Anda di halaman 1dari 25

Head Injury

Anatomi Fisiologi

2
Definisi
Menurut Brain Injury
Trauma kepala adalah Assosiation of America, cedera
suatu trauma yang mengenai kepala adalah suatu kerusakan pada
daerah kulit kepala, tulang kepala, bukan bersifat kongenital
tengkorak atau otak yang terjadi ataupun degeneratif, tetapi
akibat injury baik secara langsung disebabkan oleh serangan/benturan
maupun tidak langsung pada fisik dari luar, yang dapat
kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, mengurangi atau mengubah
2001) kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.

Cedera kepala (terbuka dan tertutup) adalah terdiri dari : faraktur tengkorak, komusio (gegar) serebri, kontusio (memar) /
laserasi dan perdarahan serebral (subarachnoid, epidural, intraserebral, batang otak).

3
Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme Fisik
Berdasarkan Tingkat
Berdasarkan Pathoanatomic Cedera kepala dapat diklasifikasikan
Keparahan
berdasarkan pada apakah kepala
Klasifikasi pathoanatomic menabrak secara langsung suatu objek
klasifikasi ini seringkali
menunjukkan lokasi atau (contact or “impact” loading) ataupun
digunakan untuk
ciri-ciri anatomis yang otak yang bergerak di dalam tulang
kepentingan penelitian klinis.
mengalami abnormalitas. tengkorak (noncontact or “inertial”
Dilakukan berdasarkan pada
Fungsi klasifikasi ini adalah loading) 10 dan akhirnya menimbulkan
kriteria tingkat keparahan
untuk terapi yang tepat cedera. Arah dan kekerasan pada kedua
kerusakan neurologis
sasaran. Penilaian dilakukan tipe perlukaan tersebut dapat
(neurologic injury severity
dimulai dari bagian luar menentukan tipe dan keparahan suatu
criteria) pasien. Alat ukur
kepala hingga ke dalam trauma. Klasifikasi berdasarkan
dengan GCS.
untuk melihat tipe perlukaan mekanisme fisik ini memiliki manfaat
yang terjadi. yang besar dalam mencegah terjadinya
cedera kepala (Saatman, dkk, 2008).

4
Etiologi Trauma Kepala
Cedera kepala atau trauma
kepala merupakan salah satu
penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok
Cedera kepala terbuka sering usia produktif dan sebagian
disebabkan oleh peluru atau besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas ( Mansjoer,
pisau (Corkrin, 2001:175).
2000:3).Penyebab cidera kepala
antara lain:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Perkelahian
3. Terjatuh
4. Cedera olahraga.

5
Etiologi Trauma Kepala
Cedera Kepala Primer Cedera Kepala Sekunder
Yaitu cedera yang terjadi akibat Yaitu disebabkan karena
langsung dari trauma: komplikasi :
1) Kulit : Vulnus, laserasi, 1) Oedema otak
hematoma subkutan, hematoma 2) Hipoksia otak
subdural. 3) Kelainan metabolic
2) Tulang : Fraktur lineal, fraktur 4) Kelainan saluran nafas
bersih kranial, fraktur infresi 5) Syok
(tertutup & terbuka).
3) Otak : Cedera kepala primer,
robekan dural, contusio (ringan,
sedang, berat), difusi laserasi.

6
Manifestasi Klinis
Berdasarkan anatomis

Gegar otak (comutio selebri) Edema Cerebri


1. Disfungsi neurologis 1. Pingsan lebih dari 10
sementara dapat pulih menit
dengan atau tanpa 2. Tidak ada kerusakan
kehilangan kesadaran jaringan otak
2. Pingsan kurang dari 10 3. Nyeri kepala, vertigo,
menit atau mungkin muntah
hanya beberapa
detik/menit
3. Sakit kepala, tidak mampu
konsentrasi, vertigo,
mungkin muntah
4. Kadang amnesia
retrogard

7
Memar Otak (kontusio Cerebri

1. Pecahnya pembuluh darah


kapiler, tanda dan gejalanya
bervariasi tergantung lokasi
dan derajad
Laserasi
2. Ptechie dan rusaknya jaringan
1. Hematoma Epidural
saraf disertai perdarahan
2. Hematoma subdural
3. Peningkatan tekanan
intracranial (TIK)
4. Penekanan batang otak
5. Penurunan kesadaran
6. Edema jaringan otak
7. Defisit neurologis
8. Herniasi

8
Manifestasi Klinis
Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale)

Cedera kepala Ringan (CKR) Cedera Kepala Sedang (CKS)


1. GCS 13-15 1. GCS 9-12
2. Kehilangan 2. Kehilangan kesadaran dan
kesadaran/amnesia <30 atau amnesia >30 menit
menit tetapi kurang dari 24 jam
3. Tidak ada fraktur tengkorak 3. Dapat mengalami fraktur
4. Tidak ada kontusio celebral, tengkorak Cedera Kepala Berat (CKB)
hematoma
1. GCS 3-8

2. Kehilangan kesadaran dan atau


terjadi amnesia > 24 jam

3. Juga meliputi kontusio celebral,


laserasi, atau hematoma
intrpenekanan

9
Patofisiologi
Proses primer Proses sekunder

Ini adalah kerusakan otak tahap pertama yang Merupakan tahap lanjutan dari kerusakan
otak primer dan timbul karena kerusakan
diakibatkan oleh benturan/proses mekanik yang
primer membuka jalan untuk kerusakan
membentur kepala. Derajat kerusakan
berantai karena berubahnya struktur
tergantung pada kuatnya benturan dan arahnya,
anatomi maupun fungsional dari otak
kondisi kepala yang bergerak/diam, percepatan misalnya meluasnya perdarahan, edema
dan perlambatan gerak kepala. Proses primer otak, kerusakan neuron berlanjut, iskemia
mengakibatkan fraktur tengkorak, perdarahan fokal/global otak, kejang, hipertermi.
segera dalam rongga tengkorak/otak, robekan
dan regangan serabut saraf dan kematian
langsung neuron pada daerah yang terkena.

10
Pemeriksaan Penunjang
mengidentifikasi adanya hemoragik dan
CT-Scan
menentukan pergeseran jaringan otak.

Mendeteksi perubahan struktur


Foto tulang (fraktur) perubahan struktur
Rontgen garis (perdarahan/edema), fragmen
tulang.

sama dengan CT-scan dengan/ tanpa


MRI Pemeriksaan
kontras.
pungsi lumbal

menunjukan kelainan sirkulasi


Angiografi
serebral, perdarahan. Mengetahui kemungkinan
Serebral perdarahan subarahnoid.

11
✗ Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan terapeutik pasien dengan traua
kepala adalah sebagai berikut :
1. Observasi 24 jam
2. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu
3. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
4. Lakukan tirah baring
5. Profilaksis diberikan bila ada indikasi
6. Pemberian obat-obat untuk vaskularisasi
7. Pemberian obat-obat analgetik
8. Pembedahan bila ada indikasi

12
Komplikasi

Edema Serebral dan Defisit Neurologik dan Komplikasi Lain


Herniasi Psikologik 1. Infeksi sitemik (pneumonia,
ISK, sepsis)
Edema serebral adalah Pasien cedera kepala dapat
penyebab paling umum
2. Infeksi bedah neurologi (infeksi
mengalami paralysis saraf
luka, osteomielitis, meningitis,
peningkatan TIK pada fokal seperti anosmia (tidak
ventikulitis, abses otak)
pasien yang mendapat dapat mencium bau- bauan)
cedera kepala, puncak
3. Osifikasi heterotropik (nyeri
atau abnormalitas gerakan
tulang pada sendi sendi)
pembengkakan yang mata, dan defisit neurologik
terjadi kira kira 72 jam
4. Komplikasi lain : Peningkatan
seperti afasia, defek
TIK, Hemorarghi, kegagalan
setelah cedera. memori, dan kejang post
nafas, diseksi ekstrakranial.
traumatic atau epilepsy.

13
Konsep Insial Assesment
Initial assesment meliputi :
Initial Assessment adalah
1. Persiapan
proses penilaian awal pada penderita
2. Triase
trauma disertai pengelolaan yang tepat
3. Primary survey
guna untuk menghindari kematian.
4. Resusitasi
Urutan dari initial assessment
5. Tambahan terhadap primary survey dan
diterapkan secara berurutan atau
resusitasi
sekuensial, akan tetapi dalam praktek
6. Secondary survey (anamnesis dan pemeriksaan
sehari-hari dapat dilakukan secara
fisik)
bersamaan atau simultan.
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan reevaluasi berkesinambungan
9. Penanganan definitif

14
✗ Persiapan ✗ Primary Survey
a. Fase pra rumah sakit ✗ Triase
Primary survey dilakukan
Pada fase pra rumah sakit, hal Triase adalah cara pemilahan
untuk menilai keadaan
yang perlu diperhatikan adalah penderita berdasarkan
penderita dan prioritas terapi
penjagaan airway, kontrol kebutuhan terapi dan sumber
berdasarkan jenis perlukaan,
pendarahan dan syok, imobilisasi daya yang tersedia.
tanda-tanda vital dan me
penderita dan segera dibawa ke a. Multiple
kanisme trauma.
rumah sakit terdekat dengan b. Mass Casualties
A : Airway
fasilitas yang memadai. B : Breathing
C : Circulation
b. Fase rumah sakit D : Disability
E : Exposure

15
✗ Resusitasi
A. Airway
Pada penderita yang masih sadar ✗ Tambahan pada primary
dapat dipakai nasofaringeal airway. Bila survey dan resusitasi
penderita tidak sadar dan tidak ada refleks
batuk (gag refleks) dapat dipakai orofaringeal A. Monitor EKG : dipasang pada
airway. semua penderita trauma.
B. Breathing B. Kateter urin dan lambung
Surgical airway / krikotiroidotomi C. Monitor
dapat dilakukan bila intubasi endotrakheal tidak D. Pemeriksaan rontgen dan
memungkinkan karena kontraindikasi atau pemeriksaan tambahan lainnya
karena masalah teknis.
C. Circulation
Bila ada gangguan sirkulasi harus
dipasang minimal dua IV line.

16
✗ Secondary survey ✗ Tambahan terhadap ✗ Pemantauan dan re-
secondary survey evaluasi
Survei sekunder adalah Dalam melakukan secondary
berkesinambungan
pemeriksaan kepala sampai survey, dapat dilakukan
kaki (head to toe pemeriksaan diagnostic yang
Penurunan keadaan dapat
examination), termasuk re- lebih spesifik seperti
dikenali apabila dilakukan
evaluasi pemeriksaan tanda misalnya foto tambahan dari
evaluasi ulang secara terus
vital. tulang belakang serta
menerus, sehingga gejala yang
Macam-macam trauma : ekstremitas, CT-Scan
baru timbul, segera dapat
1. Trauma tumpul kepala, dada, abdomen dan
dikenali dan dapat ditangani
2. Trauma tajam spine, urografi dan
secepatnya. Monitoring tanda
3. Trauma ternal angiografi, USG
vital dan produksi urin sangat
4. Trauma kimia, toksin transesofageal, bronkoskopi,
penting.
dan radiasi esofagoskopi dan prosedur
diagnostic lain.

17
✗ Penanganan definitif

Untuk keputusan merujuk penderita dapat dipakai Interhospital Triage


Criteria. Kriteria ini memakai data fisiologis penderita, cedera anatomis, mekanisme
perlukaan, penyakit penyerta serta faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
prognosis.

18
Teori
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur,
jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat,
golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung
jawab.
2. Riwayat kesehatan : Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi,
muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak,
lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas,
adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang Riwayat penyakit
dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem
persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula
riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit
menular.
3. Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga
sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat
mempengaruhi prognosa klien.

20
Pengkajian
4. Pemeriksaan Fisik Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat
kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan
waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-
tanda vital kaku kuduk, hemiparese. Nervus cranialis dapat
terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena
udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V,
VII, IX, XII.
5. Pemeriksaan Penujang

21
Penatalaksanaan
Konservatif: Prioritas Perawatan:
1. Bedrest total 1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Pemberian obat-obatan 2. Mencegah komplikasi
3. Observasi tanda-tanda vital 3. Pengaturan fungsi secara optimal
(GCS dan tingkat kesadaran) / mengembalikan ke fungsi
normal
4. Mendukung proses pemulihan
koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang
proses penyakit, prognosis,
rencana pengobatan, dan
rehabilitasi.

22
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:

1. Perfusi jaringan tidak efektif ( spesifik


serebral) b.d aliran arteri dan atau vena
terputus
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik,
3. Peningkatan tekanan intrakranial b.d
proses desak ruang akibat penumpukan
cairan/ darah di dalam otak.

23
Intervensi Askep Analisa
Keperawatan Kasus Jurnal

24
Thanks!
Any questions?

25

Anda mungkin juga menyukai