Anda di halaman 1dari 15

STUDI LAJU PENEMPELAN DAN JUMLAH TEGAKAN FILAMENTOUS ALGA PADA

THALLUS Kappaphycus alvarezii PADA DAERAH BUDIDAYA RUMPUT LAUT BUNGIN


PERMAI

STUDY OF COMPLETE RATE NUMBER OF FILAMENTOUS ALGAE IN THALLUS


Kappaphycus alvarezii IN BUNGIN PERMAI SEAWEED CULTIVATION AREA
Kadek Ayu Wulandaria,*, Ma’ruf Kasima, Muhammad Taswin Munierb

Program Studi Manajemen sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu
Oleo Jl. HEA Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
*Koresponden penulis : kadekayuwulandari2021@gmail.com

Abstrak
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat di
perairan Bungin Permai. Salah satu masalah utama yang dialami oleh petani rumput laut adalah penurunan produksi
akibat adanya filamentous alga yang menempel pada thallus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju penempelan
dan jumlah tegakan filamentous alga pada thallus K. alvarezii yang dibudidayakan menggunakan basket net di perairan
Bungin Permai. Penelitian dilakukan pada Bulan November-Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penempelan tertinggi terjadi pada hari ke-35 yaitu jenis Gastrolocnium reflexum sebesar 57 ind/m2/hari dengan jumlah
tegakan filamen 76,7 tegakan/cm2 dan laju penempelan terendah terjadi pada hari ke-7 jenis Acinetospora crinita dengan
0,5 ind/m2/hari dan jumlah tegakan 0,7 tegakan/cm 2. Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan menunjukkan
bahwa suhu perairan berkisar antara 29-320C, kecepatan arus 0,03-0,24 m/detik, kecerahan 25-68%, salinitas 20-28‰,
Nitrat 0,1 08-0,185 mg/L, Fosfat 0,032-0,058 mg/L, Oksigen terlarut 5,3-6,4 mg/L, serta pH 7,21-7,70. Hasil uji korelasi
Pearson antara laju penempelan dengan parameter kualitas air menunjukkan nilai kedalaman, kecerahan, salinitas, pH dan
suhu berkorelasi positif terhadap laju penempelan. Sedangkan kecepatan arus, nitrat, dan fosfat berkorelasi negatif
terhadap laju penempelan.

Kata Kunci: filamentous alga, jumlah tegakan, kappaphycus alvarezii, laju penempelan

Abstract
Kappaphycus alvarezii is one of seaweed species cultivated by most people in Bungin Permai waters. One of the main
challenges experienced by seaweed farmers is a decrease in production due to the presence of filamentous algae attached
to their thallus. This study aimed at determineing the attachment rate and the number of filamentous algae stands found on
the thallus of K. alvarezii cultivated using basket nets in Bungin Permai Waters. This research was conducted in
November-December 2022. The results showed that the highest attachment rate found on day 35, of Gastrolocnium
reflexum of 57 ind/m2/day with number of filamentous stands 76.7 stands/cm 2. The lowest attachment rate occurred on
day 7 of Acinetospora crinita with 0.5 ind/m 2/day with the number of stands 0.7 stands/cm 2. The water quality
measurement of physical-chemical parameters showed that the water temperature ranged from 29-320C, current speed at
0.03-0.24 m/s, brightness 25-86%, salinity 20-28‰, nitrate 0.08-0.185 mg/L, phosphate 0.032-0.058 mg/L, dissolved
oxygen 5.3-6.4 mg/L, and pH 7.21-7.70. A Pearson test conducted to measure correlation between the attachment rate and
water quality parameters showed that depth, brightness, salinity, pH and temperature are positively correlated with the
attachment rate. While current velocity, nitrate, and phosphate were negatively correlated to the attachment rate.
Key words: attachment rate, filamentous algae, kappaphycus alvarezii, number of stand

Article history: ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id


Diterima / Received xxx
Disetujui / Accepted xxx
Diterbitkan / Published xxx
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

PENDAHULUAN makanan serta dapat menimbulkan penyakit ice-


ice. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya
Rumput laut (Seaweed) adalah kelompok
bintik/bercak-bercak merah pada sebagian thallus
tumbuhan makroalga yang sebagian besar telah
yang lama kelamaan menjadi kuning pucat dan
dikembangkan dalam budidaya perikanan dan
akhirnya beransur-ansur menjadi putih dan
dimanfaatkan sebagai faktor ekonomi penting di
menyebabkan thallus menjadi rapuh dan mudah
pesisir pantai. Salah satu jenis rumput laut yang
patah/putus [7].
banyak dibudidayakan petani yakni Kappaphycus
Berdasarkan urairan diatas, maka perlu
alvarezii. Rumput laut dapat ditempati sebagai
dilakukan penelitian mengenai laju penempelan
habitat bagi banyak makroepifit. Sehingga akan
dan jumlah tegakan filamentous alga pada thallus
mempengaruhi hasil produktivitas rumput laut di
K. alvarezii pada daerah budidaya rumput laut di
badan air [1].
perairan Bungin Permai.
Filamentous alga secara morfologi
dilengkapi dengan bagian yang menyerupai akar
METODE PENELITIAN
(holdfast) yang berfungsi sebagai organ penempel
pada habitatnya di perairan. Keberadaan
makroepifit bersifat sebagai organisme pesaing Waktu dan Tempat
dalam menyerap nutrisi untuk pertumbuhan
sehingga menjadi penganggu. Hal ini disebabkan
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
makroepifit menutupi permukaan rumput laut
November-Desember 2022. Lokasi Penelitian
sehingga menghalangi proses penyerapan dan
bertempat di perairan desa Bungin Permai
fotosintesis, yang berujung pada terhambatnya
kecamatan Tinanggea kabupaten Konawe Selatan
menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi
provinsi Sulawesi Tenggara. Pengamatan sampel
terhambat dan sangat rentan terhadap serangan
kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
hama penyakit [2].
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu
Penelitian tentang kemunculan dan
Oleo, Kendari.
penempelan filamentous alga pada K. alvarezii
dilakukan pada beberapa daerah di Indonesia,
antara lain : Laju penempelan dan jumlah filamen Prosedur Penelitian
Elaschista flaccida pada thallus K. alvarezii di
Perairan Tanjung Tiram [3]; Perbandingan jumlah Budidaya rumput laut di lokasi penelitian
tegakan filamentous alga pada thallus K. alvarezii menggunakan metode basket net dengan 3 buah
dan Eucheuma denticulatum di Perairan Desa basket net yang di tempatkan pada 3 titik dengan
Tanjung Tiram [4]; Laju penempelan makroepifit jarak antara basket net I, II dan III ± 1000 meter.
pada thallus K. alvarezii di Perairan Kelurahan Alat budidaya Basket net dirangkai melingkar
Lakorua Kabupaten Buton Tengah [5]; Beberapa membentuk bundaran dan terdiri dari dua kerangka
penelitian telah menyatakan epifit itu dapat yaitu bagian atas dan bagian bawah yang antara
menurunkan tingkat pertumbuhan rumput laut yang kerangka atas dan kerangka bawah dihubungkan
dibudidayakan [6]. dengan jaring. Basket net ini memiliki ukuran
Penempelan filamentous alga pada thallus panjang ke bawah 1 meter, dengan diameter
rumput laut dalam jumlah besar dapat
lingkaran basket sebesar 50 cm, dan menggunakan
menyebabkan thallus rumput laut menjadi
mata jaring 1,5 cm. Basket net mempunyai bentuk
kecil/kurus akibat kekurangan unsur hara
dikarenakan adanya persaingan dalam penyerapan bundar yang pada bagian samping kiri, samping
kanan dan bagian bawah tertutup sementara pada

2 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

bagian atas terbuka. Kemudian dilengkapi dengan


pipa yang berfungsi sebagai pelampung. Masing- K n−( Kn−1)
masing alat basket net diletakan bibit K. alvarezii LP= (2)
t
masing-masing sebanyak 25 thallus dengan berat
awal 20 g/thallus. Penempatan alat basket net Dimana :
disesuaikan dengan area budidaya rumput laut. LP = Laju Penempelan Filamentous
Pengambilan sampel filamentous alga (tegakan/m2/hari);
dilakukan 5 kali selama 35 hari. Pengambilan Kn = Kepadatan ke-n (tegakan/m2);
sampel filamentous alga pada thallus rumput laut Kn-1 = Kepadatan ke-n-1;
dilakukan secara acak. Pada masing -masing basket t = Waktu Pengamatan (hari).
net diambil sebanyak 5 thallus. Thallus yang telah
diambil kemudian dipotong 3 cm dan dihitung Hubungan antara laju penempelan dengan
jumlah filamen dengan menggunakan kaca parameter kualitas air dianalisis menggunakan uji
pembesar (loup) serta dihitung jumlah individu korelasi Pearson dengan bantuan aplikasi SPSS
pada setiap thallus. versi 25, yaitu salah satu ukuran korelasi yang
Pengukuran parameter kualitas air meliputi digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah
parameter fisika dan kimia perairan yakni seperti hubungan linier antara dua variabel.
suhu, kecerahan, kedalaman, kecepatan arus,
Jumlah Tegakan Filamentous Alga
salinitas dan pH diukur secara langsung di lokasi
penelitian. Pengukuran parameter nitrat, fosfat dan Jumlah tegakan filamentous alga dihitung
oksigen terlarut dilakukan pengambilan sampel di dengan menghitung kepadatan filamen makroepifit
lapangan, kemudian dianalisis di laboratorium terlebih dahulu dengan menggunakan rumus yang
Pengujian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dikutip dalam [9].
Universitas Halu Oleo.
Penentuan laju penempelan filamentous KAF= ¿ (3)
alga dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih A
dahulu menghitung nilai kepadatan filamentous
alga pada masing-masing thallus K. alvarezii Dimana :
dengan ukuran individu/m2, kemudian dari data KAF = Kepadatan alga filamen (Tegakan/cm2);
kepadatan tersebut dihitung nilai laju penempelan ni=Jumlah filamen (tegakan);
filamentous dengan rumus yang dikutip dalam [8]. A = Luas Thallus (cm2).

Kepadatan Filamentous alga HASIL DAN PEMBAHASAN


K= ¿ (1)
A Jenis-Jenis Filamentous Alga yang Menempel
Dimana : pada Thallus K. alvarezii
K = Kepadatan (ind/m2);
ni = Jumlah spesies ke-i (ind);
A=Luas area budidaya/basket net (m2). Hasil penelitian yang dilakukan di perairan
Bungin Permai selama 35 hari filamentous alga
Laju Penempelan Filamentous Alga yang ditemukan menempel pada thallus K.
alvarezii terdiri dari 3 filum yakni Chlorophyta
Laju penempelan filamentous alga dihitung (alga hijau), Rhodophyta (alga merah) dan
menggunakan rumus yang dikutip dalam [5]. Phaeophyta (alga coklat). Anggota filum

3 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

chlorophyta yang ditemukan ada 2 spesies yakni C. Cordylec cladia, Nemalion sp, Achantophora
crassa dan E. intestinalis. Anggota Rhodophyta spicifera, dan Gymnogongrus tetricum [5].
yang di temukan ada 3 spesies yakni G. reflexum, Filamentous alga jenis C. crassa dan
C. virgatum dan Ceramium Sp. Sementara itu Ceramium Sp juga ditemukan menempel di
anggota Paeophyta ditemukan 3 jenis yakni A. perairan Teluk Gerupuk Lombok tengah. Pada
crinita, E. flaccida dan H. flagelliformis. penelitiannya dijelaskan bahwa filamentous alga
Filamentous alga yang paling didominasi berasal dari filum Rhodophyta
mendominasi menempel pada thallus K. alvarezii dibandingkan dengan Clorophyta. Anggota filum
dalam basket net selama penelitian adalah jenis G. Clorophyta ditemukan 3 jenis sementara filum
reflexum dan E. flaccida. Sedangkan Ceramium Sp Rhodophyta ditemukan sebanyak 10 jenis [12].
ditemukan hanya lima kali selama penelitian. Jenis Jenis Ceramium Sp juga menjadi salah satu
filamentous alga yang ditemukan dua kali selama filamentous alga yang ditemukan di sentra
penelitian yaitu jenis A. crinita, E. intestinalis, C. budidaya dusun Pengantap, Lombok Barat [13].
crassa, C. virgatum dan H. flagelliformis. Filamentous alga yang menempel pada
Berdasarkan jenis-jenis filamentous alga thallus rumput laut mempunyai beberapa sifat yaitu
yang ditemukan tersebut terdapat empat jenis alga filamentous alga yang melekat lemah pada
filamen yang sama ditemukan menempel pada permukaan rumput laut dan tidak menyebabkan
rumput laut jenis K. alvarezii di perairan Jeneponto kerusakan jaringan inang; filamentous alga yang
[10]. Empat jenis alga filamen yang sama juga melekat kuat pada thallus rumput laut dan tidak
ditemukan menempel pada rumput laut jenis K. merusak jaringan inangnya; filamentous alga yang
alvarezii di perairan Tanjung Tiram kabupaten menyebar pada permukaan lapisan luar dinding sel
Konawe Selatan [4], serta alga filamen yang sama inang dan tidak merusak sel kortikal; filamentous
ditemukan di perairan Lakorua kabupaten Buton alga yang menyebar ke lapisan dinding luar sel
Tengah [5]. inang dan berhubungan dengan kerusakan sel
Sementara filamentous alga jenis G. kortikal inang dan filamentous alga yang
reflexum yang banyak ditemukan menempel pada menyerang jaringan inang dan tumbuh
thallus di lokasi penelitian, ternyata sangat jarang, interseluler, juga terkait dengan kerusakan
bahkan tidak ditemukan di tempat lain di kortika dan sel meduler. H. flagelliformis, C.
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian crassa, A. crinita merupakan jenis filamentous
sebelumnya mengenai studi morfologi dan anatomi
alga pertama, sedangkan E. flaccida, G.
spesies G. relexum menjelaskan bahwa G.
reflexum tersebar di Samudra Atlantik, di negara
reflexum, Ceramium sp, C. virgatum, E.
Inggris, Irlandia, Prancis, Portugal, Spanyol, intestinalis merupakan jenis filamentous alga
Maroko, Kepulauan Canari, Italia dan Korsika kedua [10].
[11]. Jenis-jenis filamentous alga yang
Jenis filamentous alga yang ditemukan di ditemukan menempel pada thallus K. alvarezii
lokasi penelitian juga ditemukan menempel pada yang dibudidaya menggunakan vertikal net yaitu
thallus K. alvarezii di perairan Tanjung Tiram pada Acanthopora spicifera, C. crassa, Codium
penelitian-penelitian sebelumnya, diantara-nya ecorticatumd, Papillosa, Chondrophycus, Padina
yaitu C. crassa, E. flaccida dan Cladophora sp [4]. pavonica, Padina minor, sargassum cristaefolium,
Jenis filamentous alga tersebut juga diperoleh di phaeophyceae, dan Boegeseniella sp. jenis
perairan Lakorua Kabupaten Buton Tengah filamentous tersebut ditemukan menempel di
ditemukan 8 jenis filamentous alga yang menempel perairan Tanjung Tiram, Kabupaten Konawe
pada thallus K. alvarezii yaitu C. crassa, Ulva Selatan [14]. Selanjutnya di temukan 3 jenis
lactuca, Codium tomentosum, E. flaccida, filamentous alga yakni C. crassa, E. flaccida, dan

4 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

Cladophora sp [4]. Kemudian 6 jenis juga ditemukan juga jenis yang tidak teridentifikasi
ditemukan menempel antara lain Chondrophycus [17]. Sementara itu, ditemukan filamenous alga
papillosa, A. spicifera, Laurencia papillosa, S. yang menempel pada thallus K. alvarezii yang
cristoefolium, Dictyota dichotoma dan C. crassa dibudidaya menggunakan rakit jaring apung dan
[15]. longline di Perairan Teluk Gerupuk Lombok
Filamentous alga yang menempel pada Tengah antara lain: Cladophora sp, C. crassa, C.
thallus K. alvarezii menggunakan alat budidaya linum, Polysiphonia brodiaea, Ceramium sp,
rakit jaring apung (horizontal net) juga ditemukan Callithamnion sp, Batrachospermum sp, Spyrida
beberapa jenis antara lain: Neosiphonia sp, C. filamentosa, A. spicifera, Caulachatus ustulatus,
crassa, Polysiphonia sp, dan A. spicifera [16]. H. spinnosa, H. spinella, dan Hypnea sp
Sepuluh jenis juga ditemukan menempel di [12].
perairan Lakorua yang terdiri dari 3 spesies Berdasarkan beberapa penelitian yang
kelompok alga hijau (clorophyta) yaitu C. crassa, telah dilakukan jenis-jenis filamentous alga yang
Ulva lactuca dan Codium tomentosum. Tiga ditemukan menempel pada thallus K. alvarezii
spesies alga merah (rhodophyta) yaitu E. flaccida, yang menggunakan beberapa alat budidaya yang
Cordylec cladia, dan Nemalion sp, serta 4 alga berbeda yakni vertikal net, rakit jaring apung
jenis alga coklat (phaeophyta) yakni A. spicifera, (horizontal net) dan longline. Beberapa jenis
Gymnogongrus crenulatus, Laurencia natelantis filamentous alga yang sama ditemukan menempel
dan Callithamnion tetricum [5]. pada thallus yakni jenis C. crassa, E flaccida, H.
Selanjutnya, ditemukan 6 jenis filametous flagelliformis dan Ceramium sp.
alga yang ditemukan menempel pada thallus K.
alvarezii yang dibudidayakan menggunakan rakit
jaring apung yakni terdiri dari kelas Rhodophyta 2
jenis (Gracilaria bursapastoris, Laurencia
papillosa) dan kelas Phaeophyta 3 jenis
(Ceramium sp, E. flaccida, Padina sp) dan

100.0 100.0
Basket net I Basket net II
90.0 90.0
(Ind/m2/hari)

80.0 80.0
70.0 70.0
60.0 60.0
50.0 50.0
40.0 40.0
30.0 30.0
20.0 20.0
10.0 10.0
0.0 0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des 21- 28- 05-Des 12-Des 19-Des
Nov Nov

5 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

100.0 Basket net III 100.0 TOTAL


90.0 90.0
80.0 80.0
(Ind/m2/hari)

70.0 70.0
60.0 60.0
50.0 50.0
40.0 40.0
30.0
30.0
20.0
20.0
10.0
10.0
0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des 0.0
21- 28- 05-Des 12-Des 19-Des
Waktu Pengamatan (2022) Nov Nov
Waktu Pengamatan (2022)

keterangan:

Gambar 1. Hasil Analisis laju penempelan filamentous alga

ditemukan menempel di pertengahan penelitian,


sedangkan jenis E. intestinalis hanya muncul di
hari terakhir penelitian.
Laju penempelan tertinggi filamentous
alga pada thallus K. alvarezii sebesar 56,9
ind/m2/hari yaitu jenis G. reflexum. Tingginya laju
Laju Penempelan Filamentous Alga penempelan jenis G. reflexum disebabkan
kandungan unsur nitrat dan fosfat yang optimum
Penempelan jenis-jenis filamentous alga di
dan mendukung keberadaan jenis tersebut. Serta
perairan memiliki waktu dan dampak yang
filamentous alga jenis lain juga akan tumbuh
berbeda-beda. Beberapa jenis filamentous alga
dengan baik jika nitrat di lokasi penelitian berkisar
mempunyai waktu penempelan dan memberikan
antara 0,108-0,126 mg/l dan fosfat berkisar antara
dampak infeksi yang berbeda pada thallus rumput
0,032-0,058 mg/l. Kandungan nitrat bagi
laut [18].
pertumbuhan makroalga yang optimum berkisar
Filamentous alga ditemukan menempel pada
0,0120- 0,3748 mg/l, sedangkan kandungan fosfat
thallus K. alvarezii yakni pada hari ke-7
yang baik untuk produktivitas K. alvarezii adalah
pengamatan. Jenis yang menunjukkan waktu
0,02-1,0 mg/l [19].
penempelan yang cukup lama dan terus meningkat
Sementara jenis E. flaccida juga ditemukan
dari tiap-tiap pengamatan adalah spesies G.
menempel dengan laju penempelan sebesar 43,1
reflexum. Spesies lain seperti E. flaccida,
ind/m2/hari. Laju penempelan jenis ini
Ceramium sp, C. Virgatum, dan C. crassa baru
dikategorikan sedang dibandingan dengan laju

6 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

penempelan filamentous alga jenis lain yang ukurannya sangat kecil dan melakukan penempelan
ditemukan menempel pada thallus K. alvarezii dengan cara melilit organisme inang yang ditemui,
selama pengamatan. E. flaccida terlihat seperti salah satunya yaitu thallus rumput laut.
rambut yang berwarna hitam kecoklatan, Selain itu sifat penempelan yang
menempel pada thallus, seluruh bagian tubuhnya membedakan kedua jenis tersebut dengan jenis
tertanam di permukaan thallus. Hal ini filamentous alga lainnya yaitu dari segi cara hidup
mengakibatkan permukaan thallus menjadi kasar yang mengapung bebas di perairan dengan obyek
seperti terdapat tonjolan-tonjolan, filamentous alga penempelan atau habitat asli pada bebatuan [22].
ini dapat bertumbuh lalu menutupi semua lapisan Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa
permukaan luar thallus [3]. makroepifit yang menyerupai rambut yang
Tingginya laju penempelan E. flaccida menggumpal akan lebih cepat sampai di
juga dapat disebabkan oleh adanya vegetasi lamun permukaan atau substrat yang ingin ditempelinya
di lokasi penelitian, area budidaya yang dekat sehingga kemungkinan spora alga lain tidak cukup
dengan lamun ditemukan penempelan jenis E. mendapatkan tempat atau ruang untuk menempel
Flaccida sedangkan yang jauh dengan lamun E. [23].
flaccida tidak ditemukan menempel pada thallus. Total laju penempelan filamentous alga
filamentous alga E. flaccida dibawa oleh lamun selama penelitian diperoleh laju penempelan
mati yang tersangkut di alat budidaya [20]. tertinggi yaitu jenis G. reflexum dengan laju
Banyaknya bagian lamun mati yang penempelan tinggi di awal penelitian kemudian
terbawa ke daerah budidaya rumput laut juga di menurun di tengah-tengah penelitian dan
pengaruhi oleh kecepatan arus di lokasi penelitian meningkat kembali di akhir penelitian. Kondisi laju
yakni berkisar antara 0,03-0,24 m/detik. Kecepatan penempelan tersebut disebabkan oleh sifat dari
arus tersebut tergolong normal sehingga masing-masing jenis filamentous alga [10], dan
filamentous alga dapat menempel dengan mudah juga dipengaruhi oleh bentuk (morfologi) dari
pada thallus rumput laut, sebaliknya jika kecepatan jenis-jenis filamentous alga, jenis yang menyerupai
arus pada lokasi penelitian di atas normal/-cepat helaian/tegakan akan lebih kuat menempel pada
maka akan menyebabkan filamentous alga tidak thallus K. alvarezii jika dibandingkan dengan
mempunyai kesempatan untuk menempel pada filamentous alga yang berbentuk seperti helaian
thallus rumput laut karena akan mudah terbawa rambut yang mengumpal [24]. Rendahnya jenis G.
arus [4]. Kecepatan arus merupakan salah satu reflexum pada pertengahan penelitian dapat
parameter yang mempengaruhi laju penempelan disebabkan adanya persaingan tempat menempel
filamentous alga di perairan dikarenakan hal pada thallus dengan jenis filamentous alga lain
tersebut dapat mempengaruhi daya lekat holdfast yang baru muncul di pertengahan penelitian.
dan penyebaran spora di perairan [21]. Kemudian pada akhir penelitian laju penempelan
Filamentous alga yang ditemukan dengan filamentous alga jenis G. reflexum kembali tinggi
penempelan terendah yaitu jenis A. crinita dengan setelah menurun di pertengahan penelitian, hal
laju penempelan sebesar 0,5 ind/m 2/hari dan jenis tersebut dapat dipengaruhi oleh daya lekat holdfast
C. crassa dengan laju penempelan sebesar 1 G. reflexum lebih kuat jika dibandingkan dengan
ind/m2/hari. Rendahnya laju penempelan kedua filamentous alga jenis lain, sehingga G reflexum
jenis filamentous alga tersebut disebabkan oleh dapat bersaing dalam perebutan tempat menempel
morfologi dari A. crinita dan C. crassa yang pada thallus K alvarezii [25].
menyerupai benang atau rambut yang Berdasarkan kondisi laju penempelan yang
menggumpal. Thallus membentuk rumpun dengan diperoleh selama penelitian menunjukkan adanya
konstruksi filamen yang tidak bercabang (alga perbedaan laju penempelan dari beberapa jenis alga
yang sederhana), memiliki holdfast rhizoid yang filamen yang mengawali kolonisasi baru pada

7 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

thallus K. alvarezii yang dibudidayakan. Perbedaan sedangkan kecepatan arus, nitrat, fosfat dan suhu
laju penempelan tersebut mengambarkan berkorelasi negatif terhadap laju penempelan. [14]
perbedaan sifat masing-masing jenis alga filamen dalam penelitiannya menjelaskan hasil analisis
dalam mengawali penempelan pada habitat dan korelasi laju penempelan dan parameter kualitas air
juga dalam merespon kondisi lingkungan yang didapatkan bahwa parameter yang berhubungan
terjadi. Pengamatan tersebut memberikan isyarat secara nyata dengan laju penempelan adalah suhu
adanya pola pergantian yang terjadi pada jenis- dan salinitas dimana hubungan yang terjadi adalah
jenis filamentous alga yang menempel [25]. sangat kuat dan positif dengan koefisien korelasi
Penempelan filamentous alga dapat sebesar 0,894 dan 0,891.
memberikan dampak buruk bagi thallus rumput Berkorelasi positif artinya laju penempelan
laut. Pertumbuhan rumput laut akan relatif sama dengan kualitas air searah sedangkan berkorelasi
dari hari ke hari dan bobot harian, pun akan negatif laju penempelan dengan kualitas air saling
semakin rendah diakibatkan oleh perubahan unsur berlawanan. Kedalaman perairan berkorelasi
hara dan ruang hidup. Keberadaan filamentous alga positif terhadap laju penempelan yang artinya
mampu menjadi pesaing bagi rumput laut budidaya kedalaman dengan laju penempelan memiliki sifat
karena dapat menempel pada thallus, yang dapat
yang searah dimana semakin dalam dangkal
menganggu dan menghalangi rumput laut budidaya
perairan maka laju penempelan cenderung rendah,
untuk memperoleh makanan, tempat dan cahaya.
Filamentous alga juga dapat mengundang begitu juga sebaliknya [48]. Sementara itu,
kehadiran organisme pemakan thallus yang kecepatan arus berkorelasi negatif terhadap laju
merugikan rumput laut budidaya, seperti salah penempelan yang artinya kecepatan arus dengan
satunya adalah ikan baronang (Siganus javus) [26]. laju penempelan berlawanan arah, dimana jika
Filamentous alga juga dapat menjadi kecepatan arus rendah maka laju penempelan
kontaminan penyakit yang pada akhirnya cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya semakin
menyebabkan infeksi pada thallus, dan kualitas cepat kecepatan arus maka laju penempelan
bibit menjadi tidak layak budidaya. Oleh karena itu cenderung rendah. Hal tersebut dipengaruhi oleh
ketahanan rumput laut terhadap penempelan daya lekat holdfast dan penyebaran spora di
filamentous alga merupakan indikator keberhasilan perairan [21]. Jika kecepatan arus rendah maka
usaha budidaya rumput laut. Keberadaan filamentous alga dapat menempel dengan mudah
organisme penempel ini secara tidak langsung akan
pada thallus, pada saat spora dilepaskan maka
menyebabkan timbulnya penyakit rumput laut
seperti kerusakan pada thallus [27]. spora akan menempel pada basket net kemudian
Berdasarkan hasil korelasi antara laju akan menempel kembali pada thallus. Namun
penempelan dengan parameter kualitas air sebaliknya jika kecepatan arus tergolong cepat
dianalisis menggunakan uji pearson menunjukan maka dapat menyebabkan filamentous alga tidak
bahwa kedalaman, kecerahan, salinitas, pH mempunyai kesempatan untuk menempel pada
berkorelasi positif terhadap laju penempelan thallus karena akan mudah terbawa oleh arus [4].

8 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

100.0 Basket net II


(Tegakan/cm2)

90.0
80.0 Basket net I 80.0
70.0
60.0
60.0
50.0
40.0 40.0
30.0
20.0 20.0
10.0
0.0 0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des 21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des

100.0 Basket net III 100.0 Total


(Tegakan/cm)

90.0
80.0 80.0
70.0
60.0 60.0
50.0
40.0 40.0
30.0
20.0 20.0
10.0
0.0 0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des 21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des
Waktu Pengamatan (2022) Waktu Pengamatan (2022)

Keterangan:

Gambar 2. Hasil analisis jumlah tegakan filamentous alga


dan kimia perairan. Lambatnya kecepatan arus
3.3. Jumlah Tegakan Filamentous Alga dilokasi penelitian berkisar antara 0,06-0,24
m/detik, dapat memperlambat pergerakan spora
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan jenis G. reflexum dan E. flaccida, sehingga spora
jumlah tegakan tertinggi filamentous alga yang
menempel pada thallus K. alvarezii yaitu sebesar kembali melekat pada thallus rumput laut yang
76,7 tegakan/cm2 dengan jenis G. reflexum, dan berada di dalam alat budidaya basket net.
diikuti oleh jenis E. flaccida dengan jumlah Rumput laut yang dibudidayakan di
tegakan sebesar 58,1 tegakan/cm2. Tingginya Kabupaten Sinjai memperoleh tutupan alga filamen
jumlah tegakan kedua jenis filamentous alga yang tinggi disebabkan oleh kecepatan arus kurang
tersebut dapat dipengaruhi oleh parameter fisika optimal untuk pertumbuhan makroalga, yaitu

9 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

berkisar antara 0,05-0,35 m/s, sehingga spora alga misalnya suhu terlalu panas ataupun terlalu tinggi
filamen dapat langsung melekat pada permukaan serta salinitas yang terlalu rendah dan meningkat
thallus [28]. Peningkatan suhu perairan juga dapat menjadi tinggi. Terlihat pada pengukuran suhu dan
mempengaruhi jumlah tegakan filamentous alga, salinitas selama penelitian berubah-ubah, suhu dari
misalnya suhu air laut meningkat dari 270C 290C menjadi 31,90C dan salinitas dari 20‰
menjadi 310C, perubahan suhu dapat bertindak menjadi 28‰. Berdasarkan data nilai pengukuran
sebagai mekanisme pemicu dan isyarat untuk alga suhu dan salinitas tersebut menunjukan perubahan
filamen menginfeksi rumput laut [9]. yang cukup signifikan, menyebabkan rumput laut
Jumlah tegakan filamentous alga terendah menjadi dengan mudah terserang biota penempel
yang ditemukan menempel pada thallus K. [3].
alvarezii yakni sebesar 0,6 tegakan/cm2 dengan Selain itu juga di pengaruhi oleh adanya
jenis A. crinita. Rendahnya jumlah tegakan A. pergantian baik jenis maupun intensitas biota
crinita dikarenakan bentuk morfologi dari tubuh A. penempel yang berkaitan erat dengan jenis-jenis
crinita membentuk gumpalan benang halus penempel lain yang membentuk komunitas dan
(jumbai) yang menutupi thallus rumput laut mempengaruhi secara biologis jenis alga filamen
sehingga terjadi persaingan tempat menempel yang telah ada sebelumnya [28]. Jumlah tegakan
dengan jenis filamentous alga lainnya [24].
filamentous alga pada thallus K. alvarezii dapat
Jumlah tegakan filamentous alga juga
dilihat pada Gambar 4.
dipengaruhi oleh perubahan suhu dan salinitas,

Tabel 1. Hasil pengukuran parameter Fisika-Kimia di Perairan Bungin Permai [1]


Nilai
No Parameter Satuan Titik Titik pengamatan Titik
pengamatan I II pengamatan III
1. Fisika
- Suhu C
0
30,5-31,8 30,5-31,9 29,4-31,9
- Kecepatan m/detik 0,06-0,14 0,08-0,22 0,07-0,24
Arus
- Kecerahan % 27-68 26-50 25-68
- Kedalaman m 0,76-3 1-2,96 1,34-3,10
2. Kimia
- Salinitas ‰ 20-25 20-24 21-28
- Nitrat mg/L 0,116-0,179 0,126-0,183 0,108-0,185
- Fosfat mg/L 0,038-0,056 0,035-0,057 0,032-0,058
- DO mg/L 5,3-6,2 5,7-6,4 5,5-6,2
- pH - 7,21-7,56 7,39-7,59 7,42-7,70

Tabel 2. Hasil analisis korelasi antara laju penempelan dan parameter kualitas air [2]
Suhu Kedala kecera Kecepatan Salinitas Ph DO Nitrat Fosfat
man han arus
Laju - 0,818 0,969 -0,800 0,967 0,805 0,220 -0,577 -0,805
penem 0,963
pelan
10 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

yang di peroleh selama penelitian di perairan


Bungin Permai yaitu 29,4-31,9 0C, merupakan suhu
yang masih berada dalam batas kelayakan untuk
mendukung pertumbuhan rumput laut. Kisaran
nilai suhu normal untuk kehidupan makroalga
antara 25-350C [33]. Suhu juga mempengaruhi
3.4. Parameter kualitas air aktivitas fotosintesis baik rumput laut maupun
filamentous alga di perairan. Suhu berpengaruh
Nilai parameter fisika dan kimia yang terhadap kecepatan fotosintesis makroepifit [14].
diperoleh selama penelitian di perairan Bungin Kedalaman menjadi faktor penentuan lokasi
Permai selama 35 hari pengamatan masih dalam budidaya rumput laut karena kedalaman
kategori baik dan optimum bagi pertumbuhan berhubungan dengan daya tembus sinar matahari
rumput laut dan filamentous alga. Hasil yang berpengaruh penting pada pertumbuhan [34].
pengukuran kecepatan arus yang di peroleh selama Kedalaman perairan selama penelitian berkisar
penelitian yakni berkisar 0,06-0,24 m/detik, masuk antara 0,76-3,10 m, kisaran tersebut dikatakan baik
kategori lambat hingga sedang. Arus perairan untuk budidaya rumput laut. Hal ini sesuai dengan
dikelompokan menjadi beberapa kategori yaitu penjelasan yang menyatakan bahwa kisaran
sangat cepat (>1cm/detik), cepat (0,5-1cm/detik), kedalaman perairan yang baik adalah <3-5 m [35].
sedang (0,25-0,5cm/detik), lambat (0,1-0,2 Hasil pengukuran salinitas yang di peroleh
cm/detik) dan sangat lambat (<0,1cm/detik) [29]. selama penelitian yakni berkisar antara 20-28 ‰,
Arus yang ideal untuk pertumbuhan rumput dengan rata-rata 23,2 ‰ (lebih didominasi oleh
laut sebesar 0,2-0,4 m/detik. Rumput laut salinitas dengan nilai 20-25 ‰). Meskipun nilai
mempunyai batas optimum pada kondisi arus tersebut berada di bawah rata-rata salinitas di
budidaya sehingga dapat menunjang perairan Sulawesi Tenggara, masih menunjukan
pertumbuhannya [30]. Kecepatan arus menentukan kisarann optimum baik bagi rumput laut yang di
pertumbuhan organisme, membawa material dan budidaya maupun filamentous alga yang
nutrien mengikuti arah arus di perairan [31]. menempel. Kondisi salinitas yang baik untuk
Kecepatan arus yang relatif cepat akan pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar antara 15-
mempengaruhi pertumbuhan filamen pada thallus, 35 ‰ [36]. Kisaran salinitas selama penelitian
kecepatan arus yang lambat menyebabkan masih dalam kisaran yang dapat ditolerir sehingga
makroalga tumbuh subur sehingga mendominasi mampu mendukung pertumbuhan rumput laut.
pengambilan cahaya, ruang dan makanan Makroalga akan mengalami pertumbuhan yang
dibandingkan rumput laut yang dibudidaya [25]. lambat, apabila salinitas terlalu rendah (<15‰)
Cahaya matahari akan lebih banyak diserap oleh atau terlalu tinggi (>35‰) dari kisaran salinitas
makroalga dibandingkan rumput laut yang yang sesuai dengan syarat hidupnya hingga jangka
dibudidayakan. Sebaliknya apabila kecepatan arus waktu tertentu [37].
yang terlalu tinggi juga akan memberikan dampak Berdasarkan hasil analisis nitrat yang
negatif terhadap rumput laut yaitu patahan bagian diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,108-
thallus rumput laut. Kisaran kecepatan arus yang 0,185 mg/l. Kandungan nitrat >0,04 mg/l
baik untuk pertumbuhan makroalga 0,10-0,50 m/s merupakan standar optimal untuk pertumbuhan
[32]. rumput laut [38]. Berdasarkan hasil tersebut
Parameter suhu yang di peroleh juga masih kandungan nitrat pada daerah penelitian memenuhi
dalam kategori layak bagi keberadaan filamentous standar yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
alga dan rumput laut di perairan. Kisaran suhu rumput laut dan filamentous alga, sehingga dapat

11 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

digunakan untuk daerah budidaya. Kandungan SIMPULAN


nitrat dikategorikan layak untuk pertumbuhan
rumput laut jenis K. alvarezii yakni berkisar antara 1. Filamentous alga ditemukan menempel pada
0,0120 – 0,3748 mg/l [39]. thallus K. alvarezii pada hari ke-7 penelitian
Pengukuran kandungan fosfat selama dengan laju penempelan tertinggi yaitu jenis G.
penelitian yaitu berkisar antara 0,032-0,058 mg/l. reflexum sebesar 57 ind/m2/hari dan laju
Berdasarkan hasil penelitiaan bahwa kandungan penempelan terendah yaitu jenis A. crinita
fosfat yang diperoleh dari daerah penelitian sebesar 0,5 ind/m2/hari.
dikatakan cukup baik untuk rumput laut dan 2. Jumlah tegakan filamentous alga tertinggi yang
filamentous alga. Kandungan fosfat yang sesuai ditemukan menempel pada thallus K. alvarezii
untuk budidaya rumput laut berkisar antara 0,02-1 yaitu jenis G. reflexum sebesar 76,7 tegakan/cm
mg/l [40]. Konsentrasi fosfat yang tinggi ini sedangkan jumlah tegakan terendah yaitu jenis
disebabkan tingginya difusi fosfat dari sedimen. A. crinita sebesar 0,7 tegakan/cm.
Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama 3. Hasil uji korelasi person antara laju penempelan
fosfor dalam dalam siklus yang terjadi di laut, dengan parameter kualitas air menunjukan nilai
umumnya dalam bentuk partikulat yang berkaitan kedalaman, kecerahan, salinitas, pH berkorelasi
dengan senyawa hidroksida dan oksidasi besi positif terhadap laju penempelan. Sedangkan
[421]. Sumber antropogenik fosfat berasal dari kecepatan arus, nitrat, fosfat dan suhu
detergen, hal tersebut dapat dilihat dari kehidupan berkorelasi negatif terhadap laju penempelan.
masyarakat desa terapung limbah detergen dibuang
dilaut [42].
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) di
perairan Bungin Permai selama penelitian yakni
berkisar antara 5,3-6,4 mg/l. Nilai oksigen terlarut
DAFTAR PUSTAKA
tersebut merupakan kondisi yang cukup sesuai
untuk budidaya rumput laut K. alvarezii [43]. [1] Aslan, L.M., L.O.A.R. Nadia. 2010. Potret
Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk Masyarakat Pesisir Sulawesi Tenggara Unhalu
menunjang kegiatan budidaya rumput laut berkisar Press.
antara 3-8 mg/l [44]. Baku mutu oksigen terlarut [2] Arisandi, A., Farid, A., Wahyuni, E. A., &
(DO) untuk pertumbuhan rumput laut adalah lebih Rokhmaniati, S .2013. Dampak Infeksi Ice-ice
dari 5 mg/l [45]. dan Epifit Terhadap Pertumbuhan Eucheuma
Nilai pH yang diperoleh selama penelitian Cottonii. Jurnal Jurusan Ilmu Kelautan
yakni berkisar antara 7,21-7,70, nilai tersebut Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo.
tergolong baik dan normal. Perairan laut memiliki [3] Yulianti, Y., Kasim, M., Irawati, N.2018. Laju
nilai pH relatif normal karena adanya penyangga Penempelan dan Jumlah Filamen Elaschista
cukup kuat dari hasil keseimbangan dari karbon Falccida Pada Talus Kappaphycus Alvarezii
dioksida, asam karbonat dan bikarbonat yang di Perairan Tanjung Tiram. Jurnal
disebut dengan buffer [46]. Rumput laut tumbuh Manajemen Sumber Daya Perairan, 3(2):
pada pH 7-9 dengan pH optimal bagi pertumbuhan 151-158.
K. alvarezii 7,3-8,2 (Cornelia et al., 2005). Oleh [4] Devi., Kasim M., & Irawati, N. 2020.
karena itu, nilai pH pada lokasi penelitian Perbandingan Jumlah Tegakan Filamentous
menunjukkan bahwa nilai pH tersebut masih layak Alga pada Thallus Kappaphycus Alvarezii dan
untuk mendukung pertumbuhan rumput laut K. Eucheuma Dinticulatum di Perairan Desa
alvarezii yang dibudidayakan. Tanjung Tiram. Jurnal Manajemen Suber
Daya Perairan, 5(4): 286-298 hal.

12 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

[5] Almualam, Kasim. M., Salwiyah. 2016. Laju Teluk Gerupuk, Lombok Tengah.Jurnal
Penempelan Makroepifit Pada Thallus Biologi Tropis, 18(2): 208-215.
Kapaphycus Alvarezii di Perairan Lakorua [13] Ghazali M., Nikmatullah A. 2015. IBM desa
Kabupaten Buton Tengah. Jurnal Manajemen Buwun Mas sebagai Reinkarnasi Sentra
Sumberdaya Perairan,1(3): 237-248. Budidaya Rumput Luat Lombok melalui
[6] Kasim, M., Marlia., & Abdullah. 2016. Suksesi Penerapan Teknologi Bondre. Laporan
dan Komposisi Jenis Makroepifit Pada Pengabdian.Universitas Mataram.
Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Yang [14] Wati, N., Kasim M., Salwiyah. 2019. Laju
Dibudidayakan Dengan Rakit Jaring Apung di Penempelan Makroepiphyte Pada Thallus
Perairan Desa Tanjong Tiram Kabupaten (Eucheuma Denticulatum) Pada Kedalaman
Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber yang Berbeda Menggunakan Verti Net di
Daya Perairan Kendari, 1(4): 451-461 hal. Perairan Desa Tanjung Tiram Kebupaten
[7] Purbiantoro, W., Lesmana, W., & Arfah, H. Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber
2013. Jenis dan Pengaruh Keberadaan Alga Daya Perairan, 4(4): 274-291, E-Issn 2503-
Filamen Pada Kegiatan Budidaya Eucheuma 4286
Cottonii di Perairan Teluk Kotania, Seram [15] Haris, B. A. J., Kasim, M., Salwiyah., Balubi,
Bagian Barat, Maluku (The Effect of The A. M., & Jalil, W. 2022. Epiphyte attachment
Existence of Filament Algae on Eucheuma preference on Eucheuma denticulatum
Cottonii Cultivation Activity in Kotania Gulf (Rhodophycea) Thallus and vertical Net. IOP
Waters, West Seram, Maluku). Jurnal Sains Conference Series: Earth and Environmental
Terapan, 3(1): 8;15. Science.
[8] Ariandi, R. F. 2010. Kelimpahan Teritip [16] Sadam., Kasim, M., & Salwiyah. 2022. Laju
(Balanus spp) pada Tiang Pelabuhan TPI Penempelan Epifit Jenis Neosiphonia sp. Pada
Purnama Kota Dumai, Skripsi, Universitas Thallus Kappaphycus alvarezii yang
Riau, Pekanbaru. 85 Hal. dipelihara dengan Alat Horinet pada Area
[9] Vairappan, C.S. 2006. Seasonal Occurrences of Budidaya Rumput Laut di Perairan Pantai
Epiphyte Algae on the Cocmercially Lakeba Kota Bau-Bau. Jurnal Manajemen
Cultivated Red Alga Kappaphycus Alvarezii Sumberdaya Perairan, 8(1): 31-45.
(Solieriaceae, Gigartinales, Rhodophyta). [17] Marlia, Kasim, M., & Abdullah. 2016. Suksesi
Journal Appl Phycol. 18: 611-617. dan Komposisi Jenis Makroepifit pada
[10] Mulyaningrum S. R. H., Suryanto H. S, Paena Rumput laut Jenis Kappaphycus alvarezii
M., Rante B.T. 2019. Identifikasi Epifit Pada yang dibudidayakan dengan Rakit jaring
Kappaphycus Alvarezii Area Budidaya Apung di Perairan Desa Tanjung Tiram,
Rumput Laut di Perairan Arungkeke, Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal
Jeneponto dan Pengaruhnya Terhadap Manajemen Sumberdaya Perairan, 1(4): 451-
Kualitas Karangenan. Jurnal Ilmu Kelautan 461.
Indonesia, 24(3): 146-152, ISSN 0853-7291 [18] Leonardi, P.I., Miravalles, A. B., Faugeran, S.,
[11] Lluch. J. R. 2004. Morphological and Flores, V., Beltran, J., & Correa, A. 2006.
anatomical study of the reflexed spesies of the Diversity, Phenomenology and Epidermiologi
genus Gastroclonium kutzing of Epiphytism in Farmed Glacilaria Chile.
(Rhodophyceae). Hidrobiologica, 14(2): 145- Europan Journal of Phycology, Vol 41(2):
155. 247-547 pg.
[12] Ghazali M., Mardiana., Menip., Bangun. [19] Lutfiati, L., Cokrowati, N., & Azhar, F. 2022.
2018. Jenis-Jenis makroalga Epifit pada Difference Long Irradiantion on The Growth
Budidaya (kappaphycus Alvarezii) di perairan

13 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

Rate of kappaphycus alvarezii. Jurnal Biologi [27] Mala, L., Latama, G, Abustang, Tuwo, A.
Tropis, 22(1): 121-130. 2016. Analisis Perbandingan Pertumbuhan
[20] Rahman, A. & Kolopita, E. F. M. 2015. Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Varietas
Kondisi Lingkungan Perairan dan Rumput Coklat yang Terkena Epifit di Perairan
Laut Kappaphycus Alvarezii yang Libukang, Kabupaten Jeneponto. Jurnal
dibudidayakan di Desa Jayakarya, Kabupaten Rumput Laut Indonesia. 1(1): 52-56.
Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. [28] Aqmal, A., Tuwo, A. Haryati. 2016. Analisis
Jurnal Budidaya Perairan, 3(1): 93-100. Hubungan antara Keberadaan Alga Filamen
[21] Supriatno., Kasim, M., & Irawati, N. 2016. Kompetitor Terhadap Pertumbuhan dan
Keanekaragaman Jenis dan Kepadatan Kandungan Karaginan Rumput Laut
Makroepifit Pada (Eucheuma Denticulatum) Kappaphycus Sp. di Provinsi Sulawesi
dalam Rakit Jaring Apung di Perairan Desa Selatan. Jurnal Rumput Laut Indonesia, 1(2):
Tanjung Tiram Kabupaten Konawe Selatan. 94-102
Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. [29] Mason, C.F. 1981. Biological of Freshwater
1(3): 225-236. Pollution. Longman, New York.250 P
[22] Djokosetyo, D., Efendi, I., & Antara, K. L. [30] Christiani, R. G., Ngurah, I G. P. D., & Luh,
2008. Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii N. P. R. P.2019. Perbandingan Laju
Variates Maumere, Variates Sacol dan Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma
Eucheuma denticulatum di Perairan Muisi, Cottoni) Dengan Menggunakan System
Beleleng. Jurnal Ilmu kelautan, 13(3): 717- Budidaya Ko-Kultur dan Monokultur di
176. Perairan Pantai Geger, Nusa Dua, Bali. Jurnal
[23] Rombe, K.H. Yasir,I.,Amran, M. A. 2016. Of Marine Research and Technology. Vol.
Komposisi Jenis dan Laju Pertumbuhan 2(1). Hal 8-16.
Makroalga Fouling Pada Media Budidaya [31] Handayono, M. S. G., Muslim, & Wulandari,
Rumput Laut di Perairan Kabupaten S. Y. 2012. Karakteristik Pola Arus Dalam
Bantaeng. Jurnal Rumput Laut Indonesia, Kaitannya Dengan Kondisi Kualitas Perairan
1(1):40-45. dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan
[24] Yaegashi, K., Yamagishi, Y., Uwai, S., Abe, Taman Kawasan Nasional Laut Karimunjaya.
T., Santianez, W. J. E., & Kogame, K. 2015. Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas
Two Spesies of the Genus Acinetospora Diponegoro. Semarang. Jurnal Bulletin
(Ectocarpales, Phaeophyta) from Japan: A. Oseonografi Marina, 1(2): 63-74
Filamentosa comb. Nov. and A. asiatica sp. [32] Dubost, N., G. Masson, & J. Moreteau. 1996.
nov. Botanica Marina, 58(5): 331-343. Temperature Fresh Water Fouling on
[25] Rombe, K. H., Yasir., Amran M. A., 2013. Floating Net Cages: Method of Avaluation,
Komposisi Jenis Laju Pertumbuhan Model and Composition. Aquaculture, 143:
Makroalga Fouling Pada Media Budidaya 303-318.
Ganggang Laut di Perairan Kabupaten [33] Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) Dan
Bantaeng. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai
Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Salah Satu Indikator Untuk Menentukan
Hasanudin: Makassar. Hal 9-12. Kualitas Perairan. Jurnal Oseana, 30(2): 21-
[26] Yulianto, K. 2004. Fenomena Faktor 26.
Pengontrol Penyebab Kerugian Budidaya [34] Sediadi & Budiharjo. 2000. Rumput Laut
Karaginofit di Indonesia. Oseana, 2(19): 17- Komoditas Unggulan. Penerbit PT Gramedia
23. LIPI Widiasarana Indonesia. Jakarta. 31 Hal.

14 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research

[35] Ariyati R. W., Sya’rani L., Arini E.2007. [44] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. 2008.
Analisis Kesesuaian Perairan Pulau Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut
Karimunjaya dan Pulau Kemujan Sebagai Eucheuma spp. DKP RI, Ditjenkanbud.
Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Jakarta. 41 hal.
System Informasi Geografis. Jurnal Pasir [45] Sulistijo & Atmadja, W. S. 1996.
Laut, 3(7): 27-45. Perkembangan Budidaya Rumput Laut Di
[36] Aslan, M. 1999. Budidaya Rumput Laut. Indonesia. Puslitbang Oseonografi LIPI.
Kanisius. Yogyakarta. Jakarta.
[37] Choi, T.S., E.J. Kang, J. H. Kim, & K.Y. Kim. [46] Kangkan AL. 2006. Studi Penentuan Lokasi
2010. Effect Of Salinity On Growth And untuk Pengembangan Budidaya Laut
Nutrient Uptake Of Vulva Pertusa Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia, Biologi
(Chlorophyta) From An Eelgrass Bed. Alga, di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur.
25 (1): 17-25 [Tesis].PPs. Undip Semarang. 129 hal.
[38] BSN (Badan Standar Nasional). 2011. [47] Cornelia, I. M, H. Suryanto, A. Dartoyo.2005.
Produksi Bibit Rumput Laut Kotoni Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis
(Eucheuma Cottoni) - Bagian 1: Metode Kesesuaian Budidaya Rumput Laut. Pusat
Lepas Dasar. Jakarta. Survey Sumberdaya Alam Laut Bakosurtanal.
[39] Sahrijanna A., & Sutrisyani. 2009. Cibinong. 36 Hal.
Pengamatan Kandungan Nitrat di Sekitar
Perairan lahan Budidaya Rumput Laut [48] Lobban, C.S. & P.J. Harrison 1997. Seaweed
(Kappaphycus alvarezii) di Tonyaman, Mariculture Scope & Potential in India.
Polewali, Sulawesi Barat. Bul. Tek. Lit. Aquaculture Asia, 8(4): 26-29 Hal
Akuakultur, 8(2): 127-128.
[40] Lase, P. J., Tuhumury, S. F., & Waas, H. J.
2020. Analisis Kesesuaian Lokasi Budidaya
Rumput Laut (Eucheuma cottoni) dengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis di
Perairan Teluk Ambon Baguala. TRITON:
Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan,
16(2): 77-83.
[41] Patty, S.I., Hairati, A., & Malik, S. A. 2015.
Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen Terlarut
dan pH Kaitannya dengan Kesuburan di
Perairan Jikumerasa, Pulau Buru. Jurnal
Pesisir Laut dan Tropis, 1(1): 43-50.
[42] Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
[43] Antari, N. P. P. S. D., Watiniasih, N. L., &
Dewi, A. P. W. K. 2021. Pertumbuhan
Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dengan
Berat Bibit Awal Berada di Pantai Pantai
Pandawa, Bali. Jurnal Biologi Udayana,
25(2): 122-129.

15 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai