Modul
Praktikum
Fisika
Dasar
II
T.A
2019/2020
Kata Pengantar
Modul ini dibuat sebagai panduan praktikum Fisika Dasar bagi seluruh
mahasiswa ITSB yang mengambil praktikum Fisika Dasar 1 dan 2. Dalam
buku panduan praktikum Fisika Dasar ini terdapat :
Modul praktikum dalam buku ini adalah materi praktikum dalam 2 (dua)
semester, dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada di tiap prodi. Para
praktikan harus mengerjakan/melaksanakan praktikum di dalam
laboratorium sebagai tugas kelompok (kerjasama). Namun demikian dalam
pembuatan tugas pendahuluan maupun laporan, para praktikan harus
menyerahkan kepada asisten sebagai tugas individual.
Wassalam
Tim Penyusun
i
PEDOMAN PRAKTIKUM
1. Kehadiran.
(a) Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 80 persen dari jumlah
praktikum yang diwajibkan. Jika tidak dipenuhi maka praktikumnya
tidak lulus sehingga mengakibatkan ketidaklulusan pada mata kuliah
Fisika Dasar.
(b) Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi untuk
diserahkan ke Asisten Praktikum paling lambat satu minggu sejak
ketidak-hadirannya. Jika tidak dipenuhi maka dikenakan SANKSI 3.
(c) Keterlambatan kurang dari duapuluh menit dikenai SANKSI 1.
(d) Keterlambatan lebih dari duapuluh menit dikenai SANKSI 3.
3. Pelaksanaan Praktikum
(a) Mentaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika Dasar.
(b) Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan Dosen sebagai
Penanggung Jawab Praktikum.
(c) Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat
praktikum.
4. Penilaian
(a) Nilai praktikum ditentukan dari nilai Test Awal, Aktivitas dan Laporan
Praktikum.
(b) Nilai akhir praktikum (AP) dihitung rata-rata dari nilai praktikum,
yaitu jumlah nilai seluruh modul praktikum dibagi jumlah praktikum
yang wajib dilaksanakan.
ii
(c) Kelulusan praktikum ditentukan oleh nilai akhir praktikum (AP > 55)
dan keikutsertaan praktikum harus ( > 80 % ).
5. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi berupa penggantian alat / peralatan yang diberikan
bagi praktikan yang selama praktikum berlangsung menimbulkan
kerugian, misalnya memecahkan/ merusakkan alat / peralatan. Nilai dan
tata cara penggantian dapat dilihat pada papan pengumuman kolektif.
6. Lain-lain
(a) Praktikum yang tidak dapat dilaksanakan karena hari libur, kegagalan
arus listrik PLN dsb, akan dan harus melakukan praktikum pengganti
setelah seluruh sesi praktikum reguler selesai.
(b) Secara umum tidak diadakan Praktikum Susulan, kecuali bagi yang
benar-benar sakit. Praktikum Susulan akan dilaksanakan setelah
praktikum reguler berakhir. Persyaratan lengkap dan jadwalnya akan
diatur kemudian .
(c) Tata tertib berperilaku sopan di dalam laboratorium meliputi
diantaranya larangan makan, minum, merokok, menggunakan walkman
dan sejenisnya.
(d) Tata tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi
diantaranya larangan memakai sandal dan sejenisnya serta memakai
kaos sebagai pakaian luar.
7. Sanksi-sanksi :
1. SANKSI 1 : Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 10.
2. SANKSI 2 : Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 50
3. SANKSI 3 : tidak diperkenankan praktikum, sehingga Nilai Modul yang
bersangkutan = NOL.
iii
Daftar
Isi
Modul 1 Arus listrik searah
....................................................................
1
Modul 2 Arus listrik bolak-balik
...........................................................
11
Modul 3 Pengukuran indeks bias zat cair
.............................................
21
Modul 4 Difraksi dan Resolusi
..............................................................
25
Modul 5 Kalorimeter
.............................................................................
30
Modul 1 Arus listrik searah
1.1 Tujuan Percobaan
Gambar 1.1
Besarnya arus listrik (i) didefinisikan sebagai jumlah muatan yang melewati
suatu penampang kawat per satuan waktu. dengan satuan Ampere [A].
Perumusan arus listrik pada suatu tempat adalah :
∆!
𝑖 = [𝐴] (1.1)
∆!
1
Karena satuan banyaknya muatan listrik [q] adalah Coulomb [C], maka :
Beda potensial dinyatakan dalam satuan Volt [V] dan besarnya arus
sebanding dengan beda potensial, maka berlaku :
𝑉 = 𝑖 𝑅 (1.2)
Gambar 1.2
2
dengan RS=R1 + R2
gambar 1.3
1 1 1
dengan = +
Rp R1 R2
Batas bawah daerah pengukuran merupakan nilai sekala terkecil alat ukur,
yaitu kemampuan nilai terkecil yang dapat terukur dengan baik. Sebagai
contoh; misal amperemeter mempunyai nilai sekala terkecil I ampere, maka
bila alat ini dipergunakan untuk mengukur arus 1 mA kesalahan pengukuran
menjadi sangat besar. Batas atas daerah pengukuran merupakan kemampuan
tertinggi alat ukur. Apabila alat dipergunakan mengukur besaran lebih tinggi.
maka alat akan rusak atau terbakar.
Dalam setiap alat ukur listrik. terdapat hambatan dengan nilai tertentu. Nilai
hambatan ini disebut sebagai "hambatan dalam" (rd). Hambatan dalam inilah
3
yang menentukan batas ukur alat tersebut. Hambatan dalam voltmeter
dinyatakan sebagai hambatan yang terpasang paralel: dan hambatan dalam
amperemeter dinyatakan sebagai hambatan yang terpasang deret. Keadaan ini
ditunjukkan dalam gambar 1.4 berikut.
a.Voltmeter b. Ampermeter
Gambar 1.4
Batas pengukuran kedua jenis alat ukur listrik tersebut dapat dilakukan
dengan cara menambahkan hambatan luar RL yang ditempatkan berderet
untuk voltmeter dan berjajar untuk amperemeter. Secara skematik
penempatan RL ditunjukkan oleh gambar 1.5.
Gambar 1.5
!"
1. Hambat jenis kawat penghantar adalah : 𝜌 = !
. Jelaskan arti
hambat jenis dan makna yang terkandung dalam persamaan
tersebut.
2. Apabila diberikan rangkaian listrik seperti gambar 1.6 berikut ini,
tunjukkan bahwa :
𝑅! 𝑅!
𝑅! =
𝑅!
Gambar 1.6
5
1.5 Percobaan
1. Buat rangkaian seperti gambar 1.7 berikut ini. dengan R : Resistor. V
: Voltmeter. E : Sumber potensial / Batere. .A : .Amperemeter dan S :
Saklar. Ukurlah tegangan V dengan multimeter pada titik - titik X, Y
dan Z terhadap titik G, setelah saklar S dihubungkan. Lakukan
percobaan anda beberapa kali agar memberikan keyakinan nilai
eksperimental
Gambar 1.7
Gambar 1.8
6
Pasanglah bangku hambat pada suatu nilai anda kehendaki . kemudian
sambungkan saklar S dan bacalah nilai arus A . dan nilai potensial V.
Gambar 1.10
9. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.11 dan amati beberapa nilai A
dengan mengganti nilai R dalam beberapa harga yang anda miliki
tanpa mengubah-ubah nilai hambatan pada B.
7
10. Berikan analisis hubungan arus dan potensial listrik dari hasil
percobaan pada butir l . sampai dengan percobaan 5.
11. Berikan analisa. dan perhiiungan hambatan dalam voltmeter dan
amperemeter yang anda gunakan dari hasil percobaan 6 dan 7 yang
anda lakukan .
12. Berikan analisa anda pada hasil percobaan 8 dan 9 yang dihubungkan
dengan percobaan sebelumnya.
Percobaan 1.5.1
R1=……….ohm R2=……….ohm R3=……….ohm
Percobaan 1.5.2
R1=……….ohm R2=……….ohm R3=……….ohm
8
Percobaan 1.5.4, 1.5.6 dan 1.5.7
R1=……….ohm R2=……….ohm
R3=……….ohm E=…………volt
Percobaan 1.5.8
E=………….volt
B=…………ohm
R (ohm) V (volt)
Percobaan 1.5.9
E=………….volt
B=…………ohm
R (ohm) A (ampere)
10
Modul 2 Arus listrik bolak-balik
Arus efektif, (Ief ), pada arus bolak-balik adalah arus dalam satu perioda
yang mengeluarkan kalor sama dengan kalor yang dikeluarkan oleh arus
konstan (arus searah). Besaran inilah yang terbaca dalam alat ukur analog
arus bolak-balik (Ief ) . Arus efektif sering disebut pula sebagai (Irms) .
11
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
𝑑𝑖
𝐸 = −𝐿
𝑑𝑡
Sehingga ujung-ujungnya (A-B) berbeda potensial sebesar
𝑉!" = 𝑖 𝑅 − 𝐸 (2.3)
!"
𝑉!" = 𝑖𝑅 + 𝐿 !" (2.4)
!
𝑉!" = 𝑅 𝐼!"" 2 cos 𝜔𝑡 + 𝐿 𝜔 𝐼!"" 2 cos (𝜔𝑡 + ! ) (2.5)
12
VAB = Vm cos ( ω t + ϕ) (2.6)
Untuk mencari Vm dan ϕ dapat digunakan diagram fasor. Sesuai dengan pers
(2.6) menjadi :
VAB = Vm < ϕ
VAB = VR + VL
Dengan demikian :
𝜔 𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛!!
𝑅
𝑍 = 𝑅! + (𝜔 𝐿)! = 𝑅! + 𝑋!!
13
Gambar 2.3.
Suatu kapasitor dengan kapasitansi C tak akan dapat dilewati oleh arus
searah, tapi dapat dilewati oleh arus bolak-balik. Terhadap hambatan
(resistansi, R) yang bersifat parasitis ini, arus bolak-balik yang melewati
kapasitor akan mengalami ketertinggalan fasa sebesar π/2. Sebagaimana sifat
induktor, apabila diukur besaran potensial listriknya, diperlihatkan seperti
gambar 2.4.
Gambar 2.4.
1
𝐸 = 𝑖(𝑡) 𝑑𝑡
𝐶
𝑉!" = 𝑖 𝑅 + 𝐸 (2.7)
!
𝑉!" = 𝑖 𝑅 + ! 𝑖 𝑡 𝑑𝑡 (2.8)
! !
𝑉!" = 𝑅 𝐼!"" 2 cos(𝜔 𝑡) + ! ! 𝐼!"" 2 cos (𝜔 𝑡 − ! ) (2.9)
14
Penulisan di atas dapat juga kita tuliskan dalam bentuk
𝑉!" = 𝑉! + 𝑉!
𝑉! = 𝑅 𝐼!"" 2
1
𝑉! = 𝐼 2
𝜔𝐶 !""
dengan sudut fasa ϕ=−π/2
Dengan demikian :
−1 −1 !
𝑉! = (𝑅 𝐼!"" 2)! + ( 𝐼!!! 2)! = 𝐼!"" 2 𝑅! + ( )
𝜔𝐶 𝜔 𝐶
! !
𝜙 = −𝑡𝑎𝑛!! !
−1 !
𝑍 = 𝑅 ! + = 𝑅! + 𝑋! !
𝜔𝐶
15
Gambar 2.5.
!
Z = 𝑅! + (𝑋! − 𝑋! ) ! = 𝑅! + (𝜔𝐿 − !" )! (2.11)
Melalui persamaan 2.11 ini tampak bahwa impedansi rangkaian arus bolak-
balik bergantung pada frekuensi. Impedansi mencapai nilai minimum bila
total reakstansi = nol atau :
1
𝜔𝐿 − =0
𝜔𝐶
artinya :
!
𝜔= ! !
(2.12)
Dalam keadaan seperti ini disebut sebagai keadaan resonansi, dan nilai ω
pada keadaan ini disebut sebagai frekuensi resonansi.
16
Gambar 2.6.
2.5 Percobaan
1. Buatkan rangkaian sebagai berikut dengan R sekitar 120 (Ohm), dan
C antara 40 µ F sampai 100 µ F , pada tegangan ac sekitar 12 Volt.
Pakai
17
Gambar 2.7.
sumber gelombang dari signal generator, dan pilih frekuensi
sebarang. Ukurlah perioda dan tegangan antara titik - titik R dan S ,
dan antara titik S dan T melalui osiloskop serta baca arus pada
ampere meter A
2. Ukur pula tegangan antara titik - titik R dan S , dan atara titik S dan
T, dengan multimeter masing-masing 3 kali.
3. Ulangi percobaan butir 2.51 sampai butir 2.5.2 dengan mengganti
harga kapasitor yang lain. Ambillah untuk 3 nilai kapasitansi yang
berbeda.
4. Ulangi percobaan 2.5.1 dan 2.5.3 dengan mengganti C dengan
Induktor , L yang ada.
5. Buatlah rangkaian listrik berikut :
Gambar 8.8.
18
2.6 Data Pengamatan
1. Rangkaian RC
R = ……..ohm
V = ……..volt
C (F) Osiloskop Multimeter Arus
TRS TST VRS VST VRS VST
2. Rangkaian RL
R = ……ohm
V = ……volt
L (H) Osiloskop Multimeter Arus
TRS TST VRS VST VRS VST
3. Rangkaian RLC
R = ……..ohm
L =………Henry
Kapasitor Frekuensi Tegangan Arus (Ampere)
(Farad) (Hertz) (Volt)
20
Modul 3 Pengukuran indeks bias zat cair
3.1 Tujuan Percobaan
Melalui pelaksanaan modul percobaan ini diharapkan mahasiswa :
1. Penggaris
2. Rel kedududukan alat optik
3. Layar
4. Bejana / wadah zat cair
5. Zat cair ( air, minyak , gliserin)
6. Busur derajat
7. Sumber sinar Laser
8. Jangka sorong
21
Gambar 3. 1.
dengan nd adalah indeks bias media arah datangnya cahaya , θd adalah sudut
datang cahaya pada perbatasan media, nb adalah indeks bias media yang
dimasuki cahaya setelah meninggalkan perbatasan, dan θb adalah sudut
pembiasan cahaya pada saat meninggalkan perbatasan media.
Indeks bias suatu media merupakan besaran pembanding laju rambat cahaya
terhadap perambatan dalam ruang vakum; artinya : n = c /v .
Apabila sinar datang tepat tegak lurus bidang perbatasan kedua media , maka
akan diperoleh :
sin θb = nd /nb
22
3.5 Percobaan
1. Ukur tebal dinding bejana, panjang , dan lebar bagian dalam bejana.
Lakukan 3 kali pada tempat berbeda.
2. Susun deretan sumber sinar Laser, bejana kosong, dan layar seperti
dalam gambar 3.2.
Gambar 3.2.
23
3.6 Data Pengamatan
1. Ukuran Bejana
2. Pengukuran Bayangan
Zat cair = ………
Jarak Layar (cm) Jarak Bayangan (cm)
3.7 Analisis
1. Tentukan indeks bias zat cair terhadap indeks bias udara dari setiap
pengukuran
2. Tentukan nilai rata-rata indeks bias bagi masing-masing jenis zat cair.
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan referensi. Jelaskan?
24
Modul 4 Difraksi dan Resolusi
4.1 Tujuan Percobaan
Melalui pelaksanaan modul percobaan ini diharapkan mahasiswa :
1. Penggaris
2. Rel kedududukan alat optik
3. Layar
4. Sumber sinar Laser
5. Garis-garis kisi
6. Pelat difraksi
Dalam satu celah dipandang terdapat banyak sekali berkas cahaya yang
dipandang sebagai banyak garis lurus yang melewati celah tersebut. Antara
berkas cahaya akan saling berinterferensi karena perbedaan fasanya
masingmasing. Hasil interferensi pada layar akan membentuk pola difraksi
yang bergantung lebar celah ini. Skema susunan komponen dalam
eksperimen dari suatu berkas sinar yang melewati satu celah lebar
ditunjukkan dalam gambar 4.1 .
25
Gambar 4.1.
Dengan anggapan jarak antara kisi ke layar (L) jauh lebih besar dari lebar
celah (w), w << L maka sin θ ≈ tan θ = (OP)/L.
26
Gambar 4.2.
4.5 Percobaan
1. Susun deretan sumber sinar Laser, Kisi difraksi, dan layar seperti
dalam gambar 4.3.
Gambar 4.3.
Skema gambar dilihat dari atas dengan L adalah sinar Laser, S adalah
layar, K adalah Kisi, R adalah rel dan d adalah jarak Kisi ke layar.
27
2. Sebelum kisi ditempatkan pada relnya, nyalakan sinar Laser, dan beri
tanda serta catat kedudukan bayangan pada layar. Amati dan ukur
pula diameter berkas sinar laser yang muncul pada layar.
3. Tempatkan kisi pada rel sesuai gambar 4.3, dan ukurlah jarak kisi ke
layar, d (minimal 60 cm).
4. Apabila Laser dinyalakan akan muncul bintik bayangan pada layar.
Amati dan ukur jarak setiap titik bayangan yang muncul dari
kedudukan pusat bayangan pada layar (titik O) ke arah yang lain.
5. Ulangi kegiatan pada butir 4.5.1 sampai dengan butir 4.5.4 untuk 5
jarak kisi ke layar yang berbeda.
6. Ulangi kegiatan pada butir 4.5.1 sampai dengan butir 4.5.5, tetapi
sekarang dengan menempatkan bejana yang diisi zat cair antara kisi
dan layar .
d = ……cm
percobaan 4.5.1
y 1 (mm) y 2 (mm) y 3 (mm) y 4 (mm) y 5 (mm)
percobaan 4.5.6
y 1 (mm) y 2 (mm) y 3 (mm) y 4 (mm) y 5 (mm)
4.7 Analisis
1. Gambarkan pola difraksi setiap pengukuran yang anda lakukan
2. Dari setiap percobaan yang anda lakukan, tentukan panjang
gelombang sinar laser yang anda pergunakan dalam eksperimen ini.
3. Tentukan nilai rata-rata panjang gelombang sinar laser yang anda
gunakan.
4. Berikan analisis dari pengamatan anda pada butir 4.5.5.
5. Tentukan jumlah garis per cm dari kisi yang anda pergunakan dalam
eksperimen ini.
28
6. Berikan analisis dari hasil pengamatan anda pada percobaan butir
4.5.6.
29
Modul 5 Kalorimeter
5.1 Tujuan Percobaan
Praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menentukan kalor jenis bahan
dengan menggunakan kalorimeter
Δ𝑄 = 𝑚𝑐Δ𝑇 (5.1)
dengan
m : massa benda
c : kalor jenis
∆T : perubahan temperatur
Pada percobaan ini akan digunakan kalorimeter untuk menentukan kalor jenis suatu
zat. Perhatikanlah gambar 6.1. Kalorimeter ialah suatu bejana yang terbuat dari
logam (BL) diselubungi oleh bejana pelindung (BP) yang menyekat terjadinya
pertukaran kalor dengaan lingkungannya.
30
Di dalam kalorimeter ada pengaduk yang terbuat dari bahan yang sama
dengan kalorimeter (P). Tutup kalorimeter (T) terbuat dari bahan isolator
yang berlubang di tengahnya untuk memasang termometer (TM).
31
5.4 Tugas Pendahuluan
Kerjakan di rumah dan serahkan kepada asisten anda sebelum praktikum
dimulai.
5.5 Percobaan
1. Timbang masing-masing bahan (potongan kecil logam) yang akan
ditentukan kalor jenisnya.
2. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya.
3. Isi kalorimeter dengan air hingga kira-kira setengahnya dan
kemudian timbang lagi untuk mengetahui massa air di dalam bejana
kalorimeter ini.
4. Masukkan kalorimter ke dalam bejana pelindungannya, kemudian
tutuplah dan pasang termometer. Usahakan agar termometer yang
tercelup di dalam air mencakup reservoir air raksa di dalamnya. Ukur
volume termometer yang tercelup dalam air ini.
5. Selanjutnya masukkan kembali termometer ini ke dalam kalorimeter
tepat seperti keadaan pada butir 4 diatas. Catatlah temperatur air
dalam kalorimeter ini. (Catat ini sebagai temperatur awal)
6. Panaskan bahan yang akan diteliti di dalam tempat pemanas melalui
uap air yang keluar dari ketel pemanas dan catatlah temperatur uap
ini. Tunggu sampai kira2 10 menit . Agar temperatur bahan benar-
benar sama dengan temperatur uap air.
7. Masukkan sesegera mungkin bahan yang telah dipanaskan itu ke
dalam kalorimeter. Aduk perlahan-lahan dan catat temperatur air
setiap ½ menit hingga temperatur yang terbaca pada termometer
telah konstan.
8. Timbang kalorimeter beserta semua isinya (air, pengaduk,
termometer dan bahan), tanpa bejana pelindungnya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui masa bahan panas yang dimasukkan tadi
9. Ulangi 1 s/d 7 untuk bahan yang lain.
32
5.6 Data Pengamatan
Massa Kalorimeter dan Pengaduk =…………..g
33
4. F.W. Sears , M. W. Zemasky , and H. D. Young , University Physics ,
Addison – Wesley Publ. Co. 1987
34