Abstrak
Saccostrea cucullata adalah hewan invertebrata yang umumnya ditemukan melekat pada substrat seperti pada batuan dan
akar bakau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan dan pola distribusi S. cucullata dan untuk mengetahui
pengaruh kualitas air terhadap kerapatan dan pola distribusinya. Penelitian ini dilakukan dari Desember 2018 hingga
Maret 2019 di Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Metode transek kuadratik dengan 1 x 1 m diterapkan untuk mengamati
sampel sementara pengumpulan data kualitas air dilakukan secara in situ. Data dianalisis secara deskriptif untuk
menentukan kepadatan dan pola distribusi S. cucullata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi
ditemukan di muara dengan 112.067 ind/m2 sedangkan terendah ditemukan di area reklamasi 4.667 ind/m2. Pola
distribusi S. cucullata menelompok dan seragam di lokasi. Parameter yang dominan mempengaruhi kepadatan dan pola
distribusi S. cucullata adalah suhu, kecepatan arus, dan salinitas masing-masing di daerah penelitian.
Kata Kunci: S. cucullata, Kepadatan, Pola Distribusi, Kualitas Air, Transek Kuadrat, Teluk Kendari.
Abstract
Saccostrea cucullata is an invertebrate animal which is commonly found attached to the substrate such as in rocks and
mangrove roots. This study aimed to determine the density and distribution pattern of S. cucullata and to find out the
effect of water quality on its density and distribution patterns. This research was conducted from December 2018 to
March 2019 in Kendari Bay, Southeast Sulawesi. Quadratic transect method with 1 x 1 m was applied to observe samples
while water quality data collection was in situ measured. Data were analyzed descriptively to determine the density and
distribution pattern of S. cucullata. Results showed that the highest density was found in estuary with 112,067 ind/m2
while the lowest found in reclamation area with 4,667 ind/m2. Distribution pattern of S. cucullata was clustered and
uniform at location. Dominantly parameters that influence density and distribution pattern of S. cucullata were
temperature, current velocity, and salinity respectively in study area.
Keywords: S. cucullata, Density, Distribution Pattern, Kualitas Air, Quadrat Transect, Kendari Bay.
Pendahuluan
Saccostrea cucullata merupakan salah ekologis dan ekonomis (Peterson, dkk 2003).
satu hewan laut yang tergolong dalam hewan Secara ekologis S. cucullata dikategorikan
yang tidak bertulang belakang atau sebagai biota penting pembentuk ekosistem.
invertebrata. S. cucullata termasuk dalam Selain itu juga S. cucullata mempunyai nilai
filum Mollusca dan tergolong dalam kelas ekonomis yang tinggi karena hewan ini dapat
Bivalvia (Nontji, 1993). Secara morfologi S. dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijual
cucullata memiliki sepasang cangkang yang maupun dikonsumsi pribadi karena S.
berbentuk tidak sama (inequivalve), cangkang cucullata memiliki banyak protein (Sriyanti
tersebut berfungsi melindungi matel dan organ dan Salmanu, 2017).
bagian dalam lainnya. Hewan ini sering Kompetisi terhadap ruang merupakan
dijumpai pada daerah intertidal, karena daerah faktor yang mempengaruhi distribusi
ini merupakan bagian dari ekosistem pesisir organisme perairan salah satunya adalah S.
yang banyak dipengaruhi oleh berbagai cucullata. Contohnya di pantai utara
komponen, baik biotik maupun abiotik Minahasa, S. cucullata ditemukan
(Sriyanti dan Salmanu, 2017). mendominasi pada substrat akar dan batang
S. cucullata merupakan biota yang mangrove serta substrat keras lainnya yang
hidup menempel pada substrat yang memiliki berupa karang mati (Sangian, 1997).
peranan yang sangat penting, baik itu secara
http://ojs.uho.ac.id/index.php/jsl
Sapa Laut Agustus 2019. Vol.4(3): 135-142
Kualitas air diukur secara (in situ) Kertas indikator pH merupakan alat
untuk mengetahui kondisi perairan yang ada yang digunakan untuk mengambil data pH.
di lokasi penelitian. Pengukuran parameter Kertas indikator pH dicelupkan ke dalam
lingkungan dilakukan pada saat air pasang perairan, diamkan ± 3 menit, lalu angkat
disetiap stasiun. Parameter perairan yang kertas indikator pH dari dalam perairan.
diambil berupa salinitas, suhu, oksigen Kemudian, dicocokkan dengan pH indikator
terlarut, kedalaman, kecerahan dan pH air untuk mengetahui kisaran nilai pH yang
laut. diperoleh dari hasil pengukuran.
Data suhu diperoleh dengan Kedalaman perairan diukur dengan
menggunakan alat bantu thermometer. menggunakan patok berskala kemudian
Thermometer yang bagian atasnya telah patok diturunkan ke dalam perairan hingga
diikat dengan tali dimasukkan ke dalam menyentuh dasar perairan. Kemudian, baca
kolom perairan, diamkan selama ± 3 menit, kedalaman perairan dimana S. cucullata
kemudian termometer ditarik ke bagian ditemukan, hasil yang diperoleh sesuai
permukaan, namun bagian bawah dengan skala yang dibuat dan dicatat
termometer masih berada dalam kolom hasilnya.
perairan guna mengurangi galat data. Pengambilan contoh air yang
Selanjutnya, dilihat cairan raksa yang digunakan untuk analisis data oksigen
menunjukkan angka data suhu. terlarut diambil secara in situ menggunakan
Informasi kecepatan arus diperlukan botol gelap. Air contoh diambil pada
untuk mengetahui arah dan besarnya massa kedalaman 50 cm dari permukaan kolom
air yang mengalir serta mengetahui perairan. Kemudian, air contoh dimasukkan
penyebaran limbah, sedimen atau bahan ke dalam botol dengan ukuran 125 ml,
lainnya. Aliran masa air diukur pada suatu selanjutnya diteteskan MnSO4 sebanyak 20
titik yang tetap. Layang-layang arus tetes menggunakan pipet tetes dan Azida
merupakan alat yang digunakan untuk sebanyak 20 tetes, biarkan beberapa menit
mengukur arus, alat ini merupakan hingga mengendap, kemudian dikocok
modifikasi Lembaga Ilmu dan Pengetahuan secara bolak-balik. Air contoh diambil
(LIPI) Ambon. sebanyak 125 ml kemudian disimpan
Data salinitas diperoleh dengan kedalam coolbox untuk selanjtnya dianalisis
menggunakan alat Hand refraktometer. di Laboratoium.
Sebelum digunakan, Hand refraktometer Pengambilan contoh air yang
dapat dikalibrasi terlebih dahulu dengan digunakan untuk analisis data TSS diambil
cara ditetesi air akuades, sehingga nilai awal secara in situ menggunakan botol terang.
salinitas di angka nol, setelah itu Hand Air contoh diambil pada kedalaman 50 cm
refraktometer siap untuk digunakan. Ambil dari permukaan kolom perairan. Kemudian,
air dan teteskan sebanyak 1-2 tetes pada air contoh dimasukkan ke dalam botol
Hand refraktometer, kemudian Hand dengan ukuran 125 ml dan disimpan
refraktometer diarahkan ke sumber cahaya kedalam coolbox untuk selanjutnya
matahari, lalu dilihat tepat pada kisaran nilai dianalisis di Laboratoium.
salinitas.
berada pada stasiun II yakni dengan nilai memiliki ciri dengan bentuk akar gantung
kepadatan 112.067 Ind/m2 dan kepadatan sehingga menjadi habitat bagi biota perairan
terendah pada stasiun III dengan nilai salah satunya adalah S. cucullata.
kepadatan 4.667 Ind/m2 (Tabel 3). Tingginya Pola distribusi merupakan susunan dari
nilai kepadatan S. cucullata pada stasiun II angota-anggota populasi dalam suatu habitat
karena pada stasiun ini berada pada mulut yang bisa disebut dengan dispersion atau
muara sungai, dimana perairan muara population. Distribusi yang digunakan untuk
dikategorikan sebagai perairan subur yang mengetahui pola penyebaran spesies dalam
kaya akan sumber makanan, keadaan ini suatu spesies dan untuk mengetahui tingkat
dimanfaatkan oleh S. cucullata yang hidup kesukaan suatu organisme terhadap habitatnya
menetap dan mendiami perairan tersebut (Efriyeldi, 1997).
untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini sesuai Dari hasil analisis indeks morisita, pola
dengan pernyataan Asrianti (2012), yang distribusi S. cucullata pada stasiun I, II, IV,
menyatakan bahwa muara sungai memiliki bersifat mengelompok, sementara pada
kandungan bahan organik dan makanan yang stasiun III pola distribusi bersifat seragam
melimpah. (Tabel 3). Pola distribusi mengelompok yang
Kepadatan S. cucullata disebabkan oleh terjadi pada S. cucullata mengindikasikan
faktor kualitas perairan, perairan yang baik bahwa spesies tersebut selalu ada dalam
akan menunjang pertumbuhan dan kelompok, dan sangat jarang terlihat terpisah,
keberlangsungan hidup S. cucullata seperti dan dapat meningkatkan persaingan antara
suhu, kecepatan arus dan salinitas. Hasil individu dalam hal perebutan makanan. Hal
pengukuran suhu pada perairan tersebut ini sesuai dengan pernyataan Odum (1993)
berkisar antara 29-310C, Kecepatan arus yang yang menyatakan bahwa, pola distribusi
diperoleh berkisar 0,025-0,041 m/s, dan mengelompok merupakan pola yang paling
salinitas 27-280/00. Hal tersebut menunjukan umum terjadi pada individu dan dapat
bahwa suhu, salinitas, dan kecepatan arus di meningkatkan persaingan diantara individu
perairan tersebut masih dapat menunjang dalam memperebutkan makanan.
pertumbuhan dan keberlangsungan hidup S. Pola distribusi pada stasiun III bersifat
cucullata. Hal ini sesuai dengan pernyataan seragam, hal ini diduga karena S. cucucullla
Winanto (2004), yang menyatakan bahwa, yang keberadaannya relatif menetap, S.
suhu yang optimum untuk pertumbuhan S. cucullata ditemukan melekat pada akar
cucullata adalah 27-310C. Nontji (1993) mangrove dan tidak berpindah tempat
menyataan bahwa, arus diperlukan untuk sehingga mengharuskan S. cucullata untuk
mendatangkan makanan berupa plankton dan beradaptasi denagan kondisi lingkungan baik
juga untuk mensuplai oksigen dari laut bebas. itu perubahan musim maupun kondisi perairan
Selanjutnya Sitorus (2008) menyatakan bahwa itu sendiri. Jenis mangrove Rhizophora sp.
S. cucullata dapat hidup pada kisaran salinitas merupakan jenis mangrove yang cenderung
15-32‰, bahkan dapat bertahan hidup pada dijadikan tempat melekat bagi S. cucullata,
salinitas <15 ‰. rendahnya nilai kerapatan mangrove jenis
Tingginya nilai kepadatan S.cucullata Rhizophora sp. pada stasiun ini membuat S.
pada stasiun II, juga didukung oleh cucullata cenderung bersaing mendapatkan
keberadaan mangrove, kawasan mangrove ruang untuk melekat demi kelangsungan
merupakan habitat bagi S. cucullata. S. hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
cucullata ditemukan menempel pada Odum (1993) yang menyatakan bahwa pola
mangrove jenis Rhizophora sp. ciri dari jenis sebaran merata/seragam terjadi karena adanya
mangrove ini memiliki akar gantung sehingga persaingan individu yang mendorong
memudahkan bagi S. cucullata untuk pembagian ruang secara merata.
melekat. Sedangkan pada stasiun III Faktor lain yang mempengaruhi pola
keberadaan jenis mangrove Rhizophora sp. distribusi S. cucullata menyebar secara
tergolong rendah sehingga menenyebabkan mengelompok dan seragam, diduga karena
nilai kepadatan S. cucullata rendah. Hal ini kualitas perairan, salah satunya adalah
sesuai dengan pernyataan Tapilatu dan kecepatan arus. Kecepatan arus di Perairan
Pelasula (2012), yang menyatakan bahwa S. Teluk Kendari berkisar antara 0,025-0,021
cucullata ditemukan pada jenis mangrove m/s, keadaan ini diduga mempengruhi
Rhizophora sp. dimana jenis mangrove ini distribusi S. cucullata yang dimana pada fase
larva, organisme ini masih bersifat planktonik marine resource. Townsville, Autralian
dan pergerakannya masih dipengaruhi oleh Institute of Marin Science.
arus. Karena adanya pergerakan arus Levinton JS. 1982. Marine Ecology: Prentice
sehinggan organisme ini terbawa dan Hall. Inc. America. 269 hlm.
mengikuti arus yang pada akhirnya melekat Noor RYM, Khazali INN, Suryodiputro.
pada substrat yaitu akar mangrove. Selain itu, 2006. Panduan pengenalan mangrove di
S. cucullata membutuhkan suhu dan oksigen Indonesia. PKA/WI-IP, Bogor.
terlarut untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini Onrizal & C. Kusmana. 2004. Ekologi dan
didukung oleh pernyatan Nybakken (1992), Manajemen Mangrove. (Buku Ajar).
yang menyatakan bahwa kualitas perairan Medan: Jurusan Kehutanan Fakultas
merupakan salah satu faktor penting dalam Pertanian Universitas Sumatera Utara.
mengatur proses kehidupan dan juga pola Poedjirahajoe, E., Marsono, D., Kusuma,
penyebaran organisme. Taqwa (2010) F.W. 2017. Penggunaan Principal
menyatakan bahwa, suhu merupakan Component Analysis dalam Distribusi
parameter fisik yang sangat mempengaruhi Spasial Vegetasi Mangrove di Pantai
pola kehidupan organisme perairan, seperti Utara Pemalang. Jurnal Ilmu
distribusi, komposisi, kelimpahan dan Kehutanan. 29-42 hal.
mortalitas. Suin (2002) juga menambah Riniatsih. 2007. Kelimpahan dan Pola
bahwa faktor fisika dan kimia yang hampir Sebaran Kerang-Kerangan (Bivalvia)
merata pada suatu habitat serta tersedianya di Ekosistem Padang Lamun Perairan
makanan bagi hewan yang hidup di dalamnya Jepara. Jurusan Ilmu Kelautan dan
sangat menentukan hewan tersebut hidup Perikanan. Universitas Diponogoro.
berkelompok, acak, maupun normal. Rismawati, U., Afiati, A., Suprapto, D. 2015.
Struktur Populasi Tiram (Saccostrea
Simpulan Cuccullata Born, 1778) Pada Ekosistem
Berdasarkan hasil penelitian yang Mangrove Dan Non-Mangrove Di
telah dilakukan maka dapat disimpilkan Semarang, Jawa Tengah. Diponegoro
bahwa: Journal Of Maquares. Vol. 4 (2) : 48-
1. Kepadatan S. cucullata tertinggi berada 57.
pada daerah Muara yakni dengan nilai Romimohtarto K. 1985. Kualitas Air dalam
kepadatan 112.067 Ind/m2 sedangkan Budidaya Laut. WBL/05/WP-13
kepadatan terendah berada pada daerah Bandar Lampung 28 Oktober-1
Reklamasi dengan nilai kepadatan 4.667 November 1985.
Ind/m2. Sangian,M.,M., 1997. Distribusi Dan
2. Pola distribusi S. cucullata di Perairan Kekayaan Oyster Pada
Teluk Kendari bersifat mengelompok dan DaerahMangrove Di Pantai Utara
seragam. Minahasa. Skripsi . FPIK -Unsrat.
3. Parameter kualitas air yang berpengaruh Manado.
terhadap kepadatan dan pola distribusi S. Setiadi & Tjondronegoro, P. D. 1989. Dasar-
cucullata di Perairan Teluk Kendari adalah Dasar Ekologi. Institut Pertanian
suhu, kecepatan arus, dan salinitas. Bogor:Bogor.
Sidabutar, T. dan Edward. 1995. Kualitas
Daftar Pustaka Perairan Selat Rosenberg dan Teluk
Brower, J. E., Zar, J. H., dan End, C.N.V. Gelamit Tual Maluku Tenggara.
1990. Field and Laboratory Methods Balitbang Sumberdaya Laut LIPI.
For General Ecology, Third Edition. Ambon.
USA: Wm. C. Brown Publisher. Sitorus, D. BR. 2008. Keanekaragaman dan
Efriyeldi. 1997. Sebaran Spasial Karakteristik Distribusi Bivalvia Serta Kaitannya
Sedimen dan Kualitas Air Muara Dengan Faktor Fisik dan Kimia Di
Sungai Banten Tengah Bangkalis Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli
Kaitannya Dengan Budidaya Serdang. Tesis. Sekolah Pascasarjana.
Karambajaring Apung. www.unri.co.id. Universitas Sumatera Utara. Medan.
English, S., Wilkinson, C. dan Baker, V. Sriyanti A. Salmanu. 2017. Identifikasi Jenis
1994. Survey manual for tropical Tiram Dan Keanekaragamannya Di
Daerah Intertidal Desa Haria