Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.

3 Nopember 2008

JUMLAH EOSINOFIL DARAH TEPI DAN MUKOSA HIDUNG PADA


PENDERITA RHINITIS ALERGIKA DI RS Dr MUWARDI SURAKARTA

Dwi Arini Ernawati1, Susiana Candrawati2


1,2Jurusan Kedokteran FKIK Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

ABSTRACT
Eosinophilia is alergic indicator especially in rhinitis alergica disease found increase an
eosinophil on either capillary blood or nasal mucosa dominanly. The aim of this research was
to know the correlation of the capillary blood and nasal mucosa eosinophil amount. The
reseach conducted in Muwardi hospital, Surakarta with 70 samples that consist of 40 rhinitis
allergica and 30 controls. The data analyzed by chi square test and correlation by Pearson
product moment.
The result of this research showed there was an eosinophil amount difference between
samples and controls significantly (p < 0,05). The amount of eosinophil on capillary blood
positive correlated with nasal mucosa significantly (p< 0,05). The conclution of this research
was the increasing amount of eosinofil on capillary blood followed by increasing on nasal
mucosa.

Key words : rhinitis alergica ; eosinophil, capillary blood, nasal mucosa.

PENDAHULUAN bereaksi dengan allergen tersebut.


Penyakit rhinitis alergika adalah (Arjatmo Tjokronegoro, et al. 1991). Akibat
salah satu bentuk alergi pada saluran reaksi ini, maka terjadilah pelepasan
hidung. Pada kasus ini terjadi peradangan mediator-mediator seperti histamin,
pada saluran hidung yang biasanya bradikinin, eosinofil, chemotactic of
disebabkan oleh rektivitas terhadap satu anaphylaxis (ECF-A), slow reacting factor
atau beberapa alergen. Reaktivitas of anaphylaxis (SRS-A), dll. (Hendro
ditandai dengan gejala-gejala seperti rasa Wahjono, 1991). Histamine dan ECF-A
gatal, bersin-bersin, rhinore dan juga akan menyebabkan pelepasan
penyumbatan pada hidung. eosinofil dari sumsum tulang ke sirkulasi
Penyakit ini merupakan bentuk darah (Budiman, 1983).
klinik yang paling sering dari Selain dalam sirkulasi darah,
hipersensitivitas tipe I (im`mediate ternyata dalam kasus ini ditemukan pula
hypersensitivity). Pada tahun 1921 untuk eosinofil dalam mukosa hidung.
pertama kalinya, Praunitz dan Kustner T erdapatnya eosinofil merupakan suatu
melakukan percobaan yang menunjukkan tanda dari respon nasal dalam rhinitis
bahwa serum manusia mengandung suatu alergika (Jirapongsananuruk and
zat yang dapat menimbulkan immediate Vichyanond, 1998). Gambaran laboratories
hypersensitivity. Kemudian Ishizaka pada usap hidung (nasal swab)
(1966), Johansson dan Bennich (1967) menunjukan bahwa eosinofil menjadi sel
menemukan bahwa zat tersebut adalah dominant (paling banyak) dalam kasus ini
immunoglobulin E (IgE). (Azhar T anjung, (I Made Gede Darma S, 1997). Eosinofil
Krisno W Sucipto, 1998). akan mengalami peningkatan pada kasus
Immunoglobulin E tersebut alergika baik di darah tepi maupun di
mempunyai fungsi yang khas. Apabila mukosa hidung. Namun belum diketahui
tubuh kemasukan allergen yang sesuai, secara pasti apakah kedua hal tersebut
misal Dermatophagoides pteronyssinus, selalu bersama-sama menyertai rhinitis
maka IgE yang senantiasa melekat pada alergika. Karena bisa dimungkinkan
permukaan sel basofil dan mastosit, akan eosinofil hanya terjadi di darah tepi atau di

138
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.3 Nopember 2008

mukosa hidung saja. Dan penelitian ini Hasil yang didapatkan dalam penelitian
dilakukan untuk mengetahui korelasi dianalisa dengan Independent samples t-
eosinofil darah tepi dan mukosa hidung test untuk uji beda inter group (eosinofil
pada kasus rhinitis alergika. Tujuan darah tepi), Uji chi square untuk uji beda
penelitian ini adalah mengetahui korelasi inter group (eosinofil mukosa hidung) dan
jumlah eosinofil darah tepi dan mukosa Uji korelasi Pearson untuk uji beda intra
hidung pada penderita rhinitis alergika. group.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan Dalam hasil penelitian ini dilakukan
adalah observasional dengan pendekatan penghitungan jumlah eosinofil darah tepi
cross sectional. Populasi pada penelitian dan jumlah eosinofil mukosa hidung pada
ini diambil dari pasien yang berobat di 40 subyek penderita rhinitis alergika dan
bagian THT RS dr. Muwardi, Surakarta. 30 subyek kontrol, kemudian data-data
Subjek yang memenuhi kriteria inklusi yang diperoleh dari subyek tersebut
berupa pasien rhinitis alergika yang telah diseleksi untuk mendapatkan data yang
didiagnosa oleh bagian THT di RS dr. diasumsikan memenuhi syarat untuk
Muwardi Surakarta dan berusia 15-40 metode statistik yang diterapkan. Dari 40
tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. subyek penderita didapatkan 33 subyek
Kriteria eksklusi berupa tidak yang memenuhi syarat, sedangkan dari
mendapatkan pengobatan selama 24 jam, kelompok kontrol diperoleh 27 subyek yang
dan tidak menderita asma bronkhiale. memenuhi syarat dari 30 subyek awal.
Sedangkan kriteria subyek untuk kelompok Pada langkah pertama dilakukan
kontrol adalah tidak menderita rhinitis uji statistik terhadap jumlah eosinofil darah
alergika, tidak mendapatkan pengobatan tepi antara kelompok penderita rhinitis
untuk alergi selama 24 jam, tidak alergika dengan kelompok kontrol dari
menderita asma bronkhiale dan berusia subyek yang memenuhi syarat dengan
15-40 tahun. Sampel dipilih berdasarkan menggunakan metode independent
teknik incidental sampling. Pengambilan samples t-test. Rangkuman hasil
sample berdasarkan jumlah pasien rhinitis pemeriksaan jumlah eosinofil darah tepi
alergika di bagian THT RS dr. Muwardi pada kelompok penderita rhinitis alergika
Surakarta selama masa penelitian. dan kelompok kontrol dapat dilihat pada
Variabel yang diamati berupa eosinofil T abel 1.
darah tepi dan eosinofil mukosa hidung.

T able 1. Hasil pemeriksaan jumlah eosinofil darah tepi / mm3 pada kelompok penderita rhinitis
alergika dan kelompok control, Surakarta, Agustus 2005.
Kelompok N (Jumlah) Mean SD
Penderita (40) 33 339.24 191.87
Kontrol (30) 27 99.59 40,46
t hitung = 6,366; t kritis = t(/2;dk) = 2,021; p<0,05)

Dengan = 0,05, uji t kelompok kontrol dari subyek yang


menunjukkan perbedaan bermakna memenuhi syarat dengan menggunakan
terhadap jumlah eosinofil darah tepi antara metode chi square. Rangkuman hasil
penderita rhinitis alergika dengan pemeriksaan jumlah eosinofil mukosa
kelompok kontrol (p < 0,05).T ahap hidung pada kelompok penderita rhinitis
selanjutnya dilakukan uji statistik terhadap alergika dan kelompok kontrol dapat dilihat
jumlah eosinofil mukosa hidung pada pada Tabel 2.
kelompok penderita rhinitis alergika dan

139
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.3 Nopember 2008

T able 2. Hasil pemeriksaan jumlah eosinofil mukosa hidung pada kelompok penderita
rhinitis alergika dan kelompok kontrol, Surakarta, Agustus 2005
Kelompok Pemarkahan Jumlah
0 I II III IV
Rhinitis Alergika 14 21 3 2 0 40
Kontrol 20 10 0 0 0 30
Jumlah 34 31 3 2 0 70

Berdasarkan T abel 2, dari 40 uji chi square pada = 0,05 diperoleh hasil
orang penderita rhinitis alergika yang bahwa jumlah eosinofil mukosa hidung
diperiksa, 14 orang menunjukkan hasil antara kelompok penderita rhinitis alergika
yang negatif / pemarkahan 0 (35%), dengan kelompok kontrol menunjukkan
sedangkan 25 orang menunjukkan hasil adanya perbedaan.
positif (65%) dengan perincian T ahap terakhir yang dilakukan
Pemarkahan I : 21 orang (52,5%); adalah mencari korelasi antara jumlah
Pemarkahan II : 3 orang (7,5%); eosinofil darah tepi dengan jumlah eosinofil
Pemarkahan III : 2 orang (5%) dan mukosa hidung baik pada kelompok
Pemarkahan IV : 0 orang (0%). Dari 30 penderita rhinitis alergika maupun pada
subyek kontrol yang diperiksa, 20 orang kelompok kontrol dari subyek yang
menunjukkan hasil negatif (66,67%), memenuhi syarat dengan menggunakan uji
sedangkan 10 orang menunjukkan hasil korelasi Pearson. Rangkuman hasil uji
positif / pemarkahan I (33,33%). Dengan korelasi Pearson ditampilkan pada T abel 3.

T abel 3. Hasil uji korelasi Pearson antara jumlah eosinofil darah tepi dengan jumlah eosinofil
mukosa hidung.
Kelompok Koefisien Korelasi Kriteria
Rhinitis alergika 0,949 Sedang; bermakna
Kontrol 0,299 Lemah; tidak bermakna

Uji korelasi Pearson memberikan hasil korelasi yang positif ; lemah ; dan tidak
bermakna antara jumlah eosinofil darah tepi dengan jumlah eosinofil mukosa hidung pada
kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok penderita diperoleh hasil korelasi positif ; sedang
(kurang kuat), dan bermakna (p < 0,05).

BAHASAN dalam sirkulasi cenderung karena aktivitas


Dari pemeriksaan dan uji statistik dari mast cell pada reaksi hiperensitivitas
independent samples t-test yang dilakukan (Martin et al, 1998).
terhadap subyek-subyek yang memenuhi Untuk kasus rhinitis alergika ini,
syarat yaitu 33 subyek kelompok penderita reaksi hipersensitivitas yang terjadi adalah
rhinitis alergika dari 40 subyek awal dan 27 reaksi tipe I, yang sangat dipengaruhi oleh
subyek kelompok kontrol dari 30 subyek immunoglobulin E (IgE). Antibodi ini
awal pada = 0,05 diperoleh hasil bahwa melekat pada mast cell dan apabila IgE ini
jumlah eosinofil darah tepi antara kontak dengan allergen yang seuai akan
kelompok penderita rhinitis alergika terjadi degranulasi dari sel mastosit dan
dengan kelompok kontrol berbeda keluarlah granula-granula seperti :
bermakna (p < 0,05). Hasil ini sesuai histamine, serotonin, eosinophil
dengan teori yang menyatakan bahwa sel chemotactic factor (ECF-A), slow
eosinofil merupakan sel yang cocok untuk reactivating factor of anaphylaxis (SRS-A),
keadaan alergi yang kemunculannya dll ke dalam sirkulasi. Mekanisme inilah

140
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.3 Nopember 2008

yang mendasari ditemukannya eosinofil berkorelasi positif sedang. Keadaan


sebagai sel yang cocok dengan keadaan semacam ini menunjukkan bahwa dalam
alergi. kasus rhinitis alergika terdapat
Selain jumlah eosinofil darah tepi kecenderungan peningkatan jumlah
yang meningkat, teori menyatakan bahwa eosinofil darah tepi akan diikuti
dalam kasus rhinitis alergika jumlah peningkatan jumlah eosinofil di mukosa
ditemukan sel eosinofil dalam mukosa hidung, begitu pula dengan penurunannya,
hidung. (Jirapong Sananuruk and akan tetapi karena korelasi yang terjadi
Vichyanond, 1997). Dan dari penelitian hanya bersifat sedang (kurang kuat) maka
dengan menggunakan uji chi square keadaan ini tidak mutlak ditemukan pada
terhadap eosinofil mukosa hidung pada semua kasus rhinitis alergika (hanya
sampel / subyek yang sama dengan bersifat kecenderungan), sehingga tidak
subyek pemeriksaan eosinofil darah tepi dapat dijadikan suatu patokan pasti.
diperoleh hasil bahwa jumlah eosinofil Dalam penelitian ini ditemukan
mukosa hidung antara kelompok penderita fenomena keberadaan eosinofil darah tepi
rhinitis alergika dengan kelompok kontrol tidak diikuti keberadaan eosinofil di
menunjukkan perbedaan. Dengan mukosa hidung. Kenyataan semacam ini
demikian kebenaran dari teori tersebut di melibatkan berbagai macam faktor yang
atas dapat dipastikan. perlu dipertimbangkan yaitu eosinofil
Keberadaan eosinofil di mukosa adalah numpang lewat didalam sirkulasi,
hidung ini terjadi akibat pergerakan jadi pembuluh darah bukan merupakan
eosinofil yang dilepaskan ke dalam pusat akumulasi dari eosinofil, tapi hanya
sirkulasi pada reaksi hipersensitivitas sebagai media transport untuk menuju
menuju ke organ sasaran. Dan dalam organ sasaran. Eosinofil mukosa hidung
kasus rhinitis alergika organ sasaran yang berkorelasi positif dengan tingkat gejala
terlibat adalah mukosa hidung, sehingga rhinitis alergika, sehingga pengambilan
bukan suatu hal yang mengherankan yang tidak tepat pada waktu puncak
apabila ditemukan eosinofil dalam mukosa serangan sangat mempengaruhi hasil.
hidung sebagai sel yang dominan dalam Obat-obat yang dikonsumsi oleh penderita
kasus rhinitis alergika. rhinitis alergika terutama untuk pasien
Dari keterangan hasil penelitian di kontrol dapat menurunkan tanda-tanda
atas dapat disimpulkan bahwa dalam alergi. Kurang tepatnya pengambilan
kasus rhinitis alergika terjadi peningkatan sekret hidung pada pasien yang tidak
jumlah eosinofil darah tepi dan kooperatif dapat mengakibatkan jumlah
peningkatan jumlah eosinofil mukosa eosinofil dalam mukosa hidung
hidung. Untuk mengetahui korelasi antara menunjukkan penyimpangan. Harus
dua variabel tersebut, dalam penelitian ini disadari adanya kelemahan dan
dilakukan uji korelasi Pearson terhadap keterbatasan dalam cara perhitungan yang
jumlah eosinofil antara darah tepi dengan digunakan.
mukosa hidung baik pada kelompok
penderita rhinitis alergika maupun pada SIMPULAN DAN SARAN
kelompok kontrol. Dari uji korelasi yang Pada kasus Rhinitis Alergika,
dilakukan terhadap subyek-subyek yang jumlah eosinofil darah tepi antara
memenuhi syarat diperoleh hasil r kontrol = kelompok penderita rhinitis alergika
0,299 dan r penderita = 0,494. koefisien dengan kelompok kontrol berbeda
korelasi ( r ) ini memberi arti bahwa antara bermakna (p < 0,05). Jumlah eosinofil
jumlah eosinofil darah tepi dengan jumlah mukosa hidung antara kelompok penderita
eosinofil mukosa hidung pada kelompok rhinitis alergika dengan kelompok kontrol
kontrol berkorelasi positif lemah, menunjukkan perbedaan. Jumlah
sedangkan untuk kelompok penderita eoasinofil darah tepi dengan eosinofil

141
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.3 Nopember 2008

mukosa hidung berkolerasi positif ; Bandung. Majalah Kesehatan


bermakna ; dan bersifat sedang / kurang Bandung. 25 : 4 : 155-15.
kuat. Peningkatan jumlah eosinofil darah Hendro Wahjono (1991). Tinjauan
tepi cenderung diikuti peningkatan jumlah Mengenai Mediator Farmakologi
eosinofil mukosa hidung, walupun tidak Aktif sebagai Landasan Informatif
selalu dijumpai dalam kenyataannya Mekanisma Alergi. Majalah
sehingga tidak dapat dijadikan patokan kedokteran universitas diponegoro.
pasti. 26 : 2 : 125-126.
Untuk mendapatkan data yang I Made Gede Darma S (1997).
lebih akurat hendaknya penderita yang Penatalaksanaan Rhinitis Alergika
dijadikan obyek penelitian belum di RS dr. Sardjito. Laporan
mendapatkan pengobatan. Pengambilan Penelitian Fakultas Kedokteran
sampel darah dan secret hidung akan Universitas Gajah Mada. Hal : 10-
memberikan hasil yang lebih baik jika 11.
dilakukan tepat pada puncak serangan. Iwin Sumarman (1997) Eosinofil T otal san
Penelitian ini masih perlu dilanjutkan untuk Eopsinofil T eraktifkan Mukosa
memastikan kebenarannya dan untuk Hidung sebagai Indikator Tingkat
mendapatkan hasil yang lebih baik. Kemangkusan Imunoterapi
Spesisfik Rhinitis Alergika Kronis.
DAFTAR PUSTAKA Majalah Kedokteran Bandung. 29 :
Adams, G. L, Boies, L. R dan Higler, P . A 1 : 75-76
(1994). Boies Buku Ajar Penyakit Iwin Sumrman (1998). Jenis-jenis Alergan
THT edisi 6. editor : Harjanto Hirup Utama dan Hubungannya
Effendi, R. A. Kuswidayati dengan Tingkat Gejala Rhinitis
Santoso. Penerbit buku Krnoik Alergis Gejala Kuat dan
Kedokteran EGC. Sangat Kuat Majalah Kedokteran
Arjatmo Tjokronegoro, A Endang Bandung. 31:2:83-85.
Purnomowati, Mustopo Widjaja, Karnen Garna Baratwidjaja (1991).
Indrawati Gandjar, Yani Herawati Penyakit Alergi, T antangan dan
(1991). Kadar IgE total dan Harapan Majalah Kedokteran
Jumlah Eosinofil pada Beberapa Indonesia 41: 7:381.
Kelompok Umur Orang Nonatopik Martin A S. Steiningh C A L, and Koephe J
Indonesia di Beberapa T empat di A (1998). The Eosinophil. In:
Jakarta. Medika. 2 : 17 : 99-100. Clinical Hematology Principal
Azhar T anjung, Krisna W Sucipto (1998). Procedures Correlation. Ed: Anne
Hubungan Berat Asma Atopik Stiene Martin Lippincopt
dengan Alergen Tungau pada Uji Philadelphia-New York P:132
Kulit dan IgE T otal. Majalah Meliana Zailani (1993). Efek T erhadap
Kedokteran Indonesia. 48 : 7:261. Jumlah Eosinofil Darah T epi.
Budiman (1983). Jumlah Eosinofil Darah Majalah Kedokteran Indonesia. 43
T epi dan Eosinofil Mukosa Hidung : 10:469-560
pada Rhinitis Alergika. Laporan Moqbel R and Becker A B (1999). The
penelitian Fakultas Kedokteran Human Eosinabel. In : Clinical
Universitas Airlangga Surabaya. Hematology. Ed : William and
Hal : 2-8. William A Waverly Company
Deny P Machmud, T eti Madiadipoera, dan Baltimore Philadelphia. P:36
Iwin Sumarwan (1993). Rhinitis N.C. Hughes-Jones, S.N Wckramasinghe
Alergika di 2 Sekolah Dasar (1995). Catatan Kuliah Hematologi
Daerah Kumuh Kotamdya edisi 5. editor: dr Kuswidiayati

142
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 3 No.3 Nopember 2008

Sanmtoso. Penerbit Buku Cytology in The Diagnosis of


Kedokteran EGC. Alergic Rhinitis In Children Annlas
Orathai Jirapongsanuruk and Pakit of Allergic Ashma and
Vichyanond (1998). Nasal Immunology. 80 iss 2 pp:165-169.

143

Anda mungkin juga menyukai