Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH (KMB) PADA KLIEN NY.P DENGAN LEUKIMIA DI


RSUD KOTA BEKASI

Disusun oleh:

SYIFA WIDIYANTI

2720160068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH


JAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

LEUKIMIA

A. Definisi
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta
sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia (Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah
banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal (Nursalam, 2005).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen-elemen sumsum
normal (Baughman, 2000, hal: 336).
Leukemia merupakan proliferasi patologis dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal (Ngastiyah, 1997).
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih
imaturdalam jaringan pembentukan darah (Suriadi, 2006)
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Leukemia dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu:
1. Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia
granulositik akut (LGA) yang di karakteristikkan oleh
produksi berlebihan dari mieloblast. LMA sering terjadi
pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak.
Mieloblast menginfiltrasi sumsum tulang dan ditemukan
dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya
anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai
keterlibatan organ lain.
2. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak – anak dengan
presentase 75% - 80%. LLA menginfiltrasi sumsum tulang
oleh sel limfoblastik yang menyebabkan anemia, memar
(trombositopeni), dan infeksi (neutropenia). Limfoblas
biasanya di temukan dalam darah tepi dan selalu ada di
sumsum tulang, hal ini mengakibatkan terjadinya
limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali, tetapi 70%
anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata
dan peningkatan jumlah leukosit disertai limfositosis,
Perjalanan penyakit biasanya jinak dan indikasi pengobatan
adalah hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik
(LGK), gambaran menonjol adalah:
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah.
Ini adalah kromosom abnormal yang ditemukan
pada sel-sel sumsum tulang.
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikkan oleh
poroliferasi tiba-tiba dari jumlah besar myeloblast
(Price, 1999).

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan
oksigen dari traktus digestivus dan dari paru-paru ke sel-sel tubuh.
Selain itu sistem sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan
tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.
Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh darah
dan darah:
a. Jantung
Adalah organ berongga, terletak di mediastinum diantara
kedua paru- paru didalam rongga dada diatas diafragma.
Fungsinya adalah memompa darah kaya oksigen kedalam
system arteri (yang membawanya ke sel-sel) dan
menampung darah dari system vena dan meneruskannya ke
paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena, dan
pembuluh limfe adalah membawa darah kedalam sel di
seluruh tubuh.
b. Pembuluh darah
1) Arteri (pembuluh nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan
kanan.
2) Kapiler (pembuluh rambut)
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil
yang berasal dari cabang terhalus dari arteri
sehingga tidak nampak, kecuali dibawah mikroskop.
Kapiler membentuk anyaman diseluruh jaringan
tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan
yang lain menjadi pembuluh darah yang lebih besar
yang disebut vena.
3) Vena (pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.
4) Darah
Darah merupakan bentuk jaringan ikat khusus,
terdiri atas elemen berbentuk yaitu sel-sel darah dan
trombosit dan suatu substansi interselular cair yaitu
plasma darah. Ada dua jenis utama sel-sel darah
yang digambarkan menurut penampilannya dalam
keadaan segar tanpa pulasan yaitu sdarah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) (Leeson.
1997.hal: 134).
Proses pembentukan sel darah (hemopoesis)
terdapat tiga tempat, yaitu:
a) Sumsum tulang yang aktif dalam
proses hemopoesis adalah:
(1) Tulang vertebrae
(2) Sternum (tulang dada)
(3) Costa (tulang iga)
b) Hepar
Merupakan kelenjar terbesar dari
beberapa kelenjar pada tubuh
manusia.
c) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas
abdomen. Limpa berbentuk setengah
bulan berwarna kemerahan. Limpa
adalah organ berkapsula dengan
berat normal 100-150 gr. Limpa
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai
organ limfoid dan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi
darah merah yang rusak.

Fungsi darah secara umum terdiri atas:

a) Sebagai alat pengangkut


Yaitu mengambil O2 atau zat
pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh,
mengangkut CO2 dari jarinagan
untuk dikeluarkan melalui paru-
paru, mengambil zat- zat makanan
dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan tubuh
atau alat tubuh, mengangkat atau
mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
b) Sebagai pertahanan tubuh terhadap
serangan bibit penyakit dan racun
yang akan membinasakan tubuh
dengan perantaraan leukosit, anti
bodi, atau zat-zat anti racun.

c) Menyebarkan panas keseluruh


tubuh.

Darah terdiri dari beberapa bagian yaitu:

a) Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah


merupakan sel yang telah
berdiferensiasi jauh dan mempunyai
fungsi khusus untuk transpor
oksigen. Eritrosit berbentuk seperti
cakram-bikonkaf dan bila dilihat
pada bidang datar bentuknya
bundar. Sel-sel darah merah bersifat
elastis dan mempunyai kemampuan
berubah bentuk. Sel darah merah
berdiameter 7,6 mikrometer dan
tebalnya 1,9 mikro meter. Jumlah
eritrosit pada laki-laki terdapat 5-5,5
juta per milimeterkubik, pada wanita
4,5-5 juta per millimeter kubik.
Eritrosit berwarna kuning kemerah-
merahan karena didalamnya
mengandung suatu zat yang disebut
hemoglobin. Warna ini akan
bertambah merah jika didalamnya
banyak mengandung O2. fungsi dari
eritrosit adalah mengikat O2 dari
paru-paru untuk diedarkan keseluruh
tubuh dan mengkat CO2 dsri
jsringsn tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.

b) Trombosit (sel pembeku)

Merupakan benda-benda kecil yang


bentuk dan ukurannya bermacam-
macam, ada yang bulat dan ada yang
lonjong.warnanya putih dengan
jumlah normal 150.000 – 450.000/
mm3. trombosit memegang peranan
penting dalam pembekuan darah
jika kurang dari normal. Apabila
timbul luka darah tidak lekas
membeku sehingga timbul
perdarahan terus menerus. Proses
pembekuan darah dibantu oleh suatu
zat yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila
tubuh mendapat luka. Jika tubuh
terluka darah akan keluar, trombosit
pecah dan akan mengeluarkan zat
yang disebut trombokinase.
Trombokinase akan bertemu dengan
protombin dengan bantuan Ca2+
akan menjadi trombin. Trombin
akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan beneng-benang halus,
bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya yang akan menahan sel
darah, dengan demikian akan terjadi
pembekuan.
c) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat
berubah-ubah dan dapat bergerak
dengan perantara kaki palsu
(pseudopodia) mempunyai macam-
macam inti sel sehingga dapat
dibedakan berdasarkan inti sel.
Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna). Banyaknya kira-kira
4000- 11000/mm3. Leukosit
berfungsi sebagai serdadu tubuh
yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit atau bakteri yang masuk
kedalam jaringan tubuh yaitu
jaringan Retikulo Endotel System,
fungsi yang yang lain yaitu sebagai
pengangkut, dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat
lemak dari dinding usus melalui
limpa dan pembuluh darah. Ada
golongan utama leukosit yaitu
agranular dan granular:
(1) Leukosit agranular
mempunyai sitoplasma yang
tampak homogen dan intinya
berbentuk bulat. Ada dua
jenis leukosit agranular yaitu
limfosit dan monosit.
(2) Leukosit granular
leukosit ini mengandug
granula spesifik (dalam
keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair) dalam
sitoplasmanya dan
mempunyai inti yang
memperlihatkan banyak
variasi dalam bentuknya.
Ada 3 jenis leukosit granular
yaitu neotrofil, eosinophil,
basophil.
d) Plasma darah
Bagian darah yang encer tanpa sel-
sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri
dari:
(1) Fibrinogen yang berguna
dalam proses pembekuan
darah.
(2) Garam-garam mineral
(garam kalsium, kalium,
natrium, dan lain-lain yang
berguna dalam metabolisme
dan juga mengadakan
osmotik).
(3) Protein darah (albumin dan
globulin) meningkatkan
viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan
osmotick untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam
tubuh.
(4) Zat makanan (zat amino,
glukosa lemak, mineral, dan
vitamin).
(5) Hormon yaitu suatu zat yang
dihasilkan dari kelenjar
tubuh.
(6) Antibody atau anti toksin.

C. Etiologi dan Predisposisi


Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya:
1. Faktor eksogen
a. Radiasi
b. Zat kimia
c. Infeksi virus
2. Faktor endogen
a. Bersifat herediter
b. Kelainan genetik

D. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang
fatal dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai
dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel
pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam
sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan
perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal
sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh
ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau
perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan
saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang.

E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme):
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan (letargi)
4. Perdarahan gusi
5. Mudah memar
6. Petekia dan ekimosis
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit kepala (pusing)
F. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah.
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan
sebagainya.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh
dan gejala klinik membaik), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi:
vinkristine, asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate,
vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah
kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi sekunder
dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang
bebas hama).
4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno
terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan
pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan
dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya
tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel
leukemia yang telah diradiasi.
5. Transplantasi sumsum tulang (Ngastiyah, 2005).

G. Pengkajian Fokus
1. Demografi
a. Usia : lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5
tahun. Jenis leukemia (limfositik myeloid akut). Lebih sering
ditemukan pada anak umur 15 tahun.
b. Ras : lebih banyak terkena pada anak kulit putih.
c. Lingkungan : banyak polutan.
d. Jenis kelamin: sering menyerang kaum laki-laki.
2. Data fokus
a. Aktivitas
Gejala : kelemahan, malaise, kelelahan, ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas biasanya.
Tanda : kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur,
somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi
Tanda : takikardi, membran mukosa pucat dan tanda
perdarahan serebral.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang
pada tissue, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluan urin.
d. Integritas ego
Gejala : perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah,
mudah terangsang, perubahan alam perasaan.
e. Nutrisi dan cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah,
penurunan berat badan, faringitis disfagia.
Tanda : distensi abdominal, penurunan bunyi usus,
splenomegali, hepatomegali, ikterik, hipertrofi gusi (infiltrasi
gusi mengindikasikan leukemia monositik.
f. Neuro sensori
Gejala : penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan,
kacau, kurang konsentrasi, kebas, kesemutan.
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi,
nyeri tekan eksternal, kram otot.
Tanda : perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah, focus pada
diri sendiri.
h. Pernapasan
Gejala : napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk, ronkhi.
i. Keamanan
Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan, perdarahan spontan tak terkontrol
dengan trauma minimal.
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan
gusi epistaksis, pembesaran nodul limfe (sehubungan
dengan invasi jaringan).
3. Data penunjang
a. Hitung darah lengkap:

1) Hemoglobin: dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.

2) Jumlah trombosit: mungkin sangat rendah (kurang dari


50.000/mm).
3) Sel Darah Putih: mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan
peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang
ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
b. Pemeriksaan sel darah tepi:
Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga
dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada
jumlah sel yang beredar.
c. Asam urat serum / urine: mungkin meningkat.
d. Biopsi sumsum tulang:
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih
dari sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari
sel blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis
menurun.
e. Biopsi nodus limfa:
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia
dan sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti
limfosit normal dan granulosit.

H. Pathway
Faktor endogen: Faktor eksogen:
- Herediter - Radiasi
- Kelainan genetik - Zat kimia
- Infeksi virus

Poliferasi lokal dari sel neoplastik dalam sumsum tulang

Akut limfa blastik leukemia Kurang informasi

Poliferasi sel darah putih imatur

Imunosupresi pada Pansitopeni Kemoterapi


sumsum tulang

Eritropeni Leukopeni

HB Agropulositosis

Suplai O2 dalam darah


Infeksi Risiko infeksi
Jaringan < O2 meningkat

Kelemahan splenohepatomegali
Anoreksia, mual, muntah
Gangguan tumbuh Intoleransi aktivitas Trombositopeni
Kembang
Perdarahan

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan leukemia antara lain:
1. Infeksi: risiko infeksi meningkat pada leukemia.
2. Gangguan perdarahan: autoimmune hemolytic anemia, disseminated
intravascular coagulation, leukostasis.
3. Perdarahan: intrakranial, pulmonari, gastrointestinal.
4. Gagal jantung.
5. Gangguan endokrin.
6. Neoplasma lainnya.
7. Gangguan neurologis: massa intraparenkimal, infiltrasi meningeal.
8. Infertilitas: akibat dari regimen terapi kemoterapi dan radiasi.

J. Diagnose Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat
pertahanan sekunder: gangguan dalam kematangan sel darah putih,
peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi, penekanan
sumsum tulang.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan
cairan (mual, anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status
hipermetabolik, demam).
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan agen fisikal
(pembesaran nodul limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan
dengan sel leukemik), agen kimia (pengobatan anti leukemik).
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari
produksi leukosit massif, ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
melemahnya kemampuan fisik.
7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia.
8. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber, salah
interpretasi informasi.

K. Intervensi Keperawatan
1. Diagnose I: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak
adekuat pertahanan sekunder: gangguan dalam kematangan sel darah
putih, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi, penekanan
sumsum tulang.
Tujuan: Mencegah timbulnya infeksi.
Kriteria hasil:
a. Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
b. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
keamanan lingkungan, meningkatkan penyembuhan.
Intervensi:
a. Tempatkan pada ruang khusus, batasi pengunjung sesuai
indikasi.
Rasional: Melindungi dari sumber potensial pathogen.
b. Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua
petugas dan pengunjung.
Rasional: Mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko
infeksi.
c. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan
cairan.
Rasional: Meningkatkan pembentukan antibody dan mencegah
dehidrasi.
d. Kolaborasi: Awasi pemeriksaan laboratorium (hitung darah
lengkap).
Rasional: Meyakinkan adanya infeksi, mengidentifikasi
organisme spesifik dan terapi tepat.

2. Diagnose II: Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan


kehilangan berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan
pemasukan cairan (mual, anoreksia).

Tujuan: Mempertahankan kebutuhan cairan.

Kriteria hasil:
a. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi teraba, haluaran urin, berat jenis dan PH dalam batas
normal.
b. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yang tepat.
c. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk mencegah
terjadi defisit volume cairan.
Intervensi:
a. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak kasat mata
dan
keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urin pada adanya
pemasukan adekuat, ukur erat jenis dan PH urin.
Rasional: Penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM
dan pencetusnya pada tubulus batu ginjal (sehubungan dengan
peningkatan kadar asam urat / dapat menimbulkan retensi urin /
gagal ginjal).
b. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional: Mempertahankan keseimbangan cairan atau
elektrolit pada tak adanya pemasukan melalui oral, menurunkan
resiko komplikasi ginjal.
c. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan /
perdarahan.
Rasional: bila perdarahan terjadi meskipun dengan sikat halus
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
d. Perhatikan adanya mual dan demam.
Rasional: mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairan dan rute
penggantian.
e. Kolaborasi:
1) Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional: mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit
pada tak adanya pemasukan melalui oral, menurunkan risiko
komplikasi jantung.
2) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh: trombosit,
hemoglobin, hematokrit, pembekuan atau supresi sumsum
tulang sekunder terhadap obat anti neoplastik, pasien cidera,
perdarahan spontan yang mengancam hidup. Penurunan
hemoglobin, hematokrit dan indikasi perdarahan (mungkin
samar).

3. Diagnose III: risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria hasil: mual dan muntah berkurang atau bahkan menghilang,
berat badan dipertahankan, klien bisa menghabiskan makan 1 porsi.
Intervensi:
a. Monitor pemasukan dan pengeluaran makanan.
Rasional: mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan
konsumsi makanan.
b. Berikan makan sedikit frekuensi sering.
Rasional: makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan
meningkatkan pemasukan.
c. Pastikan pola diit makanan yang disukai dan tidak disukai.
Rasional: mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan
intervensi.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.
Rasional: membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi
kebutuhan individual.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.P DENGAN LEUKEMIA


DI RSUD KOTA BEKASI

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal masuk rumah sakit : 16-12 -2018 Jam masuk :-


Tanggal pengkajian : 20-12-2018 No. RM :-
Jam pengkajian : 10.00 WIB Diagnose masuk :-
Hari rawat ke :4

IDENTITAS:
1. Nama pasien : Ny.P
2. Umur : 26 Tahun
3. Suku/bangsa : -
4. Agama :-
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Jl. Arjosari, No. 05
8. Sumber biaya : -

KELUHAN UTAMA:

1. Keluhan utama:
Klien mengatakan nyeri pada persendian kaki dan tangan baik itu
dibagian sebelah kiri maupun kanan.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:

1. Riwayat penyakit sekarang:


Klien mengatakan 3 bulan Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS)
badannya terasa menjadi mudah lelah dan demam, demam yang dirasakan
naik turun. Klien juga merasa linu-linu pada kaki dan tangan baik kanan
maupun kiri. Linu sering terjadi pada pagi hari. Sejak 1 bulan SMRS, klien
mengatakan sakit gigi, namun tidak mimisan dan tidak nyeri telinga. Sejak
15 hari SMRS muncul bintik-bintik merah pada wajah klien, kemudian
timbul pada tangan dan kaki. Bintik-bintik timbul pada wajah klien dan
dirasakan perih dan panas. Sebelum muncul bitnik merah, wajah klien
bengkak dan berwarna biru. Klien juga mengatakan kedua matanya merah.
Klien mengatakan nafsu makan pun berkurang. Setelah diantar ke RS dan
dilakukan pemeriksaan, klien akhirnya dirawat di ruang penyakit dalam
RSUD Kota Bekasi.
Hari 1 MRS mata klien kemerahan, gusi klien tampak berdarah dan
membengkak. Hari 3 MRS klien pilek dan batuk, tidak berdahak. Pada
saat pengkajian klien masih mengeluh nyeri pada persendian kaki dan
tangannya, dan ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan suhu Ny.P
tinggi dengan 39,50C, adanya edema palpebral, mukosa bibir kering dan
mulut sianosis, terdapat pembengkakan gusi.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

1. Pernah dirawat: ya tidak ✓ kapan: diagnose:


2. Riwayat penyakit kronik dan menular: ya tidak jenis:

Riwayat kontrol:
Riwayat penggunaan obat:
Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis:

Makanan ya tidak ✓ jenis:

Lain-lain ya tidak jenis:


3. Riwayat operasi: ya tidak



- Kapan:
- Jenis operasi:

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:

ya tidak

Jenis:

Genogram:

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN:

Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:

Alkohol ya tidak ✓ keterangan:

Merokok ya tidak ✓ keterangan:

Obat ya tidak ✓ keterangan:

Olahraga ya tidak ✓ keterangan:

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK:

1. Tanda-Tanda Vital:
S: 39,50C N: 100x/menit TD: 100/60mmHg RR: 20x/menit
2. Sistem Pernapasan (BI):
a. RR: 20x/menit
b. Keluhan: klien batuk tetapi tidak berdahak
c. Penggunaan otot bantu napas:
d. PCH:
e. Irama napas: irama napas teratur
f. Pleural fiction rub:
g. Pola napas:
h. Suara napas:
i. Alat bantu napas: klien tidak menggunakan alat bantu napas
j. Penggunaan WSD:
k. Tracheostomy:
l. Lain-lain:

3. Sistem Kardiovaskuler (B2):


a. TD: 100/60mmHg
b. N: 100x/menit
c. Keluhan nyeri dada:
d. Irama jantung:
e. Suara jantung:
f. Ictus cordis:
g. CRT:
h. Sirkulasi perifer:
i. JVP:
j. CVP:
k. CTR:
l. ECG & Interpretasinya:
m. Lain-lain:

4. Sistem Persyarafan (B3):


a. GCS:
b. Refleks fisiologis:
c. Refleks patologis:
d. Keluhan pusing:
e. Pemeriksaan saraf kranial:
f. Pupil: pupil isokor
g. Sclera:
h. Konjungtiva: konjungtiva anemis
i. Istirahat/tidur:
j. Lain-lain:
5. Sistem Perkemihan (B4):
a. Kebersihan genetalia:
b. Sekret:
c. Ulkus:
d. Kebersihan meatrus uretra:
e. Keluhan kencing:
f. Kemampuan berkemih:
g. Produksi urine: dari hasil pemeriksaan urine lengkap, urine klien
tampak berwarna kemerahan
h. Kandung kemih:
i. Nyeri tekan:
j. Intake cairan:
k. Balance cairan:
l. Lain-lain:
6. Sistem Pencernaan (B5):
a. TB: BB:
b. IMT: Interpretasi:
c. Mulut: mulut klien tampak kotor
d. Membran mukosa: membran mukosa tampak kering
e. Tenggorokan: klien mengeluh nyeri di tenggorokan
f. Abdomen:
g. Nyeri tekan:
h. Luka operasi:
i. Peristaltik:
j. BAB:
k. Diit:
l. Nafsu makan: nafsu makan klien mengalami penurunan
m. Porsi makan:
n. Lain-lain:
7. Sistem Penglihatan:
a. Pengakjian segmen anterior dan posterior:
b. Keluhan nyeri: klien tidak mengeluh nyeri pada sistem penglihatan
c. Luka operasi:
d. Pemeriksaan penunjang lain:
e. Lain-lain:
8. Sistem Pendengaran:
a. Pengakajian segmen anterior dan posterior:
b. Tes audiometri:
c. Keluhan nyeri:
d. Luka operasi:
e. Alat bantu dengar:
f. Lain-lain:
9. Sistem Muskuloskeletal (B6):
a. Pergerakan sendi:
b. Kekuatan otot:
c. Kelainan ekstremitas:
d. Kelainan tulang belakang:
e. Fraktur:
f. Traksi:
g. Penggunaan spalk/gips:
h. Keluhan nyeri:
i. Sirkulasi perifer:
j. Kompartemen syndrome:
k. Kulit:
l. Turgor:
m. Luka operasi:
n. ROM:
o. Cardinal sign:
p. Lain-lain:
10. Sistem Integumen:
a. Penilaian risiko decubitus:
b. Warna:
c. Pitting edema:
d. Ekskoriasis:
e. Psoriasis:
f. Pruritus:
g. Urtikaria:
h. Lain-lain:
11. Sistem Endokrin:
a. Pembesaran tyroid:
b. Pembesaran kelenjar getah bening:
c. Hipoglikemia:
d. Hiperglikemia:
e. Kondisi kaki DM:
f. ABI:
g. Lain-lain:

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL:

1. Persepsi klien terhadap penyakitnya:


2. Ekspresi klien terhadap penyakitnya:
3. Reaksi saat interaksi:
4. Gangguan konsep diri:
5. Lain-lain:

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN:

Jelaskan:

PENGKAJIAN SPIRITUAL:

1. Kebiasaan beribadah:
2. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Radiologi, EKG, USG, dll):


1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap.
2. Pemeriksaan laboratorium urin lengkap.

TERAPI:

1. Infus RL 20 tpm.
2. Cefotaxime 3x1 gr iv.
3. Kalnex 3x1 ampul iv.
4. Sotatik 3x1 ampul iv.
5. Aspar K 3x1 Tab p.o.
6. Transfuse 1 kolf/hari.

DATA TAMBAHAN LAIN:


ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Ds: Ketidakadekuatan Risiko infeksi
- Klien mengeluh lemas. pertahanan tubuh
- Klien mengatakan nyeri sekunder.
pada kaki dan tangan baik
itu di bagian sebelah kiri
maupun kanan.
Do:
- Klien tampak batuk dan
pilek.
- Terdapat edema palpebral.
- Hasil pemeriksaan
laboratorium darah lengkap:
1) Leukosit H0-H8 > 4,3-
11,3 x109/L.
2) Trombosit H0-H8 < 150-
450 x109/L.
- Suhu: 39,50C.
2. Ds: Gangguan Risiko
- Klien mengatakan 1 hari koagulasi: perdarahan.
MRS mata klien tampak trombositopenia.
kemerahan.
- Klien mengatakan 1 hari
MRS gusi klien tampak
membengkak dan berdarah.
Do:
- Klien tampak mengalami
pembengkakan pada gusi.
- Mukosa bibir klien tampak
kering dan mulut sianosis.
- Hasil pemeriksaan
laboratorium darah lengkap:
3) Leukosit H0-H8 > 4,3-
11,3 x109/L.
4) Trombosit H0-H8 < 150-
450 x109/L.
3. Ds: Proses penyakit: Hipertermia
- kanker.
Do:
- Suhu tubuh diatas normal
yaitu 39,50C.

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit: kanker dibuktikan


dengan suhu tubuh diatas normal.
2. Risiko infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
sekunder.
3. Risiko perdarahan dibuktikan dengan gangguan koagulasi:
trombositopenia.

INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSE TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATA KRITERIA
N HASIL
1. Hipertermia Setelah Observasi: 1. Untuk
berhubungan dilakukan 1. Identifikasi mengetahui apa
dengan proses tindakan penyebab penyebab
penyakit: kanker keperawatan hipertermia. hipertermia dan
dibuktikan dengan selama 1x24 2. Monitor suhu pada klien
suhu tubuh diatas jam, tubuh. sehingga dapat
normal. diharapkan Terapeutik: menentukan
suhu tubuh 1. Sediakan intervensi
dapat kembali lingkungan selanjutnya.
pada rentang yang dingin. 2. Untuk
normal. 2. Longgarkan mengetahui dan
Dengan kriteria atau lepaskan memantau
hasil pakaian. perubahan suhu
sebagai berikut: 3. Ganti linen klien. Suhu 38,9-
1. Suhu tubuh setiap hari 41,10C
kembali atau lebih menunjukkan
normal sering jika proses penyakit
antara 36,5- mengalami infeksi akut.
37,50C. hyperhidrosis 3. Mempercepat
(keringat penurunan
berlebih). produksi panas.
4. Hindari 4. Membantu
pemberian mempermudah
antipiretik penguapan panas,
atau aspirin. sirkulasi udara ke
Edukasi: tubuh efektif.
1. Anjurkan tirah 5. Untuk mencegah
baring. terjadinya ulkus
Kolaborasi: dekubitus.
1. Kolaborasi 6. -
pemberian 7. Meminimalisir
cairan dan produksi panas
elektrolit yang diproduksi
intravena, jika tubuh.
perlu. 8. Dapat
meningkatkan
jumlah cairan
tubuh, untuk
mencegah
terjadinya syok
hipovolemik.

2. Risiko infeksi Setelah Observasi: 1. Untuk


dibuktikan dengan dilakukan 1. Monitor mengetahui
ketidakadekuatan tindakan tanda dan bagaimana tanda
pertahanan tubuh keperawatan gejala infeksi dan gejala
sekunder. selama 3x24 lokal dan infeksi sehingga
jam, sistemik. dapat dilakukan
diharapkan Terapeutik: intervensi dini
dapat 1. Batasi jumlah mencegah
menurunkan pengunjung. infeksi berlanjut.
risiko terserang 2. Berikan 2. Untuk
organisme perawatan melindungi klien
patogenik. kulit pada dari sumber
Dengan kriteria area edema. pathogen.
hasil 3. Cuci tangan 3. -
sebagai berikut: sebelum dan 4. Untuk mencegah
1. Klien sesudah kontaminasi
tampak kontak dengan silang /
bugar. pasien dan menurunkan
2. Nyeri sendi lingkungan risiko infeksi.
pada kaki pasien. 5. Untuk
dan 4. Pertahankan meminimalkan
tangan di teknik aseptik klien terpapar
bagian kiri pada pasien dari sumber
dan kanan dengan risiko infeksi.
berkurang. tinggi. 6. Agar klien lebih
3. Tidak mengerti dan
terdapat memahami apa
edema. Edukasi: itu infeksi dan
4. Hasil 1. Jelaskan tanda tahu bagaimana
laboratoriu dan gejala tanda dan gejala
m dalam infeksi. infeksi dan cara
batas 2. Ajarkan cara mencegah
normal. mencuci terjadinya
tangan dengan infeksi.
benar. 7. Untuk mencegah
3. Ajarkan etika kontaminasi
batuk. silang /
4. Anjurkan menurunkan
meningkatkan risiko infeksi.
asupan nutrisi. 8. Agar bakteri
5. Anjurkan tidak menyebar
meningkatkan ke udara dan
asupan cairan. tidak menular ke
orang lain.
9. Untuk
mendukung
pertahanan
alami tubuh
dengan
meningkatkan
pembentukan
antibody.
10. Untuk
mempertahanka
n keseimbangan
cairan dan
mecegah
dehidrasi.

3. Risiko perdarahan Setelah Observasi: 1. Untuk


dibuktikan dengan dilakukan 1. Monitor tanda mengetahui
gangguan tindakan dan gejala tanda dan gejala
koagulasi: keperawatan perdarahan. perdarahan pada
trombositopenia. selama 3x24 2. Monitor nilai klien sehingga
jam, HB/hematokri dapat
diharapkan t sebelum dan menentukan
dapat sesudah intervensi
menurunkan kehilangan selanjutnya.
risiko atau cairan darah. 2. Untuk
komplikasi 3. Monitor mengetahui
stimulus yang koagulasi. kadar
menyebabkan Terapeutik: HB/hematokrit
perdarahan atau 1. Pertahankan klien.
risiko bed rest 3. Untuk
perdarahan. selama mengetahui
Dengan kriteria perdarahan. kemampuan
hasil sebagai 2. Gunakan darah dalam
berikut: Kasur melakukan
1. Gusi klien pencegah proses
tidak dekubitus. pembekuan
bengkak. Edukasi: darah sehingga
2. Mukosa 1. Jelaskan tidak terjadi
bibir lembab tanda dan perdarahan.
dan tidak gejala 4. Untuk
sianosis. perdarahan. mengurangi
2. Anjurkan perdarahan
meningkatkan berlanjut yang
asupan diperberat oleh
makanan dan aktivitas fisik.
vitamin K. 5. Untuk
3. Anjurkan mengurangi
segera tekanan
melapor jika kulit/jaringan.
terjadi 6. Agar klien lebih
perdarahan. mengerti dan
Kolaborasi: memahami apa
1. Kolaborasi itu perdarahan
pemberian dan tahu
obat bagaimana tanda
pengontrol dan gejala
perdarahan, perdarahan dan
jika perlu. cara mencegah
2. Kolaborasi terjadinya
pemberian perdarahan.
produk darah, 7. Untuk
jika perlu. mendukung
pertahanan
alami tubuh
dengan
meningkatkan
pembentukan
antibody.

Anda mungkin juga menyukai