Anda di halaman 1dari 103

Panduan Praktikum

Keperawatan Gawat Darurat &


Manajemen Bencana

Penyusun
Ns. Andalia Roza, S.Kep, M.Kes
Ainil Fitri, S.Kep, Ns, M.Kep
Ns. Saniya, M.Kep

Program Studi DIII Keperawatan


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Abdurrab
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Buku panduan praktikum ini disusun oleh:


1. Ns. Andalia Roza, S.Kep, M.Kes NIDN : 1009088703
2. Ainil Fitri, S.Kep, Ns, M.Kep NIDN : 1021098803
3. Ns. Saniya, M.Kep NIDN : 1008108901

dan digunakan sebagai bahan ajar/ panduan praktikum pada:

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana


Semester : IV
Prodi / Fakultas : DIII Keperawatan / Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas : Abdurrab

Disahkan di/ pada tanggal : Pekanbaru / 20 Januari 2021

Mengesahkan,
Dekan FFIK Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Abdurrab Universitas Abdurrab

Apt. Isna Wardaniati, M.Farm Ainil Fitri, S.Kep, Ns, M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan Buku
Panduan Praktikum “Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
meninggalkan pedoman hidup bagi kita yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat
di dunia.

Buku Panduan Praktikum ini merupakan salah satu panduan bagi mahasiswa
keperawatan dalam melaksanakan praktikum di laboratorium Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Abdurrab. Selanjutnya penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan
selama penyusunan buku panduan ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam


penyusunan buku panduan praktikum ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan buku panduan ini.

Pekanbaru, Januari 2021

Penyusun

iii
VISI & MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB

VISI
“Menjadi Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Yang profesional berlandaskan nilai-
nilai Rabbani, Amanah dan Beradab (RAB) dengan Keunggulan Keperawatan Gawat Darurat
dan Tanggap Bencana Di Sumatera Pada Tahun 2035”

MISI

Misi Program Studi D III Keperawatan adalah :


1. Penyelanggaraan prodi keperawatan melebihi standar nasional pendidikan tinggi
2. Melaksanakan pendidikan dalam bidang keperawatan untuk memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan nilai-nilai RAB dengan keunggulan
dalam bidangkeperawatangawatdarurat dan tanggap bencana.
3. Melaksanakan penelitian keperawatan yang bersifat kreatif, inovatif dan berorientasi
produk dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan nilai-
nilai RAB dengan keunggulan dalam bidang keperawatan gawatdarurat dan tanggap
bencana.
4. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dari hasil-hasil penelitian dalam
bidang keperawatan yang dapat menyelesaikan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat sebagai wujud nyata implementasi nilai-nilai RAB dengan keunggulan
dalam bidangkeperawatangawatdarurat dan tanggap bencana
5. Melaksanakan implemenytasi nilai-nilai RAB sebagai darma keempat yang
merupakan penciri islamisasi sains

iv
Daftar Isi

Halaman Sampul ................................................................................................... i


Lembar Pengesahan ............................................................................................. ii
Kata pengantar .................................................................................................... iii
Visi misi ...............................................................................................................iv
Daftar isi ............................................................................................................... v
Manajemen Airway .............................................................................................. 1
Manajemen Breathing ......................................................................................... 12
Manajemen Sirkulasi.......................................................................................... 23
Triage ................................................................................................................. 30
Balutan ............................................................................................................... 47
Pembidaian .......................................................................................................... 54
Evakuasi Korban ................................................................................................. 65
Perawatan Trakeostomi .................................................................................... 76
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ....................................................83
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 98

v
1 AIRWAY MANAGEMENT

Merupakan prosedur medis yang bertujuan menjaga kepatenan jalan udara pada
pasien dengan tingkat kesadaran rendah.

Tujuan airway management :

1. Untuk menyediakan dan merawat keamanan jalan udara


2. Untuk memastikan adanya oksigenisasi dan ventilasi yang adekuat
3. Untuk menghindari terjadinya aspirasi
4. Untuk melindungi spinal servikal

A. PENGKAJIAN AIRWAY
a. Definisi
Pengkajian airway adalah pengkajian yang dilakukan untuk menilai jalan nafas
pasien.
b. Hal-hal yang dilakukan dalam pengkajian airway
Penilaian jalan nafas dilakukan dengan tiga cara :
a. Look : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
b. Listen : Dengarkan ada atau tidak suara nafas tambahan yang keluar
c. Feel : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang keluar melalui mulut atau
hidung

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


c. Jenis-jenis suara nafas :
1) Snoring
Suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas
bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan, ibu jari mendorong
rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah
ada benda yang menyangkut di tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll).
2) Gargling
Suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan
oleh cairan ex: darah, maka lakukanlah cross-finger seperti di atas, lalu
lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah
dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
3) Crowing
Suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema)
pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan manuver head tilt and chin
lift atau jaw thrust saja.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PENGKAJIAN AIRWAY
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang Dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat
1) Handscoon
b. Tahap orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien/keluarga
c. Tahapan kerja
1. Letakkan pasien di posisi yang aman
2. Panggil nama pasien
3. Jika pasien tidak menjawab, rangsang dengan nyeri
dengan menyubit dada pasien
4. Jika terlihat adanya luka karena trauma tumpul
diatas klavikula, pasang neck collar
5. Look : Lihat gerakan nafas ada atau tidak
6. Listen : Dengarkan ada atau tidak suara nafas
tambahan yang keluar
7. Feel : Rasakan adanya aliran udara atau nafas yang
keluar melalui mulut atau hidung
8. Observasi adanya suara nafas tambahan
d. Tahap terminasi
3
1. Langsung lakukan intervensi sesuai pengkajian airway
yang diapat

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


B. TINDAKAN AIRWAY

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


Jenis Keterampilan : PENATALAKSANAAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan alat
2) Handscoon
b. Tahap orientasi
3. Panggil pasien dengan namanya
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien/keluarga
c. Tahapan kerja
HEAD TILT
1. Tindakan menekan dahi.
2. Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien
3. Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.

CHIN LIFT
1. Tindakan mengangkat dagu
2. Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke
depan

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


JAW THRUST
1. tindakan mengangkat sudut rahang bawah
2. Tindakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera
lebih lanjut pada tulang belakang bagian leher pasien.

MANUVER HELMICH
1. Posisi berdiri
a. Penolong berdiri dibelakang korban
b. Lingkarkan kedua tangan ke pinggang korban
c. Kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol
tangan kepalan pada perut korban, sedikit diatas
pusar dan dibawah sternum
d. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lain
e. Tekankan kepalan keperut dengan hentakan yang
cepat kearah atas
f. Setiap hentakan harus terpisah dengan gerakan yang
jelas

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


2. Korban tidak sadar
a. Letakkan korban pada permukaan yang datar
b. Atur posisi korban telentang
c. Penolong berlutut disisi paha korban
d. Letakkan salah satu tangan pada perut korban
digaris tengah sedikit di atas pusar dan jauh dibawah
ujung tulang sternum
e. Tangan kedua diletakkan diatas tangan pertama
f. Penolong menekan kearah perut dengan hentakan
yang cepat ke arah atas
g. NB: Manuver ini juga dapat dilakukan pada korban
sadar jika penolong terlampau pendek untuk
memeluk pinggang korban
3. Dilakukan sendiri
7
a. Kepalkan salah satu tangan, letakkan sisi ibu jari
pada perut diatas pusar dan dibawah tulang sternum

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


b. Genggam kepalan itu dengan kuat dan berikan
tekanan ke atas ke arah diafragma dengan gerakan
cepat
c. Jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan
menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

PENYAPUAN JARI
Indikasi : pasien tidak sadar
a. Pasang handscoon
b. Atur posisi korban, muka menghadap keatas
c. Buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang
di antara ibu jari dan jari-jari
d. Angkat rahang bawah
e. Masukkan jari telunjuk, tangan lain menelusuri bagian
dalam pipi, jauh kedalam kerongkongan di bagian dasar
lidah
f. Lakukan gerakan mengait untuk melepaskan benda
asing serta menggerahkan benda asing tersebut ke
dalam mulut sehingga mudah diambil

d. Tahap terminasi
2. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
3. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan objektif)
4. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(…………………………….)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PEMASANGAN OPA/NPA
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang Dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan alat
1) Oropharingeal airway
2) Nasopharingeal airway
3) Handscoon
b. Tahap orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien /keluarga
c. Tahapan kerja
OPA
1. Pilih alat dengan ukuran yang tepat
2. Bersihkan mulut dan faring dari segala
kotoran/sumbatan
3. Masukkan alat dengan ujung menengadah ke chefalad
4. Saat disorong masuk mendekati dinding belakang
faring, alat diputar 180 derajat
5. Pertahankan posisi kepala yang tepat setelah
pemasangan alat
NPA
1. Cek kepatenan hidung
10
2. Pilih alat dengan ukuran yang tepat
3. Lumasi ujung kanul dengan jelly

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


4. Masukkan menyusuri bagian tengah dan dasar rongga
hidung sampai mencapai daerah belakang lidah
5. Apabila ada tahanan dengan dorongan ringan alat
diputar sedikit
d. Tahap terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subektif dan obektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

11

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


2 Manajemen Breathing

A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum askep gawat darurat sistem
pernapasan, diharapkan Anda mampu untuk melakukan asuhan keperawatan gawat
darurat pada sistem pernafasan.

B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum, diharapkan Anda mampu untuk
melakukan :
1. Pengkajian Keperawatan pada sistem pernafasan
2. Diagnosa Keperawatan pada sistem pernafasan
3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan pada sistem pernafasan
4. Evaluasi Keperawatan pada sistem pernafasan

C. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN


1. Pengkajian Keperawatan pada sistem pernafasan

Breathing : Efektif Tidak efektif (absen)

: Warna kulit : normal pucat

: Pola nafas : normal tidak , …………………………..

: Kerja nafas : normal takipnea bradipnea

: Menggunakan otot bantu nafas : ya tidak

: Suara nafas : vesikuler wheezing ronchi stridor

: Jejas : ya tidak

: Deviasi trakea : ya tidak

: Pengembangan dada : simetris tidak


12
: Distensi vena jugularis: ya tidak

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


2. Diagnosa Keperawatan pada sistem pernafasan
Diagnosa Keperawatan pada sistem pernafasan tergantung pada masalah yang
dihadapi pasien. Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada pasien
dengan masalah pernafasan adalah :
a. Risiko/aktual perubahan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveoli-paru
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret,
bronkospasme.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supply dan
kebutuhan oksigen.
d. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan paru, trauma dada
e. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian, perubahan
kesehatan.

3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan pada sistem pernafasan


Intervensi dan Tindakan Keperawatan pada sistem pernafasan secara umum meliputi:
a. Pemberian oksigen (nasal kanul, masker sederhana, masker non rebreathing/
reabreathing dan ventilator).
b. Memasang oksimetri
c. Melakukan suction melalui mulut/hidung
d. Memberikan bantuan nafas melalui BVM / Pocket mask
e. Memasang OPA (oropharyngeal airway)

4. Evaluasi Keperawatan Gawat Darurat sistem pernafasan


Evaluasi keperawatan sistem pernafasan secara umum di bagian emergensi
meliputi evaluasi jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan disability (tingkat
kesadaran). Observasi jalan nafas, apakah paten atau tidak. Kaji pernafasan,
apakah mengalami gangguan kebutuhan oksigen atau tidak. Kaji sirkulasi, apakah
tekanan darah normal atau tidak, akrar dingin atau tidak, capillary refill time ada
gangguan atau tidak. Periksa tingkat kesadaran apakah pasien sadar atau tidak
13
sadar.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL
Jenis Keterampilan : PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


No KET
0 1 2

a. Tahap Pre interaksi


1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis
pasien
2. Siapkan alat
➢ Tabung O2 dan Flowmeter
➢ Humidifier dan air steril
➢ Nasal kanul dan slang
➢ Kasa k/p

b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga

c. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Verifikasi kembali instruksi dokter
3. Atur posisi semi fowler (jika bisa)
4. Jelaskan tujuan terapi O2 & keselamatan
5. Sambungkan tabung O2 dengan humidifier
dan selang O2
6. Cek gelembung O2 di humidifier.
7. Pasang selang O2 ke hidung, selang
melingkar di telinga dan dirapatkan di bagian
dagu
8. Atur flow rate sesuai kebutuhan (1-6 lt)
9. Anjurkan pasien untuk menarik nafas
10. Nilai jumlah pernafasan, sesak pasien
11. Rapikan pasien dan alat
12. Perawat cuci tangan
13. Dokumentasi respon dan prosedur 14
14. Nilai aliran udara tiap 4 jam
15. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


d. Tahap Terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Cek respon pasien setelah dilakukan tindakan
3. Dokumentasikan tindakan di catatan
keperawatan secara lengkap (tanggal, jam,
nama perawat yang melakukan tindakan,
jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(. .................................................. )

15

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER
Jenis Keterampilan : PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang Dinilai Penilaian


No KET
0 1 2
a. Tahap Pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan
medis pasien
2. Siapkan alat
➢ Tabung O2 dan Flowmeter
➢ Humidifier dan air steril
➢ Masker dan slang
➢ Kasa k/p

b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga

c. Tahap Kerja
1. Cuci Tangan
2. Verifikasi kembali instruksi dokter
3. Atur posisi semi fowler (jika bisa)
4. Jelaskan tujuan terapi O2 & keselamatan
5. Sambungkan tabung O2 dengan
humidifier dan selang O2.
6. Cek gelembung O2 di humidifier.
7. Pasang selang masker O2 ke hidung,
pengikat diikatkan ke belakang kepala.
8. Atur flow rate sesuai kebutuhan (5-8 lt)
9. Anjurkan pasien untuk menarik nafas
10. Nilai jumlah pernafasan, sesak pasien
11. Rapikan pasien dan alat
12. Perawat cuci tangan
13. Dokumentasi respon dan prosedur
14. Nilai aliran udara tiap 4 jam
15. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik
16

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


d. Tahap Terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan
objektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan
keperawatan secara lengkap (tanggal, jam,
nama perawat yang melakukan tindakan,
jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil
dari tindakan)

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

17

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN
MEMASANG OKSIMETER
Jenis Keterampilan : MEMASANG OKSIMETER
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang Dinilai Penilaian


No KET
0 1 2
a. Tahap Pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan
medis pasien
2. Siapkan alat
➢ Oksimeter nadi dan sensor
➢ Kapas alkohol
➢ Tissue
➢ Nierbeken/bengkok
b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga

c. Tahap Kerja
1. Cuci Tangan
2. Verifikasi kembali instruksi dokter
3. Atur posisi pasien
4. Jelaskan tujuan pemasangan
5. Memilih lokasi pemasangan sensor (jari
tangan, jari kaki, telinga dan hidung)
6. Bersihkan lokasi pemasangan sensor
dengan alcohol
7. Memasang sensor, pastikan sensor
terpasang dengan sempurna
8. Menghubungkan kabel sensor ke
oksimeter, nyalakan oksimeter
9. Membaca hasil pemeriksaan, dan laporkan
ke dokter hasil pemeriksaan abnormal
10. Rapikan pasien dan alat
11. Perawat cuci tangan
12. Dokumentasi respon dan prosedur
13. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik
18

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


d. Tahap Terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan
objektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan
keperawatan secara lengkap (tanggal, jam,
nama perawat yang melakukan tindakan,
jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil
dari tindakan)

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

19

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN
MELAKUKAN BANTUAN NAPAS DENGAN BVM (BAG VALVE MASK)
Jenis Keterampilan : BANTUAN NAPAS DENGAN BVM
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang Dinilai Penilaian


No KET
0 1 2
a. Tahap Pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan
medis pasien
2. Siapkan alat
➢ BVM (Ambubag)
➢ Handscoon bersih
➢ Handscrub
➢ Oksigen

b. Tahap Orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya
tindakan pada pasien /keluarga

20

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


c. Tahap Kerja
1. Jelaskan tujuan
2. Siapkan & dekatkan alat
3. Atur posisi pasien yaitu tempat yang aman,
datar dan keras
4. Perawat cuci tangan dan pakai sarung
tangan bersih.
5. Perawat memeriksa nadi dan pernapasan
maksimal selama 10 detik.
6. Bila nadi teraba dan pernafasan tidak ada
maka lakukan bantuan nafas.
7. Atur posisi kepala yaitu head tilt chin lif
bila tidak ada trauma leher. Bila ada
trauma leher dengan cara jaw thrust
manuver.
8. Meletakkan masker menutup mulut dan
hidung pasien.
9. Ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf
C sedangkan jari-jari lainnya memegang
rahang bawah sekaligus membuka jalan
napas dengan membentuk huruf E
10. Memompa udara dengan cara tangan satu
memegang bag sambil memompa udara
dan yang satunya memegang dan
memfiksasi masker pada saat memegang
masker
11. Pada dewasa : Berikan nafas sebanyak 10-
12 x per menit dengan jeda setiap pompa
5-6 detik.
Pada bayi : Berikan nafas sebanyak 20 x
per menit dengan jeda setiap pompa 3
detik.
12. Setelah 1 menit, evaluasi pernafasan.
Apabila nafas tidak ada lakukan bantuan
nafas sesuai langkah no 11. Namun bila
nafas ada maka berikan posisi recoveri
(sesuai kondisi).
13. Bila sudah selesai, buka sarung tangan.
14. Rapikan pasien dan alat
15. Perawat cuci tangan
16. Dokumentasi respon dan prosedur
17. Penampilan tenang dan komunikasi
terapeutik

d. Tahap Terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subjektif dan
objektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan
keperawatan secara lengkap (tanggal,
jam, nama perawat yang melakukan 21
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan,
dan hasil dari tindakan)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%
/
Jumlah Nilai yang Didapat
Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(...................................................)

22

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


3 Manajemen Sirkulasi

A. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum askep gawat darurat sistem kardiovaskuler,
diharapkan Anda mampu untuk melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada
sistem kardiovaskuler.

B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pembelajaran praktikum, diharapkan Anda mampu untuk melakukan :
1. Pengkajian Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
2. Diagnosa Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
4. Evaluasi Keperawatan pada sistem kardiovaskuler

C. PENGERTIAN
Manajemen Sirkulasi adalah manajemen gawat darurat yang dilakukan untuk mengontrol
pendarahan dan mengembalikan sirkulasi darah. Tujuan manajemen sirkulation adalah
a. Melihat adanya perdarahan eksternal/internal
b. Menghentikan perdarahan eksternal dengan rest, ice, compress, elevation (istirahatkan
lokasi luka, kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
c. Mengurangi tanda-tanda syok/gangguan sirkulasi seperti: capillary refill time, nadi,
sianosis, pulsus arteri distal

23

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


D. LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN

1. Pengkajian Keperawatan pada sistem pernafasan


Sirkulasi Kualitas nadi : kuat lemah

Ritme jantung : regular irregular

EKG : normal tidak normal

CRT : detik

warna kulit : normal pucat

Suhu kulit :
hangat
dingin

Diaphoresis : ya tidak

Pengkajian airway adalah pengkajian yang dilakukan untuk menilai pendarahan yang
terjadi pada pasien gawat darurat. Hal-hal yang perlu dilakukan pada saat pengkajian
sirkulation :
a. Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti arteri femoralis dan arteri
karotis. Perabaan arteri karotis sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga
melihat tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary refill time) > 2
detik.
b. Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti jantung. Henti jantung
mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan
segera.
c. Henti jantung ditandai dengan :
a. Hilang kesadaran
b. Apneu atau gasping
c. Sianosis dan pucat
d. Tidak ada pulse (pada karotis atau femoralis)
e. Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit

24

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


2. Diagnosa Keperawatan pada sistem kardiovaskuler
Diagnosa Keperawatan pada sistem kardiovaskuler tergantung pada masalah yang
dihadapi pasien. Beberapa diagnose keperawatan yang dapat terjadi pada pasien
dengan masalah kardiovaskuler vaskuler adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme koronaria , sumbatan arteri koronaria.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supply dan
kebutuhan oksigen.
c. Penurunan cardiac output berhubungan dengan vasokonstriksi, penurunan
konstraksi jantung.
d. Risiko/actual perubahan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveoli-paru.
e. Kecemasan/ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian, dan atau
perubahan kesehatan.

3. Intervensi Dan Tindakan Keperawatan pada Sistem Kardiovaskuler


Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam menangani gangguan circulation adalah
a)Posisi syok
Angkat kedua tungkai dengan menggunakan papan setinggi ± 45o. 300 – 500 cc darah dari kaki
pindah ke sirkulasi sentral.
b) Cari dan hentikan pendarahan
a. Tekan sumber perdarahan
b. Tekankan jari pada arteri proksimal dari luka
c. Bebat tekan pada seluruh ekstremitas yang luka
d. Pasang tampon sub fasia (gauza pack)
e. Hindari tourniquet (torniquet = usaha terakhir)
f. Cari sumber pendarahan yang tersembunyi : Rongga perut (hati, limpa, arteri), rongga pleura,
panggul atau pelvis, tulang paha (femur), kulit kepala (anak)

4. Evaluasi Keperawatan pada Sistem Kardiovaskuler


Evaluasi keperawatan sistem kardiovaskuler secara umum di bagian emergensi
meliputi evaluasi kaji sirkulasi, apakah tekanan darah normal atau tidak, akral dingin
atau tidak, capillary refill time ada gangguan atau tidak. Periksa tingkat kesadaran
apakah pasien sadar atau tidak sadar

25

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PENGKAJIAN CIRCULATION
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat
1) Handscoon
b. Tahap orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien/keluarga
c. Tahapan kerja
1. Ini merupakan kelanjutan dari pengkajian airway
dan breathing
2. Panggil pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran
pasien
3. Lihat pendarahan yang terjadi
4. Raba arteri besar : arteri karotis/ arteri femoralis,
masih teraba/ tidak, irama teratur/ tidak
5. Lihat warna kulit : pucat/ tidak
6. Lakukan CRT (capillary refill time) > 2 detik/ tidak
7. Raba akral : dingin/ tidak
8. Kaji staus pernafasan
9. Lihat adanya dilatasi pupil/ tidak
d. Tahap terminasi
1. Langsung lakukan intervensi sesuai pengkajian
26
circulation yang diapat

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat = Nilai Keterampilan X 100%

Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

27

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : TAMPON PENDARAHAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek identitas pasien
2. Siapkan alat
1) Handscoon
2) Tampon
b. Tahap orientasi
1. Panggil pasien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien/keluarga
c. Tahapan kerja
1. Ini merupakan kelanjutan dari pengkajian airway
dan breathing
2. Pasang handscoon
3. Pastikan lokasi luka atau pendarahan
4. Letakkan tampon pada daerah pendarahan, terus
tekan lokasi pendarahan sampai pendarahan berhenti
d. Tahap terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subektif dan obektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
28
tindakan)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat = Nilai Keterampilan X 100%

Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

29

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Becana |


TRIAGE
4

Pengertian : Triage adalah pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya


trauma atau penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan
Tujuan : Dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat, dan tepat sesuai
dengan sumber daya yang ada .

Macam-Macam Korban
1. Korban masal : lebih dari 1 orang harus ditolong lebih dari 1 penolong, bukan
bencana
2. Korban bencana : korban lebih besar dari korban masal

Prinsip-Prinsip Triage
“ Time saving is live saving (respon time diusahakan sependek mungkin), The right patient,
to the right place at the right time serta melakukan yang terbaik untuk jumlah terbanyak”
dengan seleksi korban berdasarkan :
1. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat mati dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal

Prioritas
Penentuan nama yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang
mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
1. Prioritas I (prioritas tertinggi) warna merah untuk kondisi berat dan warna biru untuk
kondisi sangat berat
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera,
mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat
segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi. Contohnya:
30
sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada
tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


2. Prioritas II (prioritas medium) warna kuning
Potensi mengancam nyawaatau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka
waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contohnya:
patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan tingkat III < 25%, trauma
thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

3. Prioritas III (rendah) warna hijau


Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Contohnya: luka superficial, luka-luka ringan.

4. Prioritas 0 warna hitam


Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka-luka sangat parah. Hanya perlu
terapi suportif. Contohnya: henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

LANGKAH-LANGKAH TRIAGE
Persiapan
Sebelum Anda melakukan triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah
sakit, Anda harus menyiapkan alatalat yang diperlukan dan menggunakan alat
proteksi diri (APD) untuk menjaga keamanan baik Anda maupun pasien,
seperti cuci tangan, menggunakan sarung tangan, celemek dan sebagainnya
sesuai kebutuhan. Adapun alat alat yang perlu disiapkan adalah seperti berikut
ini.

31

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Tensimeter Stetoskop
Thermometer

Pen light Jam tangan Sarung tangan

Celemek/apron Masker Tutup kepala

Format asuhan
keperawatan

Gambar 1.1. Persiapan Alat

32

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Adapun cara mencuci tangan yang benar adalah sebagai berikut :
1. Pertama kali Anda lakukan cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien serta
menggunakan sarung tangan dalam melakukan pemeriksaan fisik maupun melakukan
tindakan untuk mengatasi masalah pasien. Gambar 4 adalah 6 langkah cuci tangan yang
benar :

Gambar 1.2. Langkah-Langkah Mencuci Tangan

Langkah-langkah cuci tangan bisa Anda lihat pada gambar 1.2 : Pertama, Anda basahi
kedua telapak tangan dan ratakan sabun dengan menggosokkan kedua telapak tangan; Kedua,
Anda gosok punggung tangan dan sela-sela jari, lakukan pada kedua tangan Anda; Ketiga,
gosok kedua telapak tangan Anda dan sela-sela jari; Keempat, posisikan kedua tangan Anda
mengunci kemudian gosok punggung jari kedua tangan; Kelima, bersihkan ibu jari tangan
Anda dengan cara menggosok ibu jari tangan kiri dengan diputar dalam gengaman tangan
33
kanan, kemudian lakukan juga pada ibu jari kanan dengan cara sebaliknya; Keenam,
bersihkan kedua ujung jari tangan Anda dengan cara menggosokkan ujung jari tangan kiri

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Setelah itu yang harus Anda lakukan adalah : pertama Anda menerima pasien yang
datang ke IGD, sambil Anda perkenalkan diri Anda pada pasien atau keluarga yang
mendampingi. Kemudian pasien Anda persilakan berbaring pada tempat tidur.

Gambar 1.3. Ruangan IGD

2. Pelaksanaan Triage
Adapun langkah- langkah dalam melakukan triage adalah :
a.Data Subyektif.
Data subyektif yang ditanyakan kepada pasien atau keluarga/pengantar apabila pasien tidak sadar,
meliputi :
1) Tanyakan identitas pasien
2) Identitas pasien meliputi : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat.
Anda bisa bertanya langsung pada pasien apabila pasien sadar atau pada keluarga
apabila pasien bayi atau tidak sadar.
3) Tanyakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien saat ini.
4) Tanyakan riwayat penyakit/keluhan yang sekarang dirasakan atau yang
berhubungan dengan sakit yang diderita sekarang.
5) Usaha pengobatan yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan.

34
b.Data obyektif meliputi :
6) Anda perhatikan/amati keadaan umum pasien.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Yang perlu dikaji adalah kesadaran pasien, apakah pasien dalam kondisi sadar
penuh (composmentis), apatus, delirium, somnolen, stupor, koma.
7) Kaji jalan nafas (Airway) :
Anda lakukan observasi pada gerakan dada, apakah ada gerakan dada atau tidak.
Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan nafas lancar atau paten, sedang
apabila tidak ada gerakan dada walaupun diberikan bantuan nafas artinya terjadi
sumbatan jalan nafas
8) Kaji fungsi paru (breathing):
Anda kaji/observasi kemampuan mengembang paru, adakah pengembangan paru
spontan atau tidak. Apabila tidak bisa mengembang spontan maka dimungkinkan
terjadi gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan untuk bantuan
nafas.
9) Kaji sirkulasi (Circulation):
Anda lakukan pengkajian denyut nadi dengan melakukan palpasi pada nadi
radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak teraba gunakan
nadi carotis. Apabila tidak teraba adanya denyutan menunjukkan gangguan fungsi
jantung.
10) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, jumlah
pernafasan

b. Analisa Data
Setelah data subyektif dan obyektif terkumpul maka Anda melakukan analisa untuk
merumuskan masalah keperawatan.
Analisislah masalah keperawatan yang dihadapi oleh pasien. Anda harus melakukan
dengan cepat dan tepat, analisis Anda lakukan setelah melakukan pengkajian.

c. Planning (rencana tindakan keperawatan)


Dalam rencana tindakan keperawatan ini, ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu
menetapkan prioritas korban dan merencanakan tindakan. Menentukan prioritas ini
penting untuk menetapkan tindakan keperawatan sesuai prioritas. Jika salah dalam
35
menentukan prioritas triage ini maka akan berakibat fatal bagi korban. Prioritas pasien
dapat dibagi menjadi 4 yaitu prioritas 1 , prioritas 2, prioritas 3 dan prioritas 4.
Prioritas 1 merupakan kasus yang mengancam nyawa dan segera untuk dilakukan

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


pertolongan seperti henti jantung dan nafas, cedera kepala berat dan sebagainya dan
diberi label merah.
Prioritas 2 merupakan kasus gawat dan tidak segera kolap jantung seperti patah tulang
tanpa perdarahan, asma bronkiale dan sebagainya dan diberi label kuning.
Prioritas 3 merupakan kasus tidak gawat seperti panas badan, pilek dan sebagainya dan
diberi label hijau.
Prioritas 4 adalah korban dalam keadaan meninggal dan diberi label hitam. Setelah
klien korban ditetapkan prioritasnya maka korban diletakkan di ruangan sesuai
prioritasnya dan langkah selanjutnya direncakan tindakan yang sesuai kondisi.

Setelah Anda menetapkan prioritas berdasarkan ancaman pasien, selanjutnya Anda


menentukan rencana tindakan dan pasien segera dikirim ke tempat sesuai prioritas
tersebut. Dibawah ini format pada saat Anda akan melakukan triage di rumah sakit.

36

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Format Triage di rumah sakit
A. Identitas Pasien
Nama : ………………………………………………………………..
Umur : ………………………………………………………………..
Jenis Kelamin : ………………………………………………………………..
Alamat/No. Telp : …………………………………………………………………
Pekerjaan : ………………………………………………………………..
Agama : ………………………………………………………………..

B. Subyektif
1. Keluhan utama ……………………………………..……………………………………………..
2. Riwayat penyakit masa lalu …………………..……………………………………………..
3. Bila trauma , kaji mekanisme trauma ……..…………………………………………….

C. Obyektif
1. Keadaan umum : …………………………………………………………………………………..
2. Tanda vital :
▪ Jumlah pernafasan ………….……………………………………………………………
▪ Nadi ……………….…………………………………………………………………………….
▪ Tekanan darah ……………………………………………………………………………..
▪ Suhu………………..……………………………………………………………………………
3. Cek airway (jalan nafas)
▪ Adakah snoring (lidah jatuh) ……….………………………………………………
▪ Adakah gurgling (secret)..……..…………………………………………………….
▪ Adakah stridor ( edema jalan nafas) ..……..……………………………………
4. Cek breathing
▪ Retraksi intercostalis…………..……………………………………………………….
▪ Adakah jejas………………………………………………………………………………..
5. Cek sirkulasi
▪ Adakah perdarahan eksternal ? …..………………………………………………
▪ Capilarry refill time ?………….………………………………………………………..
▪ Akral ?………………………………………………………………………………………….

D. Asses
1. Nyeri
2. Sesak
3. Perdarahan dsb

E. Planning
1. Tentukan prioritas (Prioritas 1, prioritas 2, prioritas 3 dan prioritas 4)
2. Tentukan rencana tindakan

37

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


3. Pelaporan
Setelah anda melakukan triage sesuai dengan langkah langkah diatas, maka anda harus
segera melakukan dokumentasi dengan lengkap. Dokumen yang telah diperoleh kemudian
dilaporkan ke pembimbing klinik baik institusi maupun rumah sakit.

Ringkasan

Triage merupakan suatu proses menentukan prioritas berdasarkan ancaman nyawa yang
sangat penting untuk mencegah kematian. Dalam melakukan triage diperlukan penanganan
cepat dan tepat sesuai dengan kondisi pasien. Pemberian label berdasarkan prioritas, warna
merah dalam keadaan emergensi, warna kuning dalam keadaaan gawat, warna hijau dalam
keadaan tidak gawat dan warna hitam dalam keadaan meninggal.

Tes 1

Seorang laki laki umur 40 tahun datang ke IGD rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Hasil
pengkajian lebih lanjut, nafas korban cepat, bunyi nafas stridor. Menurut orangtuanya, ketika
korban naik sepeda motor kemudian mengalami tabrakan dengan angkot. Anda sebagai
perawat IGD, coba lakukan triage pada korban tersebut sesuai dengan langkah langkah SOAP.

38

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


PENILAIAN TRIAGE

ASPEK YANG DINILAI NILAI KET


1 2 3 4
PENGKAJIAN Nilai :
1. Data subyektif (Spesifik, Akurat & valid) 4 = Sangat Baik
2. Data obyektif (dapat diukur &valid) 3 = Baik
2 = Cukup
• Airway
1 = Kurang Baik
• Breathing
• Circulation Nilai
• Disability (tingkat kesadaran) 4:
• Tanda vital data sangat lengkap dan
ASSESMENT (MASALAH) valid.
1. Rumusan masalah tepat (relevan
Nilai 3 :
dengan masalah keperawatan pasien)
data lengkap dan valid
RENCANA KEPERAWATAN
1. Ketepatan penentuan prioritas korban Nilai 2 :
(triage) data cukup lengkap dan
2. Intervensi disusun sesuai prioritas valid
pemecahan masalah pasien
3. Intervensi bersifat aplikatif Nilai 1 :
4. Intervensi independen dan dependen data tidak lengkap
sesuai kebutuhan pasien
TOTAL

Pembimbing

( ……………………………. )

39

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


5 RESUSITASI JANTUNG PARU

a. Pengertian
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau dikenal juga dengan Cardio Pulmoner
Resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan.
Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas tetapi masih
hidup. Resusitasi mengandung arti harfiah “Menghidupkan Kembali” tentunya
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti
jantung berlanjut menjadi kematian biologis.

b. Klasifikasi
Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni:
1. Bantuan hidup dasar (BHD) adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas
(airway) tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan alat
bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan henti jantung atau
henti nafas dan segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Usaha BHD ini
bertujuan dengan cepat mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung, dan alat-alat
vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Pengalaman menunjukkan bahwa
resusitasi jantung paru akan berhasil terutama pada keadaan “henti jantung” yang
disaksikan (witnessed) dimana resusitasi segera dilakukan oleh orang yang berada di
sekitar korban.
2. Bantuan hidup lanjut (BHL) adalah usaha yang dilakukan setelah dilakukan usaha hidup
dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien.
3. Tunjangan hidup terus menerus.

c. Indikasi
1. Henti nafas (Respiratory Arrest)
Henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena
40
gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel).

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


2. Henti jantung (Cardiac Arrest)
Dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
a. Hipoksemia karena berbagai sebab
b. Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
c. Gangguan irama jantung (aritmia)
d. Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension pneumothoraks)

Kontra indikasi
1. Fraktur kosta, trauma thorax
2. Pneumothorax, Emphysema berat
3. Cardiac tamponade
4. Cardiac arrest lebih dari 5-6 menit
5. Keadaan terminal penyakit yang tidak dapat disembuhkan, misalnya Gagal Ginjal Kronis

d. Penghentian RJP
1. Jika penderita sudah tidak memberikan respon yang stabil
2. Pupil dilatasi maksimal
3. Tidak ada respon spontan setelah RJP selama 15-30 menit
4. Gambaran EKG sudah flat

41

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Alogaritma RJP

42

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


Alogaritma RJP 43

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : RESUSITASI JANTUNG PARU
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2. Memastikan kesadaran dari korban / pasien
3. Meminta pertolongan
4. Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan
RJP yang baik dan efektif, korban/pasien harus dalam posisi
telentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras.
5. Mengatur posisi penolong
6. AIRWAY
a. Pemeriksaan jalan nafas, pastikan tidak ada sumbatan
jalan nafas
b. Membuka jalan nafas dengan teknik head tild-chin lift
atau jawtrust
BREATHING
a. Memastikan korban/pasien tidak bernafas dengan cara
look, listen, and feel
b. Memberikan bantuan nafas. Jika korban/pasien tidak
bernafas, bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut
ke mulut, mulut kehidung, atau mulut ke stoma (lubang
yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan nafas sebanyak 2 kali
hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali 44
hembusan adalah 1,5-2 detik dan volume udara yang
dihembuskan adalah 700-1000 ml (10 ml/kg) atau

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


sampai dada korban/pasien telah mengembang
CIRCULATION
a. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien
dengan cara meraba arteri karotis
b. Memberikan bantuan sirkulasi
c. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong
menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu
dengan tulang dada (sternum)
d. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur
kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut
merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi
e. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara
menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan
lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada
korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan/
menyilang
f. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan
dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya
secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali
kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara
1,5 -2 inci (3,8 – 5 cm)
g. Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya
dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi
semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang
waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi
harus sama dengan pada saat melakukan kompresi
h. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau
merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi 45
i. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah
30:2 (tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong
j. Lakukan 5 siklus secara lengkap (30 kompresi dan 2
kali bantuan pernafasan)
k. Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian
korban dievaluasi kembali

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

46

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat& Manajemen Bencana |


6 BALUTAN

Pengertian
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau manahan bagian tubuh tertentu agar
tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

Tujuan
1. Menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dll agar tidak bergeser
dari tempatnya
2. Menahan pembengkakan (menghentikan perdarahan: pembalut tekanan)
3. Menopang bagian tubuh yang cidera
4. Menjaga agar bagian yang cidera tidak bergerak
5. Menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi

Macam-macam pembalut
1. Mitella (pembalut segitiga)
• Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm.
• Pembalut ini biasanya dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
• Dapat dilipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut dasi.

47

(Mitella)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


2. Dasi (cravat)
• Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga
membentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10
cm.
• Pembalut ini biasanya digunakan untuk membalut mata, dahi atau bagian kepala
lain, rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
• Cara membalut:
a. Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
b. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya saling menarik
c. Kedua ujungnya diikatkan secukupnya
3. Pita (pembalut gulung)
• Dapat terbuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah kassa. Hal ini karena kassa mudah menyerap air dan darah, serta
tidak mudah kendor.
• Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
a. 2,5 cm : untuk jari-jari
b. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
c. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
d. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
e. 10-15 cm : untuk dada, perut, dan punggung
• Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
a. Sangga anggota badan yang cidera pada posisi tetap
b. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
c. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh yang akan
dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan
ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal) lalu
balut lurus sebanyak 2 kali. 48

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


d. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan
menutupi dua pertiga bagian sebelumnya.
e. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban , kunci dengan
peniti atau jepit perban.

4. Plester (pembalut berperekat)


• Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan kelainan patah tulang. Cara pembidaian lansung dengan
plester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal
dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi
dengan plester.
• Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi
dengan kasa yang mengandung antiseptik (tensoplast, band-aid, handyplast dsb)
• Cara membalut luka terbuka dengan plester:
a. Luks diberi antiseptik
b. Tutup luka dengan kassa
c. Baru letakkan pembalut plester

49

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


5. Pembalut lainnya
• Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka dan steril.
Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.

• Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotik. Digunakan untuk
menutup luka-luka kecil.

6. Kassa steril
• Kassa steril ialah potongan-potongan pembalut kassa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.
• Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didesinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutup sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester

50

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


1. Cara menutup luka di dada dengan satu / dua kain mitella

2. Cara membalut luka orga disekitar kepala seperti di hidung dan dagu, telinga dan
dagu, dan luka di daerah mata dengan kain mitella yang dibentuk dasi (dilipat – lipat)

51

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


3. Cara membalut luka dibagian kepala

4. Cara membalut luka ditangan

5. Cara membalut luka dilutut

52

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


6. Cara membalut luka ditungkai

7. Cara membalut luka ditangan atau kaki

8. Cara membalut dengan teknik angka delapan

53

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


7 PEMBIDAIAN

Pengertian
Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang mengalami
cedera dengan menggunakan suatu alat.

Tujuan
1. Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
2. Mempertahankan posisi yang nyaman
3. Mempermudah transportasi korban
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera
5. Mempercepat penyembuhan

Indikasi
1. Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan:
a. Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
b. Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
c. Dislokasi persendian
2. Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh
ditemukan:
a. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi “krek”
b. Ekstermitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi
abnormal
c. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstermitas yang cedera
d. Posisi ekstermitas yang abnormal
e. Memar
f. Bengkak
g. Perubahan bentuk
h. Nyeri gerak aktif dan pasif 54

i. Nyeri sumbu

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


j. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstermitas yang
mengalami cedera (krepitasi)
k. Fungsiolaesa
l. Perdarahan bisa ada atau tidak
m. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada lokasi cedera
n. Kram otot di sekitar lokasi cedera
o. Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah
pasien seperti orang yang mengalami fraktur

Jenis pembidaian
1. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
a. Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit
b. Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
c. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih
berat
d. Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar
pembidaian
2. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
a. Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik/rumah sakit)
b. Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/ dislokasi
c. Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips,dll)
d. Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

Macam-macam pembidaian
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, aluminium, karton, palstik, atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan. Contoh: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2. Bidai traksi
55
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh:
bidai traksi tulang paha.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


3. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong. Contoh: majalah, koran, karton dll.
4. Gendongan/belat dan bebat
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitella (kain segitiga)
dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cedera. Contoh: gendongan lengan.

Prinsip umum dalam tindakan pembidaian


1. Lakukan pembidaian dimana anggota badan mengalami cedera (korban jangan
dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada
keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
3. Tanda dan gejala patah tulang:
a. Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri
b. Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang
patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita
c. Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak
sama bentuk dan panjangnya
d. Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak
dapat digunakan lagi
4. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan

56

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Teknik pembidaian pada berbagai lokasi cidera
1. Fraktur cranium dan tulang wajah
Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada tempat
yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya fraktur
tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang.
Ada beberapa bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah
(bersifat bidai definitif), namun tidak dibahas disini karena biasanya dilakukan oleh
para ahli.
2. Pembidaian leher
Dalam kondisi darurat bisa dilakukan pembidaian dengan pambalutan. Pembalutan
dilakukan hati-hati tanpa menggerakkan begian leher dan kepala. Pembalutan
dianggap efektif apabila mampu meminimalisasi pergerakan pada daerah leher. Jika
tersedia, fiksasi leher baik dilakukan menggunakan cervical collar.
3. Tulang klavikula
Terapi definitif untuk fraktur klavikula biasanya dilakukan secara konservatif yaitu
dengan “ransel bandage”. Pembebatan efektif akan berfungsi untuk traksi dan fiksasi,
sehingga kedua ujung fragmen fraktur bisa bertemu kembali pada posisi yang
seanatomis mungkin, sehingga memungkinkan penyembuhan fraktur dengan hasil
yang cukup baik.
4. Tulang iga
Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk mencegah
bagian patah tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa dilakukan
sebagai pertolongan pertama dilapangan sebelum pasien dibawa dalam perjalanan ke
rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada dinding dada,
memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang mengalami cedera
sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada.
5. Lengan atas
Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku
membentuk sudut 90 derajat dengan cara:
• Lekatkan kain sling disisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan
puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. Posisikan 57
lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira
membentuk sudut 10 derajat). Ikatlah dua ujung sling pada bahu yang dimaksud.
Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


• Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian
sisi lateral dinding thorax
• Pasanglah bidai yang telah dibalut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang
mengalami fraktur
• Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (disisi lateral) dan dinding thorax (pada
sisi medial)
• Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan
menggunakan kain yang lebar

6. Lengan bawah
• Imobilisasi lengan yang mengalami cedera
• Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku
sampai ujung telapak tangan
• Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera
• Fleksikan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat
sudut 90 terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan
hati-hati.
• Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar
berada dalam posisi fungsional.
• Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara
siku sampai ujung jari. 58

• Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa
pergelangan tangan sudah terimobilisasi.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


• Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai
• Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak teralu kuat
• Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara: lekatkan
kain sling disisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari
sling berada pada bahu di sisi lengan yang tidak cedera. Posisikan lengan bawah
sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut
10 derajat). Ikatlah dua ujung sling pada bahu yang dimaksud. Gulunglah apex
dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

7. Fraktur tangan dan pergelangan tangan


Ekstermitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi mekanik”, yakni posisi
yang senatural mungkin. Posisi natural tangan adalah pada posisi seperti sedang
menggenggam sebuah bola softball. Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain
dapat diletakkan pada telapak tangan sebelum tangan dibalut.
8. Tulang jari
Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan
pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injuri (buddy splinting).

59

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


9. Tulang punggung
Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai
menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

10. Fraktur panggul


• Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia
tua terjatuh dan mengeluh nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap
mengalami fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau
ditemukan pemendekan atau rotasi pada tungkai (biasanya daerah lateral).
• Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus menggunakan
tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan pada
tungkai yang tidak cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi
untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan
terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.
11. Tungkai atas
Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai dengan
dibawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih sulit dan
resiko untuk cedera tambahan akibat kegagalan traksi sering kali lebih besar.
Sebaiknya jangan mencoba melakukan traksi pada cedera tungkai kecuali jika orang
yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.
60

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


12. Fraktur/ dislokasi sendi lutut
Cedera lutut membutuhkan bidai yang memanjang antara pinggul sampai dengan
pergelangan kaki. Bidai ini dipasang pada sisi belakang tungkai dan pantat.

13. Tungkai bawah


• Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan
mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat.
• Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara telapak
tangan sampai dengan diatas lutut.
• Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai
• Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus
• Letakkan bidai disepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi
memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki.
• Pasanglah bidai disisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang dipasang
disisi bawah tungkai.
• Ikatlah bidai pada posisi diatas dan dibawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa lutut
dan pergelangan kakisudah termobilisasi dengan baik.
• Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai. 61
• Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi
pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


14. Fraktur /dislokasi pergelangan kaki
• Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan menggunakan
pembalutan. Gunakan pola “figure of eight”: dimulai dari sisi bawah kaki, melalui
sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki ke belakang melalui sisi atas kaki, ke
sisi bawah kaki, dan demikian seterusnya.
• Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral
pergelangan kaki untuk mencegah pergerakan yang berebihan. Saat melakukan
tindakan imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu dijaga pada sudut
yang benar.
15. Telapak kaki
• Fraktur / dislokasi jari kaki
• Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan
merekatkan jari yang cedera pada jari disebelahnya.

62

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PEMBIDAIAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan alat
1) Buku catata
2) Spalk
3) Perban gulung /pembidaian
4) Sarung tangan / handscoon
5) Gunting perban

b. Tahap orientasi
1. Berikan salam dan cek identitas pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien /keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum dilakukan
tindakan
c. Tahapan kerja
1. Pastikan perhiasan dan benda yang ada pada tubuh
pasien sudah terlepas
2. Dekatkan alat-alat dan atur posisi pasien
3. Perawat cuci tangan
4. Pasang handscoon
5. Memulai tindakan dengan cara yang baik
6. Memeriksa bagian tubuh yang akan dibidai
7. Memilih dan mempersiapkan bidai 63

8. Melakukan pembidaian melewati dua sendi


9. Sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


badan korban yang tidak sakit
10. Ikat bidai yang sudah dipasang dengan menggunakan
perban, ikatan jangan terlalu keras dan terlalu kendor
11. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas
dan bawah tempat yang patah
12. Tinggikan anggota gerak tersebut jika memungkinkan
d. Tahap terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subektif dan obektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)
64

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


8 EVAKUASI KORBAN

Pengertian
Teknik evakuasi adalah upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke
tempat yang memadai untuk diberi pertolongan atau untuk ditindak lanjuti dengan kondisinya
guna kelangsungan hidupnya.

Tujuan
1. Menyelamatkan nyawa pasien/korban yang masih hidup
2. Memindahkan pasien/korban yang sudah tidak bernyawa

Prinsip
1. Jangan dilakukan jika tidak perlu
2. Melakukan kondisi sesuai dengan cara yang benar

Jenis pemindahan
Berdasarkan keselamatan penolong dan penderita, pemindahan penderita digolongkan
menjadi dua bagian:
1. Pemindahan darurat
Pemindahan darurat dilakukan bila ada bahaya yang mengancam bagi penderita dan
penolong.
2. Pemindahan biasa
Pemindahan biasa dilakukan jika keadaan tidak membahayakan penderita maupun
penolong.

65

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : EVAKUASI KORBAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan alat
1) Brankar
2) Strecher/tandu
3) Long spine board
4) Neck collar
5) Mitella
6) Selimut
b. Tahap orientasi
1. Berikan salam dan cek identitas pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien /keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum dilakukan
tindakan
c. Tahapan kerja
Dengan satu orang penolong
a. Memapah
Indikasi:
1. Pasien sadar
2. Tidak ada dugaan cedera ekstermitas atas
Cara:
1. Berdiri disamping korban pada sisi yang cedera atau
lemah 66
2. Lingkarkan lengan dibahu penolong
3. Peganglah tangan atau pergelangan tangan korban

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


4. Lengan penolong yang satu lagi melingkar
dipinggang korban, dan pegang baju atau pinggang
korban
5. Setelah posisi penolong benar, mulailah memapah
korban
6. Langkahkan kaki yang sebelah dalam dan berjalan
disesuaikan dengan kecepatan berjalan koban
7. Tongkat atau dahan kayu dapat menjadi penopang
tambahan
8. Korban harus ditenangkan

b. Menggendong/front candle
Indikasi:
1. Korban anak-anak
2. Korban tidak terlalu berat
Cara:
1. Jongkok disamping korban
2. Selipkan lengan disekitar tubuh korban, diatas
pergelangan tangan
3. Selipkan lengan yang satunya dibawah paha korban
4. Badannya dipeluk kearah penolong dan angkat

67

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


c. Menggendong/pick a back
Cara:
1. Penolong jongkok atau berlutut
2. Perintahkan korban untuk meletakkan lengannya
dengan longgar diatas pundak penolong
3. Genggam masing-masing tungkai korban
4. Berdiri dengan meluruskan lutut dan pinggul

d. Menarik
Cara:
1. Letakkan tangan korban menyilang pada dadanya
2. Jongkok di belakang korban, pegang melalui ketiak
dan tarik
3. Jika korban bisa duduk, silangkan lengannya pada
dada
4. Pegang pergelangan tangan melalui ketiak dan
angkat 68
5. Jika korban memakai jeket, lepaskan kancingnya,
dan tarik jaket ke bawah kepalanya. Pegang jaket

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


melalui bahu dan angkat.

e. Angkatan pemadam/menyeret
Indikasi:
1. Mengusung korban yang tidak sadar melalui lintasan
yang sempit (misalnya terowongan atau dilorong
kapal)
2. Korban lebih berat dari penolong
Cara:
1. Penolong merangkak diatas korban
2. Tempatkan korban dibawah penolong
3. Tangan korban diikat atau digantungkan di leher
penolong

69

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Dengan dua orang penolong
a. Kursi dua tangan (two hended seat)
Indikasi:
1. Pasien sadar
2. Tidak ada dugaan cedera servical
Cara:
1. Jongkok dikedua sisi korban
2. Silangkan lengan dipunggung korban dan pegang
ikat pinggangnya
3. Kedua lengan yang lain diselipkan dibawah lutut
korban, dan penolong saling memegang pergelangan
tangan
4. Lengan yang saling memegang dibawa ke
pertengahan paha korban
5. Instruksikan untuk meletakkan lengan-lengannya
diatas pundak para penolong
6. Bergeraklah mendekati korban, punggung tetap
lurus, bangkit pelan-pelan dan jalan bersama-sama

b. Kursi pengangkut
Indikasi:
1. Pasien sadar/tidak sadar
2. Tidak ada dugaan cedera servical
70
Cara:
1. Mengusung korban dengan menggunakan kursi
sebagai tandu

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


2. Kursi sebagai tandu pada lorong yang sempit
3. Satu penolong mengangkat kursi dari belakang dan
penolong yang lain mengangkat kursi dari depan
4. Jika korban sadar untuk pengamanan imobilisasi
tangan korban ke dada
5. Jika korban tidak sadar fiksasi korban ke kursi

c. Teknik angkat anggota gerak


Cara:
1. Penolong pertama berada diposisi kepala penderita
2. Korban didudukkan dan tangannya disilangkan pada
dada
3. Selipkan lengan melalui ketiak korban dan pegang
pergelangan tangannya kuat-kuat
4. Penolong yang lain berdiri diantaradua tungkai
penderita, menyelipkan kedua tangan dan
mengangkat kedua lutut penderita
5. Dengan satu aba-aba kedua penolong dapat
memindahkan penderita ke lokasi yang diinginkan
Dengan tiga/empat orang penolong
a. Mengangkat tandu
Cara:
1. Setiap pengangkat berdiri di keempat ujung tandu
2. Jika ada tiga orang penolong, dua berdiri dekat 71
kepala dan satu pada kaki
3. Semua pengangkat jongkok dan memegang

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


mengikuti aba-aba, bangkit serentak dan berdiri
memegang tandu secara rata
4. Aba-aba berikutnya semua pengangkat
melangkahkan kaki sebelah dalam dengan langkah
pendek
5. Untuk menurunkan korban, para pengangkat
berhenti jika ada aba-aba
6. Pada aba-aba berikutnya semua jongkok dan
meletakkan tandu hati-hati
b. Mengangkat lansung
Cara:
1. Ketiga penolong berlutut pada salah satu sisi
penderita, jika memungkinkan beradalah pada sisi
yang paling sedikit cedera
2. Penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah
leher dan bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah
punggung penderita
3. Penolong kedua menyisipkan lengan dibawah
punggung dan bokong penderita
4. Penolong ketiga menyisipkan lengan dibawah
bokong dan dibawah lutut penderita
5. Penderita siap diangkat dengan satu perintah
6. Angkat penderita keatas lutut ketiga penolong secara
bersamaan
7. Siapkan tandu yang akan digunakan, dan atur
letaknya oleh penolong yang lain
8. Letakkan kembali penderita diatas tandu dengan
satu perintah yang tepat
9. Jika akan berjalan tanpa memakai tandu, dari
langkah nomor 6 teruskan dengan memiringkan
penderita ke dada penolong 72
10. Berdiri secara bersamaan dengan satu perintah

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


c. Mengangkat dengan selimut
Cara:
1. Selimut digulung menurut panjangnya sampai
setengah dari lebarnya dan letakkan disamping
korban
2. Korban digulingkan pada sisinya dan selimut
digulung pada punggungnya
3. Korban digulungkan kearah selimut dan samping
4. Gulungan selimut dibuka hingga korban tepat
berbaring diatasnya
5. Selimut yang telah terbuka digulung kearah korban
dengan erat dan gulungan ini sebagai pegangan bagi
pengangkat
6. Dua pengangkat jongkok di kedua sisi korban pada
tubuh dan kakinya. Gulungan dipegang dengan kuat
7. Keempat pengangkat mengangkat korban serentak
dengan cara mencondongkan badan kebelakang lalu
meluruskan lutut
d. Memindahkan penderita dengan dugaan fraktur
servical
Cara:
1. Lengan penderita diluruskan dan diletakkan
disamping badan
2. Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati-hati
dan diletakkan dalam posisi kesegarisan netral
sesuai dengan tulang belakang
73
3. Kedua pergelangan kaki diikat satu sama lain
dengan plester
4. Pertahankan kesegarisan kepala dan leher, satu

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


penolong memfiksasi kepala korban (sebelumnya
dapat dipasang neck collar)
5. Dua orang penolong lain berlutut disamping korban
6. Penolong pertama menyisipkan satu lengan dibawah
bahu, lengan yang satu disisipkan dibawah paha
korban
7. Penolong kedua menyisipkan tangan dibawah
punggung dan kaki korban
8. Miringkan korban dengan satu perintah, kesegarisan
badan penderita harus dipertahankan sewaktu
menjalankan prosedur ini
9. Spine board diletakkan dibawah penderita, dan
dilakukan long roll kearah spine board
10. Untuk mencegah teradinya hiperekstensi leher dan
kenyamanan penderita, maka diperlukan bantalan
yang diletakkan dibawah kepala penderita
11. Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat
penyangga lain ditempatkan dikiri dan kanan kepala
dan leher penderita, dan kepala penderita diikat ke
long spine board. Juga dipasang plester diatas colar
servikal untuk menjamin tidak adanya gerakan pada
kepala dan leher
12. Berdiri bersamaan dalam satu perintah
d. Tahap terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subektif dan obektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)

74

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

75

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


9 PERAWATAN TRAKEOSTOMI

Pengetian
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan
nafas bagian atas.
Perawatan pasca trakeostomi sangat penting karena sekret dapat menyumbat dan
menimbulkan asfiksia. Oleh karena itu, sekret di trakea dan kanul harus sering diisap keluar
dan kanul dalam dicuci sekurang-kurangnya dua kali sehari lalu segera dimasukkan lagi
kedalam kanul luar. Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu lama, maka kanul harus
dibersihkan dua minggu sekali. Kain basah dibawah kanul harus diganti untuk menghindari
timbulnya dermatitis. Gunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada daerah
insisi.

Indikasi Trakeostomi
1. Sumbatan jalan nafas
2. Ventilasi mekanik jangka panjang
3. Kebutuhan hygiene pulmoner yang intensif

Pengkajian Pada Pasien dengan Trakeostomi


1. Posisi trakeostomi
2. Balon (kembang atau kempis)
3. Ekspansi dada bilateral
4. Sputum (jumlah, karakter)
5. Stoma (nyeri, bengkak dan drainase)
6. Perdarahan (gelisah, takikardi, takipnoe, pernafasan bising, mengi, stridor, pucat dan
sianosis)

Jenis Tindakan Trakeostomi


1. Surgical trakeostomy 76

Tipe ini dapat sementara dan permanen, dilakuka di dalam ruang operasi. Insisi dibuat
diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


2. Percutaneous tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan
pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena
lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan
tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
3. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini
dimasukkan menggunakan kawat dan dilator.

Jenis Pipa Trakeostomi


1. Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil resiko
timbulnya aspirasi.

2. Uncuffed Tubes
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai resiko
aspirasi.

3. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)


77
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul
dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadinya obstruksi.

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


4. Silver negus tubes
Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak
perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
5. Fenestrated tubes
Trakeostomi ini merupakan bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga
penderita masih tetap bernafas melalui hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini
memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

Perawatan Pasca Trakeostomi


Setelah selesai trakeostomi, ada beberapa tindakan yang dilakukan:
1. Rontgen dada untuk menilai posisi tubuh dan melihat timbul atau tidaknya komplikasi
2. Antibiotik untuk menurunkan resiko timbulnya infeksi
3. Mengajari pihak keluarga dan penderita sendiri cara merawat pipa trakeostomi

Komplikasi
Komplikasi dini yang sering terjadi:
1. Perdarahan
2. Pneumothoraks terutama pada anak-anak
3. Aspirasi
4. Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
5. Paralisis saraf rekuren
Komplikasi lanjut:
1. Perdarahan lanjut pada arteri inominata
2. Infeksi 78

3. Fistula trakeoesofagus
4. Stenosis trakea

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PERAWATAN TRAKEOSTOMI
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

No. Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
a. Tahap pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan dan catatan medis pasien
2. Siapkan alat
1) Alat steril dalam bak instrument:
a. Pinset anatomis 2 buah
b. Pinset chirurgis 1 buah
c. Kassa steril ukuran 4x4
d. Kom kecil 2 buah
e. Gunting
2) Suction tube no 14
3) Mesin penghisap (suction)
4) Spuit 5-10 cc
5) Cairan NaCl 0,9%
6) Oksigen
7) Kapas alkohol
8) Bethadin atau obat luka lain (bila ada)
9) Gunting verban dan plester atau verban k/p
10) Bengkok
11) Korentang ditempatnya
12) Perlak pengalas 1 buah
13) Handscoon steril 1 pasang
14) Handscoon bersih 1 pasang
15) Botol berisi larutan savlon/chlorin 79

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


b. Tahap orientasi
1. Berikan salam dan cek identitas pasien
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
pasien /keluarga
3. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum dilakukan
tindakan
c. Tahapan kerja
1. Dekatkan alat-alat dan atur posisi pasien
2. Pasang sampiran
3. Pasang pengalas dan dekatkan bengkok
4. Perawat cuci tangan
5. Hidupkan mesin suction (tekanan tidak boleh melebihi
120 mmHg)
6. Buka kit kateter penghisap
7. Isi kom dengan larutan NaCl 0,9%
8. Berikan O2 untuk Hiperventilasi 10L/i
9. Pasang sarung tangan bersih
10. Ambil kateter penghisap dengan tangan yang
menggunakan sarung tangan dan sambungkan ke
penghisap
11. Kempiskan setengah isi cuff dengan udara sebelum
melakukan suction
12. Masukkan kateter sejauh mungkin sampai ujung selang
tanpa memberikan isapan, cukup untuk menstimulasi
refleks batuk
13. Suction dengan teknik memutar 360 derajat sampai
tidak ada sekret
14. Bilas selang penghisap kedalam larutan NaCl 0,9%
15. Lakukan suction pada orofaring setelah menyelesaikan
penghisapan trakeal
16. Bilas selang penghisap dan buang kateter 80
17. Buka bulatan stoma dengan prinsip bersih
18. Buang balutan kedalam bengkok

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


19. Pasang sarung tangan steril
20. Lakukan perawatan stoma sekitar trakeostomi dengan
prinsip steril, perhatikan apakan ada tanda-tanda infeksi
21. Beri salep bakteriostatik atau larutan desinfeksi seperti
bethadin yang diencerkan pada daerah stoma
22. Tutup kembali dengan kassa 4x4 yang telah dipotong
salah satu sisinya
23. Jika tali yang lama telah basah, letakkan tali twill dalam
posisinya untuk mengamankan selang trakeostomi
24. Masukkan satu ujung tali melalui lubang samping kanul
terluar. Lingkarkan tali tersebut sekeliling leher pasien
dan ikatkan tali tersebut melalui lubang yang
berlawanan dari kanul terluar. Kumpulkan kedua
ujungnya sehingga keduanya bertemu pada satu sisi
leher. Amankan dan simpulan. Kencangkan sampai
hanya dua jari yang dapat menyusup diantara tali
tersebut.
25. Letakkan alat yang sudah dipakai dalam botol yang
berisi larutan savlon/chlorine
26. Membuat/ memberi plester dengan benar
27. Rapikan alat-alat dan buka handscoon
28. Cuci tangan setelah tindakan
d. Tahap terminasi
1. Akhiri pertemuan dengan cara yang baik
2. Evaluasi hasil kegiatan (subektif dan obektif)
3. Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan secara
lengkap (tanggal, jam, nama perawat yang melakukan
tindakan, jenis tindakan yang dilakukan, dan hasil dari
tindakan)

81

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

82

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Pertolongan Pertama
10 Pada Kecelakaan (P3K)

Pengertian
Pertolongan pertama adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
korban cedera yang memerlukan penanganan medis dasar.

Tujuan pertolongan pertama


1. Menyelamatkan nyawa
2. Mencegah situasi memburuk
3. Menunjang proses penyembuhan

Agar dapat memberikan pertolongan dengan tepat dan aman dalam situasi darurat, kita harus
bekerja dengan tertib dan terencana. Hal pertama yang harus kita lakukan jika ingin memberi
pertolongan pertama dalam kejadian ini adalah mempertimbangkan keselamatan diri, orang
lain, serta korban. Tindakan untuk menguasai keadaan saat memberikan pertolongan pertama:
1. Cari tau
• Apa yang telah terjadi?
• Apakah ada yang terluka?
• Adakah korba yang tersembunyi dari pandangan atau tergeletak di suatu
tempat?
2. Ciptakan keadaan aman
• Sebelum menolong korban, hindarkan atau kurangi segala macam bahaya
yang dapat terjadi pada penolong
• Tergantung keadaan, mungkin anda perlu meminta bantuan orang disekitar
kejadian atau menghubungi unit pelayanan pelayanan darurat, ambulance,
polisi, atau pemadam kebakaran
• Jika tidak mungkin untuk mengamankan lokasi, pindahkan korban ketempat
yang lebih aman
3. Berikan pertolongan pertama
• Pastikan tindakan apa yang akan anda lakukan
• Berikan pertolongan pada korban
4. Cari bantuan
• Lebih cepat lebih baik
• Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari kendaraan
jika dibutuhkan
5. Setelah kejadian
• Bersihkan tempat kejadian kecelakaan
83
• Lengkapi kembali peralatan P3K jika ada

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Daftar isi kotak pertolongan pertama
Alat Permanen Alat Habis Pakai
1. First aid 1. Mitella
2. Trauma Scissors 2. Plester gulung
3. Anatomic Pincers 3. Handyplast
4. Penlight 4. Perban
5. Penutup luka
6. Penutup luka yang dibungkus
plastik
7. Perban elastis
8. Kapas
9. Masker
10. Handscoon
11. Tissue
12. Alcohol 70%
13. Betadine
14. Rivanol
15. Peniti
16. Plastik sampah

Beberapa kondisi yang membutuhkan pertolongan pertama yang sering terjadi disekitar kita:
1. Tersedak
tersedak bisa terjadi karena masuknya makanan atau suatu benda kedalam
tenggorokan hingga menghambat saluran pernafasan dan menyebabkan kejang otot,
hingga bisa mengakibatkan kematian. Pada balita biasanya tersedak bisa diakibatkan
oleh kebiasaan memasukkan segala sesuatu kedalam mulut. Tersedak ini bisa terjadi
sebagian atau seluruhnya.
Gejala dan tanda tersedak
Tersedak Sebagian Tersedak Seluruhnya
• Korban seolah mencekik leher • Penderita seolah mencekik
• Berusaha batuk, namun sukar lehernya sendiri
• Ada suara nafas tambahan • Sulit bernafas atau berbicara
• Terlihat gelisah • Tidak bisa batuk
• Menunjuk kemulut dan
kerongkongannya
• Warna keunguan atau kemerahan
di wajah dan leher
• Bibir membiru
• Kehilangan kesadaran

Pertolongan pertama jika korban menunjukkan tanda – tanda tersedak sebagian


1) Bantulan korban untuk terus batuk, tapi jangan lakukan hal lain 84
2) Awasi ABC

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Pertolongan pertama jika korban menunjukkan tanda – tanda tersedak seluruhnya namun
korban masih sadar:
1) Perkenalkan diri dan minta izin
2) Awasi ABC
3) Berdiri disamping dan sedikit kebelakang korban
4) Sanggalah dada korban dengan satu tangan anda dan condongkan korban kedepan
5) Berikan lima kali tepukan keras diantara tulang bahu dengan tumit tangan anda,
sehingga gangguan berhasil dikeluarkan

6) Apabila lima kali tepukan tidak berhasil, dan benda belum keluar maka lanjutkan
dengan hentakan perut sebanyak lima kali. Lakukan diantara ulu hati dengan pusar

7) Jika gangguan tidak berhasil dikeluarkan, lakukan langkan 5 dan 6 secara berulang
8) Bila korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP
9) Bawa kefasilitas kesehatan

Pertolongan pertama kasus tersedak pada bayi kurang dari 1 tahun


1) Perkenalakan diri, minta izin ke orang tua
2) Awasi ABC
3) Posisikan bayi tengkurap diatas lengan penolong, dengan kepala lebih rendah dari
85
bahu
4) Pastikan mulut korban terbuka

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


5) Lakukan pukulan punggung lima kali

6) Jika belum berhasil, balik posisi bayi dan lanjutkan dengan hentakan dada lima kali
menggunakan dua jari anda

7) Jika gangguan belum keluar, ulangi langkah 5 dan 6 sebanyak tiga kali sampai
berhasil
8) Bila korban tidak sadar lakukan RJP

2. Luka
Luka adalah segala kerusakan atau terputusnya keutuhan jaringan baik di dalam
maupun di permukaan kulit.
Luka dibagi 2 yaitu:
1. Luka terbuka
Contohnya: memar
Gejala dan tanda:
• Terlihat warna merah kebiruan pada permukaan kulit
• Tidak tampak darah yang keluar
• Nyeri di daerah memar
Pertolongan pertama pada luka tertutup
I → ice atau es
C → compres atau kompres
E → elevasi atau tinggikan (posisi luka lebih tinggi dari jantung)

Dalam melakukan kompres, lapisi es dengan handuk/kain. Lakukan selama


15 s/d 30 menit.

2. Luka tertutup
86
Contohnya: tergores, tersayat, robek, atau tertusuk
Gejala dan tanda:
• Tampak luka terbuka
• Darah megalir keluar dari luka

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


• Nyeri didaerah yang cedera
Pertolongan pertama pada luka terbuka:
1) Lihat lokasi dan tanggapan si korban
2) Paparkan bagian yang luka
3) Bersihkan daerah luka
4) Pasang penutup luka dan balut
5) Bawa kefasilitas kesehatan bila perlu
6) Bila ternyata mengalami perdarahan besar, amka atasi sesuai cara menangani
perdarahan

3. Perdarahan
Perdarahan dibagi 2 yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam. Gejala dan tanda
perdarahan luar:
• Darah mengalir keluar dari luka
• Nyeri didaerah terbuka
• Bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani
Pertolongan pertama pada perdarahan:
1) Sama seperti menangani luka terbuka, tekan langsung pada luka untuk mengontrol
perdarahan, kemudian balut (gambar pembalutan)
2) Tinggika bagian yang luka lebih tinggi dari jantung
3) Bila perdarahan belum berhenti dan terjadi pada alat gerak atas atau bawah,
lakukan penekanan pada titik tekan di daerah cedera
4) Jika terjadi penurunan kesadaran periksa ABC
5) Selimuti korban dan tinggikan tungkai
6) Bawa ke fasilitas kesehatan

4. Mimisan
Faktor penyebab mimisan antara lain: cedera, kepanasan, demam dan lainnya.
Gejala dan tanda:
• Keluar darah dari hidung
• Bisa disertai pusing atau tidak

Pertolongan pertama:
1) Istirahatkan korban
2) Pencet cuping hidung selama 10 menit
3) Tundukkan korban, tubuh condong kedepan, minta korban untuk bernafas melalui
mulut
4) Katakan pada korban untuk tidak berbicara, batuk, menelan, atau mendengus
karena hal tersebut dapat mengganggu proses pembekuan darah. Usahakan untuk
menyediakan kertas tissue untuk menyeka setiap tetesan 87
5) Setelah 10 menit, buka tekanan pada cuping hidung secara perlahan, bila belum
berhenti lanjutkan sampai 30 menit

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


6) Jika masih terjadi perdarahan maka bawalah ke fasilitas kesehatan dengan tetap
menjaga posisi korban dan pencetan pada cuping hidung
7) Jika perdarahan sudah berhenti, maka bersihkan berkas darah yang ada disekitar
hidung dan mulut
8) Larangan: jangan mengorek hidung, jangan melakukan aktifitas fisik, usahakan
jangan batuk atau bersin

5. Keseleo
Keseleo adalah cedera yang terjadi pada sendi karena pemutakan atau peregangan
yang melebihi batas normal. Mungkin agak sulit untuk membedakan antara keseleo
dengan patah tulang
Gejala dan tanda:
• Peregangan sendi yang berlebihan
• Nyeri pada sendi
• Bengkak pada daerah cedera
• Warna kulit merah kebiruan
• Tidak dapat digerakkan

Pertolongan pertama pada keseleo:


1) Lakukan penilaian ABC
2) Istirahatkan korban, stabilkan dan topanglah bagian yang cedera. Jika cedera
terjadi pada lengan atau tungkai, angkatlah bagian itu
3) Jika cedera baru saja terjadi, kompres dingan bagian yang cedera
4) R → rest
I → ice
C → compress
E → elevasi

6. Luka bakar
Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi permukaan kulit paling atas
sampai mengenai lapisan dalam, akibat paparan suhu yang tinggi. Penyebabnya: api,
uap panas, benda panas, bahan kimia, listrik, kilat, serta radiasi.

Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat sebagai berikut:


1. Derajat satu pada permukaan (superfisial)
• Kemerahan
• Sakit dan lembut
• Pembengkakan
2. Derajat dua (kedalaman parsial)
• Kemerahan 88
• Lepuh
• Sangat nyeri
• Pembengkakan

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


• Penampakan kasar
3. Derajat tiga (kedalaman penuh)
• Pucat dan mengkilap
• Jaringan menghitam atau gosong
• Mati rasa karena kerusakan syaraf

Pertolongan pertama:
1) Lakukan penilaian ABC
2) Hentikan proses luka bakar
3) Siram dengan air mengalir selama 10 menit atau lebih
4) Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang ada di daerah yang
mengalami luka bakar
5) Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6) Bawa kefasilitas kesehatan

7. Pingsan
Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang
dengan pengetahuan pengetahuan pertolongan pertama. Hal ini terjadi ketika otak,
untuk jangka waktu singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup
Disebabkan karena berdiri untuk waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu
cepat, lingkungan panas dll. Pingsan mungkin juga terjadi diawal kehamilan.

Gejala dan tanda:


• Limbung
• Pandangan gelap, dunia serasa berputar
• Kulit pucat dan berkeringat
• Nadi pelan tapi kuat
• Kehilangan kesadaran sesaat

Pertolongan pertama pada pingsan:


1) Lakukan penilaian ABC
2) Baringkan korban
3) Tinggikan tungkai korban sekitar 20 – 30 cm
4) Longgarkan pakaian yang mengikat
5) Pastikan korban mendapat udara segar
6) Jangan diberi minum jika korban belum sadar penuh
7) Jangan memberikan ransangan berupa bau – bauan apapun

89

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : TERSEDAK
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
PADA PASIEN DEWASA/ ANAK – ANAK

1) Perkenalkan diri dan minta izin


2) Awasi ABC
3) Berdiri disamping dan sedikit kebelakang korban
4) Sanggalah dada korban dengan satu tangan anda dan
condongkan korban kedepan
5) Berikan lima kali tepukan keras diantara tulang bahu
dengan tumit tangan anda, sehingga gangguan berhasil
dikeluarkan
6) Apabila lima kali tepukan tidak berhasil, dan benda
belum keluar maka lanjutkan dengan hentakan perut
sebanyak lima kali. Lakukan diantara ulu hati dengan
pusar
7) Jika gangguan tidak berhasil dikeluarkan, lakukan
langkan 5 dan 6 secara berulang
8) Bila korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP
9) Bawa kefasilitas kesehatan

PADA PASIEN BAYI (KURANG DARI 1 TAHUN


1) Perkenalakan diri, minta izin ke orang tua
2) Awasi ABC
3) Posisikan bayi tengkurap diatas lengan penolong,
dengan kepala lebih rendah dari bahu
4) Pastikan mulut korban terbuka
5) Lakukan pukulan punggung lima kali
6) Jika belum berhasil, balik posisi bayi dan lanjutkan
dengan hentakan dada lima kali menggunakan dua jari
anda
7) Jika gangguan belum keluar, ulangi langkah 5 dan 6
sebanyak tiga kali sampai berhasil
8) Bila Korban tidak sadar lakukan RJP

90

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

91

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : LUKA
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
LUKA TERBUKA
Pertolongan pertama pada luka tertutup
I → ice atau es
C → compres atau kompres
E → elevasi atau tinggikan (posisi luka lebih tinggi dari
jantung)

Dalam melakukan kompres, lapisi es dengan handuk/kain.


Lakukan selama 15 s/d 30 menit.

LUKA TERTUTUP
1) Lihat lokasi dan tanggapan si korban
2) Paparkan bagian yang luka
3) Bersihkan daerah luka
4) Pasang penutup luka dan balut
5) Bawa kefasilitas kesehatan bila perlu
6) Bila ternyata mengalami perdarahan besar, amka atasi
sesuai cara menangani perdarahan

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,........................................... 92

Penguji
(. .................................................. )

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PERDARAHAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1) Sama seperti menangani luka terbuka, tekan langsung
pada luka untuk mengontrol perdarahan, kemudian balut
(gambar pembalutan)
2) Tinggika bagian yang luka lebih tinggi dari jantung
3) Bila perdarahan belum berhenti dan terjadi pada alat
gerak atas atau bawah, lakukan penekanan pada titik
tekan di daerah cedera
4) Jika terjadi penurunan kesadaran periksa ABC
5) Selimuti korban dan tinggikan tungkai
6) Bawa ke fasilitas kesehatan

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)

Pekanbaru,...........................................
Penguji

93
(....................................................)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : MIMISAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1) Istirahatkan korban
2) Pencet cuping hidung selama 10 menit
3) Tundukkan korban, tubuh condong kedepan, minta
korban untuk bernafas melalui mulut
4) Katakan pada korban untuk tidak berbicara, batuk,
menelan, atau mendengus karena hal tersebut dapat
mengganggu proses pembekuan darah. Usahakan untuk
menyediakan kertas tissue untuk menyeka setiap tetesan
5) Setelah 10 menit, buka tekanan pada cuping hidung
secara perlahan, bila belum berhenti lanjutkan sampai
30 menit
6) Jika masih terjadi perdarahan maka bawalah ke fasilitas
kesehatan dengan tetap menjaga posisi korban dan
pencetan pada cuping hidung
7) Jika perdarahan sudah berhenti, maka bersihkan berkas
darah yang ada disekitar hidung dan mulut
8) Larangan: jangan mengorek hidung, jangan melakukan
aktifitas fisik, usahakan jangan batuk atau bersin

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)


Pekanbaru,...........................................
Penguji
94

(....................................................)

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : KESELEO
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1) Lakukan penilaian ABC
2) Istirahatkan korban, stabilkan dan topanglah bagian
yang cedera. Jika cedera terjadi pada lengan atau
tungkai, angkatlah bagian itu
3) Jika cedera baru saja terjadi, kompres dingan bagian
yang cedera
R → rest
I → ice
C → compress
E → elevasi

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurn Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)


Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

95

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : LUKA BAKAR
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1) Lakukan penilaian ABC
2) Hentikan proses luka bakar
3) Siram dengan air mengalir selama 10 menit atau lebih
4) Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang
ada di daerah yang mengalami luka bakar
5) Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6) Bawa kefasilitas kesehatan

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurnA Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)


Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

96

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Jenis Keterampilan : PINGSAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Hari/Tanggal :
Nama Penguji :

Aspek yang dinilai Nilai


0 1 2
1) Lakukan penilaian ABC
2) Baringkan korban
3) Tinggikan tungkai korban sekitar 20 – 30 cm
4) Longgarkan pakaian yang mengikat
5) Pastikan korban mendapat udara segar
6) Jangan diberi minum jika korban belum sadar penuh
7) Jangan memberikan ransangan berupa bau – bauan
apapun

Keterangan:
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurnA Nilai batas lulus 75%

Jumlah Nilai yang Didapat


Nilai Keterampilan = X 100%
Jumlah Aspek yang Dinilai

Nilai Akhir = (Nilai Responsi x 30%) + (Nilai Keterampilan x 70%)


Pekanbaru,...........................................
Penguji

(....................................................)

97

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |


DAFTAR PUSTAKA

Hermayudi & Ariani, Ayu Putri. (2017). Kegawatdaruratan Medik Untuk Mahasiswa Kesehatan dan
Umum. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kartikawati, Dewi. (2011). Buku Ajar Dasar – Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Salemba
Medika.

Krisanty, Paula dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV Trans Info Media.

Marlena, Ida. (2018). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Ulya, Ikhda. (2017). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat Pada Kasus Trauma. Jakarta: Salemba
Medika.

98

Panduan Praktikum Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana |

Anda mungkin juga menyukai