Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
a. Instalasi Listrik adalah jaringan yang tersusun secara terkoordinasi
mulai dari sumber pembangkit atau titik sambungan suplai daya listrik
sampai titik beban akhir sesuai maksud dan tujuan penggunanya.
b. Perlengkapan Listrik adalah sarana yang diperlukan salam rangkaian
instalasi listrik, misalnya penggali, fiting, sakelar, dan sejenisnya.
c. Peralatan Listrik adalah semua jenis alat, pesawat, mesin dan
sejenisnya yang digerakkan dengan tenaga listrik atau sebagai
pengguna listrik.
d. Besaran Listrik : besaran listrik yang harus difahami antara lain :
tegangan (Volt), arus (ampere), Frequensi (Hertz), Daya (Watt),
Resistensi (Ohm).
e. Bahaya sentuhan listrik adalah sentuhan yang dapat membahayakan
manusia, nilai tegangan dan arus listrik yang dapat mengakibatkan
kematian adalah sebagai berikut :
t (detik)

1,0

0,8

0,6

0,4

0,3

0,2

E (Volt)

90

100

110

125

140

200

I (mA)

180

200

250

280

330

400

f. Bahaya sentuhan langsung adalah menyentuh pada bagian konduktif


yang secara normal bertegangan.
g. Bahaya sentuhan tidak langsung adalah menyentuh pada bagian
konduktif yang secara tidak normal bertegangan, menjadi bertegangan
karena adanya kebocoran isolasi.
h. Bahaya sambran petir adalah bahaya pada manusia, binatang,
bangunan, atau peralatan karena dilalui oleh arus petir baik langsung
maupun tidak langsung.

i. Lift adalah sarana transportasi vertical untuk mengangkut orang atau


barang, dengan tenaga penggerak motor listrik dan dikendalikan secara
otomatik melalui system control elektrik.
j. Pengawasan K3 listrik, lift dan system proteksi petir : pada dasarnya
mengawasi pelaksanaan syarat-syarat k3, baik administratif ketentuan
teknik sesuai dengan ketentuan peraturan dan standar yang berlaku,
bertujuan untuk menjamin kehandalan dan keamanan opreasi instalasi
dan peralatan listrik, termask lift dan system proteksi bahaya petir.
2. Potensi Bahaya Listrik
Arus listrik antara 15 30 mA sudah dapat mengakibatkan
kematian, karena sudah tidak mungkin lagi untuk melepaskan pegangan.
Pengaruh-pengaruh lain dari arus listrik yang mengalir melalui tubuh
manusia ialah panas yang ditimbulkan dalam tubuh, dan pengaruh
elektrokimia.
Tegangan yang dapat dianggap aman juga ada kaitannya dengan
tahanan kulit manusia. Untuk kulit yang kering tahanan ini berkisar antara
100 500 kilo Ohm, tetapi kutir yang basah, misalnya karena keringat
dapat memiliki tahanan sampai serendah 1 Kohm. Juga luas permukaan
kulit yang menyentuh ikut mempengaruhi. Akibat sentuhan langsung
maupun sentuhan tidak langsung dapat mengakibatkan kecelakaan serta
kerugian.
Kecelakaan akibat listrik dapat mengakibatkan :
a. Kecelakaan pada manusia
Arus listrik antara 15 30 Ohm sudah dapat mengakibatkan
kematian. Pengaruh-pengaruh lain dari arus listrik yang mengalir
melalui tubuh manusia ialah panas yang ditimbulkan dalam tubuh, dan
pengaruh elektrokimia.
Tegangan yang dapat dianggap aman juga ada kaitannya
dengan tahanan kulit manusia. Untuk kulit yang kering tahanan ini
berkisar antara 100 500 kilo Ohm, tetapi kutir yang basah, misalnya
karena keringat dapat memiliki tahanan sampai serendah 1 Kohm. Juga

luas permukaan kulit yang menyentuh ikut mempengaruhi. Kalau


benda bertegangan dipegang penuh dengan tengan, pada arus kurang
lebih 10 mA saja sudah akan sulit sekali untuk melepasnya.
b. Kerusakan instalasi serta perlengkapannya
Jaringan istalasi listrik harus diamankan dengan baik sesuai
ketentuan yang berlaku. Gangguan listrik akan dapat mengakibatkan:
1) Kerusakan instalasi beserta perlengkapannya (kabel terbakar, panel
terbakar, kerusakan isolasi, kerusakan peralatan)
2) Terjadinya kebakaran bangunan beserta isinya
c. Kerugian
Kerugian akibat kecelakaan listrik dapat berupa :
1) Kerugian materi (dalam rupiah) akibat rusaknya instalasi,
bangunan beserta isinya
2) Terhentinya proses produksi.
3) Mengurangi kenyamanan, misalnya lampu padam, AC mati, supai
air terganggu dan lain-lain.
Pada dasarnya bahaya listrik yang dapat menimpa manusia
disebabkan oleh :
1) Bahaya Sentuh Langsung
Yang disebut dengan sentuh langsung adalah sentuh
langsung pada bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik.
Bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian
konduktif yang merupakan bagian dari sirkit listriknya yang dalam
keadaan pelayanan normal, umumnya bertegangan dan atau dialiri
arus listrik. Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara :
a) Proteksi dengan isolasi bagian aktif

Bagian aktif harus seharusnya tertutup dengan isolasi yang


dapat dilepas dengan merusaknya.

Untuk perlengkapan buatan pabrik isolasinya harus sesuai


dengan standar yang relevan untuk perlengkapan listrik
tersebut.

Untuk perlengkapan lainnya, proteksi harus dilengkapi


dengan isolasi yang mampu menahan stress yang mungkin
mengenai dalan pelayanan, seperti pengaruh mekanik,
kimia, listrik termal.

Jika tempat kabel masuk ke dalam perlengkapan listrik


berada dalam jangkauan maka lapisan isolasi dan
selubungan kabel harus masuk ke dalam korak hubungm
atau dalam hal tanpa kotak lubang ke dalam perlengkapan
tesebut. Lapisan logam pelindung kabel tidak boleh
dimasukkan ke dalam kotak hubung, tapi boleh kedalam
mof unung kabel mof sambungan kabel.

b) Proteksi dengan penghalang atau selungkup


Proteksi yang diberikan oleh selungkup terhadap sentuh
langsung ke bagian berbahaya adalah proteksi manusia
terhadap :

Sentuh dengan bagian aktif tegangan rendah yang


berbahaya.

Sentuh dengan mekanik yang berbahaya.

Mendeteksi bagian aktif tegangan tinggi yang berbahaya di


bawah jarak bebas yang memadai di dalam selungkup.

c) Proteksi dengan rintangan


Yang dimaksung dengan rintangan disini adalah untuk
mencegah sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif tetapi tidak
mencegah sentuh sengaja dengan cara menghindari rintangan
secara sengaja. Rintangan harus dapat mencegah :

Mendekatnya badan dengan tidak sengaja ke bagian aktif


atau,

Sentuh tidak sengaja dengan bagian aktif selama operasi


dari perlengkapan aktif dalam pelayanan normal

d) Proteksi dengan penempatan di luar jangkauan

Proteksi dengan penempatan diluar jangkauan hanya


dimaksudkan untuk mencegah sentuh yang tidak sengaja
dengan bahan aktif.
Bagian berbeda potensial yang dapat terjangkau secara
simultan harus berada di luar jangkauan rintangan.
e) Proteksi tambahan dengan Gawai Pengaman Arus Sisa (GPAS)
Ialah gawai yang menggunakan pemutus yang peka
terhadap arus sisa, uang dapat memutus sirkit termasuk
penghantar netralnya secara otomatis dalam waktu tertentu,
apabila arus sisa yang timbul karena terjadinya kegagalan
isolasi melebihi nilai tertentu, sehingga tercegahlah tegangan
sentuh yang terlalu tinggi.
Penggunaan GPAS ini hanya dimaksudkan untuk
menambah tindakan proteksi lain terhadap kejut listrik dalam
pelayanan normal. Penggunaan GPAS dengan arus operasi sisa
pengenal tidak lebih dari 30 mA, dikenal sebagai proteksi
tambahan dari krjut listril dalam pelayanan normal, dalam hal
ini kegagalan tindakan proteksi lainnya atau karena kebocoran
pemakai.
2) Bahaya Sentuh Tidak Langsung
Yang dimaksud dengan sentuh tidak langsung adalah
sentuh pada BKT perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi
bertegagan akibat kegagalan isolasi.
BKT perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian
konduktif yang tidak merupakan bagian dari sirkit listriknya yang
dalam pelayanan normal tidak bertegangan, tetapi dapat menjadi
bertegangan.
Kegagalan isolasi seperti tersebut diatas harus dicegah
terutama dengan cara :

Perlengkapan listrik harus dilakukan sebaik-baiknya agar


trgangan sentuh yang terlalu tinggi (>50 V a.b) karena
kegagalan isolasi tidak dapat terjadi atau tidak dapat bertahan.

3. Sistem Pengaman Listrik


a. Prinsip pengamanan instalasi listrik antara lain :
1) Pengamanan kejut listrik baik langsung maupun tidak langsung,
pada prinsipnya :
a) Mencegah mengairnya arus listrik melalui tubuh manusia
b) Membatasi nilai arus listrik dibawah arus kejut dan
c) Memutuskan arus listrik pada saat terjadi gangguan.
2) Pengamanan terhadap bahaya kebakaran (efek termal)
3) Pengaanan terhadap induksi medan magnit dan medan listrik
b. Sistem pengamanan instalasi listrik antara lain :
1) System isolasi pengamanan bagian bertegangan, sehingga tidak
mungkin orang tersentuh dengan tidak sengaja; metode isolasi
dapat dilakukan dengan cara :
a) Mengisolasi bagian aktif dengan isolator
b) Memberi pengalang atau selungkup
c) Memasang rintangan
d) memberi jarak aman atau diluar jangkauan
2) System isolasi lantai kerja dinding.
Metode ini diperlukan ditempat tertentu dimana sewaktu
petugas melakukan pelayanan, pemeliharaan dalam keadaan
bertegangan, dengan memasang isolasi lantai kerja yang aman,
maka akan terhindar adanya aliran arus listrik ke buni melalui
tubuh manusia.
4. Bahaya Sambaran Petir
Petir adalah muatan listrik dari awan keawan atau dari awan
kebumi. Sasaran sambaran petir adalah obyek yang paling tinggi. Obyek
tersambar petir akan merasakan adanya arus petir sebesar 5000 10.000
Ampere dan panas mencapai 30.0000C, sehingga dampak yang terjadi

pada obyek yang tersambar petir akan terjadi kerusakan mekanis, terbakar,
atau kerusakan karena fluktuasi arus dan tegangan petir.
Cahaya yang terbesar bagi manusia dan binatang kebanyakan di
timbulkan oleh sambaran kilat tidak langsung :
a. Kilat yang menyambar gedung atau pohon dapat mengambil jalan
parallel melalui orang yang berdiri dengan obyek yang tersambar.
b. Kuat medan listrik dari sambaran kilat yang dekat dengan seseorang
dapat

menginsuksikan

arus

di

dalam

badannya

yang

dapat

mengakibatkan kematian.
c. Kilat yang sedang berhubungan dengan tanah dapat menimbulkan
gradient potensial pada seluruh permukaan tanah di sekitarnya dengan
arah yang mengikuti titik sambaran, kalau ada orang yang berdiri
dengan kedua kaju yang terpisah (dengan arah radikal) maka orang
tersebut akan merasakan beda potensial yang dapat membahayakan.

B. Perundang-undangan
Listrik, lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya
yang perlu dikendalikan sebagaimana dimanatkan dalam UU No 1 Th 1970.
Pasal dalam Undang-Undang No 1 tahun 1970 yang berkaitan dengan batasan
ruang lingkup, tujuan, metoda pengawasan maslah K3 listrik perlu dipahami
secara baik, dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut diatas, lebih lanjut
ditetapkan pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan teknologi.
Standar teknik perencanaan, pemasanganm pengoperasian, pemeliharaan dan
pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah mengikuti perkembangan
pernerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Edisi PUIL yang
terbaru adalah PUIL 2000 sebagai generasi ke lima.
Sejarah PUIL berawal dari sejak zaman Belanda bernama AVE 1938
diterjemahkan menjadi PUIL 1977, selanjutnya direvisi menjadi PUIL 1987
(SNI 225 1987), dan terakhir PUIL 2000 (SNI 04 0225 2000). Sejak
AVE 1983 sudah menjadi bagisan dari standar K3 Listrik, yang terakhir PUIL

10

2000 ditetapkan dengan Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No


Kep 75/Men/2002.
PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduaan
yang tidak mengikat secara hokum. Biasanya standar digunakan sebagai
rujukan dalan suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan pemberi
kerja. Oleh karena itu PUIL telah ditetapkan diberlakukan secara utuh dengan
Peraturan dan Keputusan Mentri, maka seharusnya persyaratan teknis maupun
administratif menjadi bersifat wajib. Di dalam PUIL juga memuat persyaratan
khusus instalasi listrik untuk pesawat lift dan persyaratan instalasi potensi
bahaya sambaran petir.
Ketentuan secara berlebih teknis lift dan proteksi bahaya sambaran petir
masing-masing diatur dalam peraturan tersendiri yaitu :
1. Permenaker No per 02/Men/1989, mengatur persyaratan mengenai
instalasi penyalur petir.
2. Permenaker No per 03/Men/1999, mengatur persyaratan mengenai lift.
3. Kepmenaker No Kep 407/M/BW/1999, mengatur lebih lanjut tentang
kompetensi teknik lift.
4. Keputusan Dirjen Binawas NoKep.311/BW/2002, mengatur lebih lanjut
mengenai Sertifikasi Kompetensi K3 bagi teknisi listrik.

Anda mungkin juga menyukai