Nama
AMELYA FRANSISKA
NPM. 13420070
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua diberikan karunia-Nya sehingga kami dapat
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang
penyelesaian tugas lainnya. Semoga tugas yang saya susun ini bermanfaat untuk
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
B. Upaya Pengendalian.............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya
yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut
tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota
orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga
penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut
mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular,
dengan darah dan cairan tubuhmaupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin
dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS
PEMBAHASA
fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit sebagai tempat kerja yang
kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit
infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para
atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang
kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area
operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat
menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan,
biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur
yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali
menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap
patogen yang ditularkan lewat darah. Kondisi gawat darurat dapat terjadi
setiap waktu dan mengganggu kegiatan rutin. Mencegah luka dan paparan
(agen yang menyebabkan infeksi) pada kondisi ini sesungguhnya suatu yang
rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen
resiko di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event)
Pengertian:
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak
(ommision), dan bukan karena ”underlying disease” atau kondisi pasien
(KKP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event): -
suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
yang mutakhir (KKP-RS). Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ
Publication No.04-RG005, Agency for Healthcare Research and Quality
December 2003):
1. Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors.
Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar
shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik / hilang, masalah-
masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai
lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan
pasien.
2. Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses,
dokumentasi suboptimal dan labeling spesimen yang buruk, kesalahan
berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk
setiap pasien pada saat diperlukan. Hal-hal yang berhubungan dengan
pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak
lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak
adekuat
3. Pola SDM / alur kerja. Para dokter, perawat,, dan staf lain sibuk karena
SDM tidak memadai, pengawasan / Supervisi yang tidak adekuat.
Kegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat / perlengkapan: pompa infus,
monitor. Komplikasi / kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak
adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cidera.
Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cideranya
pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering
tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada
suatu KTD
4. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Pedoman cara pelayanan
dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors.
Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya
dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat
1. Virus
tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah dan termasuk
2. Bioaerosol
jasad renik atau bahan lain dari bagian jasad renik di udara. Sumber
dilingkungan.
Tabel
Patogen penyebab infeksi saluran nafas pada pekerja di puskesmas
(Kepmenkes RI, 2007)
Nama umum Organisme penyebab
Q fever Coxiella burnetti
Psittacosis Chlamidya psittacia
Histoplasmosis Histoplasma capsulatum
Blastomycosis Blastomyces dermatitidis
Coccidioidomycosis Coccidioides immitis
Anthrax Bacillus anthracis
Demam hemoragic dengan sindrom Fransicella tularensis
renal
Selain virus, jamur, bakteri dan parasit faktor biologis penyebab penyakit
akibat kerja yang lain berasal dari binatang pengganggu seperti serangga, tikus,
yang bisa menyebabkan infeksi bila menggigit manusia karena bibit penyakit
yang dibawa serangga masuk ke tubuh manusia, contohnya adalah nyamuk aedes
aegypti pembawa virus DHF. Jenis serangga lain yang hidup ditempat•tempat
kotor seperti kecoa, sangat berbahaya bila merayap dialat•alat dapur seperti
piring, cangkir dan lain•lain karena alat dapur tersebut bisa terkontaminasi
bibit penyakit, lalu terbang dan hinggap pada makanan yang menyebabkan
B. Upaya pengendalian
atau penyakit akibat kerja. Tetapi kita tahu bahwa objek utama yang
menyebabkan penyakit akibat kerja adalah pasien itu sendiri, jadi sangat
dari pasien.
tiga shift kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pajanan bahaya
petugas kesehatan.
Sedangkan untuk pengendalian dan pemberantasan serangga, tikus
sampah sesuai dengan syarat kesehatan, menutup celah atau lubang yang
berpotensi sebagai tempat tinggal serangga dan tikus. Hal ini dilakukan
PENUTUP
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap
optimal. (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23) (7). Tujuan utama program
kesehatan kerja adalah mendapatkan pegawai yang sehat dan produktif dengan
pokok kegiatan yang bersifat preventif dan promotif disamping kuratif dan
rehabilitatif.
DAFTAR PUSTAKA