Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
perkembangan keperawatan secara global. Dengan jelas dapat diamati bahwa secara
berkelanjutan keperawatan di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Baik
dibidang pendidikan maupun di tatanan praktek keperawatan. Pada masa lalu
keperawatan dilakukan lebih berdasarkan intuisi dan tradisi sehingga keperawatan
dianggap hanya sebagai kiat tanpa komponen ilmiah dan landasan keilmuan yang
kokoh.
Salah satu komponen penting pengembangan disiplin keperawatan adalah riset
keperawatan, karena riset keperawatan sangat diperlukan untuk menyelesaikan
masalah keperawatan dan mengembangkan atau menvalidasi teori yang sangat
dibutuhkan sebagai landasan dalam praktek keperawatan serta pengembangan tubuh
ilmu pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge).
Masalah yang muncul adalah apabila peneliti kurang tepat dalam menyusun
kerangka kerja teori/konsep sesuai dengan variabel yang akan diteliti, sehingga hasil
penelitian akan kurang bermakna dalam perkembangan tubuh ilmu pengetahuan
keperawatan (Body of Knowledge) dan akan mempengaruhi penerapannya dalam
praktek keperawatan.
Untuk menghindari hal tersebut, sebelum suatu teori diterapkan pada praktek
keperawatan tertentu dan dipergunakan peneliti sebagai kerangka kerja teori/konsep
dari suatu riset keperawatan, sangat perlu terlebih dahulu dilakukan Theory Analysis.
Pada dasarnya Theory Analysis mempunyai prosedur antara lain origins, meaning,
logical adequacy, usefulness, generalizability, parsimony dan testability yang
bertujuan untuk mengetahui kelebihan, keterbatasan dan manfaat dari teori tersebut
sehingga dapat dipertimbangkan untuk tambahan pengujian atau validasi.
Dalam tulisan ini mencoba untuk menyajikan hasil analisa Theory of Goal
Attainment yang diperkenalkan oleh Imogene M. King pada tahun 1971. Dan latar
belakang untuk praktik menurut Henderson yaitu perawat membantu klien
melaksanakan empat belas dasar kebutuhan Henderson, 1966.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam memecahkan masalah
konsep keperawatan antara lain :
1. Apa saja asumsi model konsep keperawatan Imogene M. King?
2. Apa saja model konsep dan teori keperawatan Imogene M. King?
3. Apa saja konsep paradigma keperawatan Imogene M. King?
4. Apa saja proses keperawatan menurut Imogene M. King?
5. Bagaimana teori keperawatan menurut Virginia Henderson?
6. Bagaimana definisi keperawatan menurut Virginia Henderson?
7. Bagaimana model keperawatan menurut Virginia Henderson?
8. Bagaimana hubungan model dengan paradigma keperawatan?
9. Apa saja konsep utama dari teori Henderson?
10. Apa tujuan keperawatan menurut Henderson?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui asumsi model keperawtan Imogene M. King.
2. Mengetahui model konsep dan teori keperawatan Imogene M. King.
3. Mengetahui konsep paradigma Imogene M. King.
4. Mengetahui proses Keperawatan menurut Imogene M. King
5. Mengetahui teori keperawatan menurut Virginia Henderson
6. Mengetahui definisi keperawatan menurut Virginia Henderson
7. Mengetahui model keperawatan menurut Virginia Henderson
8. Mengetahui hubungan model dengan paradigma keperawatan
9. Mengetahui konsep utama dari teori Henderson
10. Mengetahui tujuan keperawatan menurut Henderson
1.4 Manfaat Penulisan
Dari tujuan masalah diatas, dapat diambil sebagai manfaatnya yaitu dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan tentang Konsep Dasar Keperawaan khususnya
mengetahui Teori dan Model Keperawatan Konseptual Menurut Imogene King dan
Virgina Henderson.

BAB II
PEMBAHASAN
Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King
Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam
keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa teman sejawat dan
menghadiri beberapa konferensi serta alasan-alasan induktif dan deduktif dari
beberapa pemikiran-pemikiran kritis. Dari informasi yang terkumpul tersebut,
kemudian King memformulasikan kedalam suatu kerangka kerja konseptual
(Conceptual Framework) pada tahun 1971. King mengidentifikasi kerangka kerja
konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah kerangka kerja sistem terbuka,
dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King mempunyai asumsi dasar
terhadap kerangka kerja konseptualnya. Bahwa manusia seutuhnya (Human Being)
sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya.
Asumsi yang lain bahwa keperawatan berfokus pada interaksi manusia dengan
lingkungannya dan tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu dan
kelompok dalam memelihara kesehatannya. Kerangka kerja konseptual (Conceptual
Framework) terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal dengan Dynamic
Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal systems
(groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem
pelayanan kesehatan, dll).
2.1 Asumsi Model Konsep Dan Teori Imogene M. King
Imogene M. King mengasumsikan model konsep dan teori keperawatan secara
eksplisit maupun implisit.
1. Asumsi Eksplisit
a. Fokus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan
lingkunganya, dengan tujuan untuk kesehatan manusia.
b. Individu adalah sosial, rasional, reaksi, penerimaan, kontrol, berorientasi
pada kegiatan waktu.
c. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai
klien serta perawat.
d. Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi,
berpartisipasi

dalam

membuat

keputusan

yang

mempengaruhi

kehidupannya, kesehatan, dan pelayanan komunitas dan menerima atau


menolak keperawatan.
e. Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi
kepada individu tentang semua aspek kesehatan untuk membantu mereka
membuat atau mengambil keputusan.
f. Tujuan dari memberi pelayanan kesehatan dan menerima pelayanan
mungkin tidak sama.
2. Asumsi Implisit
a. Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
b. Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam
pembuatan atau pengambilan keputusan.
c. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
d. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan
kesehatan.
2.2

Model Konsep dan Teori Imogene M. King Terdiri dari Tiga Sistem
1. Sistem Personal
Menurut King setiap individu adalah sistem personal (sistem terbuka). Untuk
sistem personal konsep yang relevan adalah persepsi (perception), diri (self),
pertumbuhan dan perkembangan (growth and development), citra diri (body
image), ruang (space), dan waktu (time).
a. Persepsi (perception)
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan kejadiankejadian. Persepsi berbeda dari satu orang ke orang lain dan hal ini tergantung
dengan pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetauhan dan status emosi.
Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua, selektif
untuk semua orang, dansubjektif atau personal.
b.

Diri (self)
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang
lain. Diri adalah individu atau bila seseorang berkata AKU. Karakteristik
diri adalah individu yang dinamis, sistem terbuka dan orientasi pada tujuan.

c.

Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development)


Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku manusia.
Perubahanini biasanya terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat
diprediksiakan walaupun individu itu bervariasi, dan sumbangan fungsi
genetik, pengalaman yang berarti dan memuaskan. Tumbuh kembang dapat
4

didefinisikan

sebagai

proses

diseluruh

kehidupan

seseorang

dimana dia bergerak dari potensial untuk mencapai aktualisasi diri.


d.

Citra diri (body image)


King mendefinisikan citra diri sebagai cara bagaimana orang merasakan
tubuhnya dan reaksi-reaksi lain untuk penampilanya.

e.

Ruang (space)
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang, personal
atau subjektif, individual, situasional, dan tergantung dengan hubunganya
dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional, atau berdasarkan pada persepsi
individu terhadap situasi. Definisi secara operasioanal, ruang meliputi ruang
yang ada untuk semua arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut
territory dan perilaku orang yang menempatinya.

f.

Waktu (time)
King mendefisikan waktu sebagai lama antara satu kejadian dengan kejadian
yang lain, merupakan pengalaman unik setiap orang

2. Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interaksi antar manusia.
Interaksi antar dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat
orang disebut GROUP. Konsep yang relevan dengan sistem interpersonal adalah
interaksi, komunikasi, transaksi, peran dan stress.
a.

Interaksi
Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku yang dapat diobservasi oleh dua
orang atau lebih didalam hubungan timbal balik.

b.

Komunikasi
King mendefinisikan komunikasi sebagai proses dimana informasi yang
diberikan dari satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung,
misalnya melalui telepon, televisi atau tulisan. Ciri-ciri komunikasi adalah
verbal, non verbal, situasional, perceptual, transaksional, tidak dapat diubah,
bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide-ide satu
orang ke orang lain. Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah
sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah jarak, postur, ekspresi wajah,
penampilan fisik dan gerakan tubuh.

c. Transaksi
5

Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas


personal berdasarkan persepsi mereka. Dimensi temporal-spatial, mereka
mempunyai pengalaman atau rangkaian-rangkaian kejadian dalam waktu.
d. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada suatu saat
sebagai pemberi dan disaat yang lain sebagai penerima. Ada 3 elemen utama
peran yaitu, peran berisi perilaku yang di harapkan pada orang yang
menduduki posisi di sistem sosial, prosedur atau aturan yang ditentukan oleh
hak dan kewajiban yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan
hubungan antara 2 orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi
khusus.
e. Stress
Definisi stress menurut King adalah suatu keadaan yang dinamis dimanapun
manusia berinteraksi dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan
pertumbuhan, perkembangan dan perbuatan yang melibatkan pertukaran
energi dan informsi antara seseorang dengan lingkungannya untuk mengatur
stressor. Stress adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka
yang terus-menerus terjadi pertukaran dengan lingkunagn, intensitasnya
bervariasi, ada dimensi yang temporal-spatial yang dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu, individual, personal, dan subjektif.
3. Sistem Sosial
King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi
sosisal, perilaku, dan praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai
dan mekanisme pengaturan antara praktik-praktik dan aturan (George, 1995).
Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah organisasi, otoritas, kekuasaan,
status dan pengambilan keputusan.
a. Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktifitas yang
berhubungan dengan pengaturan formal dan informal seseorang dan
kelompok untuk mencapai tujuan personal atau organisasi.
b. Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif,
proses transaksi yang timbal balik dimana latar belakang, persepsi, nilai-nilai

dari pemegang mempengaruhi definisi, validasi dan penerimaan posisi di


dalam organisasi sertaberhubungan dengan wewenang.
c. Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal,
esensial dalam organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi,
dinamis dan orientasi pada tujuan.
d. Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap
kehidupan dan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif,
situasional, proses yang terus menerus, dan berorientasi pada tujuan.
e. Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergantungan, dan dapat diubah. King
mendefinisikan status sebagai posisi seseorang didalam kelompok atau
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan
mengenali bahwa status berhubungan dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas,
dan kewajiban.
Ketiga sistem tersebut membentuk hubungan personal antara perawat dan
pasien/klien. Hubungan perawat dan pasien/klien merupakan sarana dalam
pemberian asuhan keperawatan, di mana proses interpersonal dinamis yang
ditampilkan oleh perawat dan pasien/klien dipengaruhi oleh perilaku satu dengan
yang lain, demikian juga oleh sistem asuhan kesehatan yang berlaku. Tujuan perawat
adalah memanfaatkan komunikasi untuk membantu pasien/klien dalam menciptakan
dan mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungan.
2.3

Konsep Utama Paradigma Keperawatan Menurut Imogene M. King


1. Konsep Manusia
King memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang
berinteraksi dengan lingkungan, sehingga memungkinkan benda, energi, dan
informasi dengan leluasa mempengaruhinya. Dalam kerangka konsepnya
meliputi tiga sistem interaksi yang dinamis sebagai individu disebut sebagai
sistem personal, ketika hndividu ini bersatu dalam kelompok disebut sistem
interpersonal. Sistem sosial tercipta ketika kelompok mempunyai ketertarikan
dan tujuan yang sama dalam satu komunitas atau masyarakat.
Menurut Imogene M. King, manusia memiliki tiga kebutuhan pokok :
7

a) kebutuhan informasi kesehatan yang tidak mampu pada saat diperlukan dan
dapat digunakan.
b) Kebutuhan untuk perawatan yang bertujuan untuk mencegah penyakit.
c) Kebutuhan untuk perawatan ketika manusia tidak dapat membantu/merawat
diri mereka sendiri.
2. Konsep Sehat
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang
dinamis, yang secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor
internal dan eksternal melewati rentang sehat sakit, dengan menggunakan
sumber,sumber yang dimiliki oleh seseorang atau individu untuk mencapai
kehidupan sehari-hari yang maksimal.
3. Konsep Lingkungan
Menurut King lingkungan adalah sistem sosial yang ada dalam
masyarakat

yang

saling

berinteraksi

dengan

sistem

lainnya

secara

terbuka. Merupakan kekuatan dinamis yang mempengaruhi perilaku sosial,


interaksi, persepsi, dan kesehatan. Lingkungan merupakan suatu sistem terbuka
yang menunjukkan penukaran masalah, energi, informasi dengan keberadaan
manusia. Manusia tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan internal dengan
penukaran energi yang diatur secara terus menerus terhadap perubahan
lingkungan eksternal.
Lingkungan adalah latar belakang untuk interaksi manusia, dan melibatkan :
a) Lingkungan internal: mengubah energi untuk memungkinkan orang untuk
menyesuaikan diri dengan terus menerus perubahan lingkungan eksternal.
b) Lingkungan eksternal: melibatkan organisasi formal dan informal. Perawat
adalah bagian dari lingkungan pasien.
4. Konsep Keperawatan
Keperawatan didefinisikan sebagai suatu proses tindakan, reaksi dan
interaksi perawat dan klien dalam berbagi informasi tentang persepsi mereka
dalam situasi keperawatan. King menyampaikan pola intervensi keperawatanya
adalah proses interaksi klien dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang
menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada gangguan, menetapkan tujuan dengan
maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat transaksi.
Transaksi:

Jika persepsi tepat dan akurat maka transaksi akan terjadi.


8

Jika perawat dan pasien/klien membuat transaksi yang harmonis maka

tujuan tercapai.
Jika tujuan tercapai maka efisiensi dan keefisienan keperawatan tercapai.
Jika
interaksi perawat
dan
pasien/klien berjalan
baik
maka

tumbuh kembang dapat ditingkatkan .


Jika peran,harapan, dan pembuatan keputusan dirasakan sama maka

transaksi terjadi.
Jika ada konflik peran maka terjadi stressor.
Jika perawat mempunyai komunikasi yang tepat maka pencapaian tujuan
terjadi.

Selain itu King juga membahas tujuan, domain, dan fungsi perawat professional
1. Tujuan perawat
Untuk membantu individu untuk menjaga kesehatan mereka, sehingga
mereka dapat berfungsi dalam peran mereka.
2. Domain perawat
Termasuk mempromosikan, memelihara, dan memulihkan kesehatan, dan
merawat orang sakit, terluka dan sekarat.
3. Fungsi perawat professional
Untuk menginterpretasikan informasi dalam proses keperawatan untuk
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan. King
berkata dalam teori nya, seorang perawat profesional, dengan pengetahuan
khusus dan keterampilan, dan klien yang membutuhkan perawatan, dengan
pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah pribadi, bertemu sebagai
orang

asing

di

lingkungan

alam. Mereka

saling

berinteraksi,

mengidentifikasi masalah, menetapkan dan mencapai tujuan.

2.4

Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat membawa
pengetahuan

khusus

dan

ketrampilan

sedangkan

klien

membawa

pengetahuan tentang diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian,


untuk interaksi ini.
9

b. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien, diantaranya


adalah :

Tingkat tumbuh kembang.


Pandangan tentang diri sendiri.
Persepsi yang merupakan dasar pengumpulan dan interpretasi data

terhadap status kesehatan.


Pola komunikasi diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi,

untuk interaksi dan transaksi.


Sosialisasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Dibuat setelah melakukan pengkajian.
b. Dibuat sebagai hasil interaksi antara perawat dengan pasien/klien.
c. Stress merupakan konsep yang penting dalam hubungannya dengan
diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
a. Dibuat berdasarkan dengan keperawatan.
b. Setelah diagnosis, perencanaan intervensi untuk memecahkan masalah
tersebut dilakukan.
c. Dalam perencanaan pencapaian tujuan diawali dengan menetapkan tujuan
dan membuat keputusan.
d. Merupakan bagian dari transaksi dan partisipasi pasien/klien yang dianjurkan
ikut serta dalam pengambilan keputusan tapi tidak harus bertanggung jawab.
4. Implementasi
a. Dalam keperawatan melibatkan proses implementasi kegiatan aktual untuk
mencapai tujuan.
b. Dalam pencapaian tujuan itu adalah kelanjutan dari transaksi.
5. Evaluasi
a. Merupakan gambaran bagaimana mengenal hasil tujuan yang dicapai.
b. Dalam evaluasi membahas tentang pencapaian tujuan dan keefektifan proses
keperawatan tersebut.
2.5

Teori Keperawatan Virginia Henderson

10

Virginia Henderson lahir di Kansas City, Missouri pada 1897. Ia tertarik


dengan keperawatan selama Perang Dunia I karena keinginannya untuk membantu
personel militer yang sakit atau terluka. Pada tahun 1918, ia belajar keperawatan di
Sekolah Perawat Militer di Washington, D.C. dan lulus pada 1921. Kemudian, ia
meraih gelar B.S. dan M.A. di bidang pendidikan keperawatan tahun 1926. Sejak
1953, ia menjadi asosiet riset di Yale UniversitySchool of Nursing. Ia menerima gelar
Honorary Doctoral dari Catholic University of America, Pace University, University
of Rochester, University of Western Ontario, dan Yale University. Bukunya yang di
publikasikan antara lain The Nature of Nursing (1960), Basic Principles of Nursing
Care (1960), dan The Principles and Practice of Nursing (1939).
2.6

Definisi Keperawatan Menurut Virginia Henderson


Virginia

Henderson

memperkenalkan

definition

of

nursing

(definisi

keperawatan). Definisinya mengenai keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang


pendidikannya. Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan
prinsip kesetimbangan fisiologis. Definisi ini dipengaruhi oleh persahabatan
Henderson dengan seorang ahli fisiologis bernama Stackpole. Henderson sendiri
kemudian mengemukakan sebuah definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi
fungsional. Menurutnya, tugas unik perawat adalah membantu individu, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai
aktifitas guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses
meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu
saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan, atau pengetahuan untuk itu.
Di samping itu, Henderson juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang
dikenal dengan The Actifities of Living. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas
perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat
mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada
dokter. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu
mengunjungi pasien.
2.7

Model Keperawatan Virginia Henderson


Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting yang telah
memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai profesi yang mendunia. Ia
membuat model konseptualnya pada awal 1960-an, ketika profesi keperawatan mulai
11

mencari identitasnya sendiri. Masalah intinya adalah apakah perawat cukup berbeda
dari profesi lain dalam layanan kesehatan dalam hal kinerja. Pertanyaan ini
merupakan hal yang penting sampai 1950-an, perawat lebih sering melakuakan
instruksi dokter. Virginia Henderson adalah orang pertama yang mencarifungsi unik
dalam keperawatan. Pada saat ia menulis pada 1960-an ia dipengaruhi oleh aspek
negatif dan positif dari praktik keperawatan pada masa itu. Hal tersebut mencakup:

Autoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit


Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan fungsi fisik

semata
Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien merupakan hal

yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu


Adanya keanekaragaman pengalaman yang

ia

miliki

selama

karier

keperawatannya di Amerika Serikat di berbagai bidang layanan kesehatan


Selain keinginan untuk menemukan fungsi unik dari kaperawatan, perubahan sosial
tidak diragukan lagi memainkan peranan besar dalam perkembangan pandangan dan
ide-idenya. Sebagai contoh, bukanlah suatu kebetulan bahwa ilmi perilaku memiliki
pengaruh besar pada pandangan dan pendapat kita tentang masyarakat pada 1960-an.
Oleh karena itu inisiatifnya diarahkan pada memberikan perhatian lebih pada aspekaspek psikososial dari perawatan pasien. Virginia Henderson diminta untuk
mempublikasikan model konseptual oleh International Council of Nurses (ICN).
Konstribusi penting oleh Henderson (1966) adalah definisi keperawatan berikut yang
saat ini menjadi definisi yang sudah diterima secara umum :
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, sehat atau sakit, dalam
hal memberikan kesehatan atau pemulihan (kematian yang damai) yang dapat ia
lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan, atau pengetahuan. Dan
melakukannya dengan cara tersebut dapat membantunya mendapatkan kemandirian
secepat mungkin.
Henderson sangat dipengaruhi oleh Edward Thorndyke, yang banyak
melakukan penelitian dalam bidang kebutuhan manusia. Berdasarkan teori-teori
Thorndyke dan definisinya sendiri tentang keperawatan, Henderson memberi tugas
keperawatan menjadi empat belas jenis tugas yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Pembagian asuhan keperawatan menjadi empat belas kebutuhan
manusia ini menjadi pilar dari model keperawatannya. Ia menyatakan bahwa :

12

Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan pasien yang

harus dipenuhi
Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi pasien
sebanyak mungkin
Sayangnya, tidak selalu memungkinkan bagi seseorang untuk menempatkan

diri pada posisi pasien, dan kalaupun memungkinkan hal tersebut tidak selalu pas.
Pada situasi ini kebutuhan pasien sulit untuk dipenuhi.
Ketika Henderson berbicara mengenai kebutuhan, ia merujuk pada semua
kebutuhan dasar dari setiap manusia. Agar perawat dapat membantu pasien
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, diperlukan asuhan keperawatan dasar.
Oleh karena itu Henderson menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan dasar ada
pada setiap situasi keperawatan. Situasi tersebut sebagai contoh adalah :

Rumah sakit umum


Rumah sakit jiwa
Institusi untuk penderita cacat mental
Rumah perawatan
Keperawatan distrik
Perawatan di rumah
Jadi menurut Henderson, lapangan kerja perawat tidak terbatas hanya di rumah

sakit umum. Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan.


Dalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan, metode skematik untuk
pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan mengklarifikasi hal-hal berikut :
o Urutan aktifitas yang harus dilakukan
o Aktifitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan
o Perubahan-perubahan yang harus dibuat
Kita dapat meringkas prinsip-prinsip dasar dari model Henderson sebagai berikut :
o Fungsi unik dari keperawatan
o Upaya pasien ke arah kemandirian
o Asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar
o Perencanaan asuhan yang akan diberikan
Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan. Perawat
menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era baru ketika
profesi mulai menelaah sifat aktual dari kerja keperawatan secara lebih kritis dari
sebelumnya. Komitmen menuju kemandirian dan autonomi pada pasien juga
menandai era baru tersebut. Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi perawat untuk
mencoba melakukan semuanya bagi pasien. Penggunaan kerangka kerja berdasarkan
13

kebutuhan untuk membimbing pemberian asuhan dan terutama penekanan pada


kebutuhan untuk merencanakan asuhan merupakan prinsip yang sama pentingnya,
karena menandai mulainya perawat berpikir secara konstruktif tentang pekerjaannya.
Secara umum, aktifitas keperawatan harus didukung atau ditentukan oleh tindakan
terapeutik dari dokter.
2.8

Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan


1. Manusia
Individu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan: jiwa dan raga adalah satu
kesatuan. Lebih lanjut lagi, indifidu dan keluarganya dipandang sebagai unit
tunggal. Setiap manusia harus berupaya untuk memepertahankan keseimbangan
2.

fisiologis dan emosional.


Lingkungan
Henderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan

3.

kondisi yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.


Sehat dan Sakit
Sehat adalah kualitas hidup tertentu, yang oleh Henderson dihubungkan dengan
kemandirian. Karakteristik utama dari sakit, adalah ketergantungan dan berbagai
tingkat inkapasitas individu (sekarang pasien) untuk memuaskan kebutuhan
manusianya. Menganggap bahwa sehat adalah kemandirian dan sakit adalah
ketergantungan dapat dipandang sebagai simplifikasi. Dapat juga dikatakan

4.

bahwa sakit adalah keterbatasan kemandirian.


Keperawatan
Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit
atau sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari
keperawatan

adalah

untuk

membantu

individu

memperoleh

kembali

kemandiriannya sesegera mungkin. Namun demikian, keputusan Henderson


untuk meningkatkan kemandirian dan hanya melakukan sesuatu untuk pasien
jika ia tidak dapat melakukannya sendiri tidak disetujui oleh profesi sebagai
prinsip dasar asuhan keperawatan sebelum Henderson menjelaskannya lebih
lanjut.
2.9

Konsep Utama Teori Henderson


Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan,
dan lingkungan.
1.

Manusia.
14

Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk


meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian yang damai, serta bantuan untuk
meraih kemandirian. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas
14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan.
Ke 14 kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bernapas secara normal


Makan dan minum dengan cukup.
Membuang kotoran tubuh.
Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
Tidur dan istirahat.
Memilih pakaian yang sesuai.
Menjaga suhu tubuh tetab dalam batas normal dengan menyesuaikan

pakaian dan mengubah lingkungan.


8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta serta melindungi integumen.
9. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan,
rasa takut, atau pendapat.
11. Beribadah sesuai dengan keyakinan.
12. Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
13. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
14. Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
Ke empatbelas kebutuhan dasar manudia di atas dapat di klarifikasikan menjadi
empat kategori, yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual. Kebutuhan dasar poin 1-9 termasuk komponen kebutuhan biologis,
poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan psikologis, poin 11 termasuk
kebutuhan spiritual, dan komponen 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan
sosiologis.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat
dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien dan
keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit).
Menurut Henderson, keempatbelas kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus
asuhan keperawatandipengaruhi oleh :

Usia

Kondisi emosional (mood dan temperamen)

Latar belakang sosial dan budaya

15

Kondisi fisik dan mental, termasuk : berat badan; kemampuan dan


ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lokomotif;
status mental.
2.

Keperawatan.
Perawat mempunyai fungsi unik untuk membantu individu, baik
dalamkeadaan sehat maupun sakit. Sebagai anggota tim kesehatan, perawat
mempunyai fungsi independence di dalam penanganan perawatan berdasarkan
kebutuhan dasar manusia (14 komponen di atas). Untuk menjalankan fungsinya,
perawat harus memiliki pengetahuan biologis maupun sosial.

3.

Kesehatan.
Sehat adalah kualitas hidupyang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi
bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting daripada mengobati
penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling
ketergantungan. Individu akan meraih atau mempertahankan kesehatan bila
mereka memiliki kekuatan, kehendak, serta pengetahuan yang cukup.

4.

Lingkungan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan:
1. Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi
sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
2. Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
3. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.
4. Dokter menggunakan hasil observasi dan penilaian perawat sebagai dasar
dalam memberikan resep.
5. Perawat harus meminimalkan peluang terjadinya luka melalui saran-saran
tentang konstruksi bangunan dan pemeliharaannya.
6. Perawat harus tahu tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya bahaya.
Dalam pemberian layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dan
klien. Menurut Henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan,
mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
16

Perawat sebagai pengganti (subtitute) bagi pasien.

Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.

Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.

Pada situasi pasienyang gawat, perawat berperan sebagai pengganti (subtitute) di


dalam memenuhi kekurangan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau
kamauan

pasien

yang

berkurang.

Di

sini

perawat

berfungsi

untuk

melengkapinya. Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase
pemulihan, perawat berperan sebagai penolong (helper) untuk menolong atau
membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirian ini
sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada
orang lain. Meskipun demikian, parawat berusaha keras saling bergantung demi
mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra (partner), perawat dan pasien
bersama-sama merumuskan rencana perawatan bagi pasien. Meski diagnosisnya
berbeda, setiap pasien memiliki kebituhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya
saja, kebutuhan dasar tersebut dimodifikasiberdasarkan kondisi patologis dan
faktor lainnya, seperti usia, tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya,
serta kekuatan fisik dan intelektual.
Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter, Henderson berpendapat bahwa
perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Henderson sendiri
mempertanyakan filosofi yang membolehkan seorang dokter memberi perintah
kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya. Tugas perawat adalah membantu
pasien dalam melakukan manajemen kesehatan ketika tidak ada tenaga dokter.
Rencana perawatan yang dirumuskan oleh perawat dan pasien harus dijalankan
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rencana pengobatan yang
ditentukanoleh dokter. Hubungan perawat-pasien-dokter menurut Henderson
dapat digambarkan sebagai berikut.
2.10 Tujuan Keperawatan Menurut Henderson
Dari penjelasan tersebut tujuan keperawatan yang dikemukakan oleh Handerson
adalah untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan
membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin.
Dimana pasien merupakan mahluk sempurna yang dipandang sebagai komponen bio,
psiko, cultural, dan spiritual yang mempunyai empat belas kebutuhan dasar.(Aplikasi
17

model konseptual keperawatan, Meidiana D). Menurut Handerson peran perawat


adalah

menyempurnakan

dan

membantu

mencapai

kemampuan

untuk

mempertahankan atau memperoleh kemandirian dalam memenuhi empat belas


kebutuhan dasar pasien. Factor menurunnya kekuatan, kemauan dan pengetahuan
adalah penyebab kesulitan pasien dalam memperoleh kemandiriannya. Untuk itu
diperlukan fokus intervensi yaitu mengurangi penyebab dimana pola intervensinya
adalah mengembalikan, menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan
kekuatan, kemauan, dan pengetahuan.

18

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu profesi yang memberikan bantuan pada individu dan
kelompok untuk mencapai, memelihara dan mempertahankan derajat kesehatan
dengan memperhatikan, memikirkan, menghubungkan, menentukan dan melakukan
tindakan perawatan sehingga individu atau kelompok berprilaku yang sesuai dengan
kondisi keperawatan. Keperawatan berhubungan langsung dengan lingkungan,
tempat atau ruang dan waktu untuk membentuk suatu hubungan menanggulangi
status kesehatan dalam proses interpersonal reaksi interaksi dan transaksi dimana
perawat dank lien berbagi informasi mengenai persepsinya dalam keperawatan

3.2

Saran
Diharapkan kepada pembaca agar lebih banyak lagi mempelajari tentang teoriteori keperawatan yang lain. Setelah mengetahui pengetahuan tentang teori
keperawatan menurut Imogene M. King dan Virginia Henderson yang telah diuraikan
dalam makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami teori ini, karena teori
ini juga sangat penting bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, Ns. S. Kep. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.
Basford, Lynn dan Slevin, Oliver. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan.Jakarta : Penerbit
Buku Kedokterran ECG.
Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955. Buku dari prinsip dan praktik keperawatan. New
York:Macmillan.
Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit Salemba
Medika: Jakarta.
Murwani, Arnita, S.Kep. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit
Fitramaya: Yogyakarta.
Perry, Potter. 1992. Fundamentals of Nursing Concepts Process & Practice: 3rd Edition,
Mosby Year Book: London.
Perry, Potter. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, & Praktik: Edisi
4,Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Perry, Potter. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Si Torus, DR. Ratna S. Kp, M. App, Sc. 2005. Model Praktik Keperawatan Profesional di
Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Taylor, Carol, dkk. 1993. Fundamentals of Nursing The Art and Science of Nursing Care:
2nd Edition, J.B. Lippincott Co: Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai