ( kawat baja
poros ) yang memiliki tegangan tarik sebesar (120 – 145 kg/mm2)
33
Dimana :
Τ max = Kd 8 x D x Fp
π x d3
Kd = faktor pegangan pegas dari awal
Kd = (C + 0,5) = 7+0,5 =10,7
C 7
D = Diameter lilitan rata-rata = 22,4 mm
d = diameter kawat = 3,2 mm
maka :
τ max = 1,07 8 x 22,4 x 38,12
3,14 x 3,23
= 71,04 kg/mm2
Tabel diameter standart dari kawat baja keras dan kawat musik
Tabel.3.5.
0,08 0,50 2,90 *6,50
0,23 1,40
0,26 1,60
0,29 1,80
0,32 2,00
0,35 2,30
0,45 2,60
34
= 8 x 38,12 x 22,4
3,14 x (3,2) 3
Tp = 66,39 kg/mm
3.7 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros yang berbeban
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar secara halus, dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesinnya
berkerja dengan baik, jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak berkerja semestinya.
35
Jenis Dua Dua sekat nominal nominal statis
(kg)
36
6309 6309ZZ 6309VV 45 100 25 2,5 4150 3100
135 )
Dimana :
Fr = Beban Radial (kg)
Fa = Beban Aksial (kg)
X,Y = Harga – harga yang terdapat dalam tabel 4.9
Untuk bantalan bola alur dalam dan berbaris tunggal :
Maka :
Fa/Co = 0,014 (direncanakan)
Dengan ;
Co = 1650 kg ; kapasitas nominal statis spesifik
C = 2380 kg ; kapasitas nominal dinamis spesifik
Sehingga: Fa = Co . C
Fa = 0,014 x 1440
= 20,16 kg
37
Harga : X = 0,56
Y = 2,30
Maka :
Pa = X . Fr + Y . Fa
= 0,56 x 88,42 + 2,30 x 20,16
= 95,88 Kg
136 )
Maka :
fn= (6000 ) 3 = 0,0056
3 , 33 1
1/3
= 0,177
136 )
38
Dalam perencanaan ini direncanakan pemakaian selama ( 24 jam ) perhari maka :
28756 , 228
=1198
24 hari
Sehingga diperkirakan umur bantalan apabila dipakai secara kontiniu
(24am/hari) maka lamanya pemakaian kira – kira 3,273 tahun, dimana 1 tahun
366 hari.
3.9 Baut
Baut merupakan pengikat yang sangat penting untuk mencegah
kecelakaan dan kerusakan pada mesin.
Perencanaan kopling ini memiliki dua macam baut :
a. Baut pengikat poros dengan flywheel ada 8 buah.
b. Buat pengikat rumah kopling dengan flywheel ada 12 buah.
Pemeriksaan baut pengikat poros dengan poros dengan flywheel
R = 40 mm.
39
40 mm
= 274,4 kg
Sehingga beban tarik aksial (Fb)
Fb = F
N
= 274,4kg
8
Fb = 34,3 kg
Bahan terbuat dari SS 50 dengan kekuatan tarik (τb) = 55 kg/mm2,
Tegangan geser izin (τg) adalah :
τg = τb
Sf1 x Sf2
Dimana :
Sf = faktor keamanan untuk baja karbon tempa = 8
Sf = Faktor keamana untuk baja karbon dengan pengaruh massa 1,3-3,0
= 3,0 (3,0 diambil)
τg = 55 kg/mm2
8x2
= 3,43 kg/mm2
d1 > = √ 4.w
π xn
d1 > = √ 4 x274 ,4 Kg
3 ,14 x8
40
= 43,69
d1 = 43,129 (sesuai table 3.6.)
A = π (d1)2
4
A = 3,14 (43,129)2
4
= 1460,19 mm
Sehingga :
τt = 34,3 kg
1460,19 mm
= 0,0235 kg/mm2
41
R
= 10977 kg/mm
60 mm
= 182,95 kg
d1 > = √ 4.w
π xn
42
Tinggi kaitan (H) = 1,353mm
Tabel 3.6.
Luar D
Ulir luar
43
M 52 5 2,706 52,000 48,752 46,587
D 2 mm – 37 mm
Qa (1,6 – 1,8) d
N (0,6 – 0,8) d
L (3 – 10) d
D 2,6 mm – 31 mm
Qa (1,6 – 1,8) d
N (0,6 – 0,8) d
L Σ 5 + (1,5 – 1,7) d
44
D 2,3 mm – 36 mm
Qa (1,5 – 2) d
n (0,4-0,5) d
Untuk mengikat plat gesek dengan plat pembawa digunakan sistem sambungan
paku keling.
Sehingga :
P = 10977 = 1663,18 kg mm
6,6
45
sedangkan gaya yang berkerja pada masing – masing paku keling dapat di
asumsikan dengan persamaan berikut ini :
P’ = P = 10977 = 457,37 kg mm
n 24
dengan faktor keamanan yang di rencanakan sebesar v = 10, maka di peroleh
tegangan izin sebesar :
Σ t = τ b = 37 = 3,7 kg/mm2
V 10
Sedangkan tegangan geser (τg ) adalah :
τg = P’ kg/mm2
n . F1
dimana :
P’ = gaya yang bekerja pada masing – masing paku keling
F1 = luas penampang paku keling
= π . d12
4
d1 = diameter lubang paku keling ( d + 1 = 3 + 1 = 4 mm = 0,4 cm )
n = jumlah paku keling = 24 buah
jadi :
F1 = π . d12 = 3,14 x 42 = 12,56 cm 2
4 4
maka :
τg = P’ = 457,37 = 1,517 kg/mm 2
n . F1 24 x 12,56
sehingga tegangan geser yang di izinkan adalah :
τ gl = 0,8 . Σ t
= 0,8 x 3,7 = 2,96 kg/mm2
sehingga diperoleh tegangan geser yang di izinkan lebih besar dari pada tegangan
geser yang terjadi τ gl > τg atau 2,96 kg/mm2 > 1,517 kg/mm2 , jadi paku keling
46
aman digunakan terhadap tegangan geser yang terjadi pada satu kopling yang
berkerja.
Dimana :
Fa = luas penampang
D1 = diameter lubang
S = tebal plat
N = jumlah paku keling
Sedangkan tegangan tumbuk izin adalah :
P1 = 2 . Σ t Maka :
P1 > P
P1 > P’___
n . Fa . d p
= ___ 457,37_____
24 x 4 x 3 x 0,644
= 2,47 kg/mm2
47
jadi tegangan tumbuk izin lebih besar dari pada tegangan tumbuk yang
terjadi yakni :
P1 > P atau 7,4 kg/mm2 > 2,47 kg/mm2 , berarti konstruksi paku keling aman
terhadap haya tumbuk yang terjadi.
48
BAB IV
PERAWATAN MAINTENANCE ( PEMELIHARAAN )
1. siapkan bahan dan alat yang diperlukan minyak hidrolis yang baru, kunci
bleeding, slang elastis kecil, dan Penampung minyak hidrolis.
2. kendorkan baut bleeder
3. pasang pipa elastis diujung baut bleeder dan ujung lainnya ke penampung
minyak hidrolis.
50
4. Tekan pedal kopling beberapa kali sampai dengan minyak yang
direservoir habis.
5. Tuangkan minyak hidrolis yang baru.
6. Tekan kembali pedal kopling, hingga minyak yang keluar dari pipa elastis
keluar minyak yang baru. Jaga minyak Yang direservoir agar tidak
kehabisan.
7. Saat diketahui yang keluar pada pipa elastis sudah minyak yang baru,
pedal kopling pertahankan pada posisi tertekan.
8. Keraskan baut bleeder, dan pompalah padal kopling.
9. tunggu beberapa saat, dan coba tekan pedal kopling. Bila ringan tidak
menggerakan tuas pembebas kopling, berarti sistem kemasukan udara.
10. Maka lakukan pemblidingan terhadap sistem kopling sampai udara keluar
dari sistem.
11. Ulangi langkah 9). Hingga diperoleh penekanan yang baik.
12. Tambahkan minyak hidrolis pada reservoir hingga batas maksimum, dan
pasang tutup reservoir.
13. Bersihkan alat dan perlengkapan yang telah dipergunakan. Selanjutnya
proses penyetelan kopling dengan pengoperasian sistem hidrolis.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari perhitungan rancangan Kopling SUZUKI NEW BALENO dapat
diambil kesimpulan :
1. Perhitungan Poros
Moment Torsi (T) = 10977 kg mm
Bahan Poros = S45C-D
Diameter Poros = 30 mm
4. Perhitungan Pegas
Bahan Pegas Matahari dan Pegas Matahari = SUS 316 WPA
Panjang Pegas Maksimum = 30 mm
Jari-jari plat pegas = 6,5 mm
5. Perhitungan Bantalan
Bahan Bantalan = FC45C-D
Beban dinamis spesifikasi = 2090 kg
Diameter Luar = 72 mm
Diameter dalam (d) = 30 mm
Lebar bantalan = 19 mm
6. Perhitungan Baut
Bahan Baut = S50C-D
Diameter inti Baut = 43,12 mm
Jarak Bagi (p) = 5 mm
2
Tegangan Geser Ijin = 3,43 kg/mm
2
Tegangan Tarik = 0,235 kg/mm
5.2 Saran
Bahan yang dipergunakan untuk komponen kopling haruslah mempunyai
kekuatan tarik yang memenuhi persyaratan, jadi pemilihan bahan merupakan hal
yang penting dalam perencanaan. b) Faktor keamanan juga harus diperhatikan
dalam perencanaan suatu elemen mesin, karena faktor keamanan dipengaruhi oleh
dua hal yang menjadi pertimbangan yaitu bila faktor keamanan kecil maka elemen
itu akan mudah rusak, sebaliknya jika faktor keamanan itu besar konsekwensinya
elemen mesin itu menjadi mahal.
53
54
DAFTAR PUSTAKA
2. Jack Stolk dan C. Kros, 1993, Elemen Mesin Elemen Kostruksi Bangunan
Mesin Penerbit Erlangga, Jakarta Pusat.
55