Daya : 88 PS
Putaran : 6000 RPM
OLEH
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih lagi Maha
saya dapat menyelesaikan tugas rancangan kopling ini dengan baik. Dalam
prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Asahan, maka saya harus
Daya : 88 PS
Saya menyadari bahwa masih ada beberapa hal yang dapat di tambahkan
untuk melengkapi tugas ini, namun saya terlebih dahulu menerima saran dan
tanggapan dari Dosen Pembimbing yang sifatnya membangun daya pikir demi
kelancaran dan kesempurnaan tugas kopling ini.. Saya juga mengucapkan banyak
Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikiran kepada saya dan
tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu namanya yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan Tugas Rancangan ini. Akhir Kata, semoga tugas ini dapat menjadi
(Andri Pradana)
i
DAFTAR ISI
ii
2.3.4 Kopling Friwil ............................................................................................15
2.4 Cara Kerja Kopling .......................................................................................15
2.5 Konsep Dasar Fungsi Dan Kerja Unit Kopling.............................................16
2.6 Macam-macam Kopling Gesek .....................................................................20
2.7 Komponen Kopling Plat Gesek .....................................................................20
2.7.1 Driven Plat .................................................................................................20
2.7.2 Plat Penekan (Pressure Plate) .....................................................................23
2.7.3 Gelang Pelepas Kopling .............................................................................25
2.7.4 Garpu Pembebas (Clutch Fork) ..................................................................26
iii
4.2 Perhitungan Plat Gesek ..............................................................................46
4.2.1 Perhitungan Teori Gesek ............................................................................47
4.2.2 Perhitungan Kerja Gesek dan Daya Gesek ...........................................47
4.2.3 Perhitungan Diameter Rata-Rata Plat Gesek .............................................48
4.2.4 Pengujian Harga KT dan KU ...................................................................49
4.2.5 Perhitungan Luas Bidang Tekan ................................................................50
4.2.6 Perhitungan Tekanan Rata-Rata Permukaan .............................................50
4.2.7 Perhitungan Tekanan Maksimum Permukaan ...........................................50
4.2.8 Perhitungan Umur Plat Gesek .................................................................51
4.2.9 Perhitungan Temperatur Kerja Plat dan Kopling ....................................52
4.3 Analisa Perhitungan Pegas ......................................................................54
4.4 Paku Keling .............................................................................................59
4.5 Perhitungan Spline dan Naaf ...................................................................61
4.6 Peritungan Baut .......................................................................................66
4.7 Perhitungan Bantalan ..............................................................................69
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umumnya sebuah kendaraan bermotor baru dapat berjalan, apabila daya dan
Seiring dengan laju, perkembangan teknologi para ahli mesin dituntut untuk
merancang sistem pemutusan dan pemindahan daya dan putaran yang meliputi
kopling, roda gigi, dan rantai. Pada sebuah kendaraan atau mesin, kopling
pemindahan dan pemutusan daya dan putaran dapat dilakukan dengan aman dan
Pada posisi awalnya, kopling itu telah menghubungkan poros engkol dengan
poros sistem roda gigi. Pada saat diperlukan kopling harus dapat membebaskan
hubungan antara poros engkol dengan poros sistem roda gigi itu. Kopling
roda gigi yang sedang diam atau berputar lambat dengan halus dan tanpa ada
trasmisi dengan cepat, saat satu atau kedua-duanya sedang berputar untuk
1
1.2 Perumusan Masalah
kopling. Untuk merancang ulang sebuah kopling gesek untuk tenaga maksimum
a) Ukuran-ukuran utama.
kopling pada mobil jenis Toyota Raize. Spesifikasi dari perancangan ini diperoleh
Daya (N) : 88 ps
akan dirancang.
Adapun tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang unit kopling
yang terdiri dari : Poros, spline dan naaf, plat gesek, paku keling, pegas kejut,
2
1.5 Manfaat Perancangan
kopling.
BAB I : PENDAHULUAN
pengertian kopling.
Menghitung poros, spline, naaf, plat gesek, paku keling, pegas kejut,
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KOPLING
Menurut Sularso dan Kiyokatsu Suga (2004), Kopling adalah suatu bagian
yang mutlak diperlukan pada mobil-mobil bensin, diesel dan jenis lainnya
silinder mesin yang terhubung dengan roda gila atau flywheel. Kopling terletak
diantara flywheel dan transrnisi. Kopling berupa alat yang digunakan untuk
menghubungkan dua poros ketika beroperasi, namun saat ini ada kopling yang
memilki torsi yang dibatasi sehingga dapat slip atau terputus ketika batas torsi
dilewati. Tujuan utama dari kopling adalah menyatukan dua bagian yang dapat
berputar.
diidamkan. Saat ini ada beragam tipe kopling salah satunya kopling
yang paling banyak dipakai oleh kendaraan bermotor yaitu tipe kopling
gesek jenis plat, serta kopling gesek jenis kerucut, dimana untuk kopling
jenis plat ini dapat berbentuk kopling plat basah serta kopling plat
kering. Kopling plat basah yaitu kopling yang plat-platnya direndam dengan
minyak pelumas. Umumnya kopling tipe ini dipakai oleh sepeda motor.
Sedangkan tipe kopling plat kering yaitu tipe kopling yang plat-platnya tak
4
Gambar 2.1 Assembling
5
Keterangan gambar :
1) Flywheel
2) Plat gesek
3) Baut
4) Plat pembawah
5) Bantalan radial
6) Paku keling
7) Baut
8) Plat pembebas
9) Paku keling
10) Pegas
13) Poros
14) Naaf
17) Baut
6
Kopling merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk menghubungkan dan
memutuskan daya dan putaran dari mesin ke roda penggerak secara lembut,
sehingga pada saat pemutusan atau penghubungan daya dan putaran dari poros
2004), y a i t u :
a) Kopling Tetap
Kopling Tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti,
dimana sumbu kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus atau dapat
sedikit berbeda sumbunya. Kopling tetap selalu dalam keadaan terpasang, untuk
suatu gerakan penerus yang tidak serentak atau tanpa kejutan dan dapat dihindari
dari getaran (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004). Kopling Tetap terbagi beberapa
jenis diantarannya :
7
2.2.1 Kopling Flens Kaku
sumbu segaris.
Gambar 2.2 Kopling Flens kaku Bus (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Gambar 2.3 Kopling Flens Luwes (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
8
2.2.3 Kopling Universal Hook
terletak dalam sebuah garis lurus atau yang garis sumbunya saling memotong
(membentuk sudut) bila kedua poros akan membentuk sudut yang cukup besar.
Gambar 2.4 Kopling Universal Hook (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Kopling bus adalah poros penggerak dan poros yang digerakkan sikat oleh
sebuah tabung pengikat pada poros agar poros dapat diputar dengan baik tanpa ada
kejutan sewaktu berputar. Kopling Bus terdiri atas sebuah selongsong (Bus) dan
baut-baut yang dibenamkan. Sering juga dipakai berupa pasak yang dibenamkan
9
2.2.5 Kopling Flens Tempa
Pada Kopling Flens Tempa masing-masing ujung poros terdapat flens yang
dilaskan kedua flens diikat dengan baut–baut. Pada kopling ini momen
Gambar 2.6 Kopling Flens Tempa (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
berbentuk iklan dari karet, kemudian kopling dipasang karet ban yang
Gambar 2.7 Kopling Karet Ban (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
10
2.2.7 Kopling karet Bintang
Kopling ini terdiri dari dua paruh yang identic dilengkapi dengan pena
penggerak dan lubang dalam jumlah yang sama. Keuntungan kopling ini
Gambar 2.8 Kopling Karet Bintang (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
berbentuk lurus dan tabung yang bagian luarnya juga berbentuk tirus
Kopling Universal.
11
2.2.9 Kopling Rantai
Pada kopling Rantai antara dua poros diikat oleh rantai yang terpasang pada
masing-masing poros. Kopling ini terdiri dari roda rantai dan beberapa rantai
poros yang digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran sama dalam
meneruskan daya, serta melepaskan hubungan kedua poros, baik dalam keadaan diam
Kopling Plat adalah kopling yang menggunakan satu plat atau lebih yang
dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak dengan poros tersebut
12
berputar. Kopling ini dapat dibagi atas :
Gambar 2.11 Kopling Plat Tunggal (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Kopling Kerucut adalah suatu kopling gesek dengan kontruksi sederhana dan
Kopling ini digunakan untuk meneruskan daya dari suatu poros gerak ke poros
yang digunakan dengan kontak positif sehingga tidak slip dengan kata lain (tidak
13
a) Kopling Cakar Persegi
Gambar 2.13 Kopling Cakar Persegi (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
tidak baik hanya satu arah berputar saja karena pada saat
50 putaran perdetik.
Gambar 2.14 Kopling Cakar Spiral (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
14
2.3.4 Kopling Friwil
Kopling ini adalah kopling yang dapat lepas dengan sendirinya, bila
poros penggerak berputar lebih lambat atau dalam arah berlawanan dari
Cara kerja kopling dapat dilakukan dengan dua cara yaitu urutan
pemindahan tenaga bila kopling dihubungkan dan urutan pemutusan daya kopling
yang dipasang pada roda penerus akan turut berputar bersama-sama. Plat penekan
dipasang pada penutup kopling dan diantaranya diberi pegas-pegas, sehingga plat
penekan dapat tertekan secara konstant dan kuat terhadap plat kopling, dengan
adanya tekanan pegas ini maka gaya gesek plat bertambah besar, sehingga dapat
diteruskan. Untuk memutuskan daya yang ditransmisikan itu maka pegas (pegas
diafragma) ditekan, sehingga terjadi perenggangan baja gesek pada kotak kopling
(tutup kopling) sehingga plat gesek terbebas dari jepitan dua baja gesek, sehingga
15
2.5 Konsep Dasar Fungsi Dan Kerja Unit Kopling
ringan, yaitu sepeda motor, sedan dan mobil penumpang. Kopling dan komponen
kendaraan, yaitu sistem yang berfungsi memindahkan tenaga dari sumber tenaga
tenaga dari mesin kesistem penggerak pada kendaraan, tentunya diperlukan suatu
proses yang halus tanpa adanya kejutan, yang menyebabkan ketidak nyamanan
secara garis besar terdiri dari Unit kopling, transmisi, defrensial, poros dan roda
terletak pada ujung paling depan dari sistem pemindah tenaga pada kendaraan.
Sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk memutus dan menghubungkan, unit kopling
memutus dan menghubungkan aliran daya, gerak, momen dari mesin ke sistem
pemindah tenaga. Posisi unit kopling pada kendaraan secara skema dapat dilihat
16
Rangkaian pemindahan tenaga berawal dari sumber tenaga (Engine)
ketransmisi (Gear Box) ke poros propeller (propeller shaft) dan keroda melalui
differensial (Final Drive). Jenis kopling paling tidak dapat dikelompokan menjadi
Gambar 2.17 Kopling Jenis Cakra, Gesek, Dan Hidrolik (Dariyanto, 1986)
17
Kopling jenis Chakra banyak dipergunakan pada mekanisme hubungan
roda gigi transmisi. Untuk menyambungkan antara poros sumber tenaga dengan
poros yang digerakan biasanya kopling ini mengalami kesulitan bila tidak dalam
kondisi berhenti. Untuk itu pada transmisi dilengkapi dengan komponen yang
disebut dengan synchronmesh. Kopling konis ini akan menyamakan gerak kedua
gigi yang akan dihubungkan, sehingga kopling chakra akan mudah disambungkan.
gesekan antara bagian penggerak dengan yang akan digerakan. Konsep kopling ini
hidroliknya (Dariyanto, 1986). Berikut ini akan dibahas Konsep kerja kopling
gesek yang banyak digunakan dapat dijelaskan melalui gambar 2.18 berikut ini.
18
Berdasarkan skema rangkaian tersebut, kini terlihat fungsi utama kopling
adalah memutus dan menghubungkan jalur tenaga dari mesin ke roda kendaraan.
Proses perpindahan tenaga, poros engkol (crank shaft) memutar drive disc dalam
kopling. Selama piringan/disc yang lain (driven disc) tidak berhubungan dengan
drive disc, maka tidak ada tenaga/torsi/ gerak yang ditransfer dari mesin ke
Pada saat piringan pemutar (drive disc) dan piringan yang diputar (driven
disc) bersinggungan, maka drive disc akan memutar torsi atau gaya putar dari
hingga ke roda penggerak. Saat kedua disc bersinggungan, dan saling berputar
(Dariyanto, 1986)
Pada prakteknya, saat menghubungkan kopling, yaitu disaat bersamaan
melepas pedal kopling, tidak dilepas langsung namun sedikit demi sedikit hingga
tentu akan terjadi kejutan gerak pada kendaraan, dan ini sering dialami oleh
19
2.6 Macam-macam Kopling Gesek
kendaraan ringan. Pada kendaraan roda empat menggunakan jenis kering dengan
plat tunggal. Sedangkan pada sepeda motor, menggunakan jenis basah dengan plat
ganda. Perbedaan kopling basah dan kering, karena plat kopling tidak kena
minyak pelumas untuk jenis kering, dan plat kopling bekerja dalam minyak
Komponen Kopling Plat Gesek yang utama dibagi menjadi beberapa bagian
piringan gesek (friction disc), atau kanvas kopling. Plat kopling bagian
20
Konstruksinya dapat dilihat pada gambar 2.21 berikut ini.
paduan bahan asbes dan logam. Paduan ini dibuat dengan tujuan agar plat
a) Tahan terhadap panas. Panas dalam hal ini terjadi karena terjadi
dihubungkan.
gesekan.
bentuk pegas ataupun karet. Alat ini dipasang secara radial, hingga disebut
21
Gambar 2.22 Pegas Radial Plat Kopling (Sukrisno Umar, 1984)
getaran atau kejutan selama bekerja. Untuk itu maka pegas radial harus
mampu menerima gaya radial yang terjadi pada plat kopling memiliki
22
Pegas aksial dipasang diantara kanvas kopling, dan bentuknya ada dua
senntuhan yang halus saat plat kopling mulai terjepit oleh plat tekan pada
Plat penekan (pressure plate) dan rumahnya, unit ini yang berfungsi
tekan didukung oleh pegas kopling. Pegas kopling paling tidak ada dua
macam, yaitu dalam bentuk pegas coil dan diafragma atau orang umum
Gambar 2.24 Clutch Asembly Dengan Pegas Diafragma Dan Pegas Coil
23
Clutch Asembly sebelah kiri menggunakan pegas diafragma dan
yang sebelah kanan menggunakan pegas coil. Karena fungsi pegas adalah
sebagai berikut.
saat plat kopling sudah aus. Pada posisi ini terlihat bahwa pegas diafragma
sudah aus, penggunaan pegas coil (coil spring) kemungkinan akan terjadi
slip lebih besar dibandingkan dengan pegas diafragma. Hal ini karena
24
Pada saat plat koplingnya masih baru atau tebal keduanya memberikan
titik poin b. Pada titik poin c menggambarkan tekanan pegas saat pedal
kopling diinjak penuh. Pegas coil memberikan tekanan yang lebih besar
dibandingkan pegas coil. Bentuk pegas diafragma bila dilihat dari depan
plate lever untuk pegas coil sedangkan yang dipakai pegas diafragma
25
Seperti terlihat pada gambar 2.27 berikut ini.
beban aksial dan menyudut. Gambar 2.27.2 bantalan tekan yang hanya
gambar 2.27.3 adalah bantalan tekan yang terbuat dari karbon yang tidak
memerlukan pelumasan.
Dengan demikian Prinsip dasar cara kerja kopling gesek dengan plat
26
seperti terlihat pada gambar 2.28 berikut ini.
Gambar 2.28 Prinsip Kerja Kopling Plat Tunggal (Sukrisno Umar, 1984)
dimana plat kopling terjepit oleh Flywheel (6) dan Pressureplate (4) yang
mendapat tekanan dari pegas kopling (7). Dengan demikian putaran mesin
bearing (8) dan membawa pressure plate (4) bergerak kekanan melawan
tegangan pegas kopling (7). Hal ini berarti menyebabkan plat kopling (3)
27
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.29 berikut ini.
engkol (Driver shaft) dengan poros kopling yang tidak lain adalah poros yang
masuk ke transmisi (Driven Shaft). Plat kopling pada posisi terhubung terjepit
diantara plat tekan dengan Fly wheel, kekuatan jepitnya diperoleh dari tegangan
pegas kopling yang dalam hal ini dalam bentuk pegas diafragma. Dengan posisi
demikian maka putaran poros transmisi akan sama dengan putaran mesin.
28
Pada saat tuas pembebas ditekan maka gayanya diteruskan ke bantalan
penekan, sehingga plat kopling terbebas. Dengan kata lain, putaran poros
29
BAB III
METODE PERANCANGAN
a) Torsi maksimum
b) Torsi gesek
30
l) Analisis pegas
Kopling plat gesek bekerja karena adanya gaya gesek (U) dengan
yang di gerakkan. Momen ini bekerja dalam waktu putaran kedua poros
sama. Pada keadaan terhubung tidak terjadi slip dan putaran kedua poros
persamaan :
Dimana :
Dengan :
31
3.2.2 Torsi Gesek
Dengan :
C = Konstanta
Harga C dapat dipilih dari tabel pada lampiran, harga ini berkisar antara 2-
Dimana :
n = Putaran [rpm]
Harga daya gesek dapat ditentukan dari hubungan kerja gesek dengan
32
Dimana :
Dengan :
n = Putaran
maka jika harga K tidak berbeda jauh dengan pemilihan harga awal dan
T
harga K masih berkisar antara 2-8 maka rancangan ini dapat dilanjutkan :
U
33
Kecepatan tangensial adalah :
satuan luas bidang tekan, gaya ini dipengaruhi oleh koefisien gesek sebesar
ì = 0.3, dan ini adalah koefisien gesek bahan permukaan pelat gesek yang
kita pilah. Luas bidang tekan sama dengan luas permukaan pelat dan dapat
Dimana :
Dimana :
μ = Koefisien gesek
34
3.2.8 Tekanan Maksimum Permukaan
yang cocok dan aman. Pada lampiran tebal tertulis harga-harga tekanan
untuk bahan pelat gesek. Hubungan antara tekanan maksimum dan tekanan
rata-rata adalah :
Daya saing pelat gesek sangat ditentukan oleh umur dari pelat gesek
itu. Umur pelat gesek ditentukan dari hubungan antara volume keausan
digunakan rumus :
Dengan :
Q = Keausan spesifik
v
35
3.2.10 Temperatur Kerja Plat dan Kopling
pelat gesek cepat sekali aus sehingga umur kopling akan lebih pendek.
Dengan :
t = Temperatur lingkungan
L
Δt = Kenaikan temperature
Dengan :
Dimana :
36
Koefisien perpindahan panas, dilihat dari rumah kopling dan dapat
Dengan :
berikut :
Dengan :
N = Daya gesek
R
Paku keeling yang dipasang pada pelat gesek dan pelat penghubung
berikut. Gaya yang dialami oleh setiap paku keeling didapatkan dengan
37
Dengan :
M = Torsi gesek
R
berikut :
Dengan :
permukaan terhadap pelat gesek. Pegas ini juga berfungsi sebagai penerus
daya dari HUB kepelat. Pada pegas ini bekerja momen torsi yang
sebagai berikut :
Dengan :
h = Panjang pegas
r = Diameter pegas
38
3.2.13 Analisis Tegangan Pada Pegas Diafragma
(bellivelle spring) pada pegas ini terdapat gaya P yang dapat melakukan
pemasangan dan palepasan kopling. Tengangan yang terjadi pada pegas ini
Dengan :
T = Tebal pegas
E = Modulus elastisitas
Dimana :
fc = Faktor koreksi
39
b) Moment rencana (T)
Pd
T = 9,74 x 105 (kg.mm)….(Sularso Dan Kiyokatsu Suga, 2004)
n1
Dimana
b
a = (kg/mm2)……….(Sularso Dan Kiyokatsu Suga, 2004)
sf1 x sf 2
Dimana :
d) Diameter poros ( ds )
5,1
ds =[ x Kt x Cb x T ]1/3 [mm]
a
Dimana :
40
e) Jari - jari fillet ( r )
( Db d s )
r= (mm) s…………(Sularso Dan Kiyokatsu Suga, 2004)
2
Dimana :
41
BAB IV
Sesuai dengan spesifikasi daya (P) 88 PS dan putaran poros (n1) adalah
Pd = fc x P
Dimana : 1 PS = 0,735 Kw
Sehingga,
PS = 88 x 0,735 = 64,68kW
fc = diambil 1,0
pd = 1,0 x 64,68 kw
Pd= 64,68kW
Pd
T = 9,74 x 105 kg . mm
n1
T = 9,74 x 10 5
T = 10499,72 kg. Mm
Poros yang direncanakan terbuat dari baja karbon (Jis G 4501) S55C, dengan
42
b
a=
Sf1 x Sf2
Dimana :
Sf1 = 6,0
Sf2 = 2,0
Maka:
66
a =
6x2
a = 5,5 kg/mm2
= 550 kg/cm2
5,1
ds = K t . Cb . T 1/3
τa
Dimana :
Kt = 1,5
Cb = 2,0
Maka :
5,1
D s= x 1,5 x 2 x 7994,92 1/3
5,5
= 30,07 mm
43
Maka jari-jari fillet dihitung:
r =
Maka :
r =
= 0 mm
ds
b =
4
b =
b = 7,5mm
h = ds
8
= 3,75 mm
C = h
b
= =0,5 mm
44
Tegangan geser (g) dihitung:
T 5,1T
g = =
ds 3
d s3
16
= 1,983 kg/mm2
Dari gbr 2.14 dan gbr 2.15 dapat diketahui faktor konsentrasi tegangan α dan β
untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat dengan alur pasak persegi
= 0,03
Sehingga:
α = 2,3
β = 1,7
a x Sf2
g x Kt x Cb
5,5 x 2,0
1,983x 1,5 x 2
2,3
4,8 5,949
a x Sf 2
g x Kt x Cb, tidak baik
45
Maka perbandingan di atas dinyatakan tidak baik karena pengaruh konsentrasi
30
Pemilihan torsi maksimum didasarkan pada harga paling tinggi antara torsi
(statik) yang diperoleh melalui hubungan daya maksimum dan putarannya. Dasar
pemilihan torsi yang lebih besar karena perhitungan didasarkan pada beban
digunakan dapat dilakukan dengan baik dan mempunyai kekuatan di atas beban
Dalam hal ini harga torsi maksimum yang diperoleh dari data spesifikasi
ternyata lebih besar dari pada harga torsi maksimum (statik), maka untuk menjaga
keamanan pemakaian dipilih harga torsi yang lebih tinggi, yaitu M =1400kgm.cm
h
46
4.2.1 Perhitungan Teori Gesek
gesek. Harga C dapat dipilih dari tabel 1 pada lampiran II, yang mana ini
Mr = C . Mh
rata-rata pada kondisi jalan apapun adalah 60 kali tiap jam, didapatkan besarnya
47
4.2.3 Perhitungan Diameter Rata-Rata Plat Gesek
Tersebut diambil berdasarkan jumlah plat gesek, dalam hal ini untuk mobiljumlah
plat gesek yang dimiliki j = 2, maka akan Diketahui dari table bahwa harga K
T
berkisar antara 1 – 1,6 dan harga db berkisar antara 0,15 – 0,3.. Dengan memilih
harga K = 1,5dan harga d b = 0,175 , maka akan didapat harga diameter rata-rata
T
sebagai berikut :
Sehingga lebar plat akan diperoleh dengan subtitusi harga d kedalam rasio
db, yaitu:
Dari harga ini dapat ditentukan besarnya diameter dalam plat( d ) dan
1
= 658,6
48
4.2.4 Pengujian Harga K dan K
T U
yaitu:
Sehingga:
Ternyata harga K tidak jauh berbeda dengan pemilihan harga awal, maka
T
Harga K dapat diterima karena masih mendekati harga dalam batas yang
u
diizinkan.
49
4.2.5 Perhitungan Luas Bidang Tekan
Dari data di atas dan, serta diasumsikan Y= 0,9 , maka luas bidang tekan
cocok dan aman .Pada tabel 2 pada lampiran II tertulis harga-harga tekanan untuk
bahan plat gesek. Dari persamaan (11) didapatkan besarnya tekanan maksimum
permukaan adalah :
16,25
50
Dengan asumsi koefisien gesek dari permukaan gesek adalah 0,1 dan
adalah 3,22 2cmkgf , maka dari tabel 2 pada lampiran II dapat disimpulkan bahwa
permukaan plat gesek dapat terbuat dari bahan Asbestos Pressed Hidraulically
with plastic , yang mempunyai limit koefisien gesek antara 0,2 – 0,35 dan tekanan
permukaan yang diizinkan antara 0,5 – 80 2cmkgf . Jadi, bahan ini sesuai
Umur plat gesek ditentukan dari hubungan antara volume keausan spesifik
dan daya gesek.Dengan adanya paku keling, maka tebal lapisan permukaan gesek
yang aus diukur dengan keadaan paku keling tersebut adalah 2 mm dan ini sama
51
4.2.9 Perhitungan Temperatur Kerja Plat dan Kopling
Temperatur yang terjadi pada plat gesek dipengaruhi oleh besarnya daya
gesek (N ) yang bekerja pada plat tersebut. Makin besar daya gesek, makin tinggi
f
temperature yang terjadi, sehingga dalam pemilihan bahan haruslah bahan yang
mempunyai ketahanan yang baik terhadap temperatur yang tinggi atau temperatur
yang terjadi tidak melebihi jangkauan yang diizinkan untuk pelat tersebut.Dengan
0
asumsi temperature lingkungan adalah 30 C, temperature kerja kopling adalah :
dk= asumsi
dk = d0 + 2 x 3 cm dk = 6 cm
Karena itu ;
dk = d0 + 2 x 3 cm
dk = (23,15 + 6) cm = 29,15 cm
52
Sehingga :
0
Sehingga temperature kerja kopling ( asumsi temperature lingkungan 20 C)
adalah:
0 0
t = 20 C + 14,57 C
0
t = 34,57 C
53
4.3 Analisa Perhitungan Pegas
a.Pegas Kejut
F= (D22 – D12) P
4
= (( 188,69 mm ) 2 – (132,083 mm )2) x 0,02 kg/mm2
4
= 283,265 kg
Bila jumlah pegas (n1) adalah 6 buah maka didapat gaya tekan untuk masing-
F
Wl =
n1
283,265
=
6
= 47,22 kg
g = 0,8 x a
= 5200 kg/cm2
54
K = 4.c 1 +
0,615
4.c 4 c
Dimana :
c = D/d
K= 4 . 6 - 1 + 0,615 = 1,25
4.6 4 6
8 Wl
d2 = K .c.
g
Maka :
8 W
d= K .c . l
g
8 34,19 kg
= 1,25 x x6x
5200 kg/cm 2
D/d =6
D = 6 x 1,2 mm = 7,2 mm
8 n 3 D3 WL
=
d4 G
55
Maka :
8 x 4 x (12) 3 x 47,22 kg
=
(1,2) 4 x 8 .10 3 kg/mm 2
= 31,93 mm
= 3,193 cm
G . d4
k=
8 . n 3 . D3
= 1,4 mm = 0,14 cm
Diambil: H/D 2
H<2D
H< 2 x 7,2 mm
H < 14,4 mm
b.Pegas Tekan
56
Gaya tekan (W)
T
W=
r
7994,92 kg.cm
=
8 cm
= 999,365 kg
W1 = W
n 1
= 999,365 kg = 166,560 kg
6
g = 0,8 x a
= 5200 kg/cm2
4 . c -1 0,615
K= +
4.c 4 c
Harga c diambil 6
= 4 . 4 - 1 + 0,615 = 1,25
4.6 4 6
8 Wl
d2 = K .c.
g
8 W
d = K .c . l
g
57
47,22 kg
= 1,25 x 8 x 6 x
5200 kg/cm 2
= 0,2 cm
= 2 mm
D =6xd
= 6 x 2 mm
= 12 mm
8 n 3 D3 WL
=
d4 G
= 31,93 mm
= 3,193 cm
G . d4
k =
8 . n 3 . D3
8.10 3 kg/mm 2 x 2 mm
4
k =
8 x4 x(12 mm) 3
= 4 mm
58
Panjang lilitan pegas (H)
H/D 2
H <2xD
< 2 x 12 mm
< 24 mm
4.4 PakuKeling
Pada mobil ini digunakan tiga macam paku keling yang berbeda fungsi,
yaitu :
Jumlah keling yang digunakan ada 18 buah, maka gaya geser yang
27 Mpa didapatkan :
59
Maka diameter paku keling yang diizinkan adalah:
Jumlah keling yang digunakan adalah 18 buah, maka gaya geser yang
didapat :
60
Jarak keling kepusat r adalah 5,5 cm
Jumlah keling yang digunakan ada 18buah, maka gaya geser yang
Untuk bahan paku keling yang digunakan AIMg 3F 18, dengan Fs=2 dan σ =27
max
Mpa, didapatkan.
a. Perhitungan Spline
Spline adalah untuk meneruskan daya putaran yang menerima dari kopling
Tinggi spline :
61
Diameter maksimum spline (diambil ds = 30 mm)
Dimana :
Ds = 0,81 x D
D=
D = 37,03 mm
L= 1,9 x ds
= 1,9 x 30
= 57 mm
H=
= = 3,51 mm
W= 0,5 x ds
= 0,5 x 30
= 15 mm
rm = atau : rm =
Maka :
rm =
= 16,75 mm
62
Besarnya gaya pada spline (Fs) adalah :
Fs =
Maka :
Fs = = 561,11 kg
Maka :
Fm =
= 70,138 kg
h = tinggi sepline
w = lebar sepline
L = panjang sepline
Dari perhitungan diatas tegangan geser sudah diproleh, karerna bahan yang
sama dengan spline, maka tegangan geser sama yaitu 72 kg/mm2. Maka besarnya
= 4,8 kg/mm2
Dimana :
63
Perhitungan Naaf
L =1,5 x D
= 1,5 x 37,03
= 55,54 mm
Maka :
= 4,3 kg/mm2
Maka :
= 0,072 kg/mm2
τc =
Ac = H x L
= 6,23 mm x 76 mm Ac = 473,48 mm
64
Maka :
= 0,232 kg/mm2
τg =
dimana :
Ag = W x L
= 20 mm x 76mm
= 1520 m
Maka :
τg = = = 0,072625 kg/mm2
Tegangan kombinasi ( ) :
= 0,157284 kg/mm2
Syarat keamanan :
>
65
4.6 Peritungan Baut
F=
Dimana :
Maka :
F=
= 349,9 kg
Fb =
= 87,2 k
66
Bahan baut terbuat dari SS 50B dengan kekuatan tarik ) = 50kg/mm2
Dimana :
= Tegangan tarik
Maka :
= 4,17 kg/mm2
= 0,8 x
= 0,8 x 6,23
= 4,984 kg/mm2
Syarat pemakaian
Maka konstruksi baut pengikat poros dengan flywheel aman untuk di pakai.
D=
= 12,95 mm
67
Maka diperoleh M = 16
F=
= 74,998 kg
Fb =
= = 12,49 kg
Bahan baut dari S20C baja karbon dengan kekuatan tarik ( ) adalah 40 kg/mm2
= 3,33 kg/mm2
= 0,8 x
= 0,8 x 3,33
= 2,66 kg/mm2
68
Diameter luar baut (D) :
D=
sehingga putaran dan getaran bolak-balik dapat berputar seara halus dan tahan
lama. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik, maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau
Dalam hal ini, jenis bantaan yang digunakan adalah bantalan aksial, pada bantalan
P = xFr + yfa
Dimana :
Maka :
= 33,55 + 48
= 8,55 kg
69
Beban dinamis spesifikasi yang terjadi (C) adalah :
C= xp
Dimana :
Fh =
Maka :
Fh3 =
= 20 jam
Fh =
= 2,714 jam
Sedangkan :
Fn =
= 0,616
C= x 81,55
= 3592 kg
70
BAB V
5.1 Kesimpulan
spesifikasi :
Daya(P) : 88 PS
71
- Tegangan geser (Tg) : 5200 kg / cm2
- Lebar spline : 20 mm
72
- Tegangan gesek pada naf ( Ta) : 0,072 kg/ mm2
5.2 Saran
a) Untuk mengenal dan mengetahui bentuk dan cara kerja kopling sebaiknya
direncanakan.
73
DAFTAR PUTSTAKA
Dariyanto Drs, (1986). Dasar-dasar Teknik Mesin. PT. Trineka Cipta Jakarta.
Jack Stolk dan C. Kros, (1993), Elemen Mesin (Elemen Konstruksi Bangunan
Khurmi. R. S and Gupta. J. K.T., (2005). Machine Desigh, Ran Nagar, New
Delhi.
Springer Verlag.
74
LAMPIRAN I
75
Tabel Kerja, sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
S45C “ 58
S50C “ 62
S55C “ 66
77
Tabel Diameter poros, sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
78
Tabel Material dan kapasitas kerjanya, Sumber : (Jack Stolk dan C. Kros, 1993)
79
Tabel Diameter kawat, Sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
0,23 1,40
0,26 1,60
0,29 1,80
0,32 2,00
0,35 2,30
0,45 2,60
80
Tabel Kisar Ulir, Sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
81
M 42 4,5 2,436 42,000 39,007 37,129
82
Tabel Material Bantalan, sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Spesifiki Spesifiki
C (Kg) Co (Kg)
83
6207 07ZZ 07VV 35 72 17 2 2010 1430
84