Anda di halaman 1dari 15

PRE PLANNING

TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK (TKT) TUMBUH

KEMBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH SESI 1 - 2

OLEH:

HELVIA RAHAYU, S.Kep

1741312071

Disetujui Oleh:
(Pembimbing Akademik) (Pembimbing Klinik)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018

SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Terapi Kelompok Terapeutik pada Anak Usia Sekolah

Hari/ Tanggal : Minggu / 19 Agustus 2018

Pukul : 07.00 - 07. 40 WIB

Sasaran : Anak Usia Sekolah (Usia 7-12th) di RW 06 Kel.Parak Gadang


Timur

Tempat : Mesjid Al-Ihsan RW 06 Kel. Parak Gadang Timur

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa menggambarkan kondisi sehat dari aspek emosional,


psikologis dan sosial yang ditunjukkan dengan hubungan interpersonal yang
positif, prilaku dan koping efektif, konsep diri positif, emosi stabil, produktif dan
mempunyai kontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Kesehatan Jiwa No.18 tahun 2014 yang menyatakan bahwa
kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Ahr,Houde, and Borst,
2016).

Kondisi kesehatan jiwa dapat tercapai jika melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Tahap pertumbuhan dan perkembangan individu
menurut Erickson dimulai sejak dalam kandungan yang dilanjutkan ke 8 tahap
berikutnya, mulai dari bayi (0 - 18 bulan), toddler (1,5 - 3 tahun), pra sekolah (3-6
tahun), sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18 tahun), dewasa muda (18-35 tahun),
dewasa tengah (35-65) tahun dan tahap terakhir yaitu dewasa akhir (>65 tahun).
Tahapan perkembangan mempunyai salah satu periode penting yaitu masa usia
sekolah. Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya vs rendah diri. Masa ini
berada diantara usia 6 - 12 tahun, dimasa ini anak mulai memasuki dunia sekolah
yang lebih formal, tumbuh rasa kemandirian anak, anak ingin terlibat dalam tugas
yang dilakukan sampai selesai (Wong, 2009).

Usia sekolah dasar disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
dalam pencapaian perkembangan industri. Anak usia sekolah memiliki ciri-ciri
mempunyai rasa bersaing, senang berkelompok dengan teman sebaya, berperan
dalam kegiatan kelompok, menyelesaikan tugas yang diberikan. Tahap ini anak
berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai
timbul dan ia mulai senang untuk belajar bersama (Hockenberry dan Wilson,
2009).

Anak usia sekolah yang diberikan kebebasan dalam berkreasi dan diberi
penghargaan atas prestasi yang diperoleh untuk meningkatkan harga diri anak.
Orang tua yang selalu memberikan pengarahan dan pengertian pada anak jika akan
melakukan sesuatu, memberikan penjelasan tentang pentingnya hidup sehat,
penjelasan mengenai aturan yang diterapkan dirumah tanpa mengabaikan adanya
reward dan punishment bagi anak jika anak mematuhi atau melanggar aturan yang
ada (Syarkawi, 2008).

Berbagai dampak dapat terjadi pada anak usia sekolah jika tahap
pertumbuhan dan perkembangannya tidak tercapai dengan maksimal. Untuk
mengindari dan mengatasi dampak penyimpangan tersebut diperlukan suatu
wadah agar dapat mewujudkan sumber daya yang tidak hanya sehat secara fisik
tetapi juga mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal melalui
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa yang terus menerus melalui
pembinaan dan pengembangan kesehatan mental anak usia sekolah (Keliat,Daulia,
& Tololiu, 2010)

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pemenuhan


tahap tumbuh kembang pada anak usia sekolah dimasyarakat adalah dengan
pelayanan kesehatan jiwa komunitas atau dikenal dengan Community Mental
Health Nursing (CMHN) yang diberikan dalam rangka meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa
dilingkungannya (Panjaitan & Riasmini, 2010).

Peran perawat CMHN salah satunya berupa terapi kelompok terapeutik yang
memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu dalam menyelesaikan masalah serta mengembangkan potensi anggota
kelompok. Terapi kelompok terapeutik yang diberikan ke anak usia sekolah pada
kesempatan ini ada 2 sesi, yaitu sesi 1 tentang konsep stimulasi anak usia sekolah
untuk mengenal dan mengidentifikasi kemampuan yang sudah dan belum dimiliki.
Selanjutnya pada sesi 2 tentang penerapan stimulasi aspek motorik baik motorik
halus maupun motorik kasar (Hubel & Campell, 2014).

Berdasarkan observasi yang telah mahasiswa peminatan jiwa lakukan


terhadap 7 orang anak usia sekolah di Kelurahan Parak Gadang Timur RW 06
terdapat 4 orang anak usia sekolah yang belum optimal pertumbuhan dan
perkembangannya pada aspek motorik seperti anak masih merasa terkucil dan
takut dengan orang dilingkungannya karena tidak pernah diizinkan untuk bermain
dan hanya dirumah.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Melakukan terapi kelompok terapeutik tentang konsep stimulasi anak usia
sekolah pada aspek motorik untuk mengenal dan mengidentifikasi kemampuan
yang sudah / belum dimiliki di RW 06 Kelurahan Parak Gadang Timur.

2. Tujuan Khusus

- Mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh anak usia sekolah


dengan menangkap bola secara bergantian.

- Melihat apa ada penyimpangan pada tumbuh kembang anak usia sekolah

- Mengidentifikasi dan mengenal kemampuan yang sudah dan yang belum


dimiliki

- Melakukan stimulasi perkembangan aspek motorik kasar meliputi baris-


berbaris dan melakukan stimulasi perkembangan aspek motorik halus
seperti melipat origami.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik

Terapi komunikasi terapeutik (TKT) Tumbuh Kembang Anak Usia


Sekolah pada Sesi 1 - 2

2. Metode

a. Bermain

b. Diskusi Kelompok

c. Demonstrasi / peragaan

3. Media / Alat

Pensil Warna / crayon, Gambar, Bola Kecil, Speaker, Laptop

4. Waktu dan tempat

Hari/ tanggal : Minggu/ 19 Agustus 2018


Tempat : Masjid Al Ihsan RW 06 Kel. Parak Gadang Timur

Jam : 07.00 - 08.00 WIB

5. Sasaran/Target

Anak usia sekolah yang berada di RW 06 Kel. Parak Gadang Timur

 Bersedia menjadi peserta terapi


 Kooperatif

D. PENGORGANISASIAN

Leader : Helvia Rahayu

Co Leader : Ricca Tammi Febrianti

Fasilitator :

 Syurpa Wahyuni

 Nurul Arvina

 Puti Kulindam Suto

 Fini Marta V

 Hayati Umar

 Diana Deyva

 Riri Ayuza Putri

Obeserver : Yoshi Hernanda

Pembagian tugas

a. Peran Leader

 Membuka dan menutup acara.

 Memperkenalkan diri.
 Menetapkan tata tertib acara terapi .

 Kontrak waktu yang akan digunakan selama terapi

 Kontrak tujuan acara

 Kontrak bahasa selama acara

 Menjaga kelancaran acara.

 Memimpin praktek.

 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara terapi.

b. Peran Co Leader

 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan terapi

c. Peran Observer

 Mengamati jalannya kegiatan.

 Mengevaluasi kegiatan.

 Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.

d. Peran Fasilitator

 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan


terapi.

 Membantu kelompok dalam membuat yeal-yeal

 Memotivasi peserta kegiatan dalam terapi.

 Menjadi contoh dalam kegiatan.

E. SETTING TEMPAT PENYULUHAN


SESI 1
SESI 2

Keterangan:

: Co Leader

: Fasilitator

: Observer

: Klien
: Leader

F. KEGIATAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK (TKT)


Kegiatan
N Kegiatan Waktu PJ
o Peserta
Fase1Orientasi
 Memberikan salam dan  Menjawab 2 mnt Leader
memperkenalkan diri salam
terapis  Mendengarkan
 Menjelaskan topik TKT dan
 Menjelaskan tujuan TKT memperhatikan
 Menjelaskan kontrak  Mendengar dan
waktu dan bahasa memperhatikan
 Bernyanyi lagu anak
Fase2 Kerja Leader
Sesi 1 Co Leader
 Memandu anak untuk  Memperkenalka 5 Fasilitator
memperkenalkan diri n diri menit
masing-masing dengan
menggunakan bola
yang bergilir
 Memandu anggota  Menjawab 5
kelompok untuk pertanyaan menit
menyimpulkan ciri khas  Mendengar dan
anggota kelompok yang memperhatikan
mengenalkan diri  Berkumpul
 Membentuk kelompok dalam kelompok 5 menit
menjadi 3 kelompok masing-masing
dengan ciri khas pada  Mendengarkan
kelompok masing- dan
masing serta memperhatikan
menampilkan yeal-yeal  Melakukan
kelompok baris berbaris 3 menit
 Membentuk aturan / dengan
norma yang harus kelompok yang
dipatuhi oleh seluruh telah dibentuk
anggota kelompok  Menggambar
Sesi 2 dengan serius
 Melakukan terapi 7 menit
stimulus tumbuh
kembang pada aspek
motorik kasar : dengan
baris berbaris.
 Melakukan terapi 10
stimulus tumbuh menit
kembang pada aspek
motorik halus : melipat
origami
3
Penutup 3 Leader
menit Observer
 Mengevaluasi respon  Menyampaikan
anak setelah terapi respon selama
kegiatan
 Memberikan
 Menerima
reinforcement positif
reinforcement
kepada anak
positif
 Memberi kesempatan  Menjawab salam
kepada peserta TKT
untuk bertanya

 Bertanya kepada
peserta TKT bagaimana
perasaannya setelah
mengikuti TKT
 Menyimpulkan materi

 Menutup pertemuan
dan memberi salam

 Bernyanyi lagu anak

G. EVALUASI
Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi sruktur

a) 80% dari peserta datang menghadiri pertemuan

b) Tempat dan alat sesuai dengan rencana

c) Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan

d) Laporan pendahuluan disetujui oleh pembimbing

2. Evaluasi Proses

a) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan

b) 70 % peserta yang hadir mengikuti acara dari awal sampai akhir

c) 60 % peserta berperan aktif selama kegiatan berlangsung.

3. Evaluasi Hasil

75 % dari pelaksanaan terapi dapat dilakukan secara benar dan mandiri.

LAMPIRAN MATERI

TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK (TKT) TUMBUH


KEMBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH SESI 1 - 2

A. PENGERTIAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK (TKT)

Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi


kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagai
pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan
mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres (Stuart, 2013 ;
Anderson, 2011) Kelompok terapeutik lebih berfokus pada hubungan di dalam
kelompok, interkasi anggota kelompok dan mempertimbangkan isu yang selektif
(Rajeev et al., 2014)

B. TUJUAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK (TKT)

Terapi kelompok bertujuan membantu anggotanya mengatasi stress dalam


kehidupan, berfokus pada disfungsi perasaan, pikiran dan prilaku dimana terapi
ini dapat dilakukan pada semua tingkat usia (Su and Tsai, 2016). Terapi kelompok
dapat diberikan guna membantu anak mengatasi masalahnya yang diselesaikan
bersama dalam kelompok dan sharing pengalaman dalam memenuhi tugas
perkembangan anak, sehingga anak mampu melewati tahap-tahap perkembangan
anak usia sekolah. Anak usia sekolah diharapkan mampu berjuang secara
produktif untuk mencapai kompetensi baik individu maupun dalam kelompok
(Membride, 2016)

C. PELAKSANAAN TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Tahapan dalam pelaksanaan terapi kelompok terapeutik, Stuart (2013)


membagi tahapan pelaksanaan terapi kelompok terapeutik menjadi fase orientasi,
kerja dan terminasi.

1. Fase Orientasi
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan perkenalan
dengan kelompok anak, menjelaskan tujuan kegiatan dan hasil akhir yang ingin
dicapai, aturan kelompok dan menyepakati waktu serta tempat pertemuan.
Disamping itu juga dilakukan penilaian terhadap tugas perkembangan yang telah
dikuasai anak saat ini.

2. Fase kerja

Menurut Damayanti (2010) dan Setyaningsih serta Keliat (2012), sesi atau
tahapan pelaksanaan fase kerja dalam terapi kelompok terapeutik usia sekolah
terdiri dari 7 sesi. Namun pada saat ini, akan dibahas dan dilakukan 2 sesi terlebih
dahulu.

Sesi 1 : Konsep stimulasi industri. Pada sesi ini kegiatan yang dilakukan
adalah terapis mendiskusikan pengalaman yang dihadapi oleh anak yang memiliki
usia sekolah dasar khususnya usia sekolah atau pada usia awal anak sekolah dasar,
kebutuhan tahap tumbuh kembang anak usia sekolah, penyimpangan prilaku masa
anak usia sekolah dan bagaimana selama ini kebutuhan perkembangannya
diterima. Penyampaian konsep stimulasi industri dalam pelaksanaan kegiatan
kelompok memberikan ruang kepada peserta untuk mengenal dan mengidentfikasi
kemampuan yang sudah dan yang belum dimiliki (Hubel & Campell, 2014)

Sesi 2 : Penerapan stimulasi aspek motorik. Pada sesi ini kegiatan yang
dilakukan terapis adalah melakukan stimulus perkembangan aspek motorik pada
anak usia sekolah, perkembangan motorik kasar meliputi : naik turun tangga,
melompat jauh, loncat tali, berbaris-baris. Kemampuan motorik halus meliputi :
menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adaya pola atau objek,
melipat origami, mennagkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat
permainan.

3. Fase Terminasi

Fase teriminasi dibagi atas terminasi sementara dan terminasi akhir.


Terminasi sementara dilakukan pada tiap akhir masing-masing sesi dengan
mengevaluasi perasaan anak setelah menyelesaikan setiap sesi, mengevaluasi
kemampuan yang telah dicapai oleh ibu dan anak, memberi tindak lanjut terkait
keterampilan yang harus dilatih dan menyepakati kontrak untuk sesi berikutnya.
Sedangkan terminasi akhir dilakukan setelah seluruh sesi dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2013). Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta :
Salemba Medika.

Alfiyanti, N. (2010). Upaya meningkatkan daya pikir anak melalui permainan


edukatif. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2019 dari

http://eprints.ums.ac.id/9837/1/A520085042.pdf

Chang & Yeh. (2015). The influence of parent-chil toys and time of playing
together on attachment. Procedia Manufacturing 3 (2015): 4921-4926.

Stuart, G.W and Laraia, M.T (2011). Principle and Practice of psychiatric
nursing. (7th edition). St.Louis: Mosby

Yusuf,S.(2009). Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung PT Remaja

Wong, Donna L. (2013). Pedoman klinis keperawatan pediatrik Edisi 4. Jakarta :


EGC.

Walter, Keliat., B.A, Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok


Terapeutik terhadap Perkembangan Industri Anak Usia Sekolah di Panti
Sosial Asuhan Anak Kota Bandung. FIK UI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai