Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU

MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA KELAS XII


IPA SMA NAHDATUL WATHAN ANJANI LOMBOK TIMUR

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Shohibul makki hubbullah

2720160071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
2020
‫س ِم هّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْي ِم‬
ْ ِ‫ب‬

KATA PENGANTAR

Assalaammu’alaaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS
DENGAN PERILAKU MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS PADA
REMAJA KELAS XII IPA SMA NAHDATUL WATHAN ANJANI LOMBOK
TIMUR. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Masduki Ahmad, SH. MM sebagai Rektor Universitas Islam As-
Syafi’iyah;
2. Ibu Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd sebagai Dekan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-Syafi’iyah;
3. Orang tua tercinta, Ayah dan Ibu yang telah memberikan perhatian, kasih sayang,
cinta, do’a dan dukungan moril maupun materil yang tiada hentinya untuk
penulis.
4. Ibu Ns.Seni, S.Kep, M.Kepselaku Dosen Pembimbing I yang memberikan
masukan–masukan yang sangat berarti serta dengan sabar membimbing,
memberikan ilmu dan motivasi yang tinggi kepada Penulis sehingga dapat
terselesaikannya skripsi ini;
5. Siti Fatimah, S.Kp, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam langkah-

ii
langkah penyusunan skripsi, saran serta dorongan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan sehingga tersusun skripsi ini;
6. Bapak Drs. Ali Ilham Sofyat, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Metodologi Riset
Keperawatan yang telah memberikan masukan serta dukungan dalam penelitian
ini;
7. Pihak institusi beserta staff dari SMA Nahdatul Watahan ANJANI yang telah
menjadikan SMA Nahdatul Wathan ANJANI menjadi lahan penelitian untuk
penulis;
8. Teman–teman S1 Ilmu Keperawatan angkatan 2016 atas kebersamaan, kerjasama
dan suka duka dalam menempuh pendidikan;
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini;

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diperlukan oleh penulis demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, April 2020

Penulis

(SHOHIBUL MAKKI H.)

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak


menuju masa dewasa yang diawali dengan kematangan seksual.
Kematangan seksual dan perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada
kehidupan kejiwaan remaja. Kematangan seksual juga dapat
mengakibatkan remaja-remaja mulai tertarik dengan anatomi fisiologi
tubuhnya, juga mulai muncul rasa tertarik kepada teman sebaya yang
berlawan jenis. (Aisyaroh N, 2011)
Menurut world health organization (WHO) remaja merupakan
individu yang secara berangsur angsur mencapai kematangan
seksual,mengalami perubahan ekonomi dan ketergantungan menjadi
relative mandiri (Darul azhar 2019)
Menurut CDC (Center for Disease Control), dalam penelitian yang
dilakukan pada beberapa orang pelajar SMA di United States (US) tahun
2011, sekitar 47,4% pelajar pernah melakukan hubungan seksual (sexual
intercourse), sekitar 33,7% melakukan hubungan seksual dalam 3 bulan
terakhir, 39,8% diantaranya tidak menggunakan kondom saat melakukan
hubungan seksual dan 76,7% tidak menggunakan pil KB untuk mencegah
kehamilan di masa yang akan datang dan 15,3% telah melakukan
hubungan seksual dengan empat orang atau lebih selama hidupnya.
99% Perempuan dan 98% laki-laki berpendapat keperawanan perlu
dipertahankan, namun terdapat 8% laki-laki dan 2% perempuan yang
melaporkan telah melakukan hubungan seksual, dengan alasan antara lain :
47% saling mencintai, 30% penasaran/ingin tahu, 16% terjadi begitu saja,
masing-masing 3% karena dipaksa dan terpengaruh teman.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017,
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja perempuan (81%) dan remaja
laki-laki (84%) telah berpacaran. 45% remaja perempuan dan 44 % remaja
laki-laki mulai berpacaran pada umur 15-17. Sebagian besar remaja
perempuan dan remaja laki-laki mengaku saat berpacaran melakukan

1
FIKES UIA 2020
aktivitas berpegangan tangan (64% perempuan dan 75% laki-laki),
berpelukan (17% perempuan dan 33% laki-laki), cium bibir (30%
perempuan dan 50% laki-laki) dan meraba/diraba (5% perempuan dan
22% laki-laki).

Pendidikan sexs adalah suatu pengetahuan mengenai segala


sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin ini mencakup mulai dari
pertumbuhan jenis kelamin,bagaimana jenis kelamin sebagai alat
reproduksi bagaimana perkembangan alat kelamin itu pada wanita dan
laki-laki,menstruasi ,mimpi basah dan sebagainya ,sampai kepada
timbulnya birahi karena adannya perubahan pada hormon-hormon
termasuk nanti masalah perkawinan ,kehamilan dan sebagainya (sarwono
2018)

1
FIKES UIA 2020
2

Ada dua hal penting yang mendasari perilaku seksual pada remaja
yaitu harapan untuk menikah dalam usia yang relatif kecil (umur 20 tahun)
dan semakin derasnya arus informasi yang dapat menimbulkan rangsangan
seksual pada remaja, terutama remaja di daerah perkotaan. Rangsangan
tersebut mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.
Faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja adalah
usia pubertas, jenis kelamin, pengawasan orang tua, tingkat pengetahuan
tentang seks bebas dan sikap terhadap berbagai perilaku seksual.
(Mahmudah dkk., 2016).
Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa proses yang terjadi
untuk memperoleh pengetahuan antara lain : awarenes (kesadaran),
dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek), interes (tertarik) terhadap stimulus atau obyek
tersebut, evaluation (menimbang–nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya, trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai
mencoba melakukan sesuatu sesuai dangan apa yang dikehendaki oleh
stimulus, dan adopsi (meniru) diaman subyek berperilaku baru sesuai
dangan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.
Dalam penelitian Limoy dan Panjaitan (2017), Remaja di Indonesia
telah terbukti mulai melakukan hubungan seks pada usia muda.
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20-30%
mengaku pernah melakukan hubungan seks bebas diluar nikah. Dari 19
responden
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang
penularannya melalui hubungan seksual. Kejadiannya berkaitan dengan
perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab, seperti seks
bebas. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) rata-rata berusia remaja,
yaitu usia yang mulai memiliki kesadaran dan dorongan melakukan
aktivitas seksual yang mulai meningkat. Infeksi Menular Seksual (IMS)
adalah golongan penyakit menular atau infeksi yang ditularkan terutama
melalui kontak seksual dari orang ke orang melalui penis, vagina, anal dan
oral. Namun demikian, penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin
dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer

FIKES UIA 2020


3

jaringan yang telah terpapar, kadang-kadang IMS dapat ditularkan melalui


alat kesehatan. (Hakim, 2009).
Penelitian yang di lakukan oleh yerika (2019) tentang perilaku seksual
remaja dengan pengetahuan infeksi menular seksual di dapatkan hasil
bahwa pengetahuan yang rendah dari remaja berhubungan secara peraktis
dan statistic terhadap perilaku seksual tidak aman ,remaja yang melakukan
perilaku seksual tidak aman sebanyak 67,1% dan sebanyak 65,7% remaja
memiliki pengetahuan yang rendah tentang IMS pengetahuan tentang IMS
yang rendah makna meninkatkan perilaku seksual tidak aman pada remaja
perilaku seksual tidak aman yang di lakukan oleh remaja yaitu melakukan
hubungan seksual sebelum umur 20 tahun tidak menggunakan kondom
pada saat berhubungan seks dan berganti pasangan seksual lebih dari satu
kali
Berdasarkan hasil wawancara yang diambil dari 10 siswa/siswi
kelas XII IPA pada hari Selasa tanggal 2 juli 2020 di SMA Nahdatul
Watahan ANJANI seputar pentingnya pendidikan sex dan penyakit
menular seksual. Serta mewawancarai seputar seks bebas meliputi kegiatan
berpacaran, risiko berpacaran, dan bahaya seks bebas. Terdapat 2
siswa/siswi yang mengetahui tentang definisi sex bebas dan 8 siswa/siswi
yang tidak mengetahui tentang definisi sex bebas. Terdapat 8 siswa/siswi
tidak mengetahui macam-macam penyakit menular seksual dan 2
siswa/siswi mengetahui beberapa macam-macam penyakit menular
seksual. Terdapat 4 siswa/siswi pernah berpacaran, dan 6 siswa/siswi tidak
pernah berpacaran. Terdapat 10 siswa/siswi mengetahui risiko berpacaran.
Dan terdapat 9 siswa/siswi mengetahui akan seks bebas serta risikonya dan
1 siswa/siswi tidak mengetahui akan seks bebas serta risikonya.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“HUBUNGAN PENDIDIKAN SEKS DENGAN PERILAKU
MENGHINDARI PERGAULAN BEBAS PADA REMAJA KELAS XII
IPA SMA NAHDATUL WATHAN ANJANI LOMBOK TIMUR
Oleh karena itu perlu adanya gambaran dan pandangan terhadap seks
bebas bagi para remaja yang mana dapat membantu para remaja
melakukan sikap yang tepat dalam menyikapi fenomena perilaku seksual
remaja yang marak belakangan ini.

FIKES UIA 2020


4

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat di identifikasi
permasalahan yang dapat dijadikan sebagai alasan penelitian sebagai
berikut :
1. 99% Perempuan dan 98% laki-laki berpendapat keperawanan
perlu dipertahankan, namun terdapat 8% laki-laki dan 2%
perempuan yang melaporkan telah melakukan hubungan
seksual, dengan alasan antara lain : 47% saling mencintai,
30% penasaran/ingin tahu, 16% terjadi begitu saja, masing-
masing 3% karena dipaksa dan terpengaruh teman.
2. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
Tahun 2017, menunjukkan bahwa sebagian besar remaja
perempuan (81%) dan remaja laki-laki (84%) telah
berpacaran. 45% remaja perempuan dan 44 % remaja laki-
laki mulai berpacaran pada umur 15-17. Sebagian besar
remaja perempuan dan remaja laki-laki mengaku saat
berpacaran melakukan aktivitas berpegangan tangan (64%
perempuan dan 75% laki-laki), berpelukan (17% perempuan
dan 33% laki-laki), cium bibir (30% perempuan dan 50%
laki-laki) dan meraba/diraba (5% perempuan dan 22% laki-
laki).
3. Berdasarkan hasil wawancara yang diambil dari 10
siswa/siswi kelas XII IPA pada hari Selasa tanggal 2 juli
2020 di SMA NW anjani Lombok timur seputar pendidikan
sex meliputi macam-macam definisi sex bebas dan penyakit
menular seksual. Serta mewawancarai seputar seks bebas
meliputi kegiatan berpacaran, risiko berpacaran, dan bahaya
seks bebas. Terdapat 2 siswa/siswi yang mengetahui tentang
definisi sex bebas dan 8 siswa/siswi yang tidak mengetahui
tentang definisi sex bebas . Terdapat 8 siswa/siswi tidak
mengetahui macam-macam penyakit menular seksual dan 2
siswa/siswi mengetahui beberapa macam-macam penyakit
menular seksual. Terdapat 4 siswa/siswi pernah berpacaran,

FIKES UIA 2020


5

dan 6 siswa/siswi tidak pernah berpacaran. Terdapat 10


siswa/siswi mengetahui risiko berpacaran. Dan terdapat 9
siswa/siswi mengetahui akan seks bebas serta risikonya dan 1
siswa/siswi tidak mengetahui akan seks bebas serta risikonya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat ditentukan rumusan masalah
“Apakah ada Hubungan pendidikan sex dengan perilaku menghindari
pergaulan Bebas”. Dan dapat dirumuskan masalah, yaitu :
1. Bagaimana gambaran tentang pendidikan sex pada remaja
kelas XII IPA di SMA Nahdatul Wathan anjani Lombok
timur?
2. Bagaimana gambaran perilaku menghindari pergaulan
bebas pada remaja kelas XII IPA di SMA Nahdatul
wathan anjani Lombok timur?
3 . Apakah ada Hubungan pendidikan sex dengan perilaku menghindari
pergaulan Bebas pada remaja XII IPA SMA Nahdatul wathan anjani
Lombok timur

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan pendidikan sex dengan
perilaku menghindari pergaulan Bebas pada remaja
XII IPA SMA Nahdatul Wathan anjani Lombok timur
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran pendidikan sex pada remaja
kelas XII IPA di SMA Nahdatul Wathan Anjani tahun 2020.
b. Mengidentifikasi gambaran perilaku seks bebas pada remaja
kelas XII IPA di SMA Nahdatul Wathan Anjani tahun 2020.

FIKES UIA 2020


6

c. Mengidentifikasi Hubungan pendidikan sex dengan


perilaku menghindari pergaulan Bebas pada remaja XII
IPA SMA Nahdatul Wathan anjani tahun 2020.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a.Bagi Institusi Terkait
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan masukkan
dalam proses belajar khususnya, institusi pemberi izin penelitian
pada remaja di SMA Nahdatul Wathan Anjani tentang pentingnya
pendidikan sex
b.Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah referensi dan bahan materi pembelajaran tentang
hubungan antara pendidikan sex dengan perilaku menghindari
pergaulan Bebas yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya
dan dapat dijadikan sumber kepustakaan.
c.Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan
bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia

2. Manfaat teoritis
Selain manfaat praktis yang telah di kemukakan di atas penelitian
ini juga memeliki manfaat teoritis yaitu memberikan landasan bagi
para peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam
ranka meninkatkan kemampuan,memecahkan masalah dan menjaga
pergaulan bebas siswa siswi SMA Nahdatul Wathan Anjani Lombok
timur

FIKES UIA 2020


FIKES UIA 2020

Anda mungkin juga menyukai