Anda di halaman 1dari 19

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI

KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR: 188.4/100/429.112.10/2023

TENTANG

PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN


DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
DI UPTD PUSKESMAS KERTOSARI

UPTD PUSKESMAS KERTOSARI KABUPATEN BANYUWANGI


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas


pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat selain membutuhkan bahan termasuk dalam berbahaya dan beracun juga
menghasilkan limbah dari aktivitasnya.
Jenis limbah yang dihasilkan dari aktivitas upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kertosari adalah limbah cair dan limbah padat. Limbah padat termasuk limbah bahan
berbahaya dan beracun yang bersifat infeksius yang memerlukan pengelolaan yang baik agar
tiddak menimbulkan gangguan kesehatan dan pencemaran lingkungan.
Pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta pengelolaan limbah B3
memberikan pedoman dan acuan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas kertosari dalam
pengelolaan B3 dan limbahnya, untuk menjamin keamanan dan keselamatan bagi pasien,
keluarga, masyarakat, petugas dan lingkungan.

KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI


KABUPATEN BANYUWANGI

drg. DWI YANI HARIYANTI, M.MKes


Pembina Utama Muda
NIP. 196601031992032012
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI
DINAS KESEHATAN
UPTD. PUSKESMAS KERTOSARI
Jalan Ikan Hiu Nomor 41 Banyuwangi 68418
Telp.(0333)-410676
email: puskesmaskertosari5@gmail.com

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR: 188.4/100/429.112.10/2023

TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN DAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DI UPTD PUSKESMAS KERTOSARI

KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI KABUPATEN BANYUWANGI

Menimbang : a.bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayananan


dan menjamin keamanan, keselamatan pasien, petugas dan
lingkungan dari Bahan berbahaya;
b.bahwa untuk mewujudkan hal tersebut dapat dicapai dengan
Inventarisasi, Pengelolaan, Penyimpanan Dan Penggunaan
Bahan Berbahaya Di Puskesmas Kertosari;
c.bahwa perlu ditetapkan Inventarisasi, Pengelolaan,
Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Berbahaya Di
Puskesmas Kertosari;

Mengingat : 1. Undang-Undang Kesehatan RI nomor 36 tahun 2009;


2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun;
3. Peraturan Pemerintah RI nomor 22 Tahun 2021 tentang
pengelolaan lingkungan hidup:;
4. Permen LHK no. 3 tahun 2008 Tentang Tata cara Pemberian
Simbol dan label Bahan Berbahaya Dan Beracun;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor
56 tahun 2015 tentang Tata Cara dan persyaratan tekhnis
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
fasilitas pelayanan kesehatan;
6. Permen LHK no. 56 tahun 2015 Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11
Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat ;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2023 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan;

M E M U T U S K A N ................
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI


TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA
BERACUN DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA BERACUN
DI UPTD PUSKESMAS KERTOSARI

KESATU : Menetapkan pedoman pengelolaan bahan berbahaya beracun


dan limbah bahan berbahaya beracun di uptd puskesmas
kertosari sebagaimana tercantum dalam Lampiran surat
keputusan ini.
.
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Banyuwangi
Pada tanggal, 18 Januari 2023

KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI


KABUPATEN BANYUWANGI

drg. DWI YANI HARIYANTI, M.MKes


Pembina Utama Muda
NIP. 196601031992032012
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKEMAS KERTOSARI
KABUPATEN BANYUWANGI
NOMOR : 188.4/ /429.112.10/2022
TANGGAL : 8 Januari 2022

PEDOMAN PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN


DAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
DI UPTD PUSKESMAS KERTOSARI

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan baik upaya kesehatan


masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama perlu memberikan rasa
aman dan menjamin keselamatan pada petugas, pasien dan masyarakat. Menjamin
keamanan dan keselamatan tersebut, Puskesmas perlu melakukan strategi
peningkatann akses pelayanan kesehatan, optimalisasi dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continum care dan intervensi berbasis risiko kesehatan.
Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja Puskesmas dihadapkan dengan
berbagai risiko K3 salah satunya adalah bahan berbahaya beracun dan
limbahnya.Pelayanan kesehatan di Puskesmas menghasilkan limbah B3 yang terdiri
dari limbah infeksius, tajam, patologis, sitotoksis, farmasi dan radioaktif, Limbah B3
yang dihasilkan fasyankes dapat menyebabkan gangguan perlindungan kesehatan atau
risiko pencemaran terhadap lingkungnan hidup.Mengingay besarnya dampak negative
dari limbah B3 yang ditimbulkan maka pengelolaan B3 dan limbah B3 harus
dilaksanakan secara baik dan tepat sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Jumlah limbah B3 di Puskesmas Kertosari sebagian besar meliputi limbah
infeksius dan limbah tajam dengan rata2 pada tahun 2022 perbulan sebanyak 20 kg.
Limbah B3 dari beberapa tahun terjadi peningkatan seiring dengan peningkatan
kunjungan di Puskesmas Kertosari terutama dengan adanya program vaksinasi.
Limbah B3 memiliki resiko terhadap keselamatan dan kesehatan pada petugas, pasien
dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik, sehingga untuk mencegah hal
tersebut pelu adanya pengelolaan B3 dan limbah B pada fasilitas pelayanan kesehatan.

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pedoman ini adalah untuk menjamin keselamatan, keamanan dan
kesehatan petugas , pasien, masyarakat dan lingkungan dari risiko kontaminasi
penyakit dan pencemaran
2. Tujuan khusus pedomaan ini adalah :
1. Memberikan pedoman bagi petugas kesehatan dalam pengelolaan B3
2. Memberikan pedoman bagi petugas kesehatan dalam pengelolaan limbah B3.

3. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah semua tenaga kesehatan yang melaksanakan
pelayanan UKP dan UKM di Puskesmas Kertosari
1. Petugas medis
2. Petugas Paramedis
3. Petugas Kesehatan Masyarakat
4. Petugas Puskesmas

4. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan
pengelolaan limbah B3 di Puskesmas Kertosari Kecamatan Banyuwangi melalui
tahapan sebagai berikut:
A. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun
2. Melakukan klasifikasi B3 bersifat:
3. Pelabelan/pemberian simbol dan label Bahan Berbahaya dan Beracun
4. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun
5. Penggunaan bahan berbahaya
B. Pengelolaan Limbah B3
1. Inventarisasi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
2. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3;
3. Penyimpanan Limbah B3;
4. Pengangkutan dan pengolahan

5. BATASAN OPERASIONAL
1. Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disingkat B3, adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
2. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah
bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
3. Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3.
4. Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain klasifikasi dan jenis
B3.
5. Kemasan adalah wadahatau tempat yang bagian dalamnya terdapat B3 dan
dilengkapi penutup.
6. Tempat penyimpanan kemasan B3 adalah bangunan atau dalam bentuk lain
yang digunakan untuk menyimpan kemasan B3.
7. Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan
8. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, yang selanjutnya disebut Limbah B3,
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3, dengan
karakteristik
a. infeksius;
b. benda tajam;
c. patologis;
d. bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
e. radioaktif;
f. farmasi;
g. sitotoksik;
h. peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi;
i. tabung gas atau kontainer bertekanan.
9. Limbah B3 cair adalah Limbah cair yang mengandung B3 antara lain Limbah
larutan fixer, Limbah kimiawi cair, dan Limbah farmasi cair.
10. Limbah infeksius adalah Limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
11. Limbah patologis adalah Limbah berupa buangan selama kegiatan operasi,
otopsi, dan/atau prosedur medis lainnya termasuk jaringan, organ, bagian tubuh,
cairan tubuh, dan/atau spesimen beserta kemasannya.
12. Limbah sitotoksik adalah Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan untuk membunuh dan/atau menghambat pertumbuhan sel hidup
13. Air Limbah adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
14. Pengolahan Limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun.
15. Limbah B3 dari fasilitas pelayanan kesehatan, yang selanjutnya disebut limbah
B3, adalah Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau kegiatan sejenis.
16. Limbah padat fasilitas pelayanan kesehatan adalah semua Limbah rumah
fasilitas pelayanan kesehatan yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari Limbah B3 padat dan nonmedis.
17. Limbah B3 padat adalah Limbah padat yang terdiri dari Limbah infeksius, Limbah
benda tajam, Limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan,
Limbah patologis, Limbah radioaktif, Limbah farmasi, Limbah sitotoksik, Limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi, dan Limbah tabung gas (kontainer
bertekanan).
18. Limbah padat non-medis adalah Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
fasilitas pelayanan kesehatan di luar medis yang berasal dari dapur,perkantoran,
taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
19. Limbah gas adalah semua Limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di fasilitas pelayanan kesehatan seperti insinerator,
dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tenaga Kesehatan Lingkungan yang memiliki kompetensi sesuai dengan ketentuan
yaitu :
1. Pendidikan : minimal D3 Kesehatan lingkungan.
2. Sertifikat : STR, SIK

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun di Puskesmas
Kertosari sebagaai berikut :
1. Penanggung jawab : Tenaga kesehatan lingkungan
2. Penanggung jawab unit layanan : Perawat, bidan, dokter gigi, Analis
3. Penanggung jawab di Poskeskel : Perawat dan bidan

C.Jadwal Kegiatan.
Jadual pelaksanaan kegiatan Pengendalian dan pembuangan limbah disusun oleh
pemegang program dan disepakati oleh Kepala Puskesmas yang disosialisaikan
bersama dengan lintas program .
No Kegiatan Waktu Pelaksanaan Pelaksana
1 Inventarisasi B3 Januari , Juli Pj. Unit layanan
2 Pemantauan limbah B3 di unit Januari - Desember Pj. Kesling
layanan
3 Pemilahan limbah B3 Januari - Desember Pj. Unit layanan
4 Penyimpanan limbah B3 Januari - Desember Pj. Kesling
5 Pengangkutan& pengolahan Januari - Desember Pj. Kesling
BAB III STANDAR FASILITAS

A.Denah Ruang:
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan oleh Penanggung jawab
Penyehatan Lingkungan, TPS limbah B3 dari gedung Puskesmas, tampak pada denah
berikut :

B.Standar Fasilitas
1. Pedoman pengelolaan B3 dan limbah B3 di Puskesmas : 1 buah
2. Pedoman eksternal program kesehatan lingkungan
3. Ruang penyimpanan sementara.
4. Freezer
5. Timbangan
6. Trolly
7. Lemari/rak penyimpanan B3
8. Perjanjian Kerjasama pengelolaan limbah dengan pihak ketiga
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A.Ruang lingkup kegiatan


Ruang lingkup kegiatan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun sebagai berikut :
1. Pengurangan
2. Pemilahan
3. Pewadahan
4. Penyimpanan
5. Pengangkutan
6. Pengolahan

B.Metode
Metode pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dilaksanakan secara
terpadu dari unit layanan penghasil limbah dengan :
1. Puskesmas melaksanakan kegiatan pengelolaan limbah B3 hingga tahap
penyimpanan sementara
2. Pengolahan selanjutnya , pengangkutan dan pemrosesan akhir dilaksanakan
dengan kerjasama denga pihak ke III

C.Langkah-langkah kegiatan
a. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun
Inventarisasi adalah pencatatan atau pendaftaran bahan yang karena sifat kimia
maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan
manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan, Puskesmas melakukan
inventarisasi bahan-bahan berbahaya dan beracun berdasarkan nama bahan,
jenis,bentuk, merk, wadah, komposisi, karakteristik/sifat, tanggal produksi dan
tanggal kadaluarsa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk pengawasan dan
pengendalian serta pencegahan terhadap resiko yang ditimbulkan dari bahan
berbahaya pada pasien, petugas kesehatan dan lingkungan.
2. Melakukan klasifikasi B3 bersifat:
a. Mudah meledak (explosive);
b. Pengoksidasi (oxidizing);
c. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. Sangat mudah menyala (highly flammable);
e. Mudah menyala (flammable);
f. Amat sangat beracun (extremely toxic);
g. Sangat beracun ( highly toxic);
h. Beracun (toxic);
i. Berbahaya (harmful);
j. Iritasi (irritant);
k. Korosif (corrosive);
l. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to environment);
m. Karsinogenik (carcinogenic);
n. Teratogenik (teratogenic);
o. mutagenic (mutagenic); dan bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas).
3. Pelabelan/pemberian simbol dan label Bahan Berbahaya dan Beracun
Bentuk dasar, ukuran dan bahan Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat
sehingga membentuk belah ketupat berwarna dasar putih dan garis tepi belah
ketupat tebal berwarna merah (lihat gambar A). Simbol yang dipasang pada
kemasan disesuaikan dengan ukuran kemasan. Sedangkan simbol pada kendaraan
pengangkut dan tempat penyimpanan kemasan B3 minimal berukuran 25 cm x 25
cm.
a. Jenis simbol B3
Simbol B3 merupakan gambar yang menunjukan klasifikasi B3 yang terdiri dari 10
(sepuluh) jenis simbol yang dipergunakan yaitu:
1. Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive).

Gambar 1 : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah meledak (explosive).


Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing),

Gambar 2: Simbol B3 klasifikasi bersifat pengoksidasi (oxidizing).


Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable),

Gambar 3 : Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat mudah menyala (flammable)

Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0⁰C dan titik didih lebih rendah
atau sama dengan 35oC, padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0oC – 21oC;
Cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada titik nyala
(flash point) tidak lebih dari 60oC (140oF) akan menyala apabila terjadi kontak dengan
api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya
dapat dilakukan dengan metode ”Closed-Up Test”;
Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic),

Gambar 4 : Simbol B3 klasifikasi bersifat beracun (toxic)


Bersifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan keracunan atau sakit yang
cukup serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
Penentuan tingkat sifat racun ini didasarkan atas uji LD50 (amat sangat beracun,
sangat beracun dan beracun); dan/ataubSifat bahaya toksisitas akut.
Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful),

Gambar 5 : Simbol B3 klasifikasi bersifat berbahaya (harmful)


Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik berupa padatan, cairan ataupun gas
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.

Gambar 6 : Simbol B3 klasifikasi bersifat iritasi (irritant)


Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus
menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan;
Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing;
Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; dan/atau
Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada mata.

Gambar 7 : Simbol B3 klasifikasi bersifat korosif (corrosive)


Suatu bahan yang memiliki karakteristik menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju korosi > 6,35
mm/tahun dengan temperatur pengujian 55oC; atau mempunyai pH sama atau kurang dari
2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang bersifat basa.
Gambar 8 : Simbol B3 klasifikasi berbahaya bagi lingkungan
Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan. Bahan kimia ini dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan
atau organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti
merusak lapisan ozon (misalnya CFC = Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan
(misalnya PCBs = Polychlorinated Biphenyls).

Gambar 9 : Simbol B3 klasifikasi bersifat karsinogenik, teratogenik dan mutagenik


(carcinogenic, tetragenic, mutagenic).

Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan
bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut: karsinogenik yaitu penyebab
sel kanker; teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio; mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genética; toksisitas sistemik terhadap organ sasaran
spesifik; toksisitas terhadap sistem reproduksi; dan/atau gangguan saluran pernafasan

Simbol untuk B3 klasifikasi bersifat bahaya lain berupa gas bertekanan (pressure gas),
sebagaimana gambar 10.

Gambar 10 : Simbol B3 klasifikasi bersifat gas bertekanan


Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini bertekanan tinggi dan
dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah dan isinya dapat
menyebabkan kebakaran.
4. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun
Penyimpanan Bahan berbahaya dan beracun ditempatkan pada:
a. Terdapat tempat / rak khusus
b. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan
c. Jauh dari jangkauan anak kecil
d. Dilakukan pencatatan / inventarisasi secara benar.
6. Penggunaan bahan berbahaya
a. Menerapkan system “pertama masuk pertama keluar” ( FIFO)
b. Pengadaan produk bahan berbahaya dalam jumlah kecil pada produk mudah
kadaluwarsa
c. Menggunakan bahan berbahaya sampai habis
d. Memastikan tanggal kadaluwarsa pada produk
e. Mengurangi penggunaan produk bahan berbahaya dan mengganti dengan
produk tidak berbahaya.
b. Pengelolaan Limbah B3
Tahapan pengelolaan limbah B3 sebagai berikut:
1. Inventarisasi dan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Inventarisasi adalah pencatatan atau pendaftaran bahan yang karena sifat kimia
maupun kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan
manusia, kerusakan properti dan atau lingkungan.
Pada setiap unit layanan di fasilitas kesehatan , Puskesmas melakukan
inventarisasi bahan-bahan berbahaya dan beracun berdasarkan jenis, sifat dan
tanggal kadaluarsa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk pengawasan dan
pengendalian serta pencegahan terhadap resiko yang ditimbulkan dari bahan
berbahaya pada pasien, petugas kesehatan dan lingkungan.
Penggunaan bahan berbahaya
a. Menerapkan system “pertama masuk pertama keluar” ( FIFO)
b. Pengadaan produk bahan berbahaya dalam jumlah kecil pada produk mudah
kadaluwarsa
c. Menggunakan bahan berbahaya sampai habis
a. Memastikan tanggal kadaluwarsa pada produk
b. Mengurangi penggunaan produk bahan berbahaya dan mengganti dengan
produk tidak berbahaya.
2. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3;
Pemilahan bahan berbahaya sebagaimana dimaksud dilakukan dengan cara
antara lain:
a. menghindari penggunaan material yang mengandung Bahan Berbahaya dan
Beracun apabila terdapat pilihan yang lain;
b. melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap bahan atau material yang
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan/atau pencemaran terhadap
lingkungan;
c. melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan
farmasi untuk menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa; dan
d. melakukan pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai
jadwal.
e. pemilahan yaitu memisahkan bahan berbahaya berdasarkan jenis, kelompok,
dan/atau karakteristik .
3. Penyimpanan Limbah B3;
1. Persyaratan Fasilitas Penyimpanan
a. Bangunan permanen, lantai kedap (impermeable, mudah dibersihkan
b. dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
c. Bebas serangga
d. ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai.
e. berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan.
2. Tempat Penyimpanan
a. Terdapat tempat / rak khusus
b. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan
c. Jauh dari jangkauan anak kecil
d. Dilakukan pencatatan / inventarisasi secara benar.
Tata cara penyimpanan
1. pengemasan secara khusus Limbah nonB3; dan
2. penyimpanan pada fasilitas penyimpanan yang memenuhi syarat
dengan memperhatikan ketentuan waktu penyimpanan
Penyimpanan Sementara Limbah B3
Limbah B3 yang belum akan diolah harus disimpan di TPS limbah B3.
Bangunan TPS di Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memenuhi
persyaratan ketentuan teknis sebagai berikut:
a. Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir dan
tidak berdekatan dengan kegiatan pelayanan dan permukiman
penduduk disekitar Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
b. Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi
yang cukup, sistem penghawaan (exhause fan), sistem saluran
(drain) menuju bak kontrol dan/atau IPAL, dan jalan akses
kendaraan angkut Limbah B3.
c. Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang
penyimpanan Limbah B3 infeksi, ruang Limbah B3 noninfeksi fase
cair, dan Limbah B3 noninfeksi fase padat.
d. Penempatan Limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut
sifat/karakteristiknya.
e. Untuk Limbah B3 cair seperti oli bekas ditempatkan di drum anti
bocor dan pada bagian alasnya adalah lantai anti rembes dengan
dilengkapi saluran dan tanggul untuk menampung tumpahan akibat
kebocoran Limbah B3 cair.
f. Limbah B3 padat dapat ditempatkan di wadah atau drum yang kuat,
kedap air, anti korosif, mudah dibersihkan dan bagian alasnya
ditempatkan dudukan kayu atau plastik (pallet).
g. Setiap jenis Limbah B3 ditempatkan dengan wadah yang berbeda
dan pada wadah tersebut ditempel label, simbol limbah B3 sesuai
sifatnya, serta panah tanda arah penutup, dengan ukuran dan
bentuk sesuai standar, dan pada ruang/area tempat wadah
diletakkan ditempel papan nama jenis Limbah B3.
h. Jarak penempatan antara tempat pewadahan Limbah B3 sekitar 50
cm.
i. Setiap wadah Limbah B3 dilengkapi simbol sesuai dengan sifatnya,
dan label.
j. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas
penerangan, dan sirkulasi udara ruangan yang cukup.
k. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keamanan dengan memasang
pagar pengaman dan gembok pengunci pintu TPS dengan
penerangan luar yang cukup, serta ditempel nomor telepon darurat
seperti kantor satpam, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, kantor
pemadam kebakaran, dan kantor polisi terdekat.
l. TPS dilengkapi dengan papan bertuliskan TPS Limbah B3, tanda
larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan, simbol B3 sesuai
dengan jenis Limbah B3, dan titik koordinat lokasi TPS.
m. TPS dilengkapi dengan tempat penyimpanan SPO penanganan
Limbah B3, SPO kondisi darurat, dan buku pencatatan (logbook)
Limbah B3.
n. TPS dilakukan pembersihan secara periodik dan limbah hasil
pembersihan disalurkan ke jaringan pipa pengumpul air limbah dan
atau unit pengolah air limbah (IPAL).
3. Lamanya penyimpanan Limbah B3 untuk jenis limbah dengan
karakteristik infeksius, benda tajam, dan patologis di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebelum dilakukan pengangkutan Limbah B3,
pengolahan Limbah B3, dan/atau penimbunan Limbah B3 harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. Limbah medis kategori infeksius, patologis, dan benda tajam harus
disimpan pada TPS dengan suhu lebih kecil atau sama dengan 0oC
(nol derajat celsius) dalam waktu sampai dengan 90 (sembilan
puluh) hari.
b. Limbah medis kategori infeksius, patologis, dan benda tajam dapat
disimpan pada TPS dengan suhu 3 sampai dengan 8 oC dalam
waktu sampai dengan 7 (tujuh) hari.
Sedangkan untuk Limbah B3 bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan,
atau sisa kemasan, radioaktif, farmasi, sitotoksik, peralatan medis
yang memiliki kandungan logam berat tinggi, dan tabung gas atau
kontainer bertekanan, dapat disimpan di tempat penyimpanan Limbah
B3 dengan ketentuan paling lama sebagai berikut:
a. 90 (sembilan puluh) hari untuk Limbah B3 yang dihasilkan sebesar
50 kg (lima puluh kilogram) per hari atau lebih; atau
b. 180 (seratus delapan puluh) hari, untuk Limbah B3 yang dihasilkan
kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram) per hari untuk Limbah B3
kategori 1, sejak Limbah B3 dihasilkan.
4. Pewadahan/ Prinsip dasar penanganan (handling) limbah medis antara lain:
a. Limbah harus diletakkan dalam wadah atau kantong sesuai kategori Limbah.
b. Volume paling tinggi Limbah yang dimasukkan ke dalam wadah atau
kantong Limbah adalah 3/4 (tiga per empat) Limbah dari volume, sebelum
ditutup secara aman dan dilakukan pengelolaan selanjutnya.
c. Penanganan (handling) Limbah harus dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari tertusuk benda tajam, apabila Limbah benda tajam tidak
dibuang dalam wadah atau kantong Limbah sesuai kelompok Limbah.
d. Pemadatan atau penekanan Limbah dalam wadah atau kantong Limbah
dengan tangan atau kaki harus dihindari secara mutlak.
e. Penanganan Limbah secara manual harus dihindari. Apabila hal tersebut
harus dilakukan, bagian atas kantong Limbah harus tertutup dan
penangannya sejauh mungkin dari tubuh.
f. Penggunaan wadah atau kantong Limbah ganda harus dilakukan, apabila
wadah atau kantong limbah bocor, robek atau tidak tertutup sempurna.
Tabel 1. Pewadahan limbah B3 sesuai dengan karakteristik limbah
No Jenis/Karakteristik Warna Simbol Kemasan
Limbah
1 Limbah infeksius Kuning Kantong plastik kuat
dan anti bocor atau
kontainer

2 Limbah patologis Kuning Kantong plastik kuat


dan anti bocor atau
kontainer

3 Limbah tajam Kuning Kantong plastik kuat


dan anti bocor atau
kontainer

4 Limbah bahan Coklat Kantong plastik kuat


kimia kedaluwarsa, dan anti bocor atau
tumpahan atau kontainer
sisa kemasan
5 Limbah radioaktif Merah Kantong boks timbal
(Pb)

6 Limbah farmasi Coklat Kantong plastik atau


kontainer
7 Limbah sitotoksik Ungu Kantong plastik atau
container plastic
kuat dan anti bocor

8 Limbah Coklat Container plastik


mengandung logam kuat dan anti bocor
berat
9 Limbah Kontainer Kantong plastik
bertekanan tinggi

5. Pengangkutan
Pengangkutan Limbah B3 dari ruangan sumber ke TPS
1. Diangkut pada saat jam pelayanan selesai/kunjungan sepi untuk
meminimalisir limbah kontak dengan orang.
2. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang lingkupnya kecil dan tidak
memungkinkan menggunakan alat angkut (troli), dapat diangkut secara
manual dengan tetap menjamin keamanannya.
3. Pengangkutan limbah b3 dari ruangan sumber ke tps dilakukan oleh
petugas yang sudah mendapatkan pelatihan penanganan limbah b3
4. Menggunakan trollyi dan alat pelindung diri yang memadai.
5. Pengangkutan limbah dari sumber menuju tps limbah b3 dilakukan
pengumpulan limbah terlebih dahulu. Pengumpulan limbah dari sumber
dilakukan setelah kantong limbah terisi ¾ (tiga perempat penuh) dari
volume maksimal atau paling lama 1 hari (24 jam). Kantong limbah
harus ditutup atau diikat dengan kuat membentuk kepang tunggal,
6. Pengolahan.
Tata laksana pengolahan Limbah B3 pelayanan medis dan penunjang
medis di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan jenisnya adalah
sebagai berikut.
a. Limbah lnfeksius dan Benda Tajam
b. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen
infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas
dan basah seperti dalam autoclave sebelum dilakukan pengolahan.
c. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.
d. Apabila pengolahan menggunakan insinerasi, maka residu abu yang
dihasilkan diperlakukan sebagai Limbah B3, namun dapat dibuang
ke sanitary landfill setelah melalui proses solidifikasi.
e. Limbah Farmasi
Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak
memungkinkan dikembalikan, dapat dimusnahkan menggunakan
insinerator atau diolah ke perusahaan pengolahan Limbah B3.
f. Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan dilarang dibuang dengan cara
penimbunan (landfill) atau dibuang ke saluran limbah umum.
g. Limbah Bahan Kimiawi
1. Pengolahan limbah kimia biasa dalam jumlah kecil maupun besar
harus diolah ke perusahaan pengolahan Limbah B3 apabila Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tidak memiliki kemampuan dalam mengolah
limbah kimia.
2. Limbah kimia dalam bentuk cair harus ditampung dalam kontainer
yang kuat dan terbuat dari bahan yang mampu memproteksi efek dari
karakteristik atau sifat limbah bahan kimia tersebut.
3. Bahan kimia dalam bentuk cair sebaiknya tidak dibuang ke jaringan
pipa pembuangan air limbah, karena sifat toksiknya dapat
mengganggu proses biologi dalam unit pengolah air limbah (IPAL).
4. Untuk limbah bahan pelarut dalam jumlah besar seperti pelarut
halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh diolah
dalam mesin insinerator, kecuali insineratornya dilengkapi dengan
alat pembersih gas.
5. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia tersebut ke
distributornya.
h. Limbah Radioaktif
1. Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menggunakan sumber
radioaktif yang terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi, atau
penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus di
bidang radiasi.
2. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan
radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan. Petugas proteksi
radiasi secara rutin mengukur dan melakukan pencatatan dosis
radiasi limbah radioaktif (limbah radioaktif sumber terbuka). Setelah
memenuhi batas aman (waktu paruh minimal), diperlakukan sebagai
limbah medis.
7. Pengolahan akhir.
a. Pengolahan Secara Eksternal
Pengolahan secara eksternal dilakukan melalui kerja sama dengan
pihak pengolah atau penimbun Limbah B3 yang telah memiliki izin.
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (penghasil) wajib bekerja sama dengan
pihak ketiga yakni pengolah dan pengangkut yang dilakukan secara
terintegrasi dengan pengangkut yang dituangkan dalam satu nota
kesepakatan antara Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pengolah, dan
pengangkut.
c. Pengangkutan Limbah B3 dilakukan dengan cara:
1) Cara pengangkutan Limbah B3 harus dilengkapi dengan SPO dan
dapat dilakukan pemutakhiran secara berkala dan
berkesinambungan.
2) Pengangkutan Limbah B3 harus dilengkapi dengan perjanjian kerja
sama secara three parted yang ditandatangani oleh pimpinan dari
pihak Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pihak pengangkut Limbah B3,
dan pengolah atau penimbun limbah B3.
8. Pencatatan dan pelaporan
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyampaikan laporan Limbah B3
setiap bulan melalui aplikasi sikelim.
b. Petugas melaksanakan dokumen kegiatan yang meliputi Skema
penanganan Limbah B3, izin alat pengolah Limbah B3, dan bukti
kontrak kerja sama (MoU), dan kelengkapan perizinan bila penanganan
Limbah B3 diserahkan kepada pihak pengangkut, pengolah, atau
penimbun.
c. Logbook Limbah B3 selama bulan periode laporan.
d. Lampiran manifest Limbah B3 sesuai dengan kode lembarannya.
e. Setiap laporan yang disampaikan disertai dengan bukti tanda terima
laporan.

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pengendalian dan


pengelolaan limbah B3 direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini tingkat
Puskesmas . Logistik yang diperlukan dalam pengelolaan B3 dan limbahnya
meliputi :
1. Safety box
2. Kresek berwarna kuning, merah, coklat dan ungu.
3. Biaya pengolahan limbah B3
Anggaran pengelolaan limbah B3 menggunakan alokasi dana APBD yakni
DOP Puskesmas Kertosari dan BOK ( Bantuan Operasional Kesehatan)

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan bahan


B3 dan limbah B3 perlu diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan
identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan melalui :
a. Melakukan asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien;
b. Mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun
c. Menyimpan B3 pada tempat yang aman dan tertutup
d. Memilah dan membuang limbah B3 sesuai dengan peraturan yang berlaku
e. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pengendalian dan


pengelolaan limbah B3 perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan
puskesmas meliputi :
a. Melakukan hand hygiene ;
b. Penggunaan alat pelindung diri;
c. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan;
d. Penatalaksanaan bahan berbahaya beracun dan limbahnya.
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelaksanaan pengendalian dan pengelolaan limbah B3 dimonitor dan


dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator pencapaian kinerja dan target program.
5. Tercapainya SBMKL.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Kertosari dalam
pengendalian dan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah B3
dengan tetap memperhatikan prinsip dan proses kegiatan sesuai peraturan yang
berlaku..

KEPALA UPTD PUSKESMAS KERTOSARI


KABUPATEN BANYUWANGI

drg. DWI YANI HARIYANTI, M.MKes


Pembina Utama Muda
NIP. 196601031992032012

Anda mungkin juga menyukai