Anda di halaman 1dari 10

PAPER DASAR-DASAR HUKUM FISIKA PENYELAMAN

Dosen Pengampuh: Prof. Dr. Feliatra, DEA

Disusun Oleh:

Rita Hulina Saragih

1804113355

Sosial Ekonomi Perikanan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
A. Fisika penyelaman (Physics of Diving)

Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan dengan penyelaman adalah


persyaratan terpenting bagi tehnik penyelaman yang aman. Banyak masalah kesehatan
penyelaman yang secara langsung diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh fisiologis dari hukum-
hukum tersebut terhadap manusia. Suatu ikhtisar dari hukum-hukum fisika yang penting
berkenaan dengan kegunaan pengobatan secara klinis, perlu diketahui.

1) Satuan tekanan

Tekanan udara di permukaan laut pada suhu OoC pada dasarnya adalah tekanan yang disebabkan
oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mm Hg (14.7 Psi) dan
dijadikan dasar ukuran satu atmosfir.

Persamaan tekanan

1 Atmosfir = 10.07 (10) *meter air laut

= 33.05 (33) * kaki air Laut

= 33.93 (34) * kaki air tawar

= 1.033 kg/cm2

= 14.696 (14.7) * Lbs/ins2

= 1.013 bars

= 101 kilopascals

= 760 mm air raksa ( mm Hg)

= 760 torr

Tekanan akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga berat
udarapun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam
dibawah permukaan air. Hal ini disebabkan karena berat dari atmosfir dan berat dari air diatas
penyelam. Ukuran-ukuran tekanan dari berbagai kedalaman mengungkapkan bahwa tekanan 760
mm Hg (yaitu sama dengan standard atmosferik pressure) akan terasa pengaruhnya kira-kira
pada kedalaman 10 m dari air laut (33 kaki).

Berdasarkan Hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat di permukaan cairan
akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat dibawah
permukaan laut, tekanan akan meningkat sebesar 760 mm Hg (1 atmosfir) untuk setiap
kedalaman 10 m. Tekanan yang terdapat pada suatu titik menunjukkan tekanan 1 atmosfir
(tekanan di permukaan + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut). Satuan-satuan dari
jumlah tekanan adalah Atmosfir Absolut (ATA) yaitu :

Kedalaman (depth) Tekanan Absolut (Gauge Pressure)

Di permukaan 1 ATA 0 ATG

10 meter 2 ATA 1 ATG

20 meter 3 ATA 2 ATG

30 meter 4 ATA 3 ATG

Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada alat pengukur dimana
terbaca 0 pada tingkat permukaan.

Karenanya tekanan ini selalu 1 atmosfer lebih rendah dari pada tekanan absolut.

2) Hukum-hukum Gas

Udara yang kita hirup mengandung komponen-komponen sebagai

berikut :

- 78 % Nitrogen (N2)

- 21 % Oksigen (O2)

- 0,93 % Argon (Ar)

- 0,04 % Carbon Dioxide (CO2)

- Gas-gas mulia (Ne, He, dsb.)

Gas yang umumnya digunakan untuk tujuan penyelaman adalah :

- Udara (bebas kotoran)

- Campuran oksigen

- Campuran O2 dan Helium (He), kadang-kadang + N2

Hukum-hukum gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam rongga-rongga tubuh seperti paru-
paru, saluran yang menghubungkan hidung dengan sinus dll., serta gas-gas di dalam larutan
antara lain adalah :
a. Hukum Boyle (Hukum Perubahan Tekanan dan Volume)

Hukum ini menegaskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu kumpulan gas akan
berbanding terbalik dengan tekanan absolut, yaitu : V = 1/P jadi :

 PV = K atau P1V1 = P2V2

 P = Tekanan

 V = Volume

 K = Konstan

Ini berarti bahwa bilamana tekanan meningkat, volume dari suatu kumpulan gas akan berkurang
atau sebaliknya. Selama tekanan sebanding dengan kedalaman, maka volume akan menjadi
setengah volume dari semula.

Hubungan ini berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan-ruangan tubuh sewaktu
penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu naik ke permukaan. Hukum Boyle pada
penyelaman tahan napas Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan
merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya sewaktu ia
turun.

Contoh :

Bila seorang penyelam Scuba menghirup napas penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter ( 2
ATA), menahan nafasnya dan naik ke permukaan (1 ATA), udara di dalam dadanya akan berlipat
ganda volumenya menjadi 12 liter, maka ia harus menghembuskan 6 liter udara selagi naik untuk
menghindari agar paru-parunya tidak meledak.

P1V1 = P2V2 P1V1 2 x 6

P1 = 2 ATA V2 = ----------- = ----------

V1 = 6 liter P2 1

P2 = 1 ATA

V2 = ? V2 = 12 liter
Semua gas yang berada di dalam rongga tubuh akan terpengaruh oleh hubungan tekanan
volume ini. Dalam hal mengenai telinga bagian tengah, tekanan air yang berperan di dalam tubuh
akan dihantar oleh cairan-cairan tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama
tekanan meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di dalam rongga
tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan diisi jaringan yang
membengkak dan menonjol ke dalam gendang telinga. Rangkaian kejadian yang menjurus ke
perusakan jaringan dapat dicegah dengan menyeimbangkan tekanan (Equalizing). Udara
ditiupkan ke dalam saluran Eustachius dari tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang
ada di telinga bagian tengah tetap konstan, sehingga tekanannya menyamai tekanan air. Proses
serupa dapat terjadi di dalam rongga-rongga sinus, akan tetapi disini dapat diseimbangkan
sendiri (self equalizing) dalam keadaan normal, karena rongga sinus punya hubungan terbuka
dengan rongga hidung. Perubahan terbesar volume gas yang mengikuti perubahan air terjadi
dekat permukaan.

Sebagai contoh :

1 liter gas di permukaan akan menyusut sampai ½ liter pada kedalaman 10 meter ( 1 ATA sampai
2 ATA), sedang perubahan volume antara 30 meter dan 40 meter (4 ATA sampai 5 ATA) hanya
akan kembali sebesar 5 % yaitu dari ¼ sampai 1/5 liter. Ini menjelaskan mengapa tidak mungkin
menghindari resiko-resiko pada penyelaman dangkal. Gambar :

b. Hukum Dalton (Tekanan Partial dari Campuran Gas).

Hukum ini berhubungan udara (suatu campuran Nitrogen dan Oksigen) dan dengan
pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu campuran gas-gas adalah
jumlah dari tekanan secara tersendiri menempati seluruh ruang (volume), selama tekanan secara
menyeluruh meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas akan meningkat.

Karena udara adalah suatu campuran yang terdiri dari kurang lebih 80% bagian N2 dan 20%
bagian O2, maka udara di permukaan terdiri dari :

N2 = 80% dari 1 ATA (760 mm Hg).

= 0,8 ATA (608 mm Hg).

O2 = 20 % dari 1 ATA (760 mm Hg)

= 0,2 ATA (152 mm Hg)

Tekanan partial dari suatu gas di dalam campuran diperoleh dengan mengkalikan persentasi gas
dengan tekanan total. Dengan kedalaman tertentu, peningkatan tekanan partial yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Permukaan = 1 ATA = 0,8 ATA N2 + 0,2 ATA 02

(PP O2 = 20% x 1 ATA)

10 meter = 2 ATA = 1,6 ATA N2 + 0,4 ATA O2

(PP O2 = 20% x 2 ATA)

30 meter = 4 ATA = 3,2 ATA N2 + 0,8 ATA O2

(PP O2 = 20% x 4 ATA)

40 meter = 5 ATA = 4,0 ATA N2 + 1,0 ATA O2

(PP O2 = 20% x 5 ATA)

Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada kedalaman 40 meter (tekanan 5 ATA),
penyelam yang bernafas dengan udara biasa akan menghirup oksigen dengan tekanan partial
yang sama (0,1 ATA) seperti saat ia sedang menghirup 100% O2 di permukaan air. Hukum ini
penting untuk mengetahui efek Toksik Gas Pernafasan pada kedalaman, Penyakit Dekompresi
dan Penggunaan Oksigen maupun Campuran Gas untuk tujuan pengobatan. Sebagai contoh :

Seorang penyelam yang menghirup suatu campuran 60% / 40% Oksigen dan Nitrogen, resiko
menderita keracunan Nitrogen terjadi pada kedalaman sekitar 30 meter (4 ATA).

c. Henry (Larutan Gas dan Cairan)

Hal ini berhubungan dengan penyerapan gas di dalam cairan. Dinyatakan bahwa pada suhu
tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial
dari gas tersebut di atas cairan.Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-
kira 1 liter larutan Nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2
ATA) tekanan partial dari Nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan akhirnya yang
telarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter).

Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan
dan pada kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah. Pengaruh fisiologis dari hukum ini
terhadap seorang penyelam berlaku untuk Penyakit dekompresi, keracunan gas dan pembiusan
gas Lembam (Inert Gas Narcosis). Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlarut cepat
berkurang, gas akan keluar dari larutan dalam bentuk gelembung-gelembung gas.

Pada penyelam, pelepasan gelembung-gelembung ini dapat menyumbat pembuluh darah


atau merusakkan jaringan-jaringan, hal ini menyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit
dekompresi atau “Bends”. Kita dapat melihat pengaruh yang sama pada karbon dioxide di dalam
larutan. Bila kita membuka botol bir dengan tiba-tiba, maka akan terlihat gelembung-gelembung
gas yang naik ke permukaan botol.

d. Hukum Charles (Perubahan Suhu dan Volume)

Hukum ini menyangkut hubungan antara suhu, volume dan tekanan. Dinyatakan bahwa bila
tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu
absolut. Hukum ini ada hubungannya dengan kompresi dan dekompresi dari gas-gas dan
pengaruhnya terhadap silinder, regulator, chamber dan lain-lain, serta menerangkan bahwa
perubahan tekanan dapat dilihat bilamana silinder yang berisi udara tekan terjemur di matahari.
Bila volume tetap konstan dan suhu meningkat, tekanan akan meningkat. Hukum Charles dapat
dilihat bila seorang yang secara tidak sengaja melubangi tabung semprot (Spray Can) dan
melihat gas yang menguap di udara.

3. Daya Apung / Buoyancy

Hukum Archimedes menyatakan bahwa setiap benda yang dibenamkan seluruhnya atau
sebagian ke dalam cairan mendapat tenaga dorong sebesar bobot cairan yang digantikan.
Semakin padat cairan itu semakin besar daya apungnya. Dengan demikian penyelam dan kapal-
kapal mengapung lebih tinggi di air laut daripada di air tawar. Dengan paru-paru mengembang
sepenuhnya, orang biasanya akan mengapung di atas permukaan air laut, hal ini karena orang
mempunyai daya apung positif.

Apakah penyelam dapat mengapung secara positif atau negatif merupakan ciri dari setiap
penyelam. Manfaat mengetahui apakah anda termasuk memiliki daya apung positif atau negatif
adalah untuk : ¾ Upaya yang diperlukan untuk penyelaman, daya apung positif memberikan
kesulitan pada saat turun, tetapi membantu saat naik; ¾ Kemungkinan hilangnya orientasi di
bawah air. Bilamana perasaan posisi penyelam sudah terganggu, seperti halnya pada daya
apungnetral (Netral Buoyancy) yaitu tidak tenggelam atau mengambang, pengurangan lebih
lanjut pada setiap rangsangan pancaindra (Sensory Stimulation) seperti berkurangnya
penglihatan di dalam air yang suram, dapat mengakibatkan disorientasi yang parah dengan
kemungkinan akibat-akibat yang berbahaya. Tingkat daya apung setiap penyelam dipengaruhi
oleh beberapa faktor, berat alat-alat yang dipakai dapat menyebabkan penyelam tenggelam.

Silinder berisi udara tekan akan menjadi lebih terapung bila udara dipakai hingga
menjadikannya ringan. Pakaian selam (wet suit) yang terdiri dari sel-sel karet busa berisi udara,
bila kedalamannya bertambah, volume udara di dalam sel-sel tersebut berkurang dengan
demikian mengurangi daya apung. Rompi-rompi yang dapat mengembang (Buoyancy
Compensator’s) dapat diisi udara untuk mendapat daya apung positif. Bila penyelam menghirup
nafas volume di dada akan meningkat, yang cenderung membuatnya mengapung, sedang bila ia
menghembuskan akan cenderung tenggelam. Maka sering seorang penyelam menghembuskan
nafasnya pada saat meninggalkan permukaan untuk memanfaatkan pengaruh tersebut dan hal itu
membantunya untuk turun.

4. Suhu / Temperatur

Suhu air di sekeliling menentukan kenyamanan penyelam secara maksimal. Hampir semua suhu
perairan lebih dingin dari suhu badan yang normal (37 o C atau 98o F) dan karena itu seorang
penyelam akan kehilangan panas terhadap air karena konduksi. Lapisan-lapisan dari lemak atau
baju selam akan mengurangi pengaruh itu. Pada penyelaman, pemeliharaan suhu badan
penyelam menjadi suatu kebutuhan utama.

Suhu air makin berkurang secara nyata bersamaan dengan bertambahnya kedalaman dan
perubahan suhu terbesar terjadi setelah kira-kira 10 meter pertama. Hal itu disebabkan karena
hilangnya sebagian besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam. Air dingin dapat
menyebabkan gangguan-gangguan fisiologis yang gawat seperti pusing/vertigo dan sakit kepala.

5. Penglihatan dan Cahaya

Penglihatan tanpa bantuan (cahaya) di bawah air akan buruk, yang diakibatkan oleh
perbedaan-perbedaan dalam pembiasan sinar di bawah air. Masalah ini sebagian dapat diatasi
dengan memakai suatu masker dimana terdapat suatu lapisan udara antara mata kita dengan air.

Pemakaian suatu mask meskipun memperbaiki penglihatan di bawah air dapat menyebabkan
suatu kesan palsu akan jarak, menjadikan benda-benda terlihat kurang lebih ¼ lebih besar dan
lebih dekat dari jarak sebenarnya. Ini menerangkan mengapa penyelam yang daya
penglihatannya kurang baik akan meningkat sedikit di bawah air. Lensa yang dapat memperbaiki
penglihatan (corrective lens) dapat dipasang pada mask untuk mereka yang memakai kacamata.
Pemakaian lensa kontak (contact lens) di bawah air telah berhasil baik untuk digunakan pada
face mask maupun pemakaian langsung. Ketajaman penglihatan dibawah air sangat rendah, ini
dikarenakan oleh penyebaran cahaya yang membentuk bayang-bayang dari benda halus yang
mengambang di dalam air dan apabila kontras berkurang, penglihatan akan terganggu.

Kejernihan air, cuaca yang terang dan cahaya buatan akan membantu menanggulangi
masalah ini. Di bawah air warna-warna tidak akan tampak seperti pada permukaan, hal ini
disebabkan penyerapan terhadap panjang gelombang tiap warna yang tidak sama besarnya.Di
kedalaman sinar matahari yang merupakan kombinasi warna-warna merah, orange, biru, indigo
dan ungu akan lebih terlihat sebagai warna biru tua.

6. Suara di bawah air sangat dipengaruhi oleh penghantarnya yaitu melalui media cairan.

Kecepatan suara di bawah permukaan air kira-kira 4 kali lipat lebih cepat daripada di udara.
Suara di udara akan cepat kehilangan energinya bila dipancarkan ke dalam air, dengan demikian
di dalam air akan sukar mendengarkan suara yang dibuat di udara dekat permukaan air.
Pendengaran seseorang di bawah air akan berkurang akibat pengaruh air terhadap gendang
telinga dan beberapa frekwensi suara lebih terpengaruh dari yang lain. Memakai penutup kepala
akan lebih mengurangi ambang pendengaran, akanlah sukar bagi penyelam melokalisir arah
suara di dalam air. Telinga manusia telah diciptakan untuk melokalisir arah suara di udara.
Mekanisme ini akan terganggu karena suara berjalan 4 kali lebih cepat di dalam air. Lokalisasi
suara lebih dipersulit lagi oleh karena di bawah air suara akan dihantar ke organ pendengaran
lebih baik melalui tulang kepala daripada melalui gendang telinga.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Satu hal yang perlu kita sadari didalam hal penyelaman adalah terdapatnya perbedaan tekanan
antara permukaaan air dan di dalam air dimana hal ini akan mempengaruhi fungsi tubuh kita yang
akan berdampak bagi kesehatan pada umumnya, banyak fungsi tubuh yang dipengaruhi salah satunya
adalah fungsi pendengaran.Beberapa penelitian menyangkut penyelaman memberikan hasil yang
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang disebabkan oleh perbedaan tekanan antara permukaan
air dan didalam air sehingga menyebabkan penyakit pada penyelam

Dengan mempelajari fisika yang berhubungan dengan penyelaman diharapkan penyelam dapat
mengetahui cara mengatasi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena penyelaman terhadap
fisiologi manusia. Diantaranya seorang penyelam akan melakukan ekualisasi saat masuk di
kedalaman air, tidak menahan napas selama naik ke permukaan dan selalu melaksanakan peyelaman
tanpa dekompresi (bila diperlukan pelajari tabel selam), serta dapat melaksanakan penyelaman
dengan aman dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Jeppesen, Sport Diver Manual, Vol. II, Jeppeson-Sanderson, Inc., Denver, Colorado, 1980.

P.B. Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia, Persyaratan & Persatuan Dasar

Selam Olahraga Indonesia, Jakarta, 1980. -----------, Standart Instruksi Selam Olahraga Indonesia,
Jakarta, 1979

Robert W. Smith, New Science of Skin and Scuba Diving, Sixth Edition, New Century

Publishers, Inc., 1980. Santosa, Kesehatan Kelautan, Jakarta, 1983.

Anda mungkin juga menyukai