Anda di halaman 1dari 63

RS PKU MUHAMMADIYAH CEPU

Jl. Ronggolawe 137 Cepu Telp (0296) 421727 Fax (0296) 424678
E-mail : rspku cepu@yahoo.co.id

PERATURAN DIREKTUR

RS PKU MUHAMMADIYAH CEPU

NOMOR: 032/PRN/IV.6.AU/AU/06/2022

TENTANG

PANDUAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya mendukung terlaksananya Kesehatan Lingkungan


secara efektif dan efisien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu
maka diperlukan adanya Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

b. Bahwa agar terlaksananya Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit PKU


Muhammadiyah Cepu dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai landasan dalam
melaksanakan Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Cepu.

c. Bahwa sehubungan dengan Pernyataan pada butir a dan b tersebut di


atas, maka perlu ditetapkan Peraturan Direktur tentang Panduan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).

Menimbang :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang


Rumah Sakit.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang


Kesehatan.

1
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2010 Tentang


Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

5. Peraturan Menteri Kesehatan Lingkungan Hidup Republik Indonesia


No.14 Tahun 2013 tentang Simbol dan Label Limbah B3.

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.27 Tahun 2017


Tentang PANDUAN Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya

7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutahan No.56 Tahun 2015


Tentang Tata Cara dan Beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan

8. Surat Keputusan PP Muhammadiyah Nomor: 231/KEP/1.0/D/2017


Tentang Pengangkatan Direktur RS PKU Muhammadiyah Cepu masa
jabatan 2017 sampai dengan 2021.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :PERATURAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN BAHAN


BERBAHAYA DAN BERACUN.

Pasal 1

Pengaturan Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun B3.

1. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu sebagai Instansi Kesehatan lingkungan dengan
memahami tentang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang disimpan di Rumah Sakit
dengan standar yang telah ditetapkan berlaku secara nasional yang dituangkan dalam
Panduan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

2
Pasal 2

Unit Kerja dan Petugas Penanggung Jawab Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

1. Bagian Sarana Prasarana dan Umun RS PKU Muhammadiyah Cepu, bertanggung jawab
atas proses yang wajib dilaksanakan dalam rangka terlaksananya Panduan B3 di rumah
sakit, antara lain pengawasan penyimpanan B3, penggunaan B3 pengurusan Perizinan,
Edukasi dan Sosialisasi penggunaan B3 yang diawasi sesuai standar, pengawasan dan
pembinaan karyawan, sarana dan prasarana, pelaksanaan proses administrasi dan
dokumentasi penggunaan B3 non limbah di Rumah Sakit.
2. RS PKU Muhammadiyah Cepu wajib memiliki minimal satu orang tenaga ahli madya
kesehatan lingkungan yang berfungsi sebagai penanggung jawab sanitasi Rumah Sakit
serta menyusun dan menjalankan Program Sanitasi Rumah Sakit menyusun Panduan
Bahan Berbahaya dan Beracun.
3. Penanggung jawab sanitasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap pencatatan,
pelaporan dan dokumentasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
4. Kewajiban seluruh karyawan RS PKU Muhammadiyah Cepu wajib memahami mengenai
jenis dan simbol B3 dan bagaimana perlakuan yang tepat terhadap bahan tersebut.
5. Manajemen RS PKU Muhammadiyah Cepu mendukung penuh langkah-langkah yang
dilakukan dalam rangka melaksanakan pengelolaan limbah B3 yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
6. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan penggunaan B3 secara umum dilaksanakan
oleh Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu.

3
Pasal 3

1. Peraturan Direktur ini dibuat untuk dilaksanakan dalam upaya untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi di RS PKU Muhammadiyah Cepu
2. Peraturan Direktur ini berlaku mulai tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Cepu

Pada tanggal : 17 Ramadhan 1443H

Juni 2022

Direktur RS PKU Muhammadiyah Cepu

dr. Achmad Budhy Karyono, MMKes

NBM. 881948

4
LAMPIRAN I

PERATURAN DIREKTUR

RS PKU MUHAMMADIYAH CEPU

NOMOR 032/PRN/IV.6.AU/A/07/2022
TENTANG PANDUAN PELAYANAN SANITASI
LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH CEPU

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan


masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Rumah Sakit merupakan salah satu upaya peningkatan
kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktek dokter yang juga ditunjang
oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur,
laundry, pengolahan sampah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Kegiatan rumah sakit mememiliki potensi penyimpanan dan penggunaannya mungkin


menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengenalan
terhadap jenis-jenis bahan berbahaya dan beracun serta pemberian label supaya tidak
terjadi kejadian yang tidak diharapkan pada kecelakaan kerja ataupun orang yang berada di
lingkungan rumah sakit.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum.
Meningkatkan mutu kesehatan lingkungan yang berkualitas dan berperan aktif
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Cepu.

5
2. Tujuan Khusus.
a. Mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, radioaktivitas maupun sosial
b. Melindungi sumber daya manusia rumah sakit, pasien pengunjung dan
masyarakat sekitar rumah sakit dari faktor resiki ingkungan
c. Mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN.
Adapun ruang lingkup Sanitasi Lingkungan khusus untuk limbah sebagai berikut :
1. Pengelolaan limbah medis.
2. Pengelolaan Limbah non medis.
3. Pengelolaan Limbah B3 ( Bahan Berbahaya Beracun )
4. Limbah farmasi.
5. Limbah sitotoksis.
6. Limbah radioaktif.
D. LANGKAH-LANGKAH PELAYANAN SANITASI LINGKUNGAN
Langkah-langkah yang dikerjakan oleh bagian Sanitasi Lingkungan khususnya B3 ( Bahan
Berbahaya Beracun ) sebagai berikut :
1. Identifikasi Limbah B3 meliputi jenis limbah, karakteristik limbah, sumber, volume,
cara pewadahan , cara pengankutan dan cara penyimpanan.
2. Tahapan penanganan pewadahan dan pengangkutan limbah B3 di ruangan sumber.
3. Pengurangan dan pemilihan limbah B3.
4. Penyimpanan sementara limbah B3.
5. Pengangkutan limbah B3.
6. Pengolahan limbah B3.
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Bahan - bahan berbahaya adalah bahan - bahan yang selama pembuatannya,
pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunaannya mungkin
menimbulkan atau membebaskan debu - debu, kabut, uap - uap, gas - gas, serta
atau radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi, kebakaran, ledakan,
korosi, mati lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain, dalam jumlah yang mungkin
menimbulkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau
menyebabkan kerusakan barang - barang atau harta benda.

6
2. Bahan - bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil
berbahaya bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan-bahan demikian
dipergunakan, diolah dan dipakai serta dihasilkan oleh pekerjaan.
3. Bahan berbahaya dan beracun, disingkat B3, adalah suatu kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
makhluk hidup lain.
4. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses pengadaan bahan
berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh instalasi farmasi Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kebutuhan pengguna (user).
5. Material Safety Data Sheet atau lembar data pengaman ( MSDS / LDP ) adalah
lembar petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus yang
berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan berbahaya. MSDS
ini dikeluarkan oleh pabrik atau supplier .
6. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan yang
dilakukan oleh Instalasi Farmasi dengan maksud menjamin agar bahan - bahan
tersebut tidak bereaksi dengan bahan - bahan lain serta memenuhi syarat - syarat
penyimpanan.
7. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan - bahan berbahaya dan
beracun ke lingkungan yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
8. Penanggulangan adalah upaya penanganan suatu bahan - bahan berbahaya dan
beracun agar bahan - bahan tersebut tidak menimbulkan bahaya.
9. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses pengadaan bahan
berbahaya dan beracun yang dilaksanakan dua pintu yaitu Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dan Logistik umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berdasarkan
kebutuhan pengguna (user).
10. Material Safety Data Sheet(MSDS) atau Lembar Data Pengaman (LDP) adalah
lembar petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus, yang
7
berhubungan dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan berbahaya. MSDS
ini dikeluarkan oleh pabrik atau supplier.
11. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan
yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi dengan maksud menjamin agar bahan-bahan
tersebut tidak bereaksi dengan bahan lain serta memenuhi persyaratan
penyimpanan.
12. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan-bahan berbahaya dan
beracun ke lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
13. Penanggulangan adalah upaya penaganan suatu bahan-bahan berbahaya dan
beracun agar bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan bahaya.

8
BAB II

TANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Dalam upaya mempersiapkan tenaaga Sanitasi Lingkungan perlu kiranya
melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat
bagi organisasi. Perencanaan bertujuan untuk memepertahankan dan meningkatkan
kemampuan organisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengenbangan
kontribusi. Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Umum PKU Muhammadiyah Cepu sebagai berikut :
NAMA JABATAN KUALIFIKASIFORMAL TENAGA YANG DIBUTUHKAN

Koordinasi Sanitasi D 3 Kesehatan 1


Lingkungan

Kualifikasi tenaga yang bekerja di Sanitasi Lingkungan tugasnya bertanggung jawab


terhadap seluruh kegiatan Sanitasi Lingkungan di Rumh Sakit.
A. Uraian tugas
1) Mengarahkan semua aktifitas staf yang berkaitan dengan B3 ( Bahan
Berbahaya Beracun ) di rumah sakit.
2) Mengarahkan semua aktifitas terkait B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun )
bagi perawatan pasien di rumah sakit.
3) Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri atau personel
lain demi kemajuan Sanitasi Lingjungan khususnya di B3 ( Bahan Berbahaya
Beracun ).
4) Menentukan metode yang tepat dan efektif bagi pelayanan Sanitasi
Lingkungan khususny di B3 ( Bahan Berbahya Beracun )
5) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerja sama dalam mewujudkan
mutu pelayanan pengelolaan B3 ( Bahan Berbahaya Beracun ) .
6) Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program B3 ( Bahan
Berbahaya Beracun ).

9
B. Kualifikasi tenaga
1) Minimal pendidikan D3 kesehatan
2) Mendapat pelatihan tambahan tentang B3 ( Bahan Berbahan Berbahaya )
3) Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
4) Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.
B. STATUS KESEHATAN
Seluruh tenaga yang bekerja di Sanitasi Lingkungan diharapkan:
1. Sehat jasmani dan rohani.
2. Tidak pernah menderita atau sedang menjalani proses pengobatan TB pada setahun
terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencangkup data fisik dan X-ray untuk penyakit
paru.
4. cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami
selama bekerja di laundry seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, infeksi mata dan tertusuk jarum minimal setahun sekali.
C. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Semua petugas yang ada di Sanitasi Lingkungan harus mampu melakukan kegiatan nya,
jumlah tenaga Sanitasi Lingkungsn RS PKU Muhammadiyah Cepu berjumlah 1 sebagai
Koordinator.
D. PENGATURAN JAGA
Pembagian jaga di unit Sanitasi Lingkungan masuk jam 07.00 sampai jam 14.00 WIB.

10
BAB III STANDAR

FASILITAS

A. Sarana Fisik
Sarana fisik Sanitasi Lingkungan khusus B3 ( Bahan Berbahaya Beracun ) terbagi
beberapa antara lain TPS ( tempat pembungan akhir ) B3 yang terdiri dari:
1. Lemari pendingin ( coldstroge )
2. Timbangan.
3. Wilbin / bak sampah medis
4. Kotak P3K
B. Prasarana
1. Prasarana Air
Air yang digunakan untuk proses pengisian tabung chlorine dan tawas menggunakan
air bersih.
2. Standar Air
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai satandar air bersih berdasarkan
PerMenKes No 416 Tahun 1992 dan standar khusus bahan kimia dengan penekanan
tidak adanya:
a. Hardness – Garam (Calcium, Carbonat, dan Chloride) Standar baku mutu: 0-
90ppm
1) Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalansebagaiman seharusnya.
2) Efek pada linen dan mesin
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu- abuan dan linen
warna akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak, sehingga dapat
menyumbat saluran-saluran air danmesin.
b. Iron – Fe (besi)
Standar baku mutu: 0-0,1ppm

1) Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan kimia, dan
proses pencucian.
2) Efek pada linen dan mesin

11
Linen putih akan menjadi kekuning-kuningan dan linen warna akan cepat
pudar. Mesin cuci akan berkarat. Kedua polutan tersebut tersebut
mempunyai sifat alkali, sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran
tersebut akan dilakukan proses penetralan pH.

12
BAB IV

TATA LAKSANA PENGELOLAAN LIMBAH B3

A. Penggolongan
1. Bahan-bahan berbahaya
Bahan-bahan berbahaya digolongkan sebagai berikut:

a. Bahan yang dapat terbakar.


Bahan-bahan ini biasanya dikelompokkan lagi menjadi bahan yang dapat terbakar,
bahan yang mudah terbakar dan bahan yang terbakar spontan di udara. Tingkat
bahayanya ditentukan oleh titik leburnya, makin rendah titik leburnya makin
berbahaya bahan tersebut. Titik lebur suatu cairan adalah suhu yang terdapat
pada cairan menyebabkan terbentuknya uap dengan cukup cepat dalam
campuran udara yang dekat permukaan atau di dalam bejana yang dipergunakan
untuk wadah. Cairan-cairan dengan titik lebur rendah harus dipergunakan dengan
penuh kewaspadaan atau tidak dipergunakan sama sekali.

b. Bahan-bahan beracun.
Bahan-bahan ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut menurut sifat-sifat khususnya
seperti debu-debu yang berbahaya, debu-debu beracun melalui kontak kulit,
berbahaya jika termakan atau terminum atau terhirup, tertelan, gas-gas beracun,
uap-uap yang berbahaya dan bahan-bahan yang kontak dengan air atau asam
atau pada pengaruh bahan-bahan lain.

c. Bahan-bahan beracun.
Bahan-bahan beracun banyak terdapat dalam bentuk padat, cair, gas, uap, kabut,
awan dan asap. Keracunan terjadi sebagai akibat penghirupan melalui kulit.
Organ-organ yang dikenai bergantung jenis racun, jalan masuk ke dalam tubuh,
sifat kimiawi bahan - bahan dan factor - faktor pada tenaga kerjanya. Keracunan
dapat terjadi mendadak (akut) dan menahun (kronis) tergantung dari hubungan
dosis dan waktu. Sebab-sebab keracunan pada umumnya digolongkan sebagai
berikut :

13
a. Racun - racun logam dan persenyawaannya yaitu timah hitam, air raksa, arsen,
mangan, nikel dan krom serta persenyawa-persenyawanya.
b. Racun - racun metaloid dan persenyawaannya seperti fosfor,sulfur dan lain-lain
serta persenyawaannya.
c. Racun - racun bahan organik seperti derivate-derivate ter, arang batu, halogen,
hidrokarbon, alkohol, ether, aldehid, keton, insektisida, fosfor organik dan lain-
lain.
d. Racun - racun gas seperti asam sianida, asam sulfide dan karbonmonoksida
B. Pengadaan

1. Pengadaan barang atau bahan berbahaya, beracun, dan beresiko adalah


bahan kimia berbahaya, obat-obatan berbahaya, dan gas berbahaya, harus
melibatkan unit terkait ( Logistik medis dan Logistik Non Medis ) sebagai
penanggung jawab.
2. Pengadaan barang atau bahan berbahaya harus menyerahkan Surat Pesanan
RS PKU Muhammadiyah Cepu kepada distributor / pabrik / rekanan / supplier
resmi yang ditunjuk perusahaan.
3. Pihak rekanan/pabrik/distributor/supplier yang menyediakan bahan
berbahaya, beracun, dan beresiko, harus memberikan informasi tertulis
(Lembar data pengaman/MSDS) yang berisi tentang spesifikasi bahan (sifat
fisika/kimia), cara penyimpanan, resiko paparan, serta prosedur
penanggulangan bila terjadi kontaminasi.
4. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi kecelakaan kerja, unit terkait
harus segera melaporkan kejadian kepada Direktur Rumah Sakit melalui Tim
K3RS PKU Muhammadiyah Cepu.
C. Ketentuan Penyimpanan Bahan Berbahaya dan beracun (B3)
1. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan Simbol dan label B3 (Label isi, safety,
resiko bahaya) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama.
2. Letak yang jauh dari sumber tenaga, jalan raya, maupun bangunan lain.
3. Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, dan tidak mudah
terbakar.

14
4. Isolasi dari material/bahan reaktif lain, bahan tetap kering, tidak terkena sinar
matahari langsung.
5. Ruang penyimpanan sejuk, berventilasi baik dan bebas dari kelembapan.
6. Tersedia alat pemadam api APAR.
7. Tersedia label bahan berbahaya dan rambu-rambu peringatan bahaya.
8. Tersedia wastafel atau kran air yang selalu mengalir.
9. Tersedia alat-alat kebersihan dan spill kit B3 ( Pembatas, Kacamata, Sarung
tangan, Masker, Kain, Spuit, Plastik kuning )
D. Tata cara penyimpanan B3 berdasarakan sifat dan karakteristik bahan
1. Bahan mudah terbakar.
a. Simpan ditempat sejuk, jauh dari panas dan api, ditempatkan dalam wadah
tertutup rapat.
b. Dilarang merokok atau membuat api terbuka dan bunga api di hazard area.
c. Beri tanda peringatan dilarang merokok dan cairan mudah terbakar.
2. Bahan cair korosif.
a. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terbuat dari plastic.
b. Beri tanda korosif.
Bahan Iritan. Tata cara penyimpanan B3 berdasarakan sifat dan karakteristik
bahan
3. Bahan mudah terbakar.
d. Simpan ditempat sejuk, jauh dari panas dan api, ditempatkan dalam wadah
tertutup rapat.
e. Dilarang merokok atau membuat api terbuka dan bunga api di hazard area.
f. Beri tanda peringatan dilarang merokok dan cairan mudah terbakar.
4. Bahan cair korosif.
c. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terbuat dari plastic.
d. Beri tanda korosif.
5. Bahan Iritan.
a. Simpan ditempat sejuk, jauh dari panas dan api, ditempatkan dalam wadah
tertutup rapat.
b. Beri tanda Iritan.

15
6. Bahan beracun.
a. Simpan ditempat sejuk, jauh dari panas dan api, ditempatkan dalam wadah
tertutup rapat.
b. Beri tanda Beracun.
7. Bahan berbahaya.
a. Simpan ditempat sejuk, jauh dari panas dan api, ditempatkan dalam wadah
tertutup rapat.
E. Kewajiban Penyedia Atau Pemasok B3
Menurut Peraturan Menteri RI No 74 Tahun 2001 tentang pengelolaan B3 pasal 11,
Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet ) dan pengadaan atau
pembelian B3 di RS PKU Muhammadiyah Cepu harus di sertai data sebagai berikut :
a. Merek Dagang.
b. Rumus Kimia B3.
c. Teknik Penyimpanan.
d. Tugas Tata cara penyimpanan bila terjadi kecelakaan.
Lembar Data keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet)dapat diperbanyak dengan
cara menggandakan lembar data keselamatan bahan MSDS sesuai dengan kebutuhan.
Pemberian simbol dan label pada setiap kemasan B3 yang ada di RS PKU Muhammadiyah
Cepu dimaksud untuk mengetahui klasifikasi B3 sehingga pengelolaanya bisa dilakukan
dengan baik guna mengurangi resiko yang dapat di timbulkan dari B3. Ketentuan tentang
cara pengemasan, pemberian simbol dan label yang akan ditetapkan oleh Kepala Instalasi
yang bertanggung jawab di sesuiakan dengan undang–undang. Contoh pemberian label B3
yang ada di Unit Cleaning Servis sebagai berikut :
Nama Obat : Alkohol 70%
Tgl. Dibuka :
Tgl ED :

16
F. SIMBOL DAN LABEL B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan-tulisan


peringatan pada wadah untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan esensial.
Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja biasanya mempraktekkan usaha ,
biasanya tenaga kerja yang mengolahnya belum mengetahui sifat bahaya bahan tersebut.
Oleh karena itu pemberian keterangan, label dan tanda pada bahan tersebut sangatlah
penting.
A. Simbol B3

MUDAH TERBAKAR
IRITAN

BERACUN
BERBAHAYA

BAHAYA BAGI LINGKUNGAN KOROSIF

17
G. Ketentuan pemasangan simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik bahan yang
dikemasnya atau diwadahinya;
2. Simbol dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan
mudah dilihat;
3. Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum
kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa bahan berbahaya dan beracun;
dan
4. Kemasan yang telah dibersihkan dari B3 dan akan dipergunakan kembali untuk
mengemas B3 harus diberilabel “KOSONG”
H. Ketentuan Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Tiap limbah baik karena rusak, pecah,kadaluarsa maupun sisa hasil proses yg tidak
digunakan harus dibuang tempat sampah khusus B3.
2. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD.
3. Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang dihasilkannya paling lama 7
(tujuh) hari sebelum menyerahkannya kepada pihak ke tiga.
4. Limbah B3 yang terdapat didalam TPS B3 RS PKU Muhammadiyah Cepu dikirim ke
pihak ketiga PT PRIA ( Putra Restu Ibu Abadi ) yang telah mendapat ijin untuk
melakukan pengolahan limbah B3 dari BLH.
5. Dalam pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun disertai dengan bukti
dokumen pembuangan limbah B3.
I. Penanggulangan supaya tidak terjadi kecelakaan.
1. Bahan cair mudah terbakar.
a. Bila terbakar segera matikan api dengan APAR.
b. Bila terkena luka dan terasa panas segera cuci dengan air bersih mengalir.
2. Bahan cair korosif.
a. Gunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kacamata pelindung).
b. Bila terkena mata dan kulit segera cuci dengan air sampai pedih dan gatal hilang.
c. Bila terhirup dan terasa sesak, segera bawa ke daerah yang berhawa segar, jika
perlu beri pernafasan dengan oksigen.
d. Bila terkena pakaian, segera cuci pakaian tersebut samapi bersih

18
J. Penanganan tumpahan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Penanganan tumpahan B3 menggunakan spill kit adalah :
a. Identifikasi/Kenali lokasi terjadinya tumpah, jumlah bahan yang tumpah,
b. Pastikan penggunaan Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, apron, kaca
mata)
c. Cegah tumpahan meluas dengan menggunakan cairan klorin yang disemprotkan
pada tumpahan B3, lalu diseka dengan lap bersih
d. Buang tumpahan B3 ke tempat pembuangan sampah B3
e. Bersihkan bekas tumpahan bahan kimia di area kerja dengan air, sabun detergen,
atau pembersih lain yang sesuai dengan bahan pengotornya
f. Simpan alat bantu dan material kerja setelah semua proses selesai ke dalam
spillkit B3.
2. Penanganan terpapar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada kulit
a. Penanganan bila terjadi Kontaminasi Bahan-bahan Berbahaya pada Kulit dan
Rambut
1) Membawa segera pekerja yang terkontaminasi menuju sumber air terdekat
dan lepaskan seluruh pakaian yang menutup bagian yang terkontaminasi.
2) Membasahi atau menyiram pekerja yang terkontaminasi dengan air (bila
mungkin air mengali ratau air pancuran atau shower), lihat petunjuk gambar
3) Membersihkan kontaminasi dengan sabun jika ada
4) Mempergunakan sarung tangan atau baju pelindung untuk melindungi diri
dari kontaminan bahan kimia yang dibersihkan
5) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke poli rawat jalan atau Instalasi
Gawat Darurat bila memerlukan pertolongan medis
6) Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Panitia K-3 RS
3. Panduan penanganan terpapar B3 pada mata
a. Penanggulangan bila terjadi kontaminasi bahan-bahan berbahaya pada
pekerja, bila terkena mata :
1) Membaringkan dan memposisikan pekerja yang terkontaminasi dengan
posisi kepala menengadah dan miring ke arah mata yang terkontaminasi
2) Membersihkan segera bahan kimia yang mengenai mata dengan sejumlah
air yang dingin dan bersih selama 15 – 20 menit
19
3) Memastikan air yang di siram menjauhi muka dan tidak mengenai mata
sebelahnya
4) Memastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal ketika menyiram di
sekitar kulit, alis dan kelopak mata
5) Memastiakan pekerja yang terkontaminasi tidak menggosok matanya.
6) Membawa pekerja yang terkontaminasi ke Poli rawat jalan dan Instalasi
Gawat Darurat bila memerlukan pertolongan medis
7) Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke Panitia K-3 RS
b. Petunjuk Gambar Membersihkan Mata dengan air Shower

20
Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang ada di RS PKU Muhammadiyah
Cepu adalah sebagai berikut :
NO RUANG NAMA B3 KATAGORI B3 FUNGSINYA JUMLAH SIMBOL

Untuk 5-10
1 Logistik farmasi 1. H2O2 50 % Korosif
pemutih botol

Untuk 5-10
2. Formalin Beracun,Iritant
pengawet botol

Untuk
4. Alkohol 70 % Mudah terbakar 10 botol
antiseptik

Untuk
5. Alkohol 95 % Mudah terbakar 10 botol
disinfektan

Untuk
membersihkan
6. Poli aid Beracun,Iritant 1-3 botol
alat – slat
instrument

21
Untuk
7. Povidon Iodine Beracun 10 buah
antiseptik

Untuk
8.Handrub Mudah terbakar mencuci 1 botol
tangan

Untuk
1. Pengharum
2 Logistik umum Beracun mengharumka 12 buah
ruangan otomatis
n ruang

Untuk cucui
2. Handrub Mudah terbakar 1 jerigen
tangan

3. Tinta computer Untuk mengisi 10 botol


botol cartridge
Beracun
4. Tinta computer Untuk mengisi
20 packs
injeksi cartridge

Untuk
memberi
5. Baterai A2 dan A4 Beracun 2 dus
energy pada
mesin

Untuk
6. Clorine Beracun 2 jerigen
desinfektan

22
Untuk
3 IGD 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 2 jerigen
antiseptic

Untuk
membersihkan
2. Poli aid Irritant, beracun 1 jerigen
alat-alat
instrumen

Untuk
pemutihan
3. H2O2 3% Korosif 4 botol
dan antiseptic
pada luka

Untuk cuci
4. Handrub Mudah terbakar 1 liter
tangan

Untuk
5. Pengharum
Beracun. mengharumka 1 buah
ruangan semprot
n ruang

Untuk
mencegah
6. Insectisida spray Beracun. 1 buah
hama/serangg
a

23
Untuk
7. Povidon Iodine Beracun. 1 botol
antiseptik

Untuk
4 Laboratorium 1. One clean Beracun 1 botol
antiseptik

Untuk bahan
2. Formalin Beracun 1 botol
pengawet

Untuk
3. Hemolinac 3 2 botol
Beracun pengenceran
4. Hemolinac 5 darah 4 botol

Untuk
Beracun, iritant,
5. Lyse pengenceran 1 botol
mudah terbakar
reagen

Untuk
6. As Trichlor Asebit Korosif,iritant 1 botol
antiseptik

24
7. Alkohol 70 % Untuk 1 botol
Antiseptic
Mudah terbakar 2 botol
Untuk
8. Alkohol 95 % 2 botol
Desinfektan

Untuk
9. Pengharum
Beracun mengharumka 2 buah
ruangan spray n ruang

Untuk
10. Cling Iritant membersihkan 1 buah
kaca

Untuk
11. Baygon Beracun membasmi 1 buah
serangga

Untuk
5 Radiologi 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 2 botol
antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Beracun
tangan

25
Untuk
6. Hemodialisa 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 4 botol
antiseptic

Untuk cuci
2. Hand soap Iritant 1 botol
tangan

Untuk cuci
3. Handrub Beracun 3 botol
tangan

Untuk
7 Poli Bedah 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 2 botol
antiseptic

Untuk
membersihkan
2. Poli aid Beracun, Iritant 1 botol
alat-alat
instrumen

Untuk
3 . Povidon Iodine Beracun 1 botol
antiseptic

Untuk
4. H2O2 3 % Korosif pemutih dan 1 botol

antiseptic

26
pada luka

Untuk
5. Primasept Irritant 1 botol
antiseptic

Untuk cuci
6. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
8 Poli Fisioterapi 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 1 botol
antiseptic

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
9 Poli Gigi 1. Alkohol 70% Mudah terbakar 2 botol
antiseptic

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk steril
3.Saflon step one
Beracun,irritant alat yang 1 botol
pro spray
disemprot

27
Untuk steril
4. Saflon step one
Beracun alat yang 1 botol
pro klasik
direndam

Untuk cuci
10 Kasir 1. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
11 Wijaya K 1. Dettol Korosif. 1 botol
desinfektan

Untuk
2. Alkohol 70% Korosif,Iritan 2 botol
antiseptik

Untuk
mencegah
3 Insectisida spray Beracun 1 buah
hama/serangg
a

Untuk
4. Pengharum
Beracun mengharumka 2 buah
ruangan spray
n ruang

28
Untuk
5.Aqua Soundgel Beracun melembabkan 1 buah
kulit

Untuk
12 Poli Anak 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 1 buah
antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk
3 Poli aid Beracun, Iritan. membersihkan 1 buah
alat instrumen

Untuk
13 Poli Kandungan 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 1 buah
antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk
1 buah
3 Poli aid Beracun, Iritant membersihkan
alat instrumen

29
Poli Penyakit Untuk
14 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 1 buah
dalam antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk
3. Poli aid Beracun, Iritant membersihkan 1 buah
alat instrumen

Untuk
15 Poli Syaraf 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 1 buah
antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk
3. Poli aid Beracun, Iritant membersihkan 1 buah
alat instrumen

30
Untuk
16 Poli umum 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 1 buah
antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk
3. Poli aid Beracun, Iritant membersihkan 1 buah
alat instrumen

Kantor Untuk cuci


17 1. Handrub Mudah terbakar 1 buah
keuangan tangan

Untuk mengisi
2. Tinta Computer Beracun 1 buah
cartrid

Untuk
3. Pengharum Beracun,bahaya bagi
mengharumka 1 buah
ruangan spray lingkungan
n ruangan

31
Untuk cuci
18 Rekam medis 1. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk mengisi
2. Tinta Computer Beracun 1 botol
cartrid

Untuk
19 RJ 1 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 3 botol
antiseptik

2.
Untuk
Primasept/enzymati Korosif,Iritan 1 botol
desinfektan
k

Untuk cuci
3. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
4. Povidon Iodine Beracun 1 botol
antiseptic

32
Untuk
mengirimkan
5. Ultrasound gel Beracun gelombang 1 botol
suara ke
dalam tubuh

Untuk
6. Pengharum Beracun,bahaya bagi
mengharukan 1 botol
ruangan spray lingkungan
ruangan

Untuk
menghantarka
7 Signa gel Beracun 1 botol
n panas pada
usg

1. Alkohol 70 % Untuk 3 botol


20 RJ II Mudah terbakar
2. Alkohol 90% antiseptik 3 botol

Untuk
3. Enzymatic Korosif,Iritan 2 botol
desinfektan

33
Untuk cuci
4. Handrub Mudah terbakar 1 buah
tangan

Untuk
5 Cairan Pel Beracun 1 buah
desinfektan

Untuk
5. Povidon Iodine Beracun 2 buah
antiseptic

Untuk
Beracun,bahaya bagi mencegah
6. Insectisida spray 1 buah
lingkungan muncul hama
/ serangga

Untuk
7. Pengharum Beracun,bahaya bagi
mengharukan 1 buah
ruangan spray lingkungan
ruangan

34
Untuk
21 VIP 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 5 botol
antiseptik

Untuk
2. Enzymatic Korosif,Iritan 1 botol
desinfektan

Untuk cuci
3. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
4. Povidon Iodine Beracun
antiseptic

Untuk
Beracun,bahaya bagi mencegah
5. Baygon 1 botol
lingkungan munculnya
serangga

Untuk
6. Pengharum Beracun,bahaya bagi
mengharumka 2 botol
ruangan spray lingkungan
n ruangan

35
Untuk
8. Poli aid Beracun , Iritant membersikan 1 botol
alat instrumen

Untuk
22 ICU 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 3 botol
antiseptik

Untuk cuci
2. Handsoap Iritant,beracun 1 botol
tangan

Untuk cuci
3. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
4 Antiseptic Beracun memperlamba 1 botol
t bakteri

36
Untuk
Beracun,bahaya bagi desinfektan
5. Anyosime 1 botol
lingkungan instrument
medis

Untuk
6. Poli aid Beracun membersihkan 1 botol
alat instrumen

Untuk
7. Pengharum
Beracun mengharumka 2 buah
ruangan spray
n ruangan

Untuk
23 OK 1. Formalin Beracun,irritant. 2 botol
pengawet

Korosif,iritant,beracu Untuk
2. Primasept 1 jerigen
n antiseptic

37
3. Gygacept Korosif, Irritant, Untuk 2

4. Gygazym beracun antiseptik 2

Untuk
5. Povidon Iodine Beracun 6
antiseptic luka

Untuk
6. Insectisida spray Beracun menghambat 1
serangga

Untuk
7. Pengharum
Beracun mengharumka 1
ruangan spray
n ruangan

8. Alkohol 70 % Untuk 3
Mudah terbakar
9. Alkohol 95% antiseptik 3

38
Untuk
10. Poli aid Beracun, Iritant membersihkan
alat instrumen

Untuk
11. Isoflurane ( membius
Beracun, Iritant 1
Aerrane) pasien saat
oprasi

Untuk
membius
12. Sevoflurane Beracun, Iritant pasien 1
sebelum
oprasi

Untuk
24 PERI 1. Alkohol 70 % Mudah terbakar 3 botol
antiseptik

2. Enzymatic Korosif,Iritan 1

39
Untuk cuci
3. Handrub Mudah terbakar 1
tangan

Untuk
4. Povidon Iodine Beracun antiseptic 1
pada luka

Untuk
5. Pembasmi Beracun,bahaya bagi menghambat /
1
serangga spray lingkungan mencegah
serangga

Untuk
7. Pengharum
Beracun mengharukan 1
ruangan spray
ruangan

Untuk
Bahaya bagi
8.Pembersih kaca membersihkan 1
lingkungan
kaca

Untuk cuci
25 R. IPAL 1. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
2. Kaporit Korosif menghilangka 50 tablet
n bau

40
Untuk
Bahaya bagi
3 Tawas menjernihkan
Lingkungan
1/2 l

Untuk
1. Pembersih
26 Instalasi Gizi Mudah terbakar membersihkan 1
kompor
kompor

Untuk
2 Sabun cuci piring Beracun 6
mencuci piring

Untuk
3 Pembasmi menghambat
Beracun 1
serangga spray tumbuh y
gedung baru

Cairan mudah Untuk


27 R. Anak 1. Alkohol 70 % 2 botol
terbakar antiseptik

Untuk cuci
2. Handrub Mudah terbakar 1 botol
tangan

Untuk
menghambat
3 Baygon Beracun 1 buah
munculnya
serangga

41
Untuk
4 stela Beracun mengharukan 1
ruangan

Untuk
Penetral cucian ( Beracun, bahaya bagi
28 Laundry menetralkan 4 jerigen
Neutralizer ) lingkungan
kain berwarna

Beracun, bahaya bagi Untuk noda


Oxgient Bleach 4 jerigen
lingkungan membandel

Untuk
Beracun, bahaya bagi
Alkali (sodium membasmi 4 jerigen
lingkungan
noda miyak

42
Untuk
Pewangi Beracun mengharumka 1 jerigen
n loundry

29 Cleaning service Stella Beracun Untuk


mengharumka 5 buah
n ruangan

Untuk
mencegah
Baygon Beracun 5 buah
munculnya
serangga

Untuk
mengurangi
Pembersih Debu Beracun 2 jerigen
debu pada
lantai

Untuk
Obat pel Beracun 2 jerigen
desinfektan

Untuk
Cling Beracun membersihkan 2 jerigen
kaca

Untuk
Desinfektan Beracun menghambat 12 pasch
bakteri

43
Untuk
Pembersih prostek /
Beracun membersihkan 12 pasch
oxsiblek
kerak

44
BAB V

LOGISTIK

A. Perencanaan Kebutuhan Sanitasi Lingkungan khususnya B3 (Bahan Berbahaya Beracun)


1. Perencanaan kebutuhan Rumah Sakit sesuai dengan standar kebutuhan yang
ditetapkan.
2. Sanitasi Lingkungan menulis surat ke bagian apotik yang dibutuhkan tentang B3.
3. Sanitasi Lingkungan merekap kebutuhan yarg berkaitan tentang B3 baru selanjutnya
kebutuhan di ajukan ke pengadaan jika persediaan stock B3 kurang.
B. Permintaan ruang baru untuk TPS B3
1. Setiap permintaan baru ruangan harus mengetahui dan disetujui oleh pengadaan
apotik.
2. Kemudian permintaan di ambil ke apotik.
C. Logistik Atau Bahan Bahan Berbahaya yang ada di RS PKU Muhammadiyah Cepu
antara lain :
1. Alkohol.
2. Poliaid.
3. Chlorine.
4. Oxsiblek.
5. Pewangi.
6. Batrai bekas.
7. Lampu TL bekas.
8. Oli bekas.
9. Axi bekas.

45
BAB VI

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
khususnya pasal 23 tentang kesehatan kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, menyatakan bahwa kesehatan kerja harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari
sepuluh.

Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya. Sesuai dengan fungsi sarana kesehatan tersebut, semua pekerja di Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya potensial yang
bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya akan menurunkan
produktivitas kerja.

Pada hakekatnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas kerja,


beban kerja dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di


semua lapangan kerja setinggi-tinginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

46
B. Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja
Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri dari atas:

1. Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di


semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor- faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
2. Kapasitas Kerja Dan Beban Kerja.
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga kompenen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Kapasitas
kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja, serta kemampuan fisik yang
prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara
optimal.Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja yang prima merupakan modal awal
seseorang untuk mencapai produktivitas yang diharapkan.Kondisi awal seseorang
untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, kebugaran
jasmani dan kesehatan mental.
3. Lingkungan Kerja Dan Penyakit Kerja Yang Ditimbulkannya
Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat menunjukkan
terdapat kesenjangan antara pengetahuan tentang bagaimana bahaya-bahaya
kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya, antara kognisi dan
emosi. Misalnya alat pelindung kerja yang tidak digunakan secara tepat oleh pekerja
47
Rumah Sakit dengan kemungkinan terpajan melalui kontak langsung atau tidak
tersedianya pelindung.Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal
yang penting adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan, upaya
perlindungan dan penanggulangan dan di evaluasi, kemudian dilakukan
pengendalian.
C. Potensi Bahaya pada B3
1. Bahaya Mikrobiologi
Bahaya Mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri, virus, ricketsia, parasit dan
jamur.Petugas pencucian yang menangani linen kotor senantiasa kontak dengan
bahan dan menghirup udara yang tercemar kuman patogen. Penelitian
bakteriologis pada instalasi pencucian menunjukkan bahwajumlah total bakteri
meningkat 50 kali selama periode waktu sebelum cucian mulai
diproses.Mikroorganisme tersebut adalah :

a. Mycobakerium tuberculosis
1) Mycobakerium tuberculosis adalah mikroorganisme penyebab
tuberculosis dan paling sering menyerang paru-paru (± 90 %).
Penularannya melalui percikan atau dahak penderita.
2) Pencegahan :
a) Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas Rumah Sakit
terhadap penyakit TBC dan penularannya.
b) Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam ruangan
instalasi pencucian.
c) Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai SOP.
d) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap
bahan dan alat yang digunakan.
e) Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerjaan
sesuai SOP.
b. Virus Hepatitis B
1) Selain manifestasi sebagai hepatitis B akut dengan segala komplikasinya.
Lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi dalam bentuk sebagai

48
pengidap (carrier) kronik, yang dapat merupakan sumber penularan bagi
lingkungan.
2) Penularan dapat melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
3) Pencegahan :
a) Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas Rumah Sakit
terhadap penyakit hepatitis B dan penularannya.
b) Memberikan vaksinasi pada petugas.
c) Menggunakan APD sesuai SOP.
d) Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap
bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila terkena bahan
infeksi.
e) Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerja sesuai
SOP.
2. Bahaya Bahan Kimia
a. Debu
1) Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri.
2) Efek kesehatan Mekanisme penimbunan debu dalam paru-paru dapat
terjadi dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
masuk ke dalam paru-paru. Partikel debu yang dapat masuk ke dalam
pernapasan mempunyai ukuran 0,1-10 mikron. Pada pemajanan yang lama
dapat terjadi pneumoconiosis, dimana partikel debu dijumpai di paru-paru
dengan gejala sukar bernapas.Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat
linen/kapas disebut bissinosis.
3) Pengendalian
a) Pencegahan terhadap sumber diusahakan agar debu tidak keluar dari
sumbernya dengan mengisolasi sumber debu.
b) Memakai APD sesuai SOP
c) Ventilasi yang baik
d) Dengan alat local exhauster
b. Bahaya bahan kimia
1) Sebagian besar dari bahaya di RS diakibatkan oleh zat kimia. Bahan kimia
yang dipakai adalah : detergen, Chlorine bleach, softener, alkohol
49
2) Penanganan zat-zat kimia di RS yaitu ;
a) Pertolongan pertama
i. Mata : cuci secepatnya dengan air banyak-banyak.
ii. Kulit : cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian yang
terkontaminasi.
iii. Terhirup : pindahkan dari sumber.
iv. Tertelan : cuci mulut, minum satu atau dua gelasair atau susu.
b) Pertolongan selanjutnya : dengan mencari pertolongan medis tanpa
ditunda.
c) Tindakan pencegahan :
i. Kontrol teknis, gunakan ventilasi exhaust peralatan pernapasan
sendiri.
ii. Memakai APD.
iii. Penyimpanan dan pengangkutan : simpan di tempat sejuk dan

kering, jauhkan sinar matahari langsung, hindari sumber panas.


c. Listrik
1) Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada Sanitasi Lingkungan
oleh karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada
umumnya yang terjadi di Rumah Sakit adalah kejutan listrik microshok
dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui sistem peralatan yang
tidak baik.
2) Efek kesehatan
a) Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik.
b) Kaku pada otot di tempat yang tersengat listrik.
3) Pengendalian:
a) Enginering.
i. Pengukuran jaringan/instalasi listrik.
ii. NAB bocor arus 50 miliamper, 60 Hz (sakit).
iii. Pemasangan pengaman/alat pengamanan sesuai ketentuan.
iv. Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator.

50
b) Administrasi.
i. Penempatan petugas sesuai ketrampilan.
ii. Waktu kerja petugas digilir.
c) Memakai sepatu/sandal isolasi.
D. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Kecelakaan adalah kejadian yang terduga oleh Karena di belakang peristiwa
itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan.Bebarapa
bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di instalasi Pencucian.

1. Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama.Unsur-unsur tersebut
adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan panas.Bahan- bahan yang mudah
terbakar misalnya bahan yang ada pada mesin cuci.Penanggulangan dalam
menghadapi kebakaran di tempat mesin cuci antara lain:

a. Legislatif.
b. Mengacu pada UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
c. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar.
d. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan secara
terus-menerus.
e. Jalan untuk menyelamatkan diri.
Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya 2 jalan
penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran
yang terjadi, sehingga tak seorangpun terpaksa bergerak ke arah api untuk
menyelamatkan diri. Jalan-jalan penyelamat demikian harus dipelihara bersih,
tidak terhalang oleh barang- barang, cukup lebar, mudah terlihat dan diberi
tanda-tanda arah yang jelas.

f. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.

51
g. Alat-alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2 jenis:
1) Terpasang tetap di tempat.
2) Dapat bergerak atau dibawa
2. Terpeleset Atau Terjatuh.
a. Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk kecelakaan kerja
yang dapat terjadi pada instalasi pencucian.
b. Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan cedera yang
berat seperti fraktura, dislokasi, salah urat, memar otak.
c. Penanggulangan:
1) Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sel yang rusak atau memakai
tali sepatu yang longgar.
2) Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari bahan yang
tidak licin.
3) Pemeliharaan lantai :
a) Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir,
debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
b) Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau permukaannya miring
harus segera diperbaiki.

52
BAB VII KESELAMATAN

PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah keadaan dimana pasien bebas dari penularan infeksi,
cedera yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, social, penderitaan, cacat,
kematian, dan kejadian yang seharusnya tidak terjadi. Keselamatan pasien menjadi
suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih aman.

Di Sanitasi Lingkungan terutama B3 , keselamatan pasien berarti semua standar


prosedur operasional yang sudah dibuat untuk kegiatan pelayanan Sanitasi Lingkungan
terutama B3 harus di taati.

Memenuhi standar keselamatan pasien melalui pemakaian B3 ( Bahan Berbahaya


Beracun ) tanpa menimbulkan efek samping yang di timbulkan dari pengelohan B3(
Bahan Berbahaya Beracun) yang benar.

B. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit :
1) Mulai dengan membuat standar prosedur operasional (SPO) .
2) Melakukan SPO di semua segi pelayanan Sanitasi Lingkungan terutama B3 (
Bahan Berrbahaya Beracun ).
3) Mencatat dan menuliskan laporan kejadian bila terjadi kejadian yang tidak
diharapkan (KTD).
4) Kepala Instalasi bersama pihak yang terkait melakukan penyelidikan terhadap
KTD, mencari jalan keluar bila perlu merubah system, sehingga lebih baik dan
lebih aman untuk pasien, membuat tindak lanjut dan mensosialisasikan tindak
lanjut untuk dilakukan bersama dan mengevaluasi system yang baru tersebut.
5) Melaporkan Indikator keselamatan pasien setiap bulan dalam rapat kerja
bulanan dengan direksi yaitu :
a) Kejadian yang berhubungan dengan efek samping yang ditimbulkan dari
pengelolaan linen.
b) Kejadian yang berhubungan dengan satndar pengendalian infeksi (cuci

53
tangan).
c) Melakukan semua standar pengendalian infeksi.
d) Memilih chemical yang bermutu dan aman bagi linen yangdipakai pasien.
2. Standar keselamatan pasien
1) Hak pasien.
2) Mendidik pasien dan keluarga.
3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5) Mendidik petugas tentang keselamatan pasien.
6) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
7) Komunikasi merupakan kunci bagi petugas untuk mencapai keselamatan
pasien.
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.Cedera
dapat diakibat oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah.

4. KTD Yang Tidak Dapat Dicegah


Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir.
5. Kejadian Sentinel
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima,
seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.Pemilihan kata sentinel terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti amputasi pada kaki yang salah)
sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah
yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

54
6. Keselamatan Umum untuk Pasien dan Petugas
1) Mencuci Tangan
Mencuci tangan harus memperhatikan 5 moment mencuci tangan seperti:
a) Sebelum Menyentuh Pasien.
b) Sebelum tindakan aseptik
c) Setelah kontak dengan pasien.
d) Setelah kontak dengan darah dan cairan pasien.
e) Setelah kontak dengan Lingkungan Pasien.
Cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir harusdilakukan seperti:
a) Buka kran dan basahi tangan dengan air.
b) Tuangkan sabun cair 3- 5 cc untuk menyabuni seluruh permukaan
tangan sebatas pergelangan.
c) Gosok kedua telapak tangan hingga merata.
d) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
e) Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
f) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
g) Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.
h) Gosok dengan memutar ujung jari-jaritangan kanan
ditelapak tangan kiri dan sebaliknya.
i) Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
j) Keringkan dengan handuk atau kertas tisu sekali pakai.
k) Gunakan handuk atau kertas tisu tersebut untuk menutup keran dan
buang ke tempat sampah dengan benar.
l) Sekarang tangan anda sudah bersih.
2) Alat Pelindung Diri
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri:

a) Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan
melindungi pasieen dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas

55
kesehatan.Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung
tangan lakukan kebersihan tangan menggunakan antiseptik cair atau
handrub berbahan dasar alkohol.Satu pasang sarung tangan harus
digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya untuk menghindari
kontaminasi silang. Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau
mencuci tangan yang masih bersarung tangan, ketika melakukan
perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian
tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
b) Masker
Masker harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian bawah
dagu, dan rambut pada wajah(jenggot).Masker dipakai untuk menahan
cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah
berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau
cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut
tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
c) Alat Pelindung Mata
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan
cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggles)
plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas
kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya
percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia
pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.
d) Topi Pelindung
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan
kulit dan rambut tidak tercampur ke linen.Topi harus cukup besar untuk
menutup semua rambut.Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada petugas, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik dari
linen kotor infeksius.

56
e) Apron
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan
air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan harus mengenakan apron ketika melakukan penghitungan dan
pemilahan linen kotori. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien yang
ada di linen mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
f) Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau
benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu
yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia.
Cara Mengenakan APD di Ruang Pemilahan:
a) Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung.
b) Kenakan pelindung kaki.
c) Kenakan sepasang sarung tangan.
d) Kenakan celemek plastik.
e) Kenakan masker.
f) Kenakan penutup kepala.
g) Kenakan pelindung mata.Cara Melepas APD:
a) Disinfeksi sepasang sarung tangan.
b) Lepaskan celemek.
c) Lepaskan pelindung mata.
d) Lepaskan penutup kepala.
e) Lepaskan masker.
f) Lepaskan pelindung kaki.
g) Lepas sarung tangan
h) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
3) Prosedur Penanganan Kecelakaan di laundry.
a) Tertusuk Jarum
i. Segera keluarkan darah.
ii. Siram dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
iii. Cuci dengan air sabun / desinfektan. (Jika perlu bilas dengan alkohol
70 %).
57
iv. Laporkan pada petugas IPCN

b) Terpajan Cairan Tubuh ( Kulit, Mata, Hidung dan Mulut )


i. Cuci dengan air mengalir selama 10 – 15 menit.
ii. Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata dekat
hidung dengan memiringkan kepala.
iii. Untuk kulit cuci dengan air mengalir dan air sabun atau desinfektan
(Jika perlu, bilas menggunakan alkohol 70 %) dan keringkan dengan
handuk bersih.
iv. Laporkan kepada petugas terkait.

58
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu:
A. Defenisi Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator
yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
B. Kriteria
Adalah spesifikasi dari indikator.
C. Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu normaatau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
D. Prinsip-Peinsip Dasar
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan
prinsip dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan petugas
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses.
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.

59
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah
Sakit.
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor.
e. Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan
mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan:
a. Acuan dari berbagai sumber.
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara.
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
E. Pengendalian Mutu Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu Indikator mutu yang
digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu dalam memberikan pelayanan
adalah angka kepatuhan petugas laundry dalam penggunaan APD dan ketepatan
distribusi linen ke ruangan- ruangan.Dalam pelaksanaan indicator mutu menggunakan
sensus harian dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada
PMKP dan Direktur.

60
BAB IX

MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
1. Definisi Monitoring
Monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan dan cangkupan program
pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program

2. Tujuan Monitoring
a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi dari sistem pelayanan.
b. Untuk menyesuaikan strategi atau PANDUAN pelayanan yang dilaksanakan
di lapangan sesuai dengan temuan-temuan dilapangan.
c. Hasil analisis dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. Monitoring sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan
dipergunakan segera untuk perbaikan program.khusus dalam pelayanan
Sanitasi Lingkungan khusus nya di B3 ( Bahan Berbahaya Beracun ) di Rumah
Sakit monitoring hendaknya dilakukan secara teratur dan kontinue.
3. Aspek-Aspek Yang Dimonitor Mencangkup Sarana dan prasarana dan peralatan
B. Evaluasi
1. Standar atau PANDUAN layanan Sanitasi Lingkungan khususnya B3 (
Bahan Berbahaya Beracun ), standar prosedur operasional B3, kebijakan-
kebijakan Direktur Rumah Sakit, visi dan misi Rumah Sakit serta motto Rumah Sakit.
2. Apabila ada sosialisasi ruang jaga perlu ditekan lagi tentang pemilahan sampah B3
khusus nya B3 Non Medis seperti sampah farmasi, baterai bekas , Lampu TL bekas,
lampu bolam bekas, axi bekas oli bekas.
a. Definisi Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada
tahap pmilihan, pengumpulan, penimbangan dan sebagainya juga di evaluasi
secara keseluruhan dalam rangka kinerja dari penngelolaan Sanitasi Lingkungn
khususnya B3 ( Bahahan Berbahaya Beracun ) di Rumah Sakit.

61
b. Tujuan Evaluasi
1) Meningkatkan kinerja Sanitasi Lingkungan terutama B3 ( Bahan Berbahaya
Beracun ) Rumah Sakit.
2) Sebagai acuan dalam perencanaan pengadaan B3 ( Bahan Beracun
Beracun ) .
3) Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
sumber daya manusia. Salah satu cara yang mudah untuk melaksanakan
evaluasi adalah dengan menyebarkan kuesioner ke unit kerja secara
berkala setiap semester atau minimal setiap satu tahun sekali, Sebagai
responden diambil dua atau tiga jenis petugas dilihat dari fungsinya,
misalnya kepala bangsal/rungan, perawat pelaksana dan petugas pelaksana
non perawatan/ pekarya.
c. Materi yang dievaluasi sesuai dengan tujuan yaitu antara lain:
 Kuantitas dan kualitas linen
a. Kuantitas linen
monitoring ke ruangan-ruangan dengan frekuensi minimal 3 (tiga)
bulan sekali atau setiap kali ada pencatatan barang /peralatan yang
rusak atau kurang harus dipenuhi dan diindak lanjuti.

b. Kualitas Linen
Kualitas yang diutamakan dari B3 ( bahan Berbahya Beracun ) adalah
aman, ada MSDS setiap bahan beracun nya.

62
BAB X

PENUTUP

B3 ( Bahan Beracun Berbahaya ) merupakan suatu buangan atau limbah yang sifat dan
konsetrasinya mengandung zat yang beracun dan berbahaya sehingga secara langsung
maupun tidak langsung dapat merusak lingkungan, menganggu kesehatan, dan mengancam
kelangsungan hidup manusia serta organisme lainya.
Salah satu upaya untuk menekan kejadian B3 ( Bahna Berbahaya Beracun ) baik dari
farmasi, ruangan lainnya adalah dengan melaksanakan monitoring dan sosialisasi .Tanggung
jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman di lingkungan RS menjadi tanggung
jawab seluruh karyayan RS yang ada di area masing – masing setelah dilakukan pembekalan
terhadap petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan RS.Pada dasarnya
kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang dapat
ditimbulkannya.Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik bekerja
secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.

Ditetapkan di : Cepu
Pada tanggal : 20 Dzulhijjah 1443 H
19 Juli 2022 M

Direktur RS PKU Muhammadiyah


Cepu

r. Achmad Budhy Karyono, MMKes


NBM. 881948

63

Anda mungkin juga menyukai