Anda di halaman 1dari 9

PRE PLANNING ART THERAPY SESI 5 PADA ANAK DENGAN MASALAH

BULLYING
DI RW. 01 KELURAHAN PEDALANGAN KECAMATAN BANYUMANIK
SEMARANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Komunitas dan Keluarga

Dosen Pembimbing :

Nur Setiawati Dewi, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom.


Ns. Nurullya Rachma, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom.

Disusun oleh :

Astri Artanti
22020119210080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS XXXIV


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
A. Latar Belakang
Tindakan bullying atau intimidasi dapat burupa bullying fisik, bullying verbal, dan
bullying psikologis atau bullying mental (Olweus, 2013). Perilaku mengganggu atau
mengertak orang yang lemah disebut dengan perilaku bullying (Fatimatuzzahro, 2017).
Menghina teman, meminta uang jajan teman, memukul ketika keinginannya tidak
terpenuhi, bahkan berkelahi sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap fisik
maupun psikologis anak merupakan beberapa contoh perilaku bullying yang sering terjadi
pada anak–anak (Siswati dan Widayanti, 2009).
Sekretaris KPAI menyatakan bahwa terdapat delapan kasus kekerasan baik di SD,
SMP, maupun SMA dari bulan Januari sampai April 2014. Data statistik KPAI
mengungkapkan terjadi peningkatan kasus kekerasan yang diterima oleh KPAI Nasional.
Pada tahun 2010 terdapat 2.413, di tahun 2011 meningkat menjadi 2.508, di tahun 2012
meningkat 2.637, tahun 2013 bertambah tinggi yaitu 2.792 dan tahun 2014 sebanyak
3.339 kasus dan kasus kekerasan anak lainnya yang belum tercatat di KPAI.
Anak yang melakukan bullying tidak selalu menyadari bahwa apa yang mereka
lakukan adalah bentuk bullying terhadap orang lain. Pelaku bullying adalah korban
terjadinya bullying akibat tidak adanya penanganan dan terbiasa melakukan hal tersebut
sehingga pelaku bullying mempunyai kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku
kekerasan (Sari, 2015). Adapun masalah yang mungkin dapat terjadi pada anak yang
mengalami atau korban bullying antara lain masalah kesehatan mental, gangguan stres
pasca trauma, masalah emosional, seperti munculnya depresi atau kegelisahan (Reijntjes
et al, 2010). Selain itu, bullying juga dapat berdampak pada penurunan prestasi akademik
dan semangat belajar (Tsaousis, 2016).
Hasil pengkajian yang dilakukan di RW I Kelurahan Pedalangan didapatkan hasil
bahwa terdapat 8 dari 30 anak mengalami masalah pertemanan, dimana masalah yang
ditemukan adalah terkait bullying (saling mengejek). Sebanyak 23 anak paling sering
mengalami bullying di sekolah. Respon anak saat mendapatkan perilaku bullying sangat
beragam, diantaranya marah sebanyak 5 anak, sakit hati 7 anak, sedih 14 anak dan merasa
biasa saja sebanyak 4 anak. Dampak bullying sangat berbahaya, terutama untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Anak-anak memiliki hak untuk berada dalam
lingkungan yang kondusif dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan suatu intervensi terhadap anak-anak dengan bullying di RW 01
Pedalangan.
Tindakan atau intervensi yang dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi
tindakan bullying pada anak yaitu salah satunya dengan art therapy / terapi seni. Art
therapy / terapi seni dapat mengurangi tindakan atau tingkah laku bullying dan
meningkatkan kehidupan sosial pada anak (Yan et al., 2019). Art therapy juga dapat
mengurangi kecemasan, gangguan mood dan depresi pada anak dengan masalah bullying
(Slayton et al, 2010). Art therapy / terapi seni dengan cara melukis atau menggambar,
anak dapat dengan bebas membuat dan mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka
secara artistik yang dapat membantu anak lebih memahami bullying melalui pengalaman
pribadi mereka dan cara mengatasinya (Crawford, 2011). Art therapy / terapi seni yang
digunakan untuk mengurangi bullying dilakukan dalam enam sesi. Sesi pertama
menggambar potret diri sendiri, sesi kedua menggambar kelompoknya, sesi ketiga
menggambar seseorang atau sesuatu yang membuatnya nyaman, sesi keempat
menggambar kekuatan diri sendiri, sesi kelima menggambar cita-cita atau mimpi yang
akan dicapai dan sesi keenam menggambar temannya (Yan et al., 2019). Art therapy sesi
1-4 sudah dilaksanankan, selanjutnya pelaksanaan sesi ke 5. Art therapy sesi ke 5, anak-
anak peserta terapi seni akan diinstruksikan menggambar cita-cita atau mimpi yang akan
dicapai. Pelaksanaan Art therapy sesi ke 5 merupakan lanjutan dari pelaksanan sesi
sebelumnya untuk mengatasi permasalan bullying pada anak di RW 01 Kelurahan
Pedalangan.

B. Tujuan Intervensi
1. Tujuan Umum
Anak dapat mengurangi tindakan atau tingkah laku bullying kepada orang lain
2. Tujuan Khusus
a. Anak mampu menyalurkan ekspresi melalui gambar cita-cita atau mimpi yang
akan dicapai
b. Anak mampu meningkatkan komunikasi dengan orang lain
c. Anak mampu meningkatkan kehidupan sosial atau kemampuan interpersonal

C. Rencana Pelaksanaan
1. Sasaran Kegiatan
Anak dengan masalah bullying di RW. 01 Kelurahan Pedalangan Kecamatan
Banyumanik, Semarang.
2. Waktu dan Tempat
a. Hari, tanggal : Minggu, 15 Desember 2019
b. Waktu : 16.00 – 17.00 WIB
c. Tempat : Lapangan Voli RT. 05 RW. 01 Kelurahan Pedalangan
3. Prosedur Intervensi
 Setiap anak diberikan atau membawa peralatan menggambar seperti pensil,
bolpoin, dan pensil warna/crayon/spidol warna beserta kertas untuk menggambar
 Anak diberikan waktu untuk mulai menggambar
 Gambar yang diinstruksikan antara lain menggambar potret cita-cita atau mimpi-
mimpi yang akan dicapai
 Anak kemudian menceritakan gambar yang telah digambarkan kepada teman-
temannya
4. Setting Tempat

Keterangan :

: Leader

: Anak
: Fasilitator

: Observer

5. Uraian Tugas
a. Leader : Astri Artanti
b. Fasilitator :
 Indah Sulistyowati
 Agustin
 Lailatuz Zulia Ifianti
 Fatia Zulfa
 Banis Rihadatul Afifah
 Febri Lestari
 Syeikha Mega Surya P.
 Noviana Rohmah
c. Observer : Handika Kiswantoro
Keterangan
Leader  Memimpin jalannya kegiatan
 Menjelaskan tata cara atau prosedur kegiatan (art therapy)
 Memberikan reinforcement positif kepada anak
 Memimpin ice breaking
 Menyimpulkan kegiatan
Fasilitator  Memfasilitasi proses atau jalannya kegiatan
 Mendampingi anak-anak selama proses kegiatan art
therapy berlangsung
 Memotivasi anak-anak untuk kesuksesan kegiatan art
therapy
Observer  Mengobservasi proses atau jalannya kegiatan
 Mencatat jumlah anak yang hadir dalam kegiatan
 Melakukan pendokumentasian kegiatan art therapy
6. Alat yang Digunakan
 Kertas gambar / kertas HVS ukuran A4
 Pensil atau bolpoin
 Pensil warna/crayon/spidol warna
 Handphone atau kamera
7. Susunan Acara
Waktu Kegiatan Penanggung Jawab
16.00 – 16.05 Pembukaan Kegiatan (dengan Leader
WIB mengucapkan salam dan perkenalan)
16.05 – 16.10 Penyampaian tujuan kegiatan dan tata Leader
WIB cara atau prosedur kegiatan dan ice
breaking
16.10 – 16.30 Inti Kegiatan (Anak Menggambar) Leader, Fasilitator,
WIB sesuai apa yang telah dijelaskan atau Observer
diinstruksikan
Ice breaking
16.30 – 16.50 Anak menceritakan gambar yang telah Leader, Fasilitator,
WIB digambar di depan teman-temannya Observer
Ice breaking
16.50 – 17.00 Menyampaikan kesimpulan dan Leader
WIB menutup kegiatan

D. Evaluasi
 Evaluasi Persiapan
No Penilaian Iya Tidak
1. Pre planning kegiatan disetujui H-1 sebelum
pelaksanaan kegiatan / art therapy sesi 5
2. Perlengkapan yang digunakan, seperti pensil,
bolpoin, peralatan menggambar lainnya (pensil
warna/crayon/spidol warna disiapkan H-1 sebelum
pelaksanaan kegiatan / art therapy sesi 5
 Evaluasi Proses
No Penilaian Iya Tidak
1. Mahasiswa dan anak-anak datang sesuai dengan
kontrak yang disepakati
2. Anak-anak yang hadir atau yang ikut kegiatan art
therapy sesi 5 55% dari total anak dengan
permasalahan bullying
3. Mahasiswa bertugas sesuai dengan job desk
masing-masing
4. Alat dan media dapat digunakan dengan efektif

 Evaluasi Hasil
No Penilaian Iya Tidak
1. Anak mampu mengikuti instruksi atau cara yang
disampaikan selama kegiatan art therapy sesi 5
2. Anak terlibat aktif dalam kegiatan dan mampu
menyampaikan apa yang telah digambar
3 Anak mampu mengisi kuesioner pre dan post
kegiatan dengan kuesioner Brief Multidimensional
Student’s Life Satisfaction Scale-Peabody
Treatment Progress Batery (BMSLSS-PTPB :
Youth), Social Anxiety Scale for Children-Revised
(SASC-R), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES),
Olweus Bully/Victim Questionnaire

E. Lampiran
 Jurnal Intervensi
 Rosenberg Self Esteem Scale
DAFTAR PUSTAKA

Crawford VC. (2011). Art Therapy Interventions for Understanding Students’ Perceptions of
School Bullying. The Florida State University
Fatimatuzzahro. (2017). Efektivitas Terapi Empati Untuk Menurunkan Perilaku Bullying
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Empati. 7 (3): 362-378
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Upaya Kesehatan Anak: Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014
Olweus D. (2013). School bullying: development and some important challenges. Annu Rev
Clin Psychol. 9:751–80.
Reijntjes A, Kamphuis JH, Prinzie P, Telch MJ. (2010). Peer victimization and internalizing
problems in children: a meta-analysis of longitudinal studies. Child Abuse Negl.
34:244–52.
Sari H.N, Dkk. (2015). Pelatihan Meningkatkan Empati Melalui Psikoedukasi Kepada Pelaku
Bullying Sebagai Upaya Untuk Mengurangi Bullying Di Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Magister Psikologi Profesi, Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran, 1-16
Siswati & Widayanti. (2009). Fenomena Bullying Di Sekolah Dasar Negeri Di
Semarang:Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, 5 (2)
Slayton SC, D’Archer J, Kaplan F. (2010). Outcome studies on the efficacy of art therapy: a
review of findings. Art Therapy 27:108–18.
Tsaousis I. (2016) The relationship of self-esteem to bullying perpetration and peer
victimization among school children and adolescents: a meta-analytic review. Aggress
Violent Behav. 31:186–99.
Yan, H., et al. (2019). School Bullying Among Left-Behind Children : The Efficacy of Art
Therapy on Reducing Bullying Victimization. Frontiers in Psychiatry. 10 (40): 1-7
Rosenberg Self Esteem Scale

Instruksi

Di bawah ini adalah daftar pernyataan yang berhubungan dengan perasaan umum kamu
tentang diri kamu. Ini menunjukkan seberapa kuat kamu setuju atau tidak setuju dengan
setiap pernyataan. Silahkan!

Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Secara keseluruhan, saya puas dengan diri saya
sendiri.
2. Kadang-kadang saya berpikir saya tidak baik sama
sekali.
3. Saya merasa memiliki sejumlah kualitas yang baik.
4. Saya dapat melakukan hal-hal seperti kebanyakan
orang lain.
5. Saya merasa tidak perlu banyak dibanggakan.
6. Kadang-kadang saya merasa tidak berguna.
7. Saya merasa bahwa saya adalah orang yang berharga,
setidaknya pada tingkat yang sama dengan orang lain.
8. Saya berharap bisa lebih menghargai diri sendiri.
9. Secara keseluruhan, saya cenderung merasa bahwa
saya gagal.
10. Saya mengambil sikap positif terhadap diri saya
sendiri.

Skoring

Item 2, 5, 6, 8, 9 diberi skor terbalik. Berikan "Sangat Tidak Setuju" 1 poin, "Tidak Setuju" 2
poin,“Setuju” 3 poin, dan “Sangat Setuju” 4 poin.

Jumlahkan skor untuk semua sepuluh item.

Simpan skor dalam skala berkelanjutan.

Skor yang lebih tinggi menunjukkan harga diri yang lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai