Anda di halaman 1dari 8

Sapa Laut Agustus 2019. Vol.

4(3): 135-142 E-ISSN 2503-0396

KEPADATAN DAN POLA DISTRIBUSI SACCOSTREA CUCULLATA


DI PERAIRAN TELUK KENDARI

Density and Distribution Pattern of Saccostrea cucullata in Kendari Bay

Muhammad Ruslin1, Muhammad Ramli2, Wa Nurgayah3,


1Mahasiswa
Jurusan Ilmu Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo.
Jl. H.E.A Mokodompit Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232, Telp/Fax: (0401) 3193782
2Surel: muh.ramli @gmail.com
3Surel: nurgayah_fish@yahoo.com

Abstrak
Saccostrea cucullata adalah hewan invertebrata yang umumnya ditemukan melekat pada substrat seperti pada batuan dan
akar bakau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan dan pola distribusi S. cucullata dan untuk mengetahui
pengaruh kualitas air terhadap kerapatan dan pola distribusinya. Penelitian ini dilakukan dari Desember 2018 hingga
Maret 2019 di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode transek kuadratik dengan 1 x 1 m diterapkan untuk mengamati
sampel sementara pengumpulan data kualitas air dilakukan secara in situ. Data dianalisis secara deskriptif untuk
menentukan kepadatan dan pola distribusi S. cucullata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi
ditemukan di muara dengan 112.067 ind/m2 sedangkan terendah ditemukan di area reklamasi 4.667 ind/m2. Pola
distribusi S. cucullata menelompok dan seragam di lokasi. Parameter yang dominan mempengaruhi kepadatan dan pola
distribusi S. cucullata adalah suhu, kecepatan arus, dan salinitas masing-masing di daerah penelitian.

Kata Kunci: S. cucullata, Kepadatan, Pola Distribusi, Kualitas Air, Transek Kuadrat, Teluk Kendari.

Abstract
Saccostrea cucullata is an invertebrate animal which is commonly found attached to the substrate such as in rocks and
mangrove roots. This study aimed to determine the density and distribution pattern of S. cucullata and to find out the
effect of water quality on its density and distribution patterns. This research was conducted from December 2018 to
March 2019 in Kendari Bay, Southeast Sulawesi. Quadratic transect method with 1 x 1 m was applied to observe samples
while water quality data collection was in situ measured. Data were analyzed descriptively to determine the density and
distribution pattern of S. cucullata. Results showed that the highest density was found in estuary with 112,067 ind/m2
while the lowest found in reclamation area with 4,667 ind/m2. Distribution pattern of S. cucullata was clustered and
uniform at location. Dominantly parameters that influence density and distribution pattern of S. cucullata were
temperature, current velocity, and salinity respectively in study area.

Keywords: S. cucullata, Density, Distribution Pattern, Kualitas Air, Quadrat Transect, Kendari Bay.

Pendahuluan
Saccostrea cucullata merupakan salah ekologis dan ekonomis (Peterson, dkk 2003).
satu hewan laut yang tergolong dalam hewan Secara ekologis S. cucullata dikategorikan
yang tidak bertulang belakang atau sebagai biota penting pembentuk ekosistem.
invertebrata. S. cucullata termasuk dalam Selain itu juga S. cucullata mempunyai nilai
filum Mollusca dan tergolong dalam kelas ekonomis yang tinggi karena hewan ini dapat
Bivalvia (Nontji, 1993). Secara morfologi S. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijual
cucullata memiliki sepasang cangkang yang maupun dikonsumsi pribadi karena S.
berbentuk tidak sama (inequivalve), cangkang cucullata memiliki banyak protein (Sriyanti
tersebut berfungsi melindungi matel dan organ dan Salmanu, 2017).
bagian dalam lainnya. Hewan ini sering Kompetisi terhadap ruang merupakan
dijumpai pada daerah intertidal, karena daerah faktor yang mempengaruhi distribusi
ini merupakan bagian dari ekosistem pesisir organisme perairan salah satunya adalah S.
yang banyak dipengaruhi oleh berbagai cucullata. Contohnya di pantai utara
komponen, baik biotik maupun abiotik Minahasa, S. cucullata ditemukan
(Sriyanti dan Salmanu, 2017). mendominasi pada substrat akar dan batang
S. cucullata merupakan biota yang mangrove serta substrat keras lainnya yang
hidup menempel pada substrat yang memiliki berupa karang mati (Sangian, 1997).
peranan yang sangat penting, baik itu secara

http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

Faktor lain yang juga diduga Observasi lapangan untuk mengetahui


mempengaruhi distribusi S. cucullata adalah kondisi lapangan, penentuan titik stasiun,
kualitas perairan. Kualitas perairan dapat dan penentuan metode penelitian. Setelah
dinyatakan dengan parameter kualitas melakukan survei pendahulaun, dilakukan
perairan. Parameter ini meliputi parameter penandaan stasiun penelitian menggunakan
fisika, kimia, dan biologi, yang diduga GPS untuk menandai titik stasiun penelitian
mempengaruhi kepadatan dan pola distribusi yang akan diamati. Penentuan titik stasiun
S. cucullata di Perairan Teluk Kendari. didasarkan pada kondisi perairan dan
Teluk Kendari merupakan perairan keberadaan mangrove. Stasiun pengamatan
semi tertutup yang dikelilingi oleh daratan terdiri atas 4 stasiun. Stasiun I, berada di
Kota Kendari. Perairan ini merupakan tempat sebelah Utara Teluk Kendari dan menjadi
pertemuan antara air tawar dan laut atau taman wisata mangrove atau Kendari Water
peralihan antara perairan tawar dan perairan Sport daerah ini berada pada titik kordinat
laut. Jika dilihat dari kondisi tersebut, Perairan (03058`01.6” S - 122032`55.6” E). Stasiun
Teluk Kendari dapat digolongkan sebagai II, berada di sebelah Barat Teluk Kendari,
perairan estuari. Habitat estuari relatif lebih tepatnya di Jembatan Teriping yang menjadi
subur (produktif) sehingga habitat ini menjadi tempat pertemuan antara air laut dan air
daerah asuhan yang baik bagi biota perairan. tawar, daerah ini berada pada titik kordinat
Salah satu biota terdapat di Perairan Teluk (03059`00.6” S - 122032`11.3” E). Stasiun
Kendari adalah S. cucullata. Keberadaan S. III, berada di sebelah Timur Teluk
cucullata sangat penting dalam menjaga Kendari, berdekatan dengan pelabuhan
keseimbangan ekologi wilayah pesisir karena Bungkutoko dan berhadapan dengan daerah
S. cucullata salah biota yag mampu mengurai reklamasi daerah ini berada pada titik
bahan organik di perairan. kordinat (03059`07.3” S – 122036`56.4” E).
Berdasarkan latar belakang di atas, Pengambilan data mangrove
dengan melihat fungsi S. cucullata dalam dilakukan dengan menggunakan metode
menjaga keseimbangan ekologi di wilayah transek kuadrat yaitu dengan cara menarik
pesisir, maka dianggap perlu untuk dilakukan garis lurus sejajar garis pantai sepanjang 50
penelitian mengenai kepadatan dan pola meter disetiap stasiun, kemudian
distribusi S. cucullata di Perairan Teluk disepanjang garis tersebut diletakan transek
Kendari. kuadrat berukuran 10 x 10 m2 pada masing-
masing stasiun dan dilakukan sebanyak 3
Bahan dan Metode sub stasiun, setiap sub stasiun diberi interval
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 10 meter di setiap stasiun. Sampel mangrove
bulan Desember 2018-Maret 2019 yang yang terdapat dalam transek kuadrat
meliputi studi literatur, survei pendahuluan, dihitung jumlah per jenis (individu/pohon),
pengambilan data di Perairan Teluk Kendari, kemudian sampel mangrove diidentifikasi
Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, analisis menggunakan buku identifikasi yang
data dan penyusunan hasil penelitian. nantinya digunakan untuk menghitung nilai
kerapatan.
Pengambilan data S. cucullata
dilakukan pada saat air surut. Pengamatan
sampel S. cucullata dilakukan dengan cara
membentang garis transek 50 meter sejajar
garis pantai, dilakukan pada masing-masing
titik stasiun penelitian dengan tiga sub
stasiun, pada setiap sub stasiun diberi jarak
atau interfal 10 meter. Individu S. cucullata
yang melekat pada tumbuhan mangrove
yang berada dalam plot 1x1 m2 kemudian
dihitung untuk mengetahui jumlah individu
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Perairan S. cucullata, kemudian dianalisis untuk
Teluk Kendari, Kota Kendari mengetahui nilai kepadatan dari S.
Sulawesi Tenggara. cucullata.

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 136


Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

Gambar 2. Sketsa yang digunakan dalam pengambilan data S. cucullata

Kualitas air diukur secara (in situ) Kertas indikator pH merupakan alat
untuk mengetahui kondisi perairan yang ada yang digunakan untuk mengambil data pH.
di lokasi penelitian. Pengukuran parameter Kertas indikator pH dicelupkan ke dalam
lingkungan dilakukan pada saat air pasang perairan, diamkan ± 3 menit, lalu angkat
disetiap stasiun. Parameter perairan yang kertas indikator pH dari dalam perairan.
diambil berupa salinitas, suhu, oksigen Kemudian, dicocokkan dengan pH indikator
terlarut, kedalaman, kecerahan dan pH air untuk mengetahui kisaran nilai pH yang
laut. diperoleh dari hasil pengukuran.
Data suhu diperoleh dengan Kedalaman perairan diukur dengan
menggunakan alat bantu thermometer. menggunakan patok berskala kemudian
Thermometer yang bagian atasnya telah patok diturunkan ke dalam perairan hingga
diikat dengan tali dimasukkan ke dalam menyentuh dasar perairan. Kemudian, baca
kolom perairan, diamkan selama ± 3 menit, kedalaman perairan dimana S. cucullata
kemudian termometer ditarik ke bagian ditemukan, hasil yang diperoleh sesuai
permukaan, namun bagian bawah dengan skala yang dibuat dan dicatat
termometer masih berada dalam kolom hasilnya.
perairan guna mengurangi galat data. Pengambilan contoh air yang
Selanjutnya, dilihat cairan raksa yang digunakan untuk analisis data oksigen
menunjukkan angka data suhu. terlarut diambil secara in situ menggunakan
Informasi kecepatan arus diperlukan botol gelap. Air contoh diambil pada
untuk mengetahui arah dan besarnya massa kedalaman 50 cm dari permukaan kolom
air yang mengalir serta mengetahui perairan. Kemudian, air contoh dimasukkan
penyebaran limbah, sedimen atau bahan ke dalam botol dengan ukuran 125 ml,
lainnya. Aliran masa air diukur pada suatu selanjutnya diteteskan MnSO4 sebanyak 20
titik yang tetap. Layang-layang arus tetes menggunakan pipet tetes dan Azida
merupakan alat yang digunakan untuk sebanyak 20 tetes, biarkan beberapa menit
mengukur arus, alat ini merupakan hingga mengendap, kemudian dikocok
modifikasi Lembaga Ilmu dan Pengetahuan secara bolak-balik. Air contoh diambil
(LIPI) Ambon. sebanyak 125 ml kemudian disimpan
Data salinitas diperoleh dengan kedalam coolbox untuk selanjtnya dianalisis
menggunakan alat Hand refraktometer. di Laboratoium.
Sebelum digunakan, Hand refraktometer Pengambilan contoh air yang
dapat dikalibrasi terlebih dahulu dengan digunakan untuk analisis data TSS diambil
cara ditetesi air akuades, sehingga nilai awal secara in situ menggunakan botol terang.
salinitas di angka nol, setelah itu Hand Air contoh diambil pada kedalaman 50 cm
refraktometer siap untuk digunakan. Ambil dari permukaan kolom perairan. Kemudian,
air dan teteskan sebanyak 1-2 tetes pada air contoh dimasukkan ke dalam botol
Hand refraktometer, kemudian Hand dengan ukuran 125 ml dan disimpan
refraktometer diarahkan ke sumber cahaya kedalam coolbox untuk selanjutnya
matahari, lalu dilihat tepat pada kisaran nilai dianalisis di Laboratoium.
salinitas.

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 137


Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

Analisis Data Hasil dan Pembahasan


Untuk mengetahui kerapatan jenis Teluk Kendari merupakan perairan
mangrove dengan menggunakan rumus semi tertutup yang dikelilingi oleh daratan
(English et al., 1994) : Kota Kendari. Perairan ini merupakan tempat
𝑛𝑖 pertemuan antara air tawar dan laut atau
𝐷𝑖 = 𝐴
peralihan antara perairan tawar dan perairan
Keterangan: laut. Jika dilihat dari kondisi tersebut, Perairan
Di = Kerapatan jenis i (Ind/m2) Teluk Kendari dapat digolongkan sebagai
ni = Jumlah total tegakan jenis i perairan estuari. Habitat estuari relatif lebih
A = Luas total area pengambilan sampel subur (produktif) sehingga habitat ini menjadi
Kepadatan adalah jumlah individu daerah asuhan yang baik bagi biota perairan.
dalam per satuan luas atau volume (Setiadi, salah satu biota terdapat di Perairan Teluk
1989). Kepadatan dengan menggunakan Kendari adalah S. cucullata.
persamaan sebagai berikut: Perairan Teluk Kendari mempunyai
𝑁𝑖
𝐷= topografi pantai yang relatif landai, dan
𝐴
Keterangan: memiliki daerah pasang surut yang cukup
D = Kepadatan individu per m2 sempit. Secara umum, substrat yang terdapat
Ni = Jumlah individu pada area yang diukur di daerah pasang surut terdiri dari lumpur
(Ind) berpasir, dengan kondisi substrat lumpur
A = Luas kuadrat pengambilan contoh (m2) berpasir maka banyak dijumpai vegetasi
Distribusi S. cucullata dapat dihitung mangrove.
dengan menggunakan indeks Morisita Berdasarkan hasil penelitian yang
(Brower dan Von, 1990) yaitu: dilakukan untuk pengukuran kerapatan jenis
(∑𝑋 2 −𝑁) mangrove pada masing-masing stasiun
𝑖𝑑 = 𝑛 𝑁(𝑁 −1) diperoleh hasil pada stasiun I ditemukan
Keterangan: empat jenis mangrove yaitu jenis S. alba, R.
Id = Indeks dispersi morisita apiculata, B. gimnorrhiza, R. mucronata,
n = jumlah plot pengambilan contoh dimana jenis S. alba pada stasiun ini lebih
N = jumlah individu total dalam plot mendominasi dengan nilai kerapatan 0,026
X2 = jumlah individu pada setiap plot ke-i Ind/m2, dan terendah pada jenis B.
Kriteria: gymnorrhiza dengan nilai kerapatan 0,002
id < 1 : penyebaran jenis individu bersifat Ind/m2. Jenis mangrove S. alba mendominasi
seragam/merata karena jenis ini mampu menyesuaikan diri
id = 1 : penyebaran jenis individu bersifat dengan kondisi lingkungan perairan. Hal ini
acak sesuai dengan pernyataan Sofian et al., (2010),
id > 1 : penyebaran jenis individu bersifat menyatakan bahwa jenis S. alba memiliki
mengelompok keunggulan dalam menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan.

Tabel 1. Kerapatan Mangrove di Lokasi Penelitian


Kerapatan Mangrove
Stasiun Jenis Mangrove Jumlah Individu (m2)
(Ind/m2)
I Sonneratia alba 41 0.027
Rhizopora apiculata 39 0.026
Bruguiera gymnorrhiza 3 0.002
Rhizopora mucronata 28 0.019
II Rhizopora mucronata 270 0.180
Bruguiera gymnorrhiza 35 0.023
Rhizopora apiculata 7 0.005
III Sonneratia alba 166 0.111
Rhizopora mucronata 13 0.009
IV Rhizopora mucronata 33 0.022
Rhizopora apiculata 51 0.034
Sonneratia alba 72 0.048

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 138


Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

Tabel 2. Kepadatan S. cucullata pada Lokasi Penelitian


Stasiun Jumlah individu Kepadatan (Ind/m2)
I 1015 67.667
II 1681 112.067
III 70 4.667
IV 376 25.067

Tabel 3. Pola Distribusi S. cucullata di Lokasi Penelitian


Stasiun Indeks morisita Pola distribusi
I 1.448 Mengelompok
II 1.342 Mengelompok
III 0.015 Seragam
IV 1.350 Mengelompok

Tabel 4. Parameter Kualitas air di Lokasi Penelitian


Parameter Stasiun
No Satuan
Lingkungan I II III IV
0
1 Suhu C 29 31 29 30
2 Kecepatan arus m/s 0,031 0,041 0,025 0,04
0
3 Salinitas /00 27 28 27 28
4 pH - 6 7 6 7
5 DO mg/l 6.6 6.2 6.6 7.0
6 TSS mg/l 4.9540 5.6100 4.0760 5.3800
7 Kedalaman Cm 40 42 39 43

Parameter suhu pada masing-masing S. alba, R. mucronata, pada stasiun ini


stasiun tidak berbeda jauh yakni berkisar 29- didominasi jenis S. alba dengan nilai
310C, kecepatan arus tertinggi pada stasiun II kerapatan 0,111 Ind/m2 dan jenis R.
dan terendah pada stasiun III, salinitas tidak mucronata dengan nilai kerapatan 0,009
bebeda signifikan yakni berkisar 27-28 0/00, Ind/m2. Jenis mangrove S. alba mendominasi
pH pada stasiun masing-masing stasiun karena jenis ini ditemukan di lokasi pesisir
cenderung sama yakni berkisar 6-7, DO yang terlindung dari hempasan gelombang.
tertinggi pada stasiun IV dan terendah pada Menurut Noor et al., (2016), S. alba
stasiun II, TSS tertinggi pada stasiun II dan merupakan jenis pionir dan sering ditemukan
terendah pada stasiun III, dan untuk di lokasi pesisir yang terlindung dari
kedalaman dimana keberadaan S. cucullata hempasan gelombang, di muara, dan sekitar
ditemukan yakni kedalaman tertinggi berada pulau-pulau lepas pantai.
pada stasiun IV dan terendah pada stasiun III. Hasil pengamatan pada stasiun IV
Hasil pengamatan pada stasiun II ditemukan tiga jenis mangrove yaitu jenis R.
ditemukan tiga jenis mangrove yaitu jenis R. mucronata, R. apiculata, S. alba, pada stasiun
mucronata, B. gymnorrhiza, R. apiculata, ini didominasi jenis S. alba dengan nilai
dimana pada stasiun ini didominasi oleh jenis kerapatan 0,048 Ind/m2, dan terendan pada
R. mucronata dengan nilai kerapatan 0,180 jenis R. apiculata dengan nilai kerapatan
Ind/m2, dan terendah pada jenis B. 0,031 Ind/m2. Jenis mangrove S. alba
gymnorrhiza dengan nilai kerapatan 0,023 mendominasi karena jenis ini mampu
Ind/m2, pada stasiun ini didominasi jenis R. menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan
mucronata karena jenis ini tumbuh baik pada perairan. Menurut Sofian et al., (2010),
daerah yang tergenang. Hal ini sesuai dengan menyatakan bahwa jenis S. alba memiliki
pernyataan Poedjirahajoe et al (2017), keunggulan dalam menyesuaikan diri dengan
menyatakan bahwa areal yang tergenang kondisi lingkungan.
merupakan habitat yang sesuai bagi Berdasarkan hasil penelitian yang
pertumbuhan R. mucronata. dilakukan di Perairan Teluk Kendari diperoleh
Hasil pengamatan pada stasiun III nilai kepadatan S. cucullata pada masing-
ditemukan dua jenis mangrove yaitu jenis masing stasiun beragam, kepadatan tertinggi

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 139


Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

berada pada stasiun II yakni dengan nilai memiliki ciri dengan bentuk akar gantung
kepadatan 112.067 Ind/m2 dan kepadatan sehingga menjadi habitat bagi biota perairan
terendah pada stasiun III dengan nilai salah satunya adalah S. cucullata.
kepadatan 4.667 Ind/m2 (Tabel 3). Tingginya Pola distribusi merupakan susunan dari
nilai kepadatan S. cucullata pada stasiun II angota-anggota populasi dalam suatu habitat
karena pada stasiun ini berada pada mulut yang bisa disebut dengan dispersion atau
muara sungai, dimana perairan muara population. Distribusi yang digunakan untuk
dikategorikan sebagai perairan subur yang mengetahui pola penyebaran spesies dalam
kaya akan sumber makanan, keadaan ini suatu spesies dan untuk mengetahui tingkat
dimanfaatkan oleh S. cucullata yang hidup kesukaan suatu organisme terhadap habitatnya
menetap dan mendiami perairan tersebut (Efriyeldi, 1997).
untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini sesuai Dari hasil analisis indeks morisita, pola
dengan pernyataan Asrianti (2012), yang distribusi S. cucullata pada stasiun I, II, IV,
menyatakan bahwa muara sungai memiliki bersifat mengelompok, sementara pada
kandungan bahan organik dan makanan yang stasiun III pola distribusi bersifat seragam
melimpah. (Tabel 3). Pola distribusi mengelompok yang
Kepadatan S. cucullata disebabkan oleh terjadi pada S. cucullata mengindikasikan
faktor kualitas perairan, perairan yang baik bahwa spesies tersebut selalu ada dalam
akan menunjang pertumbuhan dan kelompok, dan sangat jarang terlihat terpisah,
keberlangsungan hidup S. cucullata seperti dan dapat meningkatkan persaingan antara
suhu, kecepatan arus dan salinitas. Hasil individu dalam hal perebutan makanan. Hal
pengukuran suhu pada perairan tersebut ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993)
berkisar antara 29-310C, Kecepatan arus yang yang menyatakan bahwa, pola distribusi
diperoleh berkisar 0,025-0,041 m/s, dan mengelompok merupakan pola yang paling
salinitas 27-280/00. Hal tersebut menunjukan umum terjadi pada individu dan dapat
bahwa suhu, salinitas, dan kecepatan arus di meningkatkan persaingan diantara individu
perairan tersebut masih dapat menunjang dalam memperebutkan makanan.
pertumbuhan dan keberlangsungan hidup S. Pola distribusi pada stasiun III bersifat
cucullata. Hal ini sesuai dengan pernyataan seragam, hal ini diduga karena S. cucucullla
Winanto (2004), yang menyatakan bahwa, yang keberadaannya relatif menetap, S.
suhu yang optimum untuk pertumbuhan S. cucullata ditemukan melekat pada akar
cucullata adalah 27-310C. Nontji (1993) mangrove dan tidak berpindah tempat
menyataan bahwa, arus diperlukan untuk sehingga mengharuskan S. cucullata untuk
mendatangkan makanan berupa plankton dan beradaptasi denagan kondisi lingkungan baik
juga untuk mensuplai oksigen dari laut bebas. itu perubahan musim maupun kondisi perairan
Selanjutnya Sitorus (2008) menyatakan bahwa itu sendiri. Jenis mangrove Rhizophora sp.
S. cucullata dapat hidup pada kisaran salinitas merupakan jenis mangrove yang cenderung
15-32‰, bahkan dapat bertahan hidup pada dijadikan tempat melekat bagi S. cucullata,
salinitas <15 ‰. rendahnya nilai kerapatan mangrove jenis
Tingginya nilai kepadatan S.cucullata Rhizophora sp. pada stasiun ini membuat S.
pada stasiun II, juga didukung oleh cucullata cenderung bersaing mendapatkan
keberadaan mangrove, kawasan mangrove ruang untuk melekat demi kelangsungan
merupakan habitat bagi S. cucullata. S. hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
cucullata ditemukan menempel pada Odum (1993) yang menyatakan bahwa pola
mangrove jenis Rhizophora sp. ciri dari jenis sebaran merata/seragam terjadi karena adanya
mangrove ini memiliki akar gantung sehingga persaingan individu yang mendorong
memudahkan bagi S. cucullata untuk pembagian ruang secara merata.
melekat. Sedangkan pada stasiun III Faktor lain yang mempengaruhi pola
keberadaan jenis mangrove Rhizophora sp. distribusi S. cucullata menyebar secara
tergolong rendah sehingga menenyebabkan mengelompok dan seragam, diduga karena
nilai kepadatan S. cucullata rendah. Hal ini kualitas perairan, salah satunya adalah
sesuai dengan pernyataan Tapilatu dan kecepatan arus. Kecepatan arus di Perairan
Pelasula (2012), yang menyatakan bahwa S. Teluk Kendari berkisar antara 0,025-0,021
cucullata ditemukan pada jenis mangrove m/s, keadaan ini diduga mempengruhi
Rhizophora sp. dimana jenis mangrove ini distribusi S. cucullata yang dimana pada fase

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 140


Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

larva, organisme ini masih bersifat planktonik marine resource. Townsville, Autralian
dan pergerakannya masih dipengaruhi oleh Institute of Marin Science.
arus. Karena adanya pergerakan arus Levinton JS. 1982. Marine Ecology: Prentice
sehinggan organisme ini terbawa dan Hall. Inc. America. 269 hlm.
mengikuti arus yang pada akhirnya melekat Noor RYM, Khazali INN, Suryodiputro.
pada substrat yaitu akar mangrove. Selain itu, 2006. Panduan pengenalan mangrove di
S. cucullata membutuhkan suhu dan oksigen Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor.
terlarut untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini Onrizal & C. Kusmana. 2004. Ekologi dan
didukung oleh pernyatan Nybakken (1992), Manajemen Mangrove. (Buku Ajar).
yang menyatakan bahwa kualitas perairan Medan: Jurusan Kehutanan Fakultas
merupakan salah satu faktor penting dalam Pertanian Universitas Sumatera Utara.
mengatur proses kehidupan dan juga pola Poedjirahajoe, E., Marsono, D., Kusuma,
penyebaran organisme. Taqwa (2010) F.W. 2017. Penggunaan Principal
menyatakan bahwa, suhu merupakan Component Analysis dalam Distribusi
parameter fisik yang sangat mempengaruhi Spasial Vegetasi Mangrove di Pantai
pola kehidupan organisme perairan, seperti Utara Pemalang. Jurnal Ilmu
distribusi, komposisi, kelimpahan dan Kehutanan. 29-42 hal.
mortalitas. Suin (2002) juga menambah Riniatsih. 2007. Kelimpahan dan Pola
bahwa faktor fisika dan kimia yang hampir Sebaran Kerang-Kerangan (Bivalvia)
merata pada suatu habitat serta tersedianya di Ekosistem Padang Lamun Perairan
makanan bagi hewan yang hidup di dalamnya Jepara. Jurusan Ilmu Kelautan dan
sangat menentukan hewan tersebut hidup Perikanan. Universitas Diponogoro.
berkelompok, acak, maupun normal. Rismawati, U., Afiati, A., Suprapto, D. 2015.
Struktur Populasi Tiram (Saccostrea
Simpulan Cuccullata Born, 1778) Pada Ekosistem
Berdasarkan hasil penelitian yang Mangrove Dan Non-Mangrove Di
telah dilakukan maka dapat disimpilkan Semarang, Jawa Tengah. Diponegoro
bahwa: Journal Of Maquares. Vol. 4 (2) : 48-
1. Kepadatan S. cucullata tertinggi berada 57.
pada daerah Muara yakni dengan nilai Romimohtarto K. 1985. Kualitas Air dalam
kepadatan 112.067 Ind/m2 sedangkan Budidaya Laut. WBL/05/WP-13
kepadatan terendah berada pada daerah Bandar Lampung 28 Oktober-1
Reklamasi dengan nilai kepadatan 4.667 November 1985.
Ind/m2. Sangian,M.,M., 1997. Distribusi Dan
2. Pola distribusi S. cucullata di Perairan Kekayaan Oyster Pada
Teluk Kendari bersifat mengelompok dan DaerahMangrove Di Pantai Utara
seragam. Minahasa. Skripsi . FPIK -Unsrat.
3. Parameter kualitas air yang berpengaruh Manado.
terhadap kepadatan dan pola distribusi S. Setiadi & Tjondronegoro, P. D. 1989. Dasar-
cucullata di Perairan Teluk Kendari adalah Dasar Ekologi. Institut Pertanian
suhu, kecepatan arus, dan salinitas. Bogor:Bogor.
Sidabutar, T. dan Edward. 1995. Kualitas
Daftar Pustaka Perairan Selat Rosenberg dan Teluk
Brower, J. E., Zar, J. H., dan End, C.N.V. Gelamit Tual Maluku Tenggara.
1990. Field and Laboratory Methods Balitbang Sumberdaya Laut LIPI.
For General Ecology, Third Edition. Ambon.
USA: Wm. C. Brown Publisher. Sitorus, D. BR. 2008. Keanekaragaman dan
Efriyeldi. 1997. Sebaran Spasial Karakteristik Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya
Sedimen dan Kualitas Air Muara Dengan Faktor Fisik dan Kimia Di
Sungai Banten Tengah Bangkalis Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli
Kaitannya Dengan Budidaya Serdang. Tesis. Sekolah Pascasarjana.
Karambajaring Apung. www.unri.co.id. Universitas Sumatera Utara. Medan.
English, S., Wilkinson, C. dan Baker, V. Sriyanti A. Salmanu. 2017. Identifikasi Jenis
1994. Survey manual for tropical Tiram Dan Keanekaragamannya Di
Daerah Intertidal Desa Haria

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 141


Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142

Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku


Tengah. Jurnal Biology Science &
Education. Vol. 6 (2): 173 Hal.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif.
Usaha Nasional. Surabaya.
Sofian, A., Harahab, N dan Marsoedi. 2012.
Kondisi Dan Manfaat Langsung
Ekosistem Mangrove Desa Penunggul
Kecamatan Nguling Kabupaten
Pasuruan. El-Hayah. Vol. 2 (2) : 56-63.
Suin, N,M. 2002, Pengukuran factor
lingkungan biotic. Jurusan biologi
FIMIPA.Universitas Andalans. Padang
Sulistijo dan W. S. Atmadja. 1996.
Perkembangan Budidaya Rumput Laut
di Indonesia. Puslitbang Oseanografi
LIPI. Jakarta.
Tandiseru, N. 2015. Studi Kondisi
Oseanografi untuk Kesesuaian Wisata
Pantai Di Pulau Camba Cambang
Kabupaten Pangkep. Skripsi.
Tapilatu, Y dan Pelasula, D. 2012. Biota
Penempel Yang Berasosiasi Dengan
Mangrove Di Teluk Ambon Bagian
Dalam. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. Vol. 4 (2) : 267-279.
Taqwa, A. 2010. Analisis Produktivitas
Primer Fitoplankton dan Struktur
Komunitas Fauna Makrobenthos
Berdasarkan Kerapatan Mangrove di
Kawasan Konservasi Mangrove dan
Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan
Timur. Tesis. Pasca Sarjana Manajemen
Sumberdaya Pantai. Universitas
Diponegoro Semarang. 97 hlm.
Zaki, M. 2014. Profil Vertikal Nitrat di Danau
Pinang Dalam Desa Buluh Cina
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten
Kampar Provinsi Riau.Skripsi.Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau.

Kepadatan dan Pola Distribusi Saccostrea cucullata (Ruslin et al.) 142

Anda mungkin juga menyukai