Anda di halaman 1dari 40

 

Modul  Praktikum  
Fisika  Dasar  II  
T.A  2019/2020  
 
 
 
 
 
 
 
Kata Pengantar
Modul ini dibuat sebagai panduan praktikum Fisika Dasar bagi seluruh
mahasiswa ITSB yang mengambil praktikum Fisika Dasar 1 dan 2. Dalam
buku panduan praktikum Fisika Dasar ini terdapat :

1. Pedoman mahasiswa dalam mengikuti kegiatan praktikum


2. Modul - modul pelaksanaan praktikum Fisika Dasar

Modul praktikum dalam buku ini adalah materi praktikum dalam 2 (dua)
semester, dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada di tiap prodi. Para
praktikan harus mengerjakan/melaksanakan praktikum di dalam
laboratorium sebagai tugas kelompok (kerjasama). Namun demikian dalam
pembuatan tugas pendahuluan maupun laporan, para praktikan harus
menyerahkan kepada asisten sebagai tugas individual.

Setiap mahasiswa yang mengikuti kegiatan praktikum Fisika Dasar, wajib


membaca dan memahami isi buku ini. Keteledoran dan kesalahan berbagai
hal yang sudah dituliskan dalam buku ini dapat dikenai sanksi. Sanksi yang
telah tercantum dalam buku ini sifatnya tidak ada tawar menawar dan harus
dilaksanakan oleh para mahasiswa dengan penuh tanggung jawab.

Wassalam

Tim Penyusun

  i  
PEDOMAN PRAKTIKUM

1. Kehadiran.
(a) Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 80 persen dari jumlah
praktikum yang diwajibkan. Jika tidak dipenuhi maka praktikumnya
tidak lulus sehingga mengakibatkan ketidaklulusan pada mata kuliah
Fisika Dasar.
(b) Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi untuk
diserahkan ke Asisten Praktikum paling lambat satu minggu sejak
ketidak-hadirannya. Jika tidak dipenuhi maka dikenakan SANKSI 3.
(c) Keterlambatan kurang dari duapuluh menit dikenai SANKSI 1.
(d) Keterlambatan lebih dari duapuluh menit dikenai SANKSI 3.

2. Persyaratan Mengikuti Praktikum


Berperilaku dan berpakaian sopan ( memakai kemeja dan bersepatu ). Jika
tidak dipenuhi maka sekurang-kurangnya dikenakan SANKSI 1.

3. Pelaksanaan Praktikum
(a) Mentaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika Dasar.
(b) Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan Dosen sebagai
Penanggung Jawab Praktikum.
(c) Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat
praktikum.

4. Penilaian
(a) Nilai praktikum ditentukan dari nilai Test Awal, Aktivitas dan Laporan
Praktikum.
(b) Nilai akhir praktikum (AP) dihitung rata-rata dari nilai praktikum,
yaitu jumlah nilai seluruh modul praktikum dibagi jumlah praktikum
yang wajib dilaksanakan.

  ii  
(c) Kelulusan praktikum ditentukan oleh nilai akhir praktikum (AP > 55)
dan keikutsertaan praktikum harus ( > 80 % ).

5. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi berupa penggantian alat / peralatan yang diberikan
bagi praktikan yang selama praktikum berlangsung menimbulkan
kerugian, misalnya memecahkan/ merusakkan alat / peralatan. Nilai dan
tata cara penggantian dapat dilihat pada papan pengumuman kolektif.

6. Lain-lain
(a) Praktikum yang tidak dapat dilaksanakan karena hari libur, kegagalan
arus listrik PLN dsb, akan dan harus melakukan praktikum pengganti
setelah seluruh sesi praktikum reguler selesai.
(b) Secara umum tidak diadakan Praktikum Susulan, kecuali bagi yang
benar-benar sakit. Praktikum Susulan akan dilaksanakan setelah
praktikum reguler berakhir. Persyaratan lengkap dan jadwalnya akan
diatur kemudian .
(c) Tata tertib berperilaku sopan di dalam laboratorium meliputi
diantaranya larangan makan, minum, merokok, menggunakan walkman
dan sejenisnya.
(d) Tata tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi
diantaranya larangan memakai sandal dan sejenisnya serta memakai
kaos sebagai pakaian luar.

7. Sanksi-sanksi :
1. SANKSI 1 : Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 10.
2. SANKSI 2 : Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 50
3. SANKSI 3 : tidak diperkenankan praktikum, sehingga Nilai Modul yang
bersangkutan = NOL.

  iii  
Daftar  Isi  
Modul 1 Arus listrik searah  ....................................................................  1  
Modul 2 Arus listrik bolak-balik  ...........................................................   11  
Modul 3 Pengukuran indeks bias zat cair  .............................................   21  
Modul 4 Difraksi dan Resolusi  ..............................................................   25  
Modul 5 Kalorimeter  .............................................................................   30  
 
Modul 1 Arus listrik searah
1.1 Tujuan Percobaan

Melalui pelaksanaan modul percobaan ini diharapkan mahasiswa:

1. memahami sifat arus lisirik searah dalam rangkaian


2. memahami perilaku komponen listrik dalam rangkaian
3. mampu menggunakan alat ukur listrik dan mengubah batas ukurnya

1.2 Alat yang digunakan


Alat - alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah :

1. Sumber potensial (DC Power suply) 5. Amperemeter


2. Kabel-kabel penghubung 6. Voltmeter
3. Baterei 7. Berbagai hambatan
4. Multimeter 8. Bangku hambatan

1.3 Dasar Teori

A. Arus dan potensial listrik


Muatan listrik, yang dalam hal ini adalah electron, mengalir dalam rangkaian
karena adanya beda potensial diantara dua titik dalam rangkaian yang
bersangkutan. Aliran listrik dalam rangkaian disebut sebagai arus listrik.
Aliran muatan pada suatu kawat. dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1

Besarnya arus listrik (i) didefinisikan sebagai jumlah muatan yang melewati
suatu penampang kawat per satuan waktu. dengan satuan Ampere [A].
Perumusan arus listrik pada suatu tempat adalah :
∆!
𝑖 =      [𝐴] (1.1)
∆!
  1  
Karena satuan banyaknya muatan listrik [q] adalah Coulomb [C], maka :

1A = 1 Coulomb/ detik. Dengan sifat arus yang demikian. maka pengukuran


arus dilakukan dengan menempatkan amperemeter pada titik dalam jalur
rangkaian tersebut. secara deret (seri).

Beda potensial dinyatakan dalam satuan Volt [V] dan besarnya arus
sebanding dengan beda potensial, maka berlaku :

𝑉 = 𝑖  𝑅 (1.2)

dengan R adalah nilai hambatan dan dianggap sebagai suatu komponen


listrik yang disebut sebagai resistor.

Pengukuran nilai potensial suatu titik senantiasa dilakukan dengan


membandingkan terhadap nilai potensial suatu titik tertentu; oleh karena itu
dinyatakan sebagai beda potensial antara kedua titik dalam rangkaian. Sering
dilakukan titik tertentu yang dipakai sebagai acuan adalah bumi, yaitu
menghubungkan titik tersebut dengan tanah (ground). Titik yang
dihubungkan dengan tanah sering disebut sebagai ground dan memiliki
potensial sebesar nol Volt.

B. Rangkaian seri dan paralel


Resistor dalam rangkaian dapat digandengkan dalam bentuk seri ataupun
paralel. Analogi dengan saluran air, nilai hambatan suatu resistor bersifat
menghambat arus. Oleh karena itu pada susunan resistor secara berderet
(seri). Seperti ditunjukkan dalam gambar 1.2. maka nilai hambatannya
adalah jumlah dari resistor yg terlibat sehingga arus akan mengecil.

Gambar 1.2
  2  
dengan RS=R1 + R2

Pada susunan resistor secara berjajar (paralel) , seperti ditunjukkan dalam


gambar 1.3. maka nilai hambatannya adalah lebih kecil dari yang terkecil
sehingga arus akan menjadi lebih besar.

gambar 1.3

1 1 1
dengan = +
Rp R1 R2

C. Batas alat ukur listrik


Alat ukur listrik. amperemeter maupun voltmeter, memiliki batas daerah
pengukuran. Batas daerah pengukuran bukan semata dalam arti
ketidakmampuan alat mengukur di luar daerah yang tertera; akan tetapi juga
bila alat ini digunakan di luar daerah batas pengukurannya akan berakibat
rusak atau terbakar.

Batas bawah daerah pengukuran merupakan nilai sekala terkecil alat ukur,
yaitu kemampuan nilai terkecil yang dapat terukur dengan baik. Sebagai
contoh; misal amperemeter mempunyai nilai sekala terkecil I ampere, maka
bila alat ini dipergunakan untuk mengukur arus 1 mA kesalahan pengukuran
menjadi sangat besar. Batas atas daerah pengukuran merupakan kemampuan
tertinggi alat ukur. Apabila alat dipergunakan mengukur besaran lebih tinggi.
maka alat akan rusak atau terbakar.

Dalam setiap alat ukur listrik. terdapat hambatan dengan nilai tertentu. Nilai
hambatan ini disebut sebagai "hambatan dalam" (rd). Hambatan dalam inilah

  3  
yang menentukan batas ukur alat tersebut. Hambatan dalam voltmeter
dinyatakan sebagai hambatan yang terpasang paralel: dan hambatan dalam
amperemeter dinyatakan sebagai hambatan yang terpasang deret. Keadaan ini
ditunjukkan dalam gambar 1.4 berikut.

a.Voltmeter b. Ampermeter

Gambar 1.4

Batas pengukuran kedua jenis alat ukur listrik tersebut dapat dilakukan
dengan cara menambahkan hambatan luar RL yang ditempatkan berderet
untuk voltmeter dan berjajar untuk amperemeter. Secara skematik
penempatan RL ditunjukkan oleh gambar 1.5.

Gambar 1.5

Apabila diinginkan batas ukur alat naik n kalinya maka untuk :


a. Voltmeter RL = ( n −1) rD
1
b. Ampere meter RL = rD
n −1
  4  
1.4 Tugas Pendahuluan

Kerjakan di rumah dan serahkan kepada asisten anda sebelum praktikum


dimulai.

!"
1. Hambat jenis kawat penghantar adalah : 𝜌 = !
. Jelaskan arti
hambat jenis dan makna yang terkandung dalam persamaan
tersebut.
2. Apabila diberikan rangkaian listrik seperti gambar 1.6 berikut ini,
tunjukkan bahwa :
𝑅! 𝑅!
𝑅! =
𝑅!

Gambar 1.6

3. Buktikan perumusan untuk memperbesar batas ukur alat yang


dibahas pada butir 1.3 dalam persamaan a dan b tersebut
4. Apa yang harus dilakukan bila dari suatu sumber potensial 12
Volt ingin ditarik arus 200 mA saja dengan potensial tetap 12
Volt ? Gambarkan skema rangkaiannya !
5. Gambarkan skema rangkaian dan cantumkan pula nilai-nilai
komponen yang dipakai untuk mengambil arus 100 mA dengan
potensial 8 volt dari suatu baterei 12 Volt.

  5  
1.5 Percobaan
1. Buat rangkaian seperti gambar 1.7 berikut ini. dengan R : Resistor. V
: Voltmeter. E : Sumber potensial / Batere. .A : .Amperemeter dan S :
Saklar. Ukurlah tegangan V dengan multimeter pada titik - titik X, Y
dan Z terhadap titik G, setelah saklar S dihubungkan. Lakukan
percobaan anda beberapa kali agar memberikan keyakinan nilai
eksperimental

Gambar 1.7

2. Putuskan hubungan dengan melepas saklar S. Letakkan amperemeter


pada titik - titik X. sambungkan saklar S dan ukurlah arus pada titik
ini. Demikian pula lakukan cara yang sama untuk mengukur arus
yang melewati titik-litik Y dan Z .
3. Ulangi percobaan pada butir l dan 2 dengan mengganti nilai batere E
yang anda miliki. sebanyak 2 harga E.
4. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.8 berikut ini, dengan B adalah
Bangku-hambat . V adalah voltmeter dan simbol - simbol huruf yang
lain sama dengan rangkaian gambar 1.7.

Gambar 1.8
  6  
Pasanglah bangku hambat pada suatu nilai anda kehendaki . kemudian
sambungkan saklar S dan bacalah nilai arus A . dan nilai potensial V.

5. Lakukan kembali percobaan 4 untuk harga amperemeter berbeda


(arus yang keluar dari E) dengan memilih nilai pada B. Lakukan
untuk 3 harga B berbeda .
6. Buat pula rangkaian seperti gambar 1.9a . dan lakukan pengukuran
nilai V dan A. Untuk mendapatkan hasil pengamatan sebaik-baiknya,
lakukan pada beberapa nilai berbeda dengan mengubah nilai
hambatan dari bangku hambat B.
7. Lakukan percobaan 6 dengan mengacu pada gambar 1.9b, dan
upayakan pengamatan anda untuk mendapatkan nilai V yang sama
seperti percobaan 6. Pada nilai - nilai V tersebut catatlah nilai A nya.
Anda lakukan beberapa kali percobaan 6 , dan7 ini.
8. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.10 dan amati beberapa nilai V
dengan mengganti nilai R dalam beberapa harga yang anda miliki.
tanpa mengubah-ubah nilai hambatan pada B.

Gambar 1.10
9. Buat rangkaian seperti pada gambar 1.11 dan amati beberapa nilai A
dengan mengganti nilai R dalam beberapa harga yang anda miliki
tanpa mengubah-ubah nilai hambatan pada B.

  7  
10. Berikan analisis hubungan arus dan potensial listrik dari hasil
percobaan pada butir l . sampai dengan percobaan 5.
11. Berikan analisa. dan perhiiungan hambatan dalam voltmeter dan
amperemeter yang anda gunakan dari hasil percobaan 6 dan 7 yang
anda lakukan .
12. Berikan analisa anda pada hasil percobaan 8 dan 9 yang dihubungkan
dengan percobaan sebelumnya.

1.6 Data Pengamatan

Percobaan 1.5.1
R1=……….ohm R2=……….ohm R3=……….ohm

Pembacaan Voltmeter (Volt)


E X-G Y-G Z-G

Percobaan 1.5.2
R1=……….ohm R2=……….ohm R3=……….ohm

Pembacaan Amperemater (Ampere)


No X Y Z

  8  
Percobaan 1.5.4, 1.5.6 dan 1.5.7
R1=……….ohm R2=……….ohm

R3=……….ohm E=…………volt

B(ohm) V (volt) A (ampere)

Percobaan 1.5.8
E=………….volt

B=…………ohm

R (ohm) V (volt)

Percobaan 1.5.9
E=………….volt

B=…………ohm

R (ohm) A (ampere)

1.7. Daftar Pustaka


1. Suparno Satira. Fisika Pemhcihascm TerpacJu. Penerbit ITB. in
press
2. William David Cooper .and Aben D Helfrick. Electronic
Instrumentation and Measurement Techniques. Prentice - Hall Inc ,
New Yersey .1987
3. C.S Rangan et coll , Instrumentation Devices and Systems, Mc Draw-
Hill Publ.New Delhi. 1992
  9  
4. F.W. Sears . M. W. Zemasky . and H. D. Young . University Physics .
Addison - Wesley Publ. Co. 1987

  10  
Modul 2 Arus listrik bolak-balik

2.1 Tujuan Percobaan


Pada praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat :

1. Menentukan besaran-besaran dalam arus bolak-balik


2. Mengukur besaran dalam arus bolak-balik.
3. Melakukan percobaan resonansi dalam arus bolak balik.

2.2 Alat-alat yang digunakan


1. Sumber arus searah dan arus bolak-balik
2. 1 buah bangku hambat
3. 1 buah bangku kapasitor
4. 1 buah signal generator
5. 1 buah LCR meter
6. 3 buah kumparan (induktor)

2.3 Dasar Teori


Arus bolak-balik adalah arus listrik yang berubah-ubah besar dan arahnya.
Bentuk arus bolak-balik yang paling sederhana secara matematis adalah arus
sinusoidal.

i(t) = Im cos ( ω t) (2.1)

Kita ketahui bahwa arus didefinisikan perubahan muatan listrik persatuan


waktu. Dapat ditulis :
!"
𝑖 𝑡 = !"
(2.2)

Arus efektif, (Ief ), pada arus bolak-balik adalah arus dalam satu perioda
yang mengeluarkan kalor sama dengan kalor yang dikeluarkan oleh arus
konstan (arus searah). Besaran inilah yang terbaca dalam alat ukur analog
arus bolak-balik (Ief ) . Arus efektif sering disebut pula sebagai (Irms) .

  11  
Gambar 2.1.

Komponen elektronik yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah


induktor dan kapasitor. Suatu kumparan (induktor) di dalamnya memiliki
sifat hambatan RL , yang dikenal sebagai hambatan parasitik; dalam skema
rangkaian digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2.

Induktor murni, L, jika dialiri arus bolak-balik i akan menimbulkan GGL


sebesar

𝑑𝑖
𝐸 =   −𝐿
𝑑𝑡
Sehingga ujung-ujungnya (A-B) berbeda potensial sebesar

𝑉!" = 𝑖  𝑅 − 𝐸 (2.3)
!"
𝑉!" = 𝑖𝑅 + 𝐿   !" (2.4)

!
 𝑉!"   = 𝑅  𝐼!"" 2 cos 𝜔𝑡 + 𝐿  𝜔  𝐼!"" 2  cos  (𝜔𝑡 +   !  ) (2.5)

Penulisan di atas dapat juga kita tuliskan dalam bentuk

  12  
VAB = Vm cos ( ω t + ϕ) (2.6)

Untuk mencari Vm dan ϕ dapat digunakan diagram fasor. Sesuai dengan pers
(2.6) menjadi :

VAB = Vm < ϕ

Pada sumbu silang dimiliki vektor (gambar 8. 3) yang dikenal sebagai


diagram fasor .

VAB = VR + VL

𝑉! = 𝑅  𝐼!"" 2 , dengan sudut fasa 0o

𝑉! = 𝐿  𝜔  𝐼!""   2 , dengan sudut fasa π/2

Dengan demikian :

𝑉! = (𝑅𝐼!"" 2)! + (𝐿  𝜔  𝐼!"" 2)! = 𝐼!"" 2 (𝑅! + (𝜔  𝐿)!

𝜔  𝐿
∅ = 𝑡𝑎𝑛!!
𝑅

Secara umum 𝑉! = 𝑍  𝐼!""   2

dengan Z disebut impedansi dengan satuan ohm (Ω).

Dalam hal ini :

𝑍 =   𝑅! + (𝜔  𝐿)! =   𝑅! + 𝑋!!

Dengan reaktansi induktif XL = ω L . Impedansi Z dapat juga digambar


dalam diagram fasor seperti di bawah ini:

  13  
Gambar 2.3.

Suatu kapasitor dengan kapasitansi C tak akan dapat dilewati oleh arus
searah, tapi dapat dilewati oleh arus bolak-balik. Terhadap hambatan
(resistansi, R) yang bersifat parasitis ini, arus bolak-balik yang melewati
kapasitor akan mengalami ketertinggalan fasa sebesar π/2. Sebagaimana sifat
induktor, apabila diukur besaran potensial listriknya, diperlihatkan seperti
gambar 2.4.

Gambar 2.4.

Kapasitor murni, C, jika dialiri arus bolak-balik i akan menimbulkan GGL


sebesar

1
𝐸 =   𝑖(𝑡) 𝑑𝑡
𝐶

Sehingga ujung-ujungnya (A-B) berbeda potensial sebesar

𝑉!" = 𝑖  𝑅 + 𝐸   (2.7)
!
𝑉!" = 𝑖  𝑅 +   ! 𝑖 𝑡 𝑑𝑡 (2.8)

! !
𝑉!" = 𝑅  𝐼!"" 2 cos(𝜔 𝑡) +   !  !  𝐼!"" 2  cos  (𝜔  𝑡 −   ! ) (2.9)

  14  
Penulisan di atas dapat juga kita tuliskan dalam bentuk

𝑉!" = 𝑉! 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + 𝜙 (2.10)

𝑉!" =   𝑉! +   𝑉!

𝑉! =  𝑅  𝐼!"" 2

dengan sudut fasa φ = 0

1
𝑉! =    𝐼 2
𝜔𝐶 !""
dengan sudut fasa ϕ=−π/2

Dengan demikian :

−1 −1 !
𝑉! =   (𝑅  𝐼!""   2)! +   (  𝐼!!! 2)! =   𝐼!"" 2 𝑅! + ( )
𝜔𝐶 𝜔  𝐶

!  !
𝜙 = −𝑡𝑎𝑛!! !

Secara umum 𝑉! = 𝑍  𝐼!""   2

dengan Z disebut impedansi dengan satuan ohm (Ω).

Dalam hal ini :

−1 !
𝑍 =   𝑅  ! +     =   𝑅! + 𝑋! !
𝜔𝐶

Dengan demikian untuk rangkaian seri dari komponen R - L - C diagram


fasornya ditunjukkan oleh gambar 2.5 ,

  15  
Gambar 2.5.

dan nilai impedansinya dapat dituliskan sebagai berikut :

!
Z =   𝑅! +   (𝑋! − 𝑋! )  ! =   𝑅! +   (𝜔𝐿 − !" )! (2.11)

Melalui persamaan 2.11 ini tampak bahwa impedansi rangkaian arus bolak-
balik bergantung pada frekuensi. Impedansi mencapai nilai minimum bila
total reakstansi = nol atau :

1
𝜔𝐿 − =0
𝜔𝐶
artinya :
!
𝜔= !  !
(2.12)

Dalam keadaan seperti ini disebut sebagai keadaan resonansi, dan nilai ω
pada keadaan ini disebut sebagai frekuensi resonansi.

Grafik impedansi rangkaian fungsi dari frekuensi gelombang ditunjukkan


dalam gambar 2.6 .

  16  
Gambar 2.6.

2.4 Tugas Pendahuluan


Kerjakan di rumah dan serahkan kepada asisten anda sebelum praktikum
dimulai.

1. Turunkan bahwa dalam keadaan resonansi arus yang mengalir dalam


rangkaian paling besar, dan gambarkan grafik arus yang mengalir
dalam rangkaian sebagai fungsi frekuensi.
2. Dalam rangkaian arus bolak-balik mungkinkah nilai impedansi
seluruh rangkaian sama dengan nol ? Uraikan secara singkat jawaban
anda.
3. Apabila hambatan R (Ohm) dan Induktansi L (Henry) dihubungkan
secara paralel, tentukan nilai impedansi total dan bagaimana arus
yang mengalir dalam rangkaian ini.
4. Demikian pula bila hambatan R (Ohm) dan kapasitansi C (Farad)
dihubungkan secara paralel, tentukan nilai impedansi total dan
bagaimana arus yang mengalir dalam rangkaian ini.

2.5 Percobaan
1. Buatkan rangkaian sebagai berikut dengan R sekitar 120 (Ohm), dan
C antara 40 µ F sampai 100 µ F , pada tegangan ac sekitar 12 Volt.
Pakai

  17  
Gambar 2.7.
sumber gelombang dari signal generator, dan pilih frekuensi
sebarang. Ukurlah perioda dan tegangan antara titik - titik R dan S ,
dan antara titik S dan T melalui osiloskop serta baca arus pada
ampere meter A
2. Ukur pula tegangan antara titik - titik R dan S , dan atara titik S dan
T, dengan multimeter masing-masing 3 kali.
3. Ulangi percobaan butir 2.51 sampai butir 2.5.2 dengan mengganti
harga kapasitor yang lain. Ambillah untuk 3 nilai kapasitansi yang
berbeda.
4. Ulangi percobaan 2.5.1 dan 2.5.3 dengan mengganti C dengan
Induktor , L yang ada.
5. Buatlah rangkaian listrik berikut :

Gambar 8.8.

Berikan nilai R = 1200 (Ohm) dan pasang sumber tegangan AC


mula-mula pada tegangan dan frekuensi yang anda pilih. Catat nilai
semua komponen yang digunakan dan ukur tegangan dan arus setiap
kali pengamatan.
Selanjutnya ubahlah nilai C dari bangku kapasitor C untuk semua
harga yang ada padanya. Jangan lupa catat semua nilai arus setiap
kali anda mengubah nilai kapasitansi .
6. Ulangi percobaan 2.5.5 dengan mengubah nilai frekuensi dan
tegangan sumber ac.

  18  
2.6 Data Pengamatan
1. Rangkaian RC
R = ……..ohm
V = ……..volt
C (F) Osiloskop Multimeter Arus
TRS TST VRS VST VRS VST

2. Rangkaian RL
R = ……ohm
V = ……volt
L (H) Osiloskop Multimeter Arus
TRS TST VRS VST VRS VST

3. Rangkaian RLC
R = ……..ohm
L =………Henry
Kapasitor Frekuensi Tegangan Arus (Ampere)
(Farad) (Hertz) (Volt)

2.7 Tugas Laporan

1. Tentukan nilai impedansi rangkaian setiap pengukuran anda


2. Bila frekuensi arus bolak-balik dari PLN 50 Hz , tentukanlah nilai
induktansi dari Induktor yang anda miliki.
3. Buatkan analisa dari hasil percobaan anda dengan menggambarkan
diagram fasornya pada sekala yang mendekati , dan tentukanlah sudut
fasa untuk rangkaian yang anda buat.
  19  
2.8 Daftar Pustaka

1. Rahmat Hidayat , Sparisoma Viridi et coll, Modul Praktikum Fisika


Dasar, Lab Fisika dasar ITB , 2009
2. Suparno Satira , Fisika , Pembahasan Terpadu, 2011
3. D C Giancoli , Physics, Principles With Appilications , Prentice Hall
Intl Edition , third ed , 1991

  20  
Modul 3 Pengukuran indeks bias zat cair
3.1 Tujuan Percobaan
Melalui pelaksanaan modul percobaan ini diharapkan mahasiswa :

1. memahami prinsip perambatan sinar melalui media


2. memahami hukum Snellius
3. mampu mengukur indeks bias zat cair

3.2 Alat-alat yang digunakan


Alat - alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah :

1. Penggaris
2. Rel kedududukan alat optik
3. Layar
4. Bejana / wadah zat cair
5. Zat cair ( air, minyak , gliserin)
6. Busur derajat
7. Sumber sinar Laser
8. Jangka sorong

3.3 Dasar Teori


Suatu berkas cahaya yang melewati perbatasan dua macam media berbeda
akan mengalami peristiwa pemantulan dan pembiasan (pembelokan). Sudut
pantul dan sudut bias cahaya pada perbatasan media sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar 3.1 bergantung pada indeks bias kedua media
yang saling berbatasan tersebut. Saling kebergantungan sudut pantul dan
sudut bias dinyatakan oleh hukum Snellius, sebagaimana dituliskan pada
persamaan 3.1

  21  
Gambar 3. 1.

nd sin θd = nb sin θb (3.1)

dengan nd adalah indeks bias media arah datangnya cahaya , θd adalah sudut
datang cahaya pada perbatasan media, nb adalah indeks bias media yang
dimasuki cahaya setelah meninggalkan perbatasan, dan θb adalah sudut
pembiasan cahaya pada saat meninggalkan perbatasan media.

Indeks bias suatu media merupakan besaran pembanding laju rambat cahaya
terhadap perambatan dalam ruang vakum; artinya : n = c /v .

Apabila sinar datang tepat tegak lurus bidang perbatasan kedua media , maka
akan diperoleh :

sin θb = nd /nb

3.4 Tugas Pendahuluan


1. Turunkan hukum Snellius yang ditunjukkan oleh persamaan 3.1. Apa
satuan (dimensi) indeks bias suatu bahan ?
2. Gambarkan suatu sketsa perjalanan berkas sinar monokromatik yang
melewati perbatasan udara dan minyak. Diketahui indeks bias udara
adalah 1,0 dan indeks bias minyak adalah 1,25 dengan sudut datang
37o terhadap normal.
3. Suatu berkas cahaya dari udara menembus pelat gelas yang kedua
permukaannya sejajar dengan sudut datang 30o . Bila diketahui
ketebalan pelat gelas 2 cm dan indeks bias gelas adalah 1,5;
tentukanlah pergeseran cahaya saat meninggalkan dari balik pelat
gelas tersebut.

  22  
3.5 Percobaan
1. Ukur tebal dinding bejana, panjang , dan lebar bagian dalam bejana.
Lakukan 3 kali pada tempat berbeda.
2. Susun deretan sumber sinar Laser, bejana kosong, dan layar seperti
dalam gambar 3.2.

HATI-HATI SINAR LASER JANGAN SAMPAI MENGENAI MATA


!!!

Gambar 3.2.

3. Skema gambar dilihat dari atas dengan L adalah sinar Laser , S


adalah layar , B adalah bejana , R adalah rel dan d adalah jarak bejana
ke layar.
4. Ukurlah jarak bejana ke layar, d (minimal 60 cm). Ketika sinar Laser
dinyalakan, beri tanda dan catat kedudukan bayangan pada layar
setelah melewati bejana kosong.
5. Isikan zat cair yang akan ditentukan indeks biasnya ke dalam bejana
,tanpa mengubah kedudukannya.
6. Apabila Laser dinyalakan kedudukan bayangan pada layar akan
mengalami perubahan. Amati dan ukur jarak pergeseran kedudukan
bayangan pada layar.
7. Ulangi kegiatan pada butir 3.5.2 sampai dengan butir 3.5.5 untuk 5
jarak bejana ke layar yang berbeda.
8. Ulangi kegiatan pada butir 3.5.2 sampai dengan butir 3.5.6 untuk
jenis zat cair berbeda yang disediakan asisten. Jangan lupa, keringkan
bejana terlebih dahulu pada saat anda mengganti isinya .

  23  
3.6 Data Pengamatan
1. Ukuran Bejana

Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)

2. Pengukuran Bayangan
Zat cair = ………
Jarak Layar (cm) Jarak Bayangan (cm)

3.7 Analisis
1. Tentukan indeks bias zat cair terhadap indeks bias udara dari setiap
pengukuran
2. Tentukan nilai rata-rata indeks bias bagi masing-masing jenis zat cair.
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan referensi. Jelaskan?

3.8 Daftar Pustaka


1. Suparno Satira, Fisika Pembahasan Terpadu, 2011
2. Darmawan Djonoputro, B , Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984
3. Robert M. Dixon , Experiments for Introductory Physics I , Kendall
Hunt Publ, Dubuque , Iowa , 1990
4. F.W. Sears , M. W. Zemasky , and H. D. Young , University Physics
, Addison - Wesley Publ. Co. 1987

  24  
Modul 4 Difraksi dan Resolusi
4.1 Tujuan Percobaan
Melalui pelaksanaan modul percobaan ini diharapkan mahasiswa :

1. memahami konsep interferensi dan difraksi


2. mampu mengukur resolusi atau daya pisah kisi

4.2 Alat-alat yang digunakan


Alat - alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah :

1. Penggaris
2. Rel kedududukan alat optik
3. Layar
4. Sumber sinar Laser
5. Garis-garis kisi
6. Pelat difraksi

4.3 Dasar Teori


Kisi adalah sejumlah garis-garis sejajar satu sama lain yang ditorehkan pada
suatu film transparan. Setiap garis tersebut berperan sebagai penghalang bagi
berkas sinar, namun demikian pada antara kedua garis tersebut berkas sinar
dapat lewat. Jarak antara garis kisi dinyatakan sebagai lebar celah (w). Suatu
berkas cahaya monokromatik yang melewati suatu kisi akan mengalami
peristiwa pembelokan atau difraksi .

Dalam satu celah dipandang terdapat banyak sekali berkas cahaya yang
dipandang sebagai banyak garis lurus yang melewati celah tersebut. Antara
berkas cahaya akan saling berinterferensi karena perbedaan fasanya
masingmasing. Hasil interferensi pada layar akan membentuk pola difraksi
yang bergantung lebar celah ini. Skema susunan komponen dalam
eksperimen dari suatu berkas sinar yang melewati satu celah lebar
ditunjukkan dalam gambar 4.1 .

  25  
Gambar 4.1.

Hubungan antara nilai intensitas terhadap sudut θ dinyatakan oleh persamaan


4.1.
!
!"#! ( )
𝐼 =   𝐼! !
!
(4.1)
( )!
!
!!
dengan 𝛽 =   !
𝑤 sin 𝜃

Sehingga pada kedududukan sin θ kelipatan dari nilai λ, w merupakan


intensitas minimum , atau secara matematis dituliskan sebagai :
!
sin 𝜃 = 𝑚   ! (4.2)
dengan m = 0, 1, 2, 3, 4, ...

Dengan anggapan jarak antara kisi ke layar (L) jauh lebih besar dari lebar
celah (w), w << L maka sin θ ≈ tan θ = (OP)/L.

Intensitas gelombang interferensi hasil pembentukan pola difraksi dari celah


lebar w berbeda untuk suatu sudut tertentu. Intensitas gelombang relatif
terhadap kedudukan pusat bayangan pada layar (titik O) sebagai fungsi dari
sin θ ditunjukkan oleh gambar 4.2.

  26  
Gambar 4.2.

4.4 Tugas Pendahuluan


1. Turunkan persamaan 4.1 dan persamaan 4.2
2. Dalam eksperimen, apa arti yang dinyatakan oleh pola gambar 4.2
pada layar ?
3. Suatu berkas cahaya monokromatis dengan panjang gelombang 6.000
Angstrom melewati celah lebar 0,001 mm. Berapa meter jarak dari
pusat bayangan (titik O) kedudukan intensitas maksimum ke 2 pada
layar ?

4.5 Percobaan
1. Susun deretan sumber sinar Laser, Kisi difraksi, dan layar seperti
dalam gambar 4.3.

HATI-HATI SINAR LASER JANGAN SAMPAI MENGENAI


MATA !!!

Gambar 4.3.

Skema gambar dilihat dari atas dengan L adalah sinar Laser, S adalah
layar, K adalah Kisi, R adalah rel dan d adalah jarak Kisi ke layar.

  27  
2. Sebelum kisi ditempatkan pada relnya, nyalakan sinar Laser, dan beri
tanda serta catat kedudukan bayangan pada layar. Amati dan ukur
pula diameter berkas sinar laser yang muncul pada layar.
3. Tempatkan kisi pada rel sesuai gambar 4.3, dan ukurlah jarak kisi ke
layar, d (minimal 60 cm).
4. Apabila Laser dinyalakan akan muncul bintik bayangan pada layar.
Amati dan ukur jarak setiap titik bayangan yang muncul dari
kedudukan pusat bayangan pada layar (titik O) ke arah yang lain.
5. Ulangi kegiatan pada butir 4.5.1 sampai dengan butir 4.5.4 untuk 5
jarak kisi ke layar yang berbeda.
6. Ulangi kegiatan pada butir 4.5.1 sampai dengan butir 4.5.5, tetapi
sekarang dengan menempatkan bejana yang diisi zat cair antara kisi
dan layar .

4.6 Data Pengamatan

ϕ berkas sinar laser = …….mm

d = ……cm

dbejana laser = ……cm

percobaan 4.5.1
y 1 (mm) y 2 (mm) y 3 (mm) y 4 (mm) y 5 (mm)

percobaan 4.5.6
y 1 (mm) y 2 (mm) y 3 (mm) y 4 (mm) y 5 (mm)

4.7 Analisis
1. Gambarkan pola difraksi setiap pengukuran yang anda lakukan
2. Dari setiap percobaan yang anda lakukan, tentukan panjang
gelombang sinar laser yang anda pergunakan dalam eksperimen ini.
3. Tentukan nilai rata-rata panjang gelombang sinar laser yang anda
gunakan.
4. Berikan analisis dari pengamatan anda pada butir 4.5.5.
5. Tentukan jumlah garis per cm dari kisi yang anda pergunakan dalam
eksperimen ini.
  28  
6. Berikan analisis dari hasil pengamatan anda pada percobaan butir
4.5.6.

4.8 Daftar Pustaka


1. Suparno Satira, Fisika Pembahasan Terpadu, 2011
2. Darmawan Djonoputro, B , Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984
3. Robert M. Dixon , Experiments for Introductory Physics I , Kendall
HuntPubl, Dubuque , Iowa , 1990
4. F.W. Sears , M. W. Zemasky , and H. D. Young , University Physics
, Addison - Wesley Publ. Co. 1987

  29  
Modul 5 Kalorimeter
5.1 Tujuan Percobaan
Praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menentukan kalor jenis bahan
dengan menggunakan kalorimeter

5.2 Alat-alat yang digunakan


1. Kalorimeter lengkap dengan pengaduk dan bejana pelindung.
2. Bahan yang akan ditentukan kalor jenisnya.
3. Termometer 0-50°C dan 0-100°C.
4. Neraca teknis dan batu timbangan.
5. Gelas ukur 5 mL.
6. Oven panas.

5.3 Dasar Teori


Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor maka temperatur zat tersebut
akan berubah. Dengan mengetahui besar perubahan temperatur pada benda
maka dapat ditentukan besarnya kalor yang diserap atau dilepas oleh benda
tersebut. Kalor jenis suatu benda merupakan karakteristik benda yang
mengaitkan kalor yang mengalir dengan perubahan temperatur pada benda.
Hubungannya adalah

Δ𝑄 = 𝑚𝑐Δ𝑇 (5.1)

dengan

∆Q : kalor yang diserap atau dilepas

m : massa benda

c : kalor jenis

∆T : perubahan temperatur

Pada percobaan ini akan digunakan kalorimeter untuk menentukan kalor jenis suatu
zat. Perhatikanlah gambar 6.1. Kalorimeter ialah suatu bejana yang terbuat dari
logam (BL) diselubungi oleh bejana pelindung (BP) yang menyekat terjadinya
pertukaran kalor dengaan lingkungannya.
  30  
Di dalam kalorimeter ada pengaduk yang terbuat dari bahan yang sama
dengan kalorimeter (P). Tutup kalorimeter (T) terbuat dari bahan isolator
yang berlubang di tengahnya untuk memasang termometer (TM).

Pelindung BP merupakan bagian yang menyekat sistem panas antara bagian


luar dengan kalorimeter; sehingga dianggap tak ada panas yang masuk atau
panas yang keluar dari dan ke kalorimeter. Panas yang akan diberikan hanya
dapat melalui tutup T.

Dengan demikian perilaku perubahan panas di dalam kalorimeter selalu


mengikuti asas Black ; yaitu jumlah panas yang diberikan kepada
kalorimeter sama dengan panas yang diterima oleh kalorimeter.

ΔQmasuk = ΔQditerima (5.2)

Gambar 5.1 Kalorimeter

  31  
5.4 Tugas Pendahuluan
Kerjakan di rumah dan serahkan kepada asisten anda sebelum praktikum
dimulai.

1. Tentukan satuan dari kalor jenis dalam satuan SI?


2. Apa yang dimaksud dengan kapasitas kalor suatu benda?
3. Apa yang dimaksud dengan kalor lebur dan kalor uap?
4. Ungkapkan Azas Black dengan kata-kata sendiri?
5. 100 gram es (-15°C) dicampur dengan 200 gram air (25°C) dalam 80
gram bejana aluminium. Kalor jenis es 2,1 J/g°C. Tentukanlah
perubahan temperatur akibat pencampuran ini ?

5.5 Percobaan
1. Timbang masing-masing bahan (potongan kecil logam) yang akan
ditentukan kalor jenisnya.
2. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya.
3. Isi kalorimeter dengan air hingga kira-kira setengahnya dan
kemudian timbang lagi untuk mengetahui massa air di dalam bejana
kalorimeter ini.
4. Masukkan kalorimter ke dalam bejana pelindungannya, kemudian
tutuplah dan pasang termometer. Usahakan agar termometer yang
tercelup di dalam air mencakup reservoir air raksa di dalamnya. Ukur
volume termometer yang tercelup dalam air ini.
5. Selanjutnya masukkan kembali termometer ini ke dalam kalorimeter
tepat seperti keadaan pada butir 4 diatas. Catatlah temperatur air
dalam kalorimeter ini. (Catat ini sebagai temperatur awal)
6. Panaskan bahan yang akan diteliti di dalam tempat pemanas melalui
uap air yang keluar dari ketel pemanas dan catatlah temperatur uap
ini. Tunggu sampai kira2 10 menit . Agar temperatur bahan benar-
benar sama dengan temperatur uap air.
7. Masukkan sesegera mungkin bahan yang telah dipanaskan itu ke
dalam kalorimeter. Aduk perlahan-lahan dan catat temperatur air
setiap ½ menit hingga temperatur yang terbaca pada termometer
telah konstan.
8. Timbang kalorimeter beserta semua isinya (air, pengaduk,
termometer dan bahan), tanpa bejana pelindungnya. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui masa bahan panas yang dimasukkan tadi
9. Ulangi 1 s/d 7 untuk bahan yang lain.

  32  
5.6 Data Pengamatan
Massa Kalorimeter dan Pengaduk =…………..g

Massa Air =.………….g

Massa termometer tercelup = ………….g

Temperatur awal air = …………°C

Temperatur uap air = …………°C

Massa bahan = ………… g

Menit ke- (menit) Temperatur (°C)

5.7 Perhitungan dan Tugas Laporan


1. Gunakan persamaan (6.1) dan persamaan (6.2) untuk mentukan kalor
jenis bahan yang diberikan oleh asisten. Jangan lupa tentukan pula
nilai-nilai ketelitian dari percobaan yang anda lakukan.
2. Tentukan kapasitas kalor dari kalorimeter.
3. Bandingkan hasil percobaan dan perhitungan yang diperoleh dengan
data yang ada pada tabel dalam literatur.
4. Lakukan analisis mengenai perbandingan yang dihasilkan.

5.8 Daftar Pustaka


1. Suparno Satira, Fisika Pembahasan Terpadu, Penerbit ITB, 2013
2. Darmawan Djonoputro, B , Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984
3. Robert M. Dixon , Experiments for Introductory Physics I , Kendall
Hunt Publ, Dubuque , Iowa , 1990

  33  
4. F.W. Sears , M. W. Zemasky , and H. D. Young , University Physics ,
Addison – Wesley Publ. Co. 1987

  34  

Anda mungkin juga menyukai