Anda di halaman 1dari 77

PATOFSIOLOGI &

ASUHAN KEPERAWATAN
NEONATAL

Prematurita
RDS
s
BBLR Asfiksia
Hiperbilirubinemi
a
Dewi Modjo
PREMATURITAS
Apa itu prematuritas ?
Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur
kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir.
Terdapat 3 subkategori usia kelahiran prematur berdasarkan
kategori World Health Organization (WHO), yaitu:
1. Extremely preterm (< 28 minggu)
2. Very preterm (28 hingga < 32 minggu)
3. Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).
Patofisiologi Prematuritas
Mekanisme I : Ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa
terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi
genetik.
Mekanisme II : Decidua-chorio-amnionitis, yaitu infeksi bakteri
yang menyebar ke uterus dan cairan amnion.
Mekanisme III : Berhubungan dengan perdarahan plasenta dengan
ditemukannya peningkatan hemosistein yang akan mengakibatkan
kontraksi miometrium.
Mekanisme IV : Peregangan berlebihan dari uterus yang bisa
disebabkan oleh kehamilan kembar, polyhydramnion atau distensi
berlebih yang disebabkan oleh kelainan uterus atau proses operasi
pada serviks.
Etiologi Prematur
 Faktor ibu
Faktor Penyakit (Toxemia Gravidarum, Trauma Fisik, dll), Faktor
Usia Ibu (< 20 tahun / > 35 tahun), Keadaan Sosial Ekonomi
Faktor janin
Hydroamnion, Kehamilan Multiple / Ganda, Kelainan
Cromosom.
Faktor lingkungan
Tempat tinggal didataran tinggi, Radiasi, Zat-zat beracun.
Klasifikasi Pada Bayi Prematur
1. Bayi Premature Di Garis Batas

37 minggu masa gestasi, 2500gr - 3200gr

Penampilan : lipatan pada kaki sedikit, payudara lebih kecil, lanugo banyak,
genetalia kurang berkembang.

2. Bayi Premature Sedang

31 mimggu -36 mg gestasi, 1500gr – 2500 gr

Penampilan : seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah, kulit lebih
tipi, lebih banyak pembuluh darah yang tampak

3. Bayi Sangat Premature

24 mg-30 mg gestasi, 500gr-1400dr 0,85 seluruh Kelahiran hidup

Penampilan : Kecil tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis, kedua mata mungkin
berdempetan
Gejala Klinis Prematur
1. Tanda tanda Anatomis

Berat badan lahir rendah (< 2,5 Kg), Ukuran kepala lebih besar dari badan, Kulitnya tipis, keriput,
terang dan berwarna merah muda (transparan dan tembus cahaya), Pembuluh darah dibawah
kulit dapat terlihat, Lemak subcutannya (brown fat) sedikit, Rambut di kepala tampak jarang dan
tipis, Telinga tipis dan lembek, Banyak terdapat lanugo dan vernicaseosa di badannya,
Tulang tengkorak teraba lunak,Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari, Pada bayi
laki- laki : testis belum turun, scrotum kecil dan lipatannya sedikit, Pada bayi perempuan :
Labia minora lebih menonjol, Jaringan payudara belum berkembang, Otot lemah,
sedikit melakukan aktifitas fisiknya.

2. Tanda Fisiologis

Gerakan bayi pasif, tangis hanya merintih, bayilebih banyak tidur, lebih malas.

Sistem neuromuscular masih sangat lemah (reflex isap dan menelan yang lemah).

Sistem respirasi belum adequate (pernafasan yang tidak teratur).

Thermolabil (fungsi control suhu di hypothalamus belum mature)


Komplikasi Prematur
1. RDS (Respiratory Distress Syndrome), ASFIKSIA

2. DisPLASIN BRONCO PULMANER (BPD) dan RETINOPATI PREMATURITAS (ROP)

3. Sepsis, Duktus Arteriosus paten (PDA), Necrotizing Enterocolitas (NEC)


Pemeriksaan Diangnostik
1. Jumlah sel darah putih 18.000/mm3, netrophil meningkat sampai 23.000 –  24.000
/mm3 hari pertama setelah lahir (menurun jika terjadi sepsis)

2. Hematokrit (HT) : 43 % - 61 % (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan


polisitemia, penurunan kadar menunjukan anemia atau hemoragic prenatal / perinatal)

3. Hemoglobin (HB) :15 – 20 mg/dL. (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan)

4. Bilirubin total :6 mg/dL pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dL 1– 2 hari, dan 12 mg / dL
pada hari ke - 3 – 5.

5. Destrosix :tetes glukosa pertama selama 4  –  6 jam pertama setelahkelahiran, rata -


rata 40 - 50 mg/dL meningkat 60–  70 mg/dL pada hari ke– 3.

6. Pemantauan elektrolit (Na+,K+,Cl) biasanya normal pada awalnya

7. Pemeriksaan Analisa Gas Darah


(BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah
Apa itu BBLR ?
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan dan akhirnya kurang dari 2500gram.

BBLR di bagi menjadi 2 golongan :

1. Prematuritas Murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang


dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat
badan untuk masa kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan –
sesuai masa kehamilan

2. Dismaturitas Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi
dalam preterm, term dan post term.
Patofisiologi BBLR
Secara umum bayi BBLR ini berhubungn dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dimaturitas. Artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu) tapi BB lahirnya lebih kecil
ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke
bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agal pertumbuhan janin tak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan,
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian pernatal secara
bermakna lebih tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
Klasifikasi BBLR
1. Berat lahir bayi 1.500-2500 gram termasuk kategori bayi berta lahir
rendah (BBLR)

2. Berat lahir bayi <1.500 gram termasuk kategori bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR)

3. Berat lahir bayi ,1.000 gram termasuk kategori bayi berat lahir
ekstram rendah (BBLER)
Etiologi BBLR
1. Penyakit :berhubungan langsung dengan kehamilan mialnya ; Perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum dan nefritis akut.

2 Usia Ibu : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 Tahun

3. Keadaan Sosial Ekonomi : Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya BBLR
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik pada golongan sosial ekonomi yang
rendah.

4. Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

5. Faktor janin : Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi, catata bawaa,
arteri umbilikus tunggal dan polihidramnion.

6. Faktor lingkungan : Tempat tinggal di daratan tinggi radiasi dan zat-zat racun.
Komplikasi BBLR
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiprebilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventikuler
9. Apne of prematurity
10.anemia
Penatalaksanaan Medis
1. Prematuritas murni

BB lahir kurang dari 1500gr


• Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5-37C.

• Bila tidak ada SGNN dapat diberi minum perolal susu rendah
laktosa /ASI dengan menghisap sendiri atau dengan pipa nasogastik.
Bila tidak dapat memenuhi semua kebutuhan peroral, maka diberikan
sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan
dengan IVFD

BB lahir lebih dari 1500gr


• Tanpa Asfiksia tidak ada tanda-tanda SGNN dan refleks isap baik
rawat gabung dengan metode kangguru dan langsung diberi ASI/LLM
2. Dismaturitas
BB Lahir kurang dari 1500gr
• Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5-37Cbila
refleks isap baik dan tidak ada SGNN dan refleks isap baik langsung diberi
minum ASI Perolal lebih dini (2 jam setelah lahir) bila refleks hisap kuran
diberikan minum melalui pipa nasogastrik
BB lahir lebih rendah dari 1500gr
• Tanpa asfiksia tidak ada tanda-tanda SGNN dan refleks isap baik rawat
gabung dan langsung diberi LLM/ASI lebih dini (2 jam setelah lahir
• Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan kecil untuk masa
kehamilan. Penatalaksanaanya sama denga bayi prematur dengan BB lahir
kurang dari 2500gr
Penatalaksanaan Medis
1. Pemerisaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina
serta menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan
pemeriksaan ultra sonografi

2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau


laboratorium lakau hipoglikemia perlu diatasi

3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobat hipervuskositasnya

4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori

5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita


aspirasi mekonium

6. Setiap jam dihitung frekuensi pernafsan dan bila frekuensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax
(RDS)
Respiratory Distress Syndrome
Apa itu RDS ?
Respirasi distress syndrome (RDS) atau sindro distres pernapasan
adalah sindorm gawat nafas yang disebabkan defisiensi serfaktan
terutama pada bayi yang baru lahir dengan masa gestasi kurang.
Patofisiologi RDS
RDS pada bayi premature disebabkan oleh alveoli masih kecil
sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna
sehingga mengakibatkan kolapas pada alveolus dan paru –paru menjadi
kaku.
Pengembanga paru (compliance) menurun 25%, pernafasan menjadi
berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksia berat,
hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Membran hyaline yang meliputu alveoli dibentuk dalam satu setengah
jam setelah lahir.
Etiologi RDS
1. Faktor predisposisi

terjadi sindrom gawat napas pada bayi prematur diebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga sulit berkembang.

2. Ketidak mampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka

3. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkapdalam
proteinaceous filtrat serum.

4. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500gram

5. Adanya kelainan di dlm paru : Pneumothorakx, penyakit membran hialin


(PMH)

6. Bayi prematur atau kurang bulan


Tanda dan gejala yang muncul pd RDS
1. Pernapasan cepat
2. Pernapasan terlihat parodaks
3. Cuping hidung
4. Apnea
5. Murmur
6. Sianosis pucat
Evaluasi
1. Gawat Napas Dengan Skor Downes
Pemeriksaan Skor
0 1 2
Frekuensi napas <60 / Menit 60-80 / Menit >80 / Menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap
denga 02 walaupun diberi
O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Skor ≥ 6 : Ancaman gagal nafas
2. Respiratory Distress Skor Downes

Skor Keterangan

Skor < 4 Gangguan Pernafasan Ringan

Skor 4 - 6 Gangguan Pernafasan Sedang

Skor ≥ 7 Ancaman Gagal nafas


(Pemerikaan gas darah harus dilakukan)
Komplikasi RDS
1. Kebocoran Alveoli
2. Resiko infeksi
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventicular
4. Broncopulmonary Displasia (BPD)
5. Retinopathy premature
Pemeriksaan Pununjang
1. Tes kematangan paru

2. Analisi gas darah

3. Radiografi thoraks
Penatalaksanaan
1. Memperhatikan stabilitas jantung paru yang dapat dilakukan dengan
mengadakan pantaua mulai dari kedalaman, kesimetrisan dan irama
pernafasan, kecepatan, kualitas dan suara jantung, pempertahankan
kepatenan jalan, nafas, memanrau reaksi tehadap pemberian atau terapi
medis serta pantau PaO2

2. Memantau urine, memantau serum elektrolit, mengkaji status hidrasi seperti


turgor kulit dll.

3. Memperhatikan intake kalori secara intravena total parenteral nutritio dengan


memberikan 80-120 Kkal/kg BB setiap 24 jam

4. Mengoptimalkan oksigen

5. Pemberian antibiotik. Dapat diberika penisilin dengan dosis 50.000-100.000


U/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, atau dengan gentamisin 3-4
mg/kgBB/hari
Asfiksia
Apa itu Asfiksia ?
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
hiperkarbia dan asidosis.
Jenis Asfiksia
Ada dua macam jenis asfiksia yaitu :

1. Asfiksia livida (biru)

2. Asfiksia pallida (putih )


Faktor resiko terjadinya asfiksia
1. Faktor ibu
• Umur ibu : umur ideal utk seorang ibu hamil adalah 20 – 30 tahun
• Hipoksia ibu : akibat pemberian obat analgetik atau anestesi
• Infeksi berat selama kehamilan (TB, malaria, sifilis, varisela, dll)
• Perdarahan antepartum
• Gangguan aliran darah uterus, seperti anemia dan riwayat hipertensi
selama kehamilan
• Kehamilan postdate (usia gestasi lebih dari 42 minggu)
Faktor resiko terjadinya asfiksia
2. Faktor plasenta

Plasenta merupakan sumber nutrisi janin, sumber oksigen, dan tempat


pembuangan sisa metabolisme janin.

Asfiksia dapat terjadi pada kasus:


• Solusio plasenta
• Lilitan tali pusat dan simpul tali pusat
• Tali pusat pendek
• Prolaps tali pusat
• Perdarahan plasenta
Faktor resiko terjadinya asfiksia
3. Faktor neonatus
• Pemakaian obat anestesi yang berlebihan
• Tauma persalinan
• Kelainan kongenital
• Bayi prematur
• Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
• Air ketuban bercampur mekonium

4. Faktor persalinan
• Persalinan letak bokong, sunggang, dll
• Partus lama & partus macet
• Ketuban pecah dini
Patofisiologi Asfiksia
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin
pada masa hamil dan persalinan. Proses kelahiran umumnya selalu
diawali dengan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Pada keadaan
asfiksia berat, usaha napas ini tidak tampak, selanjutnya bayi apneu,
bradikardi, dan bayi tampak lemas (flasid). Penilaian asfiksia ini
berdasarkan nilai APGAR
Nilai APGAR

Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR :


Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0 - 3 , Asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4 - 6
Asfiksia ringan dengan nilai APGAR 7 - 9 , Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Penetalaksanaan
Tindakan resusitasi bayi baru lahit mengikuti tahapan – tahapan berikut :
1. Stabilisasi
• Mengeringkan tubuh bayi
• Memberikan kehangatan
• Bayi dlm keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi
1. Airway (membuka jalan nafas) : memposisikan bayi terlentang,
membersikan jalan nafas.
2. Breathing (memulai pernafasan) : melakukan rangsangan taktil,
memberikan O2, jika tidak berhasil ventilasi tekanan postif (VTP)
3. Cirkulation (mempertahankan sirkulasi) : kompresi dada 1/3 nawah
sternum dengan kedalaman 1/3, menggunakan 1 jari atau 2, rasio
kompresi 3 :1
Hiperbilirubinemia
Apa itu Hiperbilirubinemia ?
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum
yang menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin
bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
1. Ikterus fisiologis
1. Ikterus muncul setelah usia 24 jam

2. Peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5 mg/dL dalam 24 jam

3. Mencapai kadar puncak pada hari ke-3 sampai hari ke-5 (bayi
kurang bulan: kadar puncak pada hari ke-4 hingga hari ke-7) dan
kadar maksimal tidak lebih dari 15 mg/dL

4. Menghilang pada hari ke-7 (bayi kurang bulan: menghilang pada hari
ke-14)
Penyebab Ikterus fisiologis
1. Produksi bilirubin meningkat:
• Konsentrasi Hb tinggi saat lahir dan menurun cepat selama beberapa
hari pertama kehidupan
• Umur sel darah merah pada bayi baru lahir lebih pendek

2. Ekskresi bilirubin menurun:


• Ambilan pada sel hati menurun
• Konjugasi di hati menurun karena imaturitas enzim-enzim hati
• Sirkulasi enterohepatik meningkat
Kadar bilirubi pada Ikterus Fisiologis
2. Ikterus Patologis
1. Muncul pada 24 Jam pertama

2. Peningkatan bilirubin > 5mg/dL per 24 jam

3. Ikterus menetap setelah hari ke -7 (aterm) atau setelah hari ke 14


(preterm)

4. Kadar bi;irubin total >15 mg/dL


Kadar bilirubi pada Ikterus Fisiologis
Kadar bilirubi pada Ikterus Fisiologis dan
Patologis
Etiologi Ikterus
Etiologi Hiperbilirubinemia Direk

1. Hiperbilirubinemia direk (kolestasis) Bilirubin direk > 20% bilirubin


total atau bilirubin direk > 1 mg/dL bila bilirubin total < 5 mg/dL

2. Etiologi: atresia bilier, kista duktus koledokus, hepatitis neonatal

3. Warna tinja dempul dan warna urin gelap


Faktor Risiko Hiperbilirubinemia berat
J - jaundice within first 24 hrs of life

A - a sibling who was jaundiced as neonate

U - unrecognized hemolysis

N - non-optimal sucking/nursing

D - deficiency of G6PD I – infection

C - cephalhematoma /bruising

E - East Asian/North Indian


Penilaian Klinis Ikterus
Pendekatan Klinis
Tata laksana Hiperbilirubunemia pada bayi
cukup bulan yang sehat
Tata laksana Hiperbilirubunemia pada bayi
cukup bulan yang sakit
Tata laksana Hiperbilirubunemia pada bayi
Prematur (<37 minggu)
Asuhan Keperawatan
Neonatus
Pengkajian Neonatus
1. Riwayat kehamilan : Untuk mengetahui kondisi Ibu selama hamil, adakah
komplikasi/tidak, periksa kehamilan dimana dan berapa kali, serta mandapatkan
apa saja dari petugas kesehatan selama hamil.

2. Riwayat persalinan : Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa,


apakah ada penyulit/tidak selama melahirkan seperti perdarahan

3. Riwayat Neonatus : Untuk mengetahui berapa berat badan lahir, panjang badan
lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangis/tidak, serta adakah cacat/ tidak

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga


terutama :

a) Anggota keluarga yang mempunayi penyakit tertentu terutama penyakit


menular seperti TBC, hepatitis dll.

b)  Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan


pembekuan darah, jiwa, asma dll.
Pengkajian Neonatus
1. Riwayat Psikologi : Untuk mengetahui respon orang tua dan lingkungan maupun
sebaliknya terhadap kelahiran bayi.

2. Riwayat Budaya : Untuk mengetahui kebiasaan ibu/keluarga berobat jika sakit,


serta dapat dijadikan dasar dalam memberikan informasi yang disampaikan
dapat sesuai dengan adat yang dianut ibu.

3. Riwayat Sosial : Untuk mengetahui kebiasaan anak dalam kepercayaan yang


dianut oleh keluarganya, adakah kebiasaan orang tua yang dianggap kurang
baik menurut kesehatan.

4. Riwayat Spiritual : Untuk mengetahui kebiasaan ibu dan keluarga dalam


beribadah, untuk memudahkan petugas kesehatan dalam pendekatan terapeutik

5. Riwayat Genetik : untuk mengetahui informasi tentang apakah adaa keluarga


yang memiliki kelainan cacat fisik, mental atau penyakit yang diwariskan Riwayat
lingkungan : untuk mengetahui apakah bayi terpapar di tempat kerja ibu atau
lingkungan ibu yang mengandung zat berbahaya selama di kandungan ibu
Pengkajian Neonatus
1. Keadaan umum : baik / cukup / lemah

2. Tanda vital

Pernafasan :

normal (40 – 60 x / menit)

Patologi : > 60 , <30 Diagnose : sindrom gawat napas

Suhu :

normal (36,5 – 37,5oC)

Patologi : > 37 Diagnosa : Hipertermi

Patologi < 36,5 Diagnosa : Hipotermi

Nadi :

normal (100 – 160 x/menit)

Patologi : >160 Diagnosa : Takikardi

Patologi : < 120 Diagnosa : bradicardi


Pengkajian Neonatus
1. Antropometri

Berat Badan :

normal (2500 – 4000 gram)

Patologi < 2500 Diagnosa : BBLR

Patologi > 4000 Diagnosa : Makrosomia

Panjang badan : normal (48 – 52 cm)

Kepala : Lingkar kepala :

normal 32-35 cm

Suboccipito-bregmatica : 32 cm

Fronto-occipito : 34 cm

Mento occipito : 35 cm

Patologi : > 35 Diagnosa : hidrosefalus

lingkar dada : Normal: 30-38cm


Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : untuk mengetahui adanya penumpukan dalam rongga vertikel atau
tidak Diagnose : Hidrosefalus , mikrosefali
2. Mata : untuk mengetahui adanya lipatan kuli halus pada bagian sudut mata
atau tidak Diagnosa : Epicanthus
3. Telinga : Simetris dengan mata atau tidak Diagosa : Low set ears
4. Hidung : Lebarnya lebih dari 2,5 cm Patologi : < lebar dari 2,5 cm Diagnose :
Obtruksi jalan nafas
5. Leher : ada/ pembengkakan Karena kelenjar tiroid
Diagnose : Hipotiroid konginetal
6. Dada : Simetris kiri kanan saat bernafas atau tidak Diagnose : Pneumotoraks
7. Bahu : Simetris kiri kanan atau tidak
8. Lengan : Simetris kiri dan kanan atau tidak
9. Tangan : Jari terdiri dari 5 kiri dan 5 kanan atau tidak Patologis < / > 5 pada
jari Diagnose : polidaktili atau sidaktili
Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen : Tidak terlalu cekung Patologi : Perut yang sangat cekung
Diagnose : Hernia diafragmatika
2. Genitalia : Lubang uretra terdapat pada ujung penis
Patologi : Lubang uretra terletak dibagian bawah pangkal penis Diagnose :
Hipospadia
3. Tungkai dan kaki : Sama panjang antara kiri dan kanan Patologi : Tidak sama
panjang antara kiri dan kanan Diagnose : Fraktur/neurologi
4. Punggung : ada / tidak berccak pada punggung Diagnose : abdormalitas
medula spinalis
5. Anus : Keluar mekonium pada 24 jam pertama Diagnose : Mekonium plug
syndrom
6. Kulit : Berwarna kemerahan Patologi : Kulit berwana kuning Diagnose :
ikterus
Pemeriksaan Refleks
1. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama
2. Tonic neck
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu
sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada
sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di
tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6
bulan c.
3. Moro
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke
belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan
mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah
ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia bulan.
Diangnosa Keperawatan

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Manajeman Jalan Nafas :


Observasi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama … 1. Monitor Pola nafas (frekeunsi, kedalaman, usaha nafas)
x24jam di harapkan Bersihan jalan nafas Meningkat 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurggling, usaha nafas)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
dengan kriteria hasil : Terapeutik
Produksi suptum Mengi Wheezing dan mekonium 1. Pertahanan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt chin-lift (juw-trusht jika
curiga trauma servikal
pada neonatus) menurun 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minuman hangat
Sianosis menurun 4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Frekuensi nafas mebaik 5. Lakukan hiperosigenasi sebelum penghisapan edotrakeal
6. Berika oksigen jika perlu
Pola nafas membaik Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan sesuai kebutuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu
Diangnosa Keperawatan

Pola Nafas Tidak Efektif

Manajeman Jalan Nafas :


Setelah di lakukan tindakan keperawatan Observasi
1. Monitor Pola nafas (frekeunsi, kedalaman, usaha nafas)
selama …x24jam di harapkan Pola nafas 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurggling, usaha nafas)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Membaik Terapeutik
Dengan kriteria hasil : 1. Pertahanan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt chin-lift (juw-trusht jika
curiga trauma servikal
Dispne menurun 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minuman hangat
Penggunaan otot bantu nafas menurun 4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
5. Lakukan hiperosigenasi sebelum penghisapan edotrakeal
Pernafasan cuping hidung menurun 6. Berika oksigen jika perlu
Frekuensi nafas membaik Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan sesuai kebutuhan
Kedalaman nafas membaik Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu
Diangnosa Keperawatan

Resiko Aspirasi

Pencegahan Aspirasi:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Observasi
selama …x24jam di harapkan tingkat 1. Monitor tingkat kesadaran
aspirasi Menurun 2. Monitor status pernafasan
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor bunyi nafas
Dispne menurun Terapeutik
Akumulasi sekret menurun 1. Posisikan semi fowler
Wheezing menurun 2. Pertahankan Posisikan semi-Fowler atau
Sianosis menurun Fowler
Frekuensi nafas membaik 3. Lakukan penghisapan jalan nafas jika ad
secret
Diangnosa Keperawatan

Defisit Nutrisi

Manajeman Nutrisi:
Observasi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama … 1. Identifikasi status nutrisi
x24jam di harapkan berat badan membaik dengan 2. Identifikasi perlunya pengguanaan selang
kriteria hasil : nasogastrik
Berat badan membaik 3. Monitor Asupan makan
Tebal lipatan kulit membaik 4. Monitor berat badan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygine sebelum meberikan makan
Diangnosa Keperawatan

Resiko Defisit Nutrisi

Manajeman Nutrisi:
Observasi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama … 1. Identifikasi status nutrisi
x24jam di harapkan berat badan membaik dengan 2. Identifikasi perlunya pengguanaan selang
kriteria hasil : nasogastrik
Berat badan membaik 3. Monitor Asupan makan
Tebal lipatan kulit membaik 4. Monitor berat badan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygine sebelum meberikan makan
Diangnosa Keperawatan

Ikterik Neonatus

Fisioterapi Neonatus :
Observasi
1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan berat badan
selama …x24jam di harapkan adaptasi 3. Monitor suhu dan tanda tanda vital setiap 4 jam
4. Monitor efek samping foto terapi (mis hipertermi, diare, rush pada kulit,
neonatus membaik dengan kriteria hasil : penurunan BB lebih dari 8-10%
Terapeutik
Kulit kuning menurun 1. Siapkan lampu fisioterapi dan inkubator atau kotak bayi
2. Lepaskan pakain bayi kecuali popok
Sklera kuning menurun 3. Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi

Prematuritas menurun 4. Ukur jarak lampu dan permukaan kulit bayi


5. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar foto terapi secara berkelanjutan
6. Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
7. Gunakan line berwarna putih agar memantulan cahaya sebanyak mungkin
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 menit
Diangnosa Keperawatan

Resiko Ikterik Neonatus

Fisioterapi Neonatus :
Observasi
1. Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
2. Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia gestasi dan berat badan
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3. Monitor suhu dan tanda tanda vital setiap 4 jam
4. Monitor efek samping foto terapi (mis hipertermi, diare, rush pada kulit,
selama …x24jam di harapkan tingkat infeksi penurunan BB lebih dari 8-10%
Terapeutik
menurun dengan kriteria hasil : 1. Siapkan lampu fisioterapi dan inkubator atau kotak bayi
2. Lepaskan pakain bayi kecuali popok
Kebersihan badan meningkat 3. Berikan penutup mata (eye protector/biliband) pada bayi
4. Ukur jarak lampu dan permukaan kulit bayi
5. Biarkan tubuh bayi terpapar sinar foto terapi secara berkelanjutan
6. Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
7. Gunakan line berwarna putih agar memantulan cahaya sebanyak mungkin
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui sekitar 20-30 menit
Diangnosa Keperawatan

Hipotermia

Manajeman Hipotermia :
Observasi
1. Monitor suhu tubuh
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 2. Identifikasi penyebab hipotermia
selama …x24jam di harapkan termoregulasi 3. Monitor tanda dan gejala hipotermia
Terapeutik
neonatus membaik dengan kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan yang hangat
Mengigil menurun 2. Ganti pakain atau line yang basah
Suhu tubuh meningkat 3. Lakukan penghangatan yang pasif (selimut, penutup
kepala, pakaian tebal)
Suhu kulit meningkat 4. Lakukan penghangatan yang aktif eksternal (kopres
hangat, botol hangat, selimut hangat, perawatan metode
kangguru)
5. Lakukan Penghangatan aktif internal (cairan infus
hangat, okseigen hangat, dengan cairan hangat.
Diangnosa Keperawatan

Resiko infeksi

Pencegahan Infeksi :
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Terapeutik
selama …x24jam di harapkan tingkat infeksi 1. Batasi jumlah pengunjung
menurun dengan kriteria hasil : 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kebersihan badan meningkat dengan pasein dan lingkungan pasien
3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberia imunisasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai