SKRIPSI
Disusun Oleh :
2720160071
KATA PENGANTAR
ii
langkah penyusunan skripsi, saran serta dorongan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan sehingga tersusun skripsi ini;
6. Bapak Drs. Ali Ilham Sofyat, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Metodologi Riset
Keperawatan yang telah memberikan masukan serta dukungan dalam penelitian
ini;
7. Pihak institusi beserta staff dari SMA Nahdatul Watahan ANJANI yang telah
menjadikan SMA Nahdatul Wathan ANJANI menjadi lahan penelitian untuk
penulis;
8. Teman–teman S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2016 atas kebersamaan, kerjasama
dan suka duka dalam menempuh pendidikan;
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini;
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
FIKES UIA 2020
aktivitas berpegangan tangan (64% perempuan dan 75% laki-laki),
berpelukan (17% perempuan dan 33% laki-laki), cium bibir (30%
perempuan dan 50% laki-laki) dan meraba/diraba (5% perempuan dan
22% laki-laki).
1
FIKES UIA 2020
2
Ada dua hal penting yang mendasari perilaku seksual pada remaja
yaitu harapan untuk menikah dalam usia yang relatif kecil (umur 20 tahun)
dan semakin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan
seksual pada remaja, terutama remaja di daerah perkotaan. Rangsangan
tersebut mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja adalah
usia pubertas, jenis kelamin, pengawasan orang tua, tingkat pengetahuan
tentang seks bebas dan sikap terhadap berbagai perilaku seksual.
(Mahmudah dkk., 2016).
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa proses yang terjadi
untuk memperoleh pengetahuan antara lain : awarenes (kesadaran),
dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek), interes (tertarik) terhadap stimulus atau obyek
tersebut, evaluation (menimbang–nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya, trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai
mencoba melakukan sesuatu sesuai dangan apa yang dikehendaki oleh
stimulus, dan adopsi (meniru) diaman subyek berperilaku baru sesuai
dangan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.
Dalam penelitian Limoy dan Panjaitan (2017), Remaja di Indonesia
telah terbukti mulai melakukan hubungan seks pada usia muda.
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20-30%
mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas diluar nikah. Dari 19
responden
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang
penularannya melalui hubungan seksual. Kejadiannya berkaitan dengan
perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab, seperti seks
bebas. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata berusia remaja,
yaitu usia yang mulai memiliki kesadaran dan dorongan melakukan
aktivitas seksual yang mulai meningkat. Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah golongan penyakit menular atau infeksi yang ditularkan terutama
melalui kontak seksual dari orang ke orang melalui penis, vagina, anal dan
oral. Namun demikian, penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin
dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat di identifikasi
permasalahan yang dapat dijadikan sebagai alasan penelitian sebagai
berikut :
1. 99% Perempuan dan 98% laki-laki berpendapat keperawanan
perlu dipertahankan, namun terdapat 8% laki-laki dan 2%
perempuan yang melaporkan telah melakukan hubungan
seksual, dengan alasan antara lain : 47% saling mencintai,
30% penasaran/ingin tahu, 16% terjadi begitu saja, masing-
masing 3% karena dipaksa dan terpengaruh teman.
2. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Tahun 2017, menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
perempuan (81%) dan remaja laki-laki (84%) telah
berpacaran. 45% remaja perempuan dan 44 % remaja laki-
laki mulai berpacaran pada umur 15-17. Sebagian besar
remaja perempuan dan remaja laki-laki mengaku saat
berpacaran melakukan aktivitas berpegangan tangan (64%
perempuan dan 75% laki-laki), berpelukan (17% perempuan
dan 33% laki-laki), cium bibir (30% perempuan dan 50%
laki-laki) dan meraba/diraba (5% perempuan dan 22% laki-
laki).
3. Berdasarkan hasil wawancara yang diambil dari 10
siswa/siswi kelas XII IPA pada hari Selasa tanggal 2 juli
2020 di SMA NW anjani Lombok timur seputar pendidikan
sex meliputi macam-macam definisi sex bebas dan penyakit
menular seksual. Serta mewawancarai seputar seks bebas
meliputi kegiatan berpacaran, risiko berpacaran, dan bahaya
seks bebas. Terdapat 2 siswa/siswi yang mengetahui tentang
definisi sex bebas dan 8 siswa/siswi yang tidak mengetahui
tentang definisi sex bebas . Terdapat 8 siswa/siswi tidak
mengetahui macam-macam penyakit menular seksual dan 2
siswa/siswi mengetahui beberapa macam-macam penyakit
menular seksual. Terdapat 4 siswa/siswi pernah berpacaran,
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat ditentukan rumusan masalah
“Apakah ada Hubungan pendidikan sex dengan perilaku menghindari
pergaulan Bebas”. Dan dapat dirumuskan masalah, yaitu :
1. Bagaimana gambaran tentang pendidikan sex pada remaja
kelas XII IPA di SMA Nahdatul Wathan anjani Lombok
timur?
2. Bagaimana gambaran perilaku menghindari pergaulan
bebas pada remaja kelas XII IPA di SMA Nahdatul
wathan anjani Lombok timur?
3 . Apakah ada Hubungan pendidikan sex dengan perilaku menghindari
pergaulan Bebas pada remaja XII IPA SMA Nahdatul wathan anjani
Lombok timur
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan pendidikan sex dengan
perilaku menghindari pergaulan Bebas pada remaja
XII IPA SMA Nahdatul Wathan anjani Lombok timur
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pendidikan sex pada remaja
kelas XII IPA di SMA Nahdatul Wathan Anjani tahun 2020.
b. Mengidentifikasi gambaran perilaku seks bebas pada remaja
kelas XII IPA di SMA Nahdatul Wathan Anjani tahun 2020.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a.Bagi Institusi Terkait
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukkan
dalam proses belajar khususnya, institusi pemberi izin penelitian
pada remaja di SMA Nahdatul Wathan Anjani tentang pentingnya
pendidikan sex
b.Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah referensi dan bahan materi pembelajaran tentang
hubungan antara pendidikan sex dengan perilaku menghindari
pergaulan Bebas yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
dan dapat dijadikan sumber kepustakaan.
c.Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan
bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia
2. Manfaat teoritis
Selain manfaat praktis yang telah di kemukakan di atas penelitian
ini juga memeliki manfaat teoritis yaitu memberikan landasan bagi
para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam
ranka meninkatkan kemampuan,memecahkan masalah dan menjaga
pergaulan bebas siswa siswi SMA Nahdatul Wathan Anjani Lombok
timur