Anda di halaman 1dari 15

KONSERVASI BIVALVIA

z
Dr. Ir. Basse Siang
Parawansa, MP
Dr. Ir Dewi Yanuarita, Msi
Dr. Ir. Hadiratul Kudsiah, MP
z
KIMA ( TRIDACNA )

 Berasal dari phylum Molusca dari kelas Bivalvia


dimana ditandai dengan terdapat 2 cangkang
yang saling berpasangan simetris. Terbuat dari
zat kapur terdiri atas kalsit, aragonite dan vaterit
yang merupakan bentuk Kristal. Bagian dalam
insang adalah otot-otot dan jaringan lunak, 2
otot yang besar berfungsi untuk membuka tutup
cangkang
z
JENIS – JENIS KIMA

 1. Kima raksasa (Tridacna gigas)

 2. Kima air ( Tridacna derasa)

 3. Kima sisik ( Tridacna squamosal)

 4. Kima besar ( Tridacna maxima)

 5. Kima lubang ( Tridacna crocea)

 6. Kima pasir ( Tridacna hippopus )

 7. Kima cina ( Tridacna porcelanus )


NAMA ILMIAH NAMA UMUM NAMA LOKAL
z Tridacna gigas Giant clam (Inggris) Kima raksasa
(Linnaeus, 1758)
T. Derasa (R & Jing, Southern giant clam Kima Selatan
1798)
T.Maxima (R & Jing, Small giant clam Kima kecil
1798)
T.Crocea (Lamarck, Boring clam, Crocus Kima lubang, Kima
1819) clam, Saffron coloured- kunia
clam
T.Squamosa (Lamarck, Fluted clam, Fluted Kima sisik, Kima
1819) giant clam, Scaly clam seruling
T. Hippopus (Linnaeus, Bear Pow’s clam, Kima tapak kuda, Kima
1758) Horse’s hoof clam, pasir
Strawberry clam
T. Porcellanus China clam Kima cina, Kima
(Rosewater, 1982) porselen
T. Idmaboe (Lukas, - Kimaboe
2013)
z
DIAGRAM PENGENALAN JENIS KIMA
z
PENYEBARAN & HABITAT KIMA

 Dua jenis kima lainnya yaitu kima hantu ( T. tevoroa )


ditemukan di Kepulauan Fiji dan T. rosewateri
ditemukan di latan Hindia ( Ellis, 1995) dan kedua jenis
kima ini tidak ditemukan di Indonesia (Calumpong,
1992). Jenis kima yang berukuran besar sudah sangat
menurun berdasarkan penelitian para peneliti Unhas,
2001 dimana T. derasa, T. gigas, T.crocea sudah tidak
dijumpai di kepulauan Spermonde
z
HABITAT KIMA

 Dilihat dari cara hidupnya Kima dapat dibedakan menjadi dua


golongan. Golongan pertama adalah kima yang membenamkan
dirinya pada substrat karang, contohnya adalah Tridacna
crocea dan Tridacna maxima. Sedangkan golongan kedua
adalah kima yang hidupnya menempel bebas di dasar yang
berpasir di daerah terumbu karang, contohnya adalah Tridacna
derasa dan Tridacna squamosa (Kastoro, 1979). Tridacna hidup
menempel membenamkan diri pada substrat keras (batu karang)
dengan menggunakan bysus, sedangkan Hippopus hidup pada
substrat berpasir dan dapat ditemukan sampai kedalaman 6
meter (Knopp, 1995).
z

Lanjutan....
 Secara geografis, kima memunyai sebaran
terbatas di daerah Indo-Pasifik mulai dari laut
Merah sampai di kepulauan Toamati Pasifik, setiap
spesies daerah sebarannya berbeda-beda. T.
maxima memunyai sebaran yang paling luas,
sedangkan T.crocea memunyai daerah distribusi
yang penting. (untuk lebih jelas mengenai distribusi
kima dibuat oleh Copeland & Lucas, 1988)
z
Lanjutan...

 Kima cenderung hidup menetap (tidak berpindah tempat) pada substrat


dan ditemukan pada perairan dangkal sampai pada kedalaman 20 meter,
terutama pada ekosistem terumbu karang dengan kondisi air yang jernih,
serta perairan yang cerah. Perairan yang cerah dan jernih merupakan
faktor utama dari habitat yang sesuai untuk Kima, karena sedikit saja
terdapat sedimentasi yang menyebabkan kekeruhan, maka dapat
memengaruhi pertumbuhan Kima, sampai batas tertentu yang melewati
batas toleransi maka kima akan mati, hanya cangkangnya yang
tertinggal. Selain itu, kecerahan juga berpengaruh terhadap zooxanthella
yang bersimbiosis dengan kima.


z
REGULASI
 Sejak tahun 1983 CITES ( Convention on
International Trade in Endangered Species)
mengelompokkan kima sebagai biota laut yang
dilindungi yang ditindak lanjuti oleh Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No.12 Tahun
1987, kemudian Undang-Undang No 5 Tahun
1990 yang lebih lanjut dipertegas dengan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan
No.31/KTPS_11/1991 ( Niartiningsih, 2008)
z
Lanjutan....

 Pada tahun 1999 telah diterbitkan Peraturan


Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang
Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar, tetapi
pada tahun 2018 dilakukan revisi dengan
menerbitkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. 92 Tahun 2018 yang merupakan
revisi SK Men LHK No. 20 Tahun 2018 tentang
jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi
z
NASIONAL

 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.106/MENKLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018

tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, menyebutkan bahwa jenis Kima yang dilindungi ada

2 jenis yaitu Hippopus hippopus (Kima Tapak Kuda. Kima Pasir) dan Hippopus porcellanus (Kima

Cina, Kima Porselen). Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan

dan Satwa Liar, menyebutkan bahwa pemanfaatan kima untuk tujuan perdagangan diperbolehkan

dari hasil pengembangbiakan turunan ke-2 (F2), atau turunan ke-1 (F1) dengan ijin Menteri.


z
REGULASI INTERNASIONAL
 Konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar atau dikenal dengan
CITES telah memasukkan semua jenis kima dalam daftar Appendiks II, yang berarti
bahwa pemanfaatan kima dari habitat alam untuk tujuan perdagangan internasional
masih diperbolehkan dengan penerapan kontrol (pengawasan) yang ketat dan
penerapan prinsip-prinsip Non Detrimental Findings (NDF) yang meliputi 3 aspek
utama yaitu: kelestarian, ketelusuran dan legalitas. Dengan mempertimbangkan
kedua aturan tersebut, perdagangan internasional kima dapat dilakukan dari hasil
pengembangbiakan turunan ke-2(F2) atau hasil pengembangbiakan turunan ke-1
(dengan ijin Menteri) dan dilengkapi dengan dokumen ekspor sesuai ketentuan
CITES.

 Lembaga internasional IUCN memasukkan 2 spesies kima ke dalam status vulnerable


(VU) yang berarti spesies menghadapi resiko punah di alam liar, yaitu T. derasa dan T.
gigas. Lima spesies kima lainnya, yaitu T.maxima, T. squamosa, T. crocea, H.
hippopus dan H. porcellanus, dimasukkan ke dalam status least concern (LC) yaitu
untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk ke dalam kategori manapun
z
AKSI PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN

 Upaya perlindungan kima di Indonesia dimulai sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan
No.12/Kpts-II/1987 yang melarang penangkapan dan perdagangan kima. Kemudian diperkuat oleh Peraturan
Pemerintah No. 7 tahun 1999. Regulasi terbaru yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.106/MENKLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa Dilind
 Konservasi Taman Laut Kima di Desa Toli-Toli, Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara merupakan satu-satunya
kawasan konservasi kima di Indonesia yang didirikan atas dasar kesadaran masyarakat sekitarnya pada tahun
2010. Sejak dua tahun belakangan telah dibudidayakan sekitar 8000 kerang kima berbagai jenis dan ukuran di
perairan tersebut
 Universitas Hasanuddin (UNHAS) telah bekerjasama dengan Marine Science dan ADB (Asian Development Bank)
untuk program konservasi kima, dengan membudidayakan kima di Pulau Barrang Lompo, Makassar.
Pembudidayaan kima di Indonesia masih jarang dilakukan dikarenakan lamanya proses budidaya dan sulit untuk
memperoleh bibit serta biaya teknologi pembibitan yang mahal.
 Pada tahun 1996 WWF bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam budidaya kima dan jenis biota laut
lainnya di Taman Nasional Laut Taka Bonerate, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan. Upaya pengembangbiakan
kima dilakukan dengan membuat sebuah hatchery mini di dalam kawasan Taman Nasional Taka Bonerate, yaitu di
Pulau Rajuni Kecil.
z
SUMBER REFERENSI

 https://kkp.go.id/djprl/bpsplpadang/page/315-kima

 Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar. 2011.


Kima di Sulawesi Selatan. Ditjen Pengelolaaan Ruang Laut, Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI.
 Didi sadili, dkk. 2015. Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Kima 2016-
2020. Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen
Pengelolaaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
 Soloraya. 2014. Konservasi kima Tolitoli. 22 Oktober 2014. 5 him.
http://soloraya.com/2014/10/22/konservasi-kima-tolitoli/

Anda mungkin juga menyukai