Anda di halaman 1dari 8

RANGKANG “SYEH”

THEORY OF GOAL ATTAINMENT(Imogene M. King)

mirzal tawi

9 years ago

Advertisements

PENDAHULUAN

Perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan keperawatan


secara global. Dengan jelas dapat diamati bahwa secara berkelanjutan keperawatan di Indonesia
mengalami perkembangan yang pesat, baik dibidang pendidikan maupun di tatanan praktek
keperawatan. Pada masa lalu keperawatan dilakukan lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga
keperawatan dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang kokoh.

Salah satu komponen penting pengembangan disiplin keperawatan adalah riset keperawatan, karena
riset keperawatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dan mengembangkan
atau menvalidasi teori yang sangat dibutuhkan sebagai landasan dalam praktek keperawatan serta
pengembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge).

Masalah yang muncul adalah apabila peneliti kurang tepat dalam menyusun kerangka kerja teori/konsep
sesuai dengan variabel yang akan diteliti, sehingga hasil penelitian akan kurang bermakna dalam
perkembangan tubuh ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge) dan akan mempengaruhi
penerapannya dalam praktek keperawatan.

Untuk menghindari hal tersebut, sebelum suatu teori diterapkan pada praktek keperawatan tertentu dan
dipergunakan peneliti sebagai kerangka kerja teori/konsep dari suatu riset keperawatan, sangat perlu
terlebih dahulu dilakukan Theory Analysis. Pada dasarnya Theory Analysis mempunyai prosedur antara
lain origins, meaning, logical adequacy, usefulness, generalizability, parsimony dan testability yang
bertujuan untuk mengetahui kelebihan, keterbatasan dan manfaat dari teori tersebut sehingga dapat
dipertimbangkan untuk tambahan pengujian atau validasi.

Dalam tulisan ini mencoba untuk menyajikan hasil analisa Theory of Goal Attainment yang diperkenalkan
oleh Imogene M. King pada tahun 1971. Teori pencapaian tujuan merupakan teori yang bersifat terbuka
dan dinamis, dengan sembilan konsep utama yang meliputi interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi,
peran, stress, tumbuh kembang, waktu dan ruang (Marriner, A. 1986).

THEORY OF GOAL ATTAINMENT (1971)

King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi
dengan beberapa teman sejawat dan menghadiri beberapa konferensi serta alasan-alasan induktif dan
deduktif dari beberapa pemikiran-pemikiran kritis. Dari informasi yang terkumpul tersebut, kemudian
King memformulasikan kedalam suatu kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) pada tahun
1971. King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah kerangka
kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King mempunyai asumsi dasar
terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being) sebagai sistem
terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi yang lain bahwa keperawatan
berfokus pada interaksi manusia dengan lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk
membantu individu dan kelompok dalam memelihara kesehatannya. Kerangka kerja konseptual
(Conceptual Framework) terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic Interacting
Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems
(keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll).

Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial, perasaan, rasional, reaksi,
kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari keyakinannya tentang human being ini,
King telah menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi perawat – klien:

1.Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

2.Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.

3.Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.

4.Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut
mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat

5.Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga membantu
individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya.

6.Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.

7.Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat berbeda.

Human being mempunyai tiga dasar kebutuhan kesehatan yang fundamental :


1. Kebutuhan terhadap informasi kesehatan dan dapat dipergunakan pada saat dibutuhkan.

2. Kebutuhan terhadap palayanan kesehatan bertujuan untuk pencegahan penyakit.

3. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika individu tidak mampu untuk
membantu dirinya sendiri.

Perawat dalam posisinya, membantu: apa yang mereka ketahui, apa yang mereka pikirkan, bagaimana
mereka merasakan dan bagaimana mereka melakukan kegiatan untuk memelihara kesehatannya.

Berdasarkan kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar tentang human being,
King menderivatnya menjadi teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment). Elemen utama dari
teori pencapaian tujuan adalah interpersonal systems, dimana dua orang (perawat-klien) yang tidak
saling mengenal berada bersama-sama di organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu dan dibantu
dalam mempertahankan status kesehatan sesuai dengan fungsi dan perannya. Dalam interpersonal
systems perawat-klien berinteraksi dalam suatu area (space). Menurut King intensitas dari interpersonal
systems sangat menentukan dalam menetapkan dan pencapaian tujuan keperawatan. Dalam interaksi
tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-
konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi praktek keperawatan, meliputi:

1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan komunikasi antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang dimanifestasikan
sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.

2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan dengan
pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latarbelakang pendidikan.

3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.

4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian tujuan. Yang
termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia dengan lingkungannya.

5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam sistem sosial.
Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan
peran maka akan mengurangi efektifitas pelayanan keperawatan.

6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya. Stress melibatkan pertukaran energi dan informasi antara manusia dengan lingkungannya
untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.

7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu. Tumbuh kembang mencakup
sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu mencapai
kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akan datang. Waktu adalah
perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang unik dari setiap
manusia.

9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama. Ruang adalah area dimana terjadi interaksi
antara perawat dengan klien.

ANALISA TEORI.

Tahapan prosedur analisa teori:

1.Sumber Teori (Origins).

Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dimulai pada
periode 1961-1966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia” (General Concepts of Human
Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui penelaahan literatur. Pada tahun 1966-
1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul “Kerangka Kerja Konseptual Keperawatan” (A Conceptual
Framework for Nursing). Selanjutnya pada tahun 1968-1972 King menyimpulkan teori keperawatan
sebagai berikut:

•Gambaran yang sistematis dari keperawatan adalah syarat mutlak untuk mengembangkan
keperawatan.

•Pada periode ini pula (1971) ia mengatakan, perawat adalah individual dan professional tetapi
keperawatan belum sebagai ilmu. Pada tahun 1980-1981 mempublikasikan teori keperawatannya
“sebagai suatu sistem, konsep dan proses”.

Pada suatu pertemuan King mengatakan “teori sistem dari ilmu perilaku mendukung pengembangan
interaksi yang dinamis”. King megidentifikasi sistem yang dinamis dalam tiga sistem interaksi: personal
systems (individuals), interpersonal systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri,
organisasi sosial, sistem pelayanan kesehatan, dll) yang disebut dengan Dynamic Interacting Systems. Hal
ini timbul dari asumsi dasar King bahwa jika tujuan keperawatan concern terhadap pencapaian tujuan
dari setiap individu dan kelompok serta suatu alasan yang dapat diterima, berarti hal ini merupakan
suatu sistem yang terbuka dan pada akhirnya kerangka kerja konseptual harus diorganisir untuk
menggabungkan ide-ide. Menurut King sistem interaksi yang dinamis digambarkan sebagai proses
interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan lingkungannya sebagai sistem yang
terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan (Goal Attainment). Konsep utama dari teori Goal
Attainment meliputi: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu
dan ruang (Marriner,A. 1986). Teori King merupakan model teori induktif yang memformulasikan
teorinya melalui studi leteratur, diskusi, penelitian dan lain-lain.
2.Makna (Meaning).

King mendefenisikan teorinya sebagai serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan
dapat diamati dalam praktek keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu pengetahuan keperawatan
(Body of Knowledge), yang diperkuat oleh dua metode:

•Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset.

•Prosedur lain dapat juga dengan menelusuri ulang dan dapat diteliti dengan pengembangan sembilan
konsep utama teori Goal Attainment.

Manfaat dari teori ini adalah:

•Mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan.

•Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan.

•Konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi untuk menganalisa
dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi keperawatan yang sepesifik.

•Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yang dijadikan dasar praktek keperawatan
profesional.

Keterkaitan dari beberapa pernyataan King dan konsepnya:

•Beberapa penjelasan konsep cukup konsisten.

•Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu teori.

3.Kecukupan Logis (Logical Adeguacy)

Konsep teori ini diprediksi dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek, sosial,
ekonomi dan politik, karena sistem ini terbuka dan dinamis. Teori ini cukup adekuat dan logis karena
beberapa konsep yang ada didukung oleh beberapa riset.

4.Manfaat (Usefulness).

Banyak riset dan studi yang mendukung teori ini berpusat pada aspek teknis perawatan klien dan system
pelayanan keperawatan. Walaupun teorinya bersifat abstrak dan tidak dapat segera diaplikasikan secara
konkrit pada praktek keperawatan dan program pendidikan keperawatan, namun bila berkenaan dengan
situasi nyata maka teori ini harus terlebih dahulu didefenisikan, diidentifikasi dan diuraikan baru dapat
diaplikasikan.
Perawat-perawat yang ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek keperawatan, harus mempunyai
pengetahuan dari konsep-konsep yang ada dalam teori pencapaian tujuan (Goal Attainment) dan
memiliki kemampuan untuk membuat perencanaan keperawatan individu sambil mendorong partisipasi
aktif pasien dalam fase pengambilan keputusan. Teori ini merupakan hasil riset dan dapat dikembangkan
kembali melalui riset, sehingga teori ini masuk dalam desain kurikulum pendidikan keperawatan.

5.Generalisasi (Generalizability).

Teori pencapaian tujuan dapat dipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar
phenomena dalam keperawatan, tetapi teori ini juga mempunyai keterbatasan khususnya penerapan
pada keperawatan klien yang tidak mampu berinteraksi dengan perawat, contohnya: Klien koma, bayi
baru lahir dan pada kasus-kasus psikiatri.

6. Parsimony.

Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara mudah dan dapat dipahami
meskipun cukup komplek dan defenisi yang dikemukakan cukup jelas.

7. Testability.

Teori ini dapat memprediksi suatu kejadian/phenomena dalam keperawatan melalui penetapan
hypothesis dalam penelitian.

PENUTUP.

Teori pencapaian tujuan (Theory of Goal Attainment) merupakan derivat dari kerangka kerja konseptual
(Conceptual Framework) dan asumsi dasar King tentang Human Being. Teori pencapaian tujuan (Theory
of Goal Attainment) berfokus pada interpersonal systems. Menurut King sistem interaksi yang dinamis
digambarkan sebagai proses interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan
lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian tujuan dengan sembilan
konsep utama, yaitu: interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu
dan ruang.

Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungan dengan jelas dan dapat diamati
dalam praktek keperawatan. Manfaat dari teori ini adalah: mengkontribusi pada pengembangan tubuh
ilmu pengetahuan (Body of Knowledge), dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek
keperawatan, konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi untuk
menganalisa dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi keperawatan yang spesifik. Beberapa
penjelasan konsep cukup konsisten, Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam
membentuk suatu teori. Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, perkembangan iptek,
sosial, ekonomi dan politik.

Selain dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini dapat dipergunakan dan menjelaskan atau
memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan, tetapi teori ini juga mempunyai
keterbatasan khususnya penerapan pada keperawatan klien yang tidak mampu berinteraksi dengan
perawat, contohnya: Klien koma, bayi baru lahir dan pada kasus-kasus psikiatri. Perawat-perawat yang
ingin mengaplikasikan teori ini pada praktek keperawatan, harus mempunyai pengetahuan dari konsep-
konsep yang ada dalam teori pencapaian tujuan (Goal Attainment) dan memiliki kemampuan untuk
membuat perencanaan keperawatan individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam fase
pengambilan keputusan.

DAFTAR PUSTAKA

Burn, N. B. & Grove, S. K. (1996). The practice of nursing research; Conduct, critigue and utilization,
Second Edition, Philadelphia; W.B. Saunders. Co.

Chinn, P. L. & Kramer, M. K. (1995). Theory and nursing a systematic approach, Fourth Edition, St. Louis;
Mosby-Year Book, Inc.

Kozier, B. Et al. (1995). Fundamentals of nursing; concepts, process, and practice. Fifth Edition, California;
Addison Wesley.

George, J. B. (1995). Nursing theories; The base for professional practice, 4 th Ed, Connecticut; Appleton
& Lange.

Marriner, A. (1986). Nursing theorists and their work, St. Louis, Missouri; C.V. Mosby Company.

Advertisements

Categories: KEPERAWATAN
Tags: goal attainment theory, imogene king, konsep keperawatan, nursing theories, perawat

Leave a Comment

RANGKANG “SYEH”

Blog at WordPress.com.

Back to top

Advertisements

Anda mungkin juga menyukai