Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam
rongga dada. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga
tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak
jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak
(benign).
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor
paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung
Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar. Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2008.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


1. Anatomi Paru
Paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikeliling serta
dilindungi oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas
diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula.
Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hillus,
tempat bronkus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonari ke dalam
paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang
membentuk pohon bronkial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan
jaringan ikat.
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian
pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari
kiri yang hanya terdiri dari dua lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus
disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkial
dan diselaputi oleh jaringan ikat.
Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan
dikenal sebagi segmen. Setiap segmen terdiri atas baanyak lobulus, yang
masing-masing mempunyai bronkiole, arteriole, venula, dan pembuluh
limfatik.
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru yang disebut sebagai
pleurae. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dada dan
mediastinum. Lapisan dalamny disebut pleura viseral yang mengelilingi paru
dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini
mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura.
Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2008.
2. Fisiologi Paru
Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer
dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa
mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam
paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh
(ekspirasi). Untuk melakukan fungsi ventilasi, paru-paru mempunyai beberapa
komponen penting, antara lain:
a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, saraf perifer.
b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli, dan pembuluh
darah.
c. Dua lapisan pleura, yakni pleura viseralis yang membungkus erat
jaringan parenkim paru, dan pleura parietalis yang menempel erat ke
dinding toraks bagian dalam. Di antara kedua lapisan pleura terdapat
rongga tipis yang normalnya tidak berisi apapun.
d. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh darah arteri utama.
e. Volume tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan
diekspirasikan pada setiap pernapasan normal;
f. Volume cadangan merupakan volume tambahan udara yang dapat
diinspirasikan di atas volume tidal normal;
g. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih
dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi;
h. Volume residual adalah volume udara yang masih tersisa di dalam
paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat.
Dalam menguraikan peristiwa-peristiwa pada siklus paru-paru, juga
diperlukan kapasitas paru-paru yaitu:
a. Kapasitas inspirasi
b. Kapasitas residual fungsional
c. Kapasitas vital paksa
d. Kapasitas total paru-paru

1.1.3 Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru
masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang
dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa
mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis. Ada beberapa faktor
yang berperan dalam peningkatan insiden kanker paru, antara lain:
a. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar
10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
b. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
c. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
d. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui
adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota
(Thomson, 1997).
e. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
1) Proton oncogen.
2) Tumor suppressor gene.
3) Gene encoding enzyme.
f. Diet
Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi
terhadap betakarotene, selenium, dan vit. A menyebabkan tingginya risiko
terkena kanker paru.

1.1.4 Klasifikasi
lasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (Doenges E
Mailyn,2009) :
a. Karsinoma Bronkogenik.
1) Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara
khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan
menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah
bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
2) Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor
ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ
distal.
3) Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local
pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas
melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis
tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang
jauh.
4) Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel –
sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang
jauh.
5) Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
a) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
b) Tumor kelenjar bronchial.
c) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
d) Tumor campuran dan Karsinosarkom
e) Sarkoma
f) Tak terklasifikasi.
g) Mesotelioma.
h) Melanoma.
1.1.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka

1.1.6 Manisfestasi Klinis


Manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu :
1. Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan
2. Napas pendek-pendek dan suara parau
3. Batuk berdarah dan berdahak
4. Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam
5. Hilang nafsu makan dan berat badan
1.1.7 Komplikasi
a. Hematorak
b. Pneumotorak
c. Empiema
d. Endokarditis
e. Abses paru
f. Atelektasis
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi
tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuranc. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi,
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Pembedahan, memiliki kemungkinan kesembuhan terbaik, namun
hanya < 25% kasus yang bisa dioperasi dan hanya 25% diantaranya ( 5% dari
semua kasus ) yang telah hidup setelah 5 tahun. Tingkat mortalitas
perioperatif sebesar 3% pada lobektomi dan 6% pada pneumonektomi
a. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
yang tidak
bisa dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal
dan hanya menyembuhklan sedikit diantaranya.
b. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri
local
c. Kemoterapi, digunakan pada kanker paru sel kecil, karena pembedahan
Tidak pernah sesuai dengan histologi kanker jenis ini. Peran kemoterapi
pada kanker
bukan sel kecil belum jelas.
d. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan
stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit
endobronkial yang signifikan
e. Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan
Dyspnea Steroid membantu mengurangi gejala non spesifik dan
memperbaiki selera makan

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Identitas klien
Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, sukubangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghas
ilan dan alamat.
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama
Keluhan yang biasa muncul pada klien Kanker paru – paru biasanya
batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek – pendek,
sakit kepala.
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien
dengan Ca Paru antara lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di
daerah yang tercemar polusi udara, pernah menglami bronchitis kronik,
pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.
c. Riwayat penyakit keluarga
Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru – paru.
d. Riwayat psikososial
Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta
interaksi social yang mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk
yang berkepanjangan.
e. Pola – pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas/istirahat.:
Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan
kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap
lanjut.
2. Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan
perikordial ( menujukan efusi ) tachycardia, disritmia, jari tabuh.
3. Integritas Ego :
Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
4. Eliminasi ;
Diare yang hilang timbul (ketidakseimbngan
ormonal,)Peningkatanfrekuesnsi/jumlah urine( Ketidakseimbngan
Hormonal ).Maka penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0,
Edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa
dalam urine .
5. Ketidaknyamanan/nyeri:
nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder
terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen
hilang/timbul\
6. Pernafasan :
Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan
produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik,
serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat
dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi
atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap
penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
7. Keamanan :
Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
8. Seksualitas :
Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
9. Penyuluhan/pembelajaran :
Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan
untuk membaik.
f. Pemeriksaaan Fisik
1) Inspeksi
a) Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.
b) Kesimetrisan dada,
c) Retraksi otot-otot dada,
d) penggunaan otot-otot bantu pernafasan
e) Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat
f) bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.
g) Kaji postur tubuh,
h) Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan
menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di
meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga
memperluas kernampuan ekspansi dada.
i) Sianosis (kebiruan)
j) Pada pasien dengan kanker paru – paru biasanya terjadi sianos
k) akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya
hipoksi
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan produksi sekret.
b. Nyeri akut berhubungan dengan injury (biologis)
c. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan
paru.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor
paru. Doenges E Mailyn,2009.

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan .
Intervensi dan Implementasi yang mungkin dapat dilakukan pada pasien
Tumor Paru adalah :
1. ketidakefektif pola nafas napas berhubungan dengan produksi sekret
a. Auskultasi paru akan ronkii, rales atau mengi.
R : Lihat adekuatnya pertukaran gas dan luasnya obstruksi jalan
napas karena skeret.
b. Monitor ABGs
R : Melihat keseimbangan asam dan basa dan kebutuhan untuk
terapi oksigen
c. Monitor hasil sputum sitologi
R : Melihat adanya sel kanker
d. Beri posisi optimal kepala tempat tidur ditinggikan.
R : Sekret bergerak sesuai gravitasi sesuai perubaha posisi.
Meninggikan kepala tempat tidur memungkinkan diafragma
untuk berkontraksi
e. Atur humifier oksigen
R : Mensuplay oksigen dan mengurangi kerja pernapasan
f. Bantu pasien dengan ambulasi atau ubah posisi
R : Sekret bergerak sesuai perubahan tubuh terhadap gravitasi
g. Anjurkan intake 1,5 – 2 L/hari kecuali kontraindikasi
R : Mengencerkan sekret
h. Bantu pasien yang batuk
R : Batuk mengeluarkan sekret yang menunmpuk
2. Nyeri akut berhubungan dengan injury (biologis).
a. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya
R : Rasa nyaman merupakan prioritas dalam pemberian perawatan
pasien demgam tumor. Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis
tinggi.
b. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : anjurkan untuk
menahan dada dengan kedua tangan atau dengan bantal saat batuk,
dorong pasien untuk berhenti merokok, dan berikan pelembab
udara sesuai order dan obat antitusif
R : Napas dalam dan batuk kuat meregangkan membran pleura
dan menimbulkan nyeri dada pleuritik. Nikotin dari tembakau
bisa menyebabkan konstriksi bronkial dan menuruhkan gerakan
silia yang melapisi saluran pernapasan. Anti batuk menekan pusat
batuk di otak
c. Untuk meminimalkan nyeri tulang : mmembalik hati - hati dan
berikan dukungan, hindari menarik ekstremitas, berikan matras
yang lembut, ubah posisi tiap 2 jam.
R : Metastase ke tulang menyebabkan nyeri hebat. Pada banyak
pasien bahkan sentuhan ringan dapat menimbulkan rasa nyeri.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan dan dyspnea
a. Kaji diet harian dan kebutuhannya
R : Bantu menentukan diet individu
b. Timbang BB tiap minggu
R : Sesuai penngkatan nutrisi.
c. Kaji faktor psikologi
R : Mengidentifikasi efek psikologis yang mempengaruhi
menurunnya makan dan minum
d. Moniitor albumin dan limfosit
R : Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
e. Beri oksigen selama makan sesuai keperluan
R : Mengurangi dyspnea denan mengurangi kerja paru
f. Anjurkan oral care sebelum makan
R : Menghilangkan rasa sputum yang bisa mengurangi napsu
makan pasien
g. Atur anti emetik sebelum makan
R : Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi napsu makan
h. Berikan diet TKTP
R : Mendukung sistem imun
i. Atur pemberian vitamin sesuai order
R : Sebagai diet suplemen atau tambahan
4. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.
a. Observasi respon terhadap aktivitas
R : Melihat kemapuan beraktivitas
b. Identifikasi faktor yang mempengaruhi intolerans seperti stres,
efek samping obat
R : Intevensi dilaksanakan sesuai faktor yang mempengaruhi
c. Rencanakan periode istirahat di antara waktu bekerja
R : Mengurangi kelelahan melalui isitirahat yang cukup
d. Anjurkan untuk lakukan aktivitas sesuai kemampuan pasien
R : Menemukan pasien kebutuhannya ttanpa menyebabkan
kelelahan
e. Berikan program latihan aktivitas sesuai toleransi
R : Meningkatkan independensi pasien sendiri
f. Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi yang berlebihan
saat melakukan aktivitas harian

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Merupakan langkah ke empat dalam proses keperawatan, dan merupakan
tindakan yang direncanakan dalam rencana tindakan. Tindakan meliputi
tindakan mandiri dan kolabrasi. Pelaksanaan didasarkan/disesuaikan dengan
rencana tindakan.

2.3.5 Evaluasi Kepererawatan


a. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
b. Nyeri berkurang atau hilang
c. Pola napas pasien adekuat
d. Nafsu makan pasien meningkat
e. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
f. Suhu dalam batas normal
g. Pola tidur pasien adekuat
h. Infeksi tidak terjadi
i. Volume cairan adekuat
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Depranata


NIM : 2017.C.09a.0832
Ruang Praktek : GARDENIA
Tanggal Praktek : 21 oktober 2019
Tanggal dan Jam Pengkajian : 21 Oktober 2019/Jam 21: 35 WIB
2.1 PENGKAJIAN

2.1.1 Identitas Klien


Nama : Ny. S
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tanga
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. plamboyant No 121 Palangkaraya
Tgl MRS : 18 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Tumor Paru (stadium 2)

2.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan


1) Keluhan Utama :
Nyeri terasa dibagian dada nyeri terasa nyut-nyutan Nyeri terasa dibagian
dada sebelah kanan Skala Nyeri 4(sedang) Nyeri dirasakan ketika sesak dan
saat batuk pasien terlihat meringis dan kesakitan
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada tanggal 18 0ktober 2019 sejak pukul 10:00 WIB,
pasien mengatakan sesak nafas dan badan terasa lemah dan ada batuk, saat itu
pasien sedang melakukan aktivitasnya di luar rumah,dan menyapaikan kepada
anaknya, dan dibawa oleh anaknya dan keluarganya ke rumah sakit RSUD dr
Doris Sylvanus palangkaraya dan dibawa ke IGD pada jam 11:15 WIB dan
disana pasien mendapatkan terapi infus NaCl 15 Tpm dan dilakukan Rontgen
thorax AP/ PA pada bulan Oktober 2019 dan dianjurkan keruangan Gardenia
untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut .
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit yaitu Asma Sejak Umur 17
Tahun yang lalu
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit.

2.1.3 Genogram

Keterangan
3 = Laki-Laki
4 = Perempuan
= Tinggal Serumah
= Garis Keturunan
4.1.3 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien tampak meringis, dengan kesadaran compos menthis dan posisi semi
fowler, terpasang infus NaCl, 20 Tpm pada bagian lengan kiri

2) Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk badan
sedang ( kurus), suasana hati sedih, berbicara lancar , fungsi kognitif orientasi
waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam, orientasi orang
pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan, orientasi tempat
pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit. Insight baik,
mekanisme pertahanan diri adaptif.
3) Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 100/50 mmHg, Nadi
80 x/menit, pernapasan 26 x/menit dan suhu 36,6 0C
4) Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, batuk sejak: Batuk berdahak 3 hari yang lalu,sputum
warna kuning, type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan tidak teratur,
bunyi napas vesikuler dan terpasang Oksigen 4 Liter/menit,

Masalah keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif

5) Cardiovasculer (Bleeding)
Ada nyeri dada, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak pucat, tidak ada
peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S2>S1 Normal.

Keluhan lainnya: Nyeri

Masalah keperawatan: Nyeri Aku

6) Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ), M
6 ( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Ny.
R compos menthis, pupil Ny. R isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan
dan kiri positif.
Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada
pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih dengan mata tertutup pasien
mampu mengenali bau minyak kayu putih tersebut. Saraf kranial II (Optikus):
pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada saat perawat
meminta pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III (Okulomotor):
pasien dapaat mengangkat kelopak matanya dengan baik. Saraf kranial IV
(Troklearis): pasien dapat menggerakkan bola matanya (pergerakan bola mata
normal). Saraf kranial V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat
mengunyah dengan lancar. Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu
menggerakan bola matanya ke kiri dan kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis):
pasien dapat membedakan rasa manis dan asin. Saraf kranial VIII
(Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana suara petikan jari
perawat kiri dan kanan. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat
merasakan rasa asam. Saraf kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat
mengontrol proses menelan. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien dapat
menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus): pasien mampu
mengeluarkan lidahnya.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasien
dapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri
postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan
skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles
kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif
dengan skala 5. Uji sensasi pasien di sentuh bisa merespon.
7) Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urine 1500 ml 1x/hr Hari warna urine kuning, bau urine amoniak.
Eliminasi Ny. R tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah
keperawatan.

8) Eliminasi Alvi (Bowel)


Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi. Gigi ada yang
tanggal hampir di semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidak caries, gusi
terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana merah muda dan
tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada
peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat
menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan pada
abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari warna
kuning dan lunak konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.

9) Tulang-Otot-Integumen (Bone)
Pergerakan Ny. R secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5 dan
ekstremitas bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada peradangan
maupun deformitas pada tulang, maupun patah tulang.

Tidak ada masalah keperawatan.

10) Kulit-Kulit Rambut


Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan,
alergi kosmetik. Suhu kulit Ny. R hangat , warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada
peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada masalah
keperawatan.

11) Sistem Penginderaan


Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan dan
mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak
memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran
baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.

Tidak ada masalah keperawatan.

12) Leher Dan Kelenjar Limfe


Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar
tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.

13) Sistem Reproduksi


Reproduksi tidak di kaji karena pasien menolak untuk di kaji.

Tidak ada masalah keperawatan.


4.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya.

2) Nutrisi dan Metabolisme


Tinggi badan 148 cm, berat badan sebelum sakit 46 kg, berat badan saat
sakit 45 kg. Diet nasi lembek, diet jantung rendah garam, tidak kesukaran
menelan atau normal.

Tabel 2.1 Pola Makan Sehari-hari Ny. R di Ruang Gardenia

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari

Porsi Setengah porsi 1 piring makan

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Bubur, lauk, sayur, Nasi, lauk, sayur


buah

Jenis Minuman Air putih Air putih, teh

Jumlah minuman/cc/24 jam 1100 cc/24 jam 2000 cc/24 jam

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

3) Pola istirahat dan tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam sedangkan
pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 4-5 jam dan siang hari 1-2 jam.

Tidak ada masalah keperawatan.

4) Kognitif
Pasien mengatakan “ saya sudah mengerti tentang penyakit yang saya derita
saat ini’’.
Tidak ada masalah keperawatan.

5) Konsep diri (Gambaran diri, identitas diri, harga diri, peran )


Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien ingin
cepat sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang
Istri dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh
keluarga, Suami dan merasa di hargai, Peran: pasien adalah sebagai Istri
sekaligus Ibu untuk anaknya.

Tidak ada masalah keperawatan.

6) Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah sakit
pasien tidak mampu bekerja sendiri. Namun setelah sakit pasien hanya bisa
berbaring ditempat tidur dengan posisi semi folwer. Saat pengkajian pasien
tampak lemah, saat mau duduk atau berbaring kadang dibantu oleh anak, saat
mau makan dan minum pasien dapat sendiri.

Masalah Keperawatan : tidak ada

7) Koping –Toleransi terhadap Stress


Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada suami dan
keluarganya.

Tidak ada masalah keperawatan.

8) Nilai-Pola Keyakinan
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang dianut.

Tidak ada masalah keperawatan.

2.1.5 Sosial-Spritual
1) Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang
pelan.
2) Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.

3) Hubungan dengan keluarga


Baik, dan Harmonis

4) Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain


Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungannya sekitar, perawat maupun dokter.

5) Orang berarti/terdekat
Orang yang paling dekat dengan Ny. R adalah Suami, anak, dan keluarga

6) Kebiasaan menggunakan waktu luang


Pasien mengunakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat di rumah.

2.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang lainnya)


Tabel 2.2 Data Penunjang Ny. R
Pemeriksaan labolatorium Tanggal 19-10-2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Tanggal 19-10-2019
WBC 8,48 x 10^3/uL 4,00 – 10,00 x 10^3/uL
RBC 4,74 x 10^6/uL 4,00 – 5,50 x 10^6uL
HGB 14,7 g/dL 12,5 – 16,0 gr/dL
PLT 13,4 x 10^3/uL 100 – 300 x 10^3/uL
Glukosa Sewaktu 235 mg/dL < 200 mg/dL
Ureum 26 mg/dL 21 – 53
Creatinin 0,85 mg/dL 0,17 – 1,5
HbsAg (-)/Negatif (-)/Negatif
Natrium (Na) 137 mmol/L 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3,2 mmol/L 3,5 – 5,3 mmol/L
Calcium (Ca) 1,07 mmol/L 0,98 – 1,2 mmol/L
Bulan April 2019
Pemeriksaan: Thorax AP/PA
Hasil pemeriksaan ditemukan benjolan didaerah Paru-Paru.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Terapi Medis Tanggal 21-10- 2019

Table 2.3 Penatalaksanaan Medis Pada Ny. R

Nama Obat Dosis Obat Indikasi


Codeine 3x10 mg Untuk menghilangkan
gejala batuk
Salbutamol 3x1 mg Untuk meringankan
gejala asma
Ceftriaxane 2gram Obat antibiotik yang
menghambat
pertumbuhan bakteri
dalam tubuh

Palangka Raya, Oktober 2019


Mahasiswa,

Depranata
2017.C.09a.0832

N
I
M
.

2
2.2 Analisa Data
Data Subyektif dan Kemungkinan Penyebab Masalah
Data Obyektif

DS: Spasme jalan napas Bersihan jalan nafas


tidak efektif
Pasien mengatakan batuk
berdahak dan sesak nafas

DO:
Hiprsekresi jalan napas
- Pasien tampak gelisah
- pasien tampak batuk
- pasien terpasang
oksigen nasal kanul 4
Disfungsi neuromuskuler
liter dan terpasang
cairan infus NaCL 20
tpm
- TTV:
TD: 100/50 mmHg
N : 80x/menit
RR: 26x/menit
S : 36,6oC
DS: Agen pencedera fisiologis Nyeri Akut

P: Nyeri terasa dibagian


dada
Agen pencedera kimiawi
Q: nyeri terasa nyut-
nyutan
Agen pencedera fisik
R: Nyeri terasa dibagian
dada sebelah kanan
S: Skala Nyeri 4(sedang)

T: Nyeri dirasakan ketika


sesak dan saat batuk

-pasien terlihat meringis


dan kesakitan

DO:

- pasien tampak lemah


dan berbaring
ditempat tidur
- pasien tampak
terbaring di tempat
tidur dengan posisi
semifowler
- pasien tampak
meringis saat nyeri
dada muncul
Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidakefektif berhubungan dengan penumpikan secret
yang ditandai dengan:
DS:
Pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak nafas
DO:
- pasien tampak batuk
- pasien terpasang oksigen nasal kanul 4 liter dan terpasang cairan infus NaCl
20 tpm
- TTV:
TD: 100/50 mmHg
N : 80x/menit
RR: 26x/menit
S : 36,6oC
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi paru Ditandai dengan:
DS:
P: Nyeri terasa dibagian dada
Q: nyeri terasa nyut-nyutan
R: Nyeri terasa dibagian dada sebelah kanan
S: Skala Nyeri 4(sedang)
T: Nyeri dirasakan ketika sesak dan saat batuk
-pasien terlihat meringis dan kesakitan
DO:
- pasien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur
- pasien tampak terbaring di tempat tidur dengan posisi semifowler
- pasien tampak meringis saat nyeri dada muncul
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito – Moyet, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doenges E Mailyn,2009. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman


untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3.
Jakarta, EGC

Mansjoer, A,.2008.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. Jakarta : Media


AesculapiusPrice, Sylvia A. 2009. Patofisiologi Klinis Proses- Proses
Penyakit . Jakarta :EGC
http:\\asuhan-keperawatan-tumor-paru-ca-paru.html

Anda mungkin juga menyukai