Anda di halaman 1dari 26

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“LAPORAN TIMBANG TERIMA PASIEN DI


RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT BALI JIMBARAN”

OLEH :
KELOMPOK 19 & 23

GEK FITRINA DWI SARIASIH (199012299)


GUSTI AYU INDAH PUSPA RANNI (199012300)
LUH PUTU RATIH ARTASARI (199012331)
NI WAYAN SUMARNI (199012381)
KRISNO TANGGU (199012338)
LENA OCTAVIANA (199012339)
NI KETUT ALITA ARDANI (199012341)
NI PUTU FITRI SARI WAHYUNI (199012367)
PANDE GEDE ARY SUTAWAN (199012383)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan laporan ini dengan baik, tepat pada waktunya yang berjudul “Laporan
Timbang Terima Pasien di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Bali Jimbaran”. Adapun
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas stase Manajemen
Keperawatan.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memotivasi kami agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Denpasar, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................................3
1.4.1 Manfaat Teoritis..............................................................................................3
1.4.2 Manfaat Praktis................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................5
2.1 Pengertian Timbang Terima.......................................................................................5
2.2 Tujuan Timbang Terima............................................................................................5
2.3 Manfaat Timbang Terima..........................................................................................6
2.4 Prosedur dalam Timbang Terima...............................................................................6
2.5 Tahapan Timbang Terima..........................................................................................8
2.6 Tipe-Tipe Timbang Terima........................................................................................8
2.7 Metode dalam Timbang Terima.................................................................................9
2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbang Terima............................................10
2.9 Hal-Hal Yang Perlu diperhatikan dalam Timbang Terima......................................11
2.10 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga..................................................................11
2.11 Dokumentasi dalam Timbang Terima......................................................................12
2.12 Skema Timbang Terima...........................................................................................13
2.13 Evaluasi dalam Timbang Terima.............................................................................14
BAB III HASIL & PEMBAHASAN............................................................................15
3.1 Pelaksanaan Kegiatan..............................................................................................15
3.2 Pengorganisasian......................................................................................................15
3.3 Metode dan Media...................................................................................................15
3.4 Alur Timbang Terima..............................................................................................16
3.5 Instrumen Timbang Terima.....................................................................................16
3.6 Prosedur Timbang Terima.......................................................................................16
3.7 Evaluasi Timbang Terima........................................................................................19
BAB IV PENUTUP........................................................................................................20
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................20
4.2 Saran.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan zaman ke arah globalisasi berdampak pada meningkatnya
tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan tuntutan ini
perlu disikapi oleh setiap profesi kesehatan, salah satunya tenaga keperawatan untuk
selalu berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya (Mastini, 2013). Tuntutan
profesionalisme semakin besar dalam era modern seperti sekarang, terutama dalam
bidang keperawatan terkait dengan kondisi pasien dan keluarga yang semakin kritis
terhadap upaya pelayanan kesehatan.
Perawat sebagai mitra dokter dan petugas kesehatan yang paling lama
berinteraksi dengan pasien sudah seharusnya mampu untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara maksimal dan professional dengan didukung oleh ilmu
pengetahuan kesehatan, terutama ilmu keperawatan, kondisi ini menjadi tuntutan
bagi para pembaharu di bidang keperawatan untuk mengembangkan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan agar dapat diimplementasikan dalam
pengorganisasian ruang keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan
mutu pelayanan melalui pemberian asuhan keperawatan (Putra, 2016).
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan.
Aspek yang tidak bisa lepas dari pemberian asuhan keperawatan professional adalah
proses manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses
dalam mengelola suatu pelayanan keperawatan, dengan melibatkan anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang professional. Dalam
melakukan manajemen keperawatan, manajer keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan seefektif dan
seefisien mungkin bagi individu , keluarga dan masyarakat (Nursalam, 2012).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan lain (Nursalam, 2009). Alat

1
komunikasi antar perawat dan tim medis lainnya melalui handover (serah terima)
yang dilakukan perawat secara rutin berisi informasi tentang kondisi pasien,
perencanaan keperawatan, pengobatan dan lainnya sehingga harus dicatat dengan
benar (Suryani, & Maria, 2014).
Timbang terima merupakan salah satu bentuk komunikasi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Timbang terima merupakan teknik
atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien (Nursalam, 2009). Tujuan timbang terima adalah untuk
memberikan informasi tentang pasien terkait dengan kondisi atau keadaan secara
umum pasien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya, tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya sehingga terjadi
kesinambungan perawatan serta memberikan kesempatan kepada seluruh perawat
dan pasien untuk belajar (Nursalam, 2012). Melihat pentingnya pelaksanaan
timbang terima, maka perawat perlu memperhatikan pedoman dan prosedur tahapan
timbang terima.
Pelaksanaan timbang terima di rumah sakit terkadang masih belum sesuai
dengan prosedur. Alim (2015) menjelaskan beberapa hal yang dijumpai dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit terkait dengan kegiatan timbang terima
adalah komunikasi yang salah saat timbang terima sehingga berdampak salah
persepsi, waktu yang lama, isi (content) komunikasi yang tidak fokus tentang
masalah pasien, informasi tidak lengkap sehingga perawat harus menanyakan ulang
kepada perawat yang bertugas sebelumnya. Kesalahan akibat penyampaian timbang
terima akan berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan keperawatan. Fabre
(dalam Manopo, 2013) menyebutkan bahwa kesalahan pada timbang terima
menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan asuhan keperawatan bahkan
berdampak terhadap keselamatan pasien (patient safety) suatu rumah sakit.
Pelaksanaan timbang terima yang optimal akan meningkatkan kualitas dari
timbang terima itu sendiri. Blouin (2012) menjelaskan beberapa solusi untuk
meningkatkan timbang terima, yaitu dengan menstandarkan isi (content) timbang
terima yang penting, meningkatkan teknologi informasi, memperkuat
kepemimpinan serta dengan pendidikan dan pelatihan. Selain itu, dalam menunjang
pelaksanaan timbang terima perlu diperhatikan hal-hal berikut yaitu, proses timbang

2
terima, waktu yang cukup, tepat pasien dan timbang terima harus memiliki
kepemimpinan yang jelas (Davey & Cole, 2015). Berdasarkan uraian diatas maka
kelompok ingin menganalisis pelaksanaan timbang terima pasien di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Bali Jimbaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakan pelaksanaan timbang terima
pasien di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Bali Jimbaran ?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi pelaksanaan timbang terima pasien di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Bali Jimbaran.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari pelaksanaan timbang terima pasien di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Bali Jimbaran yaitu :
1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada pasien.
3. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat
dinas berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan atau ilmu pengetahuan
terkait timbang terima pada perawat pelaksana untuk dapat meningkatkan
pelaksanaan timbang terima.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau keilmuan
khususnya dalam bidang manajemen keperawatan terkait timbang terima
pasien guna meningkatkan pelaksanaan timbang terima.

3
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pasien
Tercapainya kepuasan pasien tentang pelayanan asuhan keperawatan
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja optimal.
b. Menjalin hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien dan keluarganya.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin perawat.
e. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
f. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
g. Meningkatkan citra profesi perawat sebagai suatu profesi yang profesional
di mata profesi lain.
3. Bagi Rumah Sakit
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan dan pengembangan
Sumber Daya Manusia (SDM) keperawatan oleh pihak manajemen
Rumah Sakit bali Jimbaran
b. Sebagai pedoman dalam pelaksanaan timbang terima oleh perawat
pelaksana sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan.
d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap masyarakat sebagai
rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
profesional.
e. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Timbang Terima


Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya Handover, handoffs, shift repot, signover dan cross coverage. Handover
adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan perawat pada
pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang defenisi dari Handover
adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat)
selama perpindahan perawat yang berkelanjutan yang mencakup tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoofs juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat
dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Agustin, Wijaya & Habibi (2014) menjelaskan bahwa timbang terima adalah
proses transfer atau perpindahan informasi penting untuk asuhan keperawatan
pasien secara holistic dan aman yang bertujuan agar pelayanan yang diberikan oleh
setiap perawat saling berkesinambungan.
Nursalam (2012) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Handover
adalah waktu dimana perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari
perawat yang satu dengan perawat yang lain. Tujuan dari Handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawat pasien, terapi,
kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

2.2 Tujuan Timbang Terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/AHHA (2009),
tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan
meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2012), tujuan dilaksanakan timbang terima adalah :
1. Mengomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
2. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan pasien (data fokus).

5
3. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
4. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
5. Menyusun kerja untuk dinas berikutnya.

Menurut Nursalam (2012), timbang terima (Handover) memiliki 2 fungsi utama


yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
2. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan
dan tindakan keperawatan.

2.3 Manfaat Timbang Terima


1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.
2. Bagi Pasien
Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum
terungkap.
(Nursalam, 2012).

2.4 Prosedur dalam Timbang Terima


1. Persiapan
a. Operan (Handover) dilaksanakan setiap pergantian shif/operan.
b. Prinsip operan, terutama pada semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan operan khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang
belum/dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
c. PP menyampaikan operan pada PP berikutnya mengenai hal yang perlu
disampaikan dalam operan antara lain :

6
a) Jumlah Pasien
b) Identitas pasien dan diagnosa medis.
c) Data (keluhan/subjektif dan objektif).
d) Masalah keperawatan yang masih muncul. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan (secara umum).
e) Intervensi kolaborasi dan independen.
f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan lain-lain).
2. Pelaksanaan
a. Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga).
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Kepala ruangan membuka acara operan.
d. Perawat yang melakukan acara operan dapat melakukan klarifikasi.
e. Tanya jawab dan melakukan validari terhadap hal-hal yang telah di operkan
dan berhak menanyakan mengenai di hal-hal yang kurang jelas.
f. Kepala ruangan atau PP menanyakan kebutuhan dasar pasien.
g. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
h. Perawat yang melaksanakan operan mengkaji secara penuh terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya selama masa perawatan.
i. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada
petugas berikutnya.
j. Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari lima menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit.
3. Post Timbang Terima (handover)
a. Diskusi.
b. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format operan yang
ditanda tangani oleh pp yang jaga saat itu dan pp yang jaga berikutnya
diketahui oleh Kepala Ruang.

7
c. Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada format operan yang
ditanda tangani oleh pp yang jaga saat itu dan pp yang jaga berikutnya
diketahui oleh Kepala Ruang.
d. Ditutup oleh Karu.
(Nursalam, 2012).

2.5 Tahapan Timbang Terima


Menurut Nursalam (2012), pelaksanaan timbang terima dilaksanakan
berdasarkan tiga tahapan yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung
jawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga
sebelumnya.
2. Pertukaran shift jaga, dimana anatara perawat yang akan pulang dan datang akan
melakukan pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua
arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang dating.
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab
dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima
operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau
pada pasien langsung.

2.6 Tipe-Tipe Timbang Terima


Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang kompleks sehingga
aktivitas timbang terima dalam pelayanan memiliki berbagai bentuk atau tipe yang
saling berhubungan dengan tujuan pelayanan yang akan diberikan pada pasien
selama dalam perawatan. Beberapa bentuk atau tipe timbang terima antara lain :
1. On call responsibility yang merupakan timbang terima dalam bentuk
pertanggung jawaban atas informasi melalui telepon/informasi lisan.
2. Critical report yaitu bentuk pencatatan atas informasi hasil pemeriksaan
penunjang, seperti catatan laboratorium.
3. Hospital to community handover yaitu bentuk timbang terima dari fasilitas
pelayanan rumah sakit ke rumah/fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat.Perpindahan paien pada tingkat perawatan, merupakan suatu bentuk

8
timbang terima yang ditujukan pada perpindahan pasien dari perawatan kritikal
ke perawatan medical.
4. Nursing shift merupakan bentuk timbang terima yang berhubungan dengan
pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti pergantian dari dinas pagi
ke dinas sore.
5. Other transition in care yang merupakan perpindahan dalam kegiatan pelayanan
yang bersifat sementara seperti ke pemeriksaan radiologi, fisiotherapy atau
ruang operasi dikutip dari penelitian (Hidayaturrahman, 2016).

2.7 Metode dalam Timbang Terima


1. Timbang terima dengan metode tradisional
Bedasarkan peneitian yang dilakukan oleh Kassean dan Jagoo (2012) di
sebutkan bahwa operan jaga (Handover) yang masih tradisional adalah :
Dilakukan hanya di meja perawat.
a. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
b. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
c. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to
date.
2. Timbang terima dengan metode bedside Handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2012), Handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside Handover yaitu Handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside Handover tidak jauh berbeda, hanya pada
Handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya :
a. Mengingatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakit secara up to date

9
b. Mengingatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien
secara khusus
Bedside Handover juga tetap diperhatikan aspek kerahasian pasien jika
ada informasi yang ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi
medis yang lain.
3. Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya :
a. Menggunakan tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan saat
jaga selanjutnya datang. Metode itu berupa one way communication
(komunikasi satu arah). Menggunakan komunikasi oral atau spoken (lisan).
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
b. Menggunakan komunikasi tertulis
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
(rekam medis) saja atau media tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan
tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit
menggunakan ketiga metode untuk dikombinasikan.

2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbang Terima


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tinbang terima yaitu terdiri dari fator
penghambat dan faktor pendukung (Agustin, Wijaya, & Habibi 2014).
1. Faktor penghambat terdiri dari tujuh elemen utama yaitu :
a. Hambatan komunikasi
b. Masalah yang berhubungan dengan standar
c. Ketersediaan sumber daya
d. Faktor lingkungan
e. Efektifitas waktu
f. Kesulitan yang berhubungan dengan kompleksitas keadaan pasien
g. Pendidikan dan pelatihan yang kurang serta faktor individu

10
2. Faktor pendukung terdiri dari enak elemen utama yaitu :
a. Ketrampilan komunikasi
b. Strategi/standar timbang terima
c. Penggunaan teknologi
d. Dukungan lingkungan
e. Pendidikan dan pelatihan
f. Keterlibatan staf serta kepemimpinan

2.9 Hal-Hal Yang Perlu diperhatikan dalam Timbang Terima


1. Dilaksanakan tepat waktu pergantian shif.
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau pergantian jawab pasien (PP).
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5. Operan (handover) harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya dibicarakan
di nurse station.
(Nursalam, 2012).

2.10 Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga


Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-
efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut :
1. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (2010)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat

11
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.Sementara pada saat itu
bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak
dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari
lingkungan masyarakat.
2. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
3. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
4. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi
terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam (Adiwardana,
2011).

2.11 Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang
efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan
oleh perawat.

12
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain :
1. Identitas pasien.
2. Dokter yang menangani
3. Kondisi umum pasien saat ini
4. Masalah keperawatan.
5. Intervensi yang sudah dilakukan
6. Intervensi yang belum dilakukan
7. Tindakan kolaborasi
8. Rencana umum dan persiapan lain
9. Tanda tangan kedua belah pihak dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah :


1. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
2. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya
tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
3. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien telah dicatat (Suarli & Yayan, 2010).

2.12 Skema Timbang Terima

Gambar 2.1 : Skema timbang terima (Nursalam, 2012)

13
2.13 Evaluasi dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain: Catatan timbang terima, status pasien dan kelompok shift timbang terima.
Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada
pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada
shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian
ke bed pasien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup
jumlah pasien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan
yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap pasien dilakukan
timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke pasien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan pasien.Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
(Nursalam, 2012)

14
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


1. Hari / tanggal : Rabu, 16 September 2020
2. Pukul : 07.30 – 08.00 WIB
3. Pelaksanaan : Dari PP Pagi ke PP Sore, diikuti oleh PA
4. Topik : Aplikasi peran, pelaksanaan timbang terima.
5. Tempat : Ruang Nurse Station
6. Sasaran : Seluruh pasien kelolaan.

3.2 Pengorganisasian
PP (Pagi) : Gusti Ayu Indah Puspa Ranni
PA (Pagi) : Ni Wayan Epy Nuryanti
PP (Sore) :-
PA (Sore) : Ketut Any Dewijayanti

3.3 Metode dan Media


1. Metode :
a. Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan Perawat
Primer sore
b. Melaporkan status keadaan pasien dari PP pagi ke PP sore
c. Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
2. Media :
a. Materi disampaikan secara lisan.
b. Dokumentasi pasien (status).
c. Buku Timbang Terima

15
3.4 Alur Timbang Terima

3.5 Instrumen Timbang Terima


1. Status pasien
2. Nursing kit.
3. Buku catatan

3.6 Prosedur Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN


Persiapan 1. Timbang terima dilaksanakan 5 menit Ners PP dan PA
2. Prinsip timbang terima, semua Station
pasien baru masuk dan pasien
yang dilakukan timbang terima
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum/dapat
teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan timbang terima

16
pada PP berikutnya, hal yang
perlu disampaikan dalam timbang
terima:
a. Jumlah pasien.
b. Identitas pasien dan diagnosis
medis.
c. Data (keluhan/subjektif dan
objektif).
d. Masalah keperawatan yang
masih muncul.
e. Intervensi keperawatan yang
sudah dan belum dilaksanakan
(secara umum).
f. Intervensi kolaboratif dan
dependen.
g. Rencana umum dan persiapan
yang perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan penunjang, dan
lain-lain).
Pelaksanaan 1. Kedua kelompok dinas sudah 20 menit Ners PP dan PA
siap (Shift jaga). Station
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
3. Perawat yang melakukan
timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab, dan
melakukan validasi terhadap hal-
hal yang telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.

17
4. PP menanyakan kebutuhan dasar Ruang
pasien. perawatan
5. Menyampaian yang jelas, singkat
dan padat.
6. Perawat yang melaksanakan
timbang terima mengkaji secara
penuh terhadap masalah
keperawatan kebutuhan dan
tindakan yang telah/belum
dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya selama masa
perawatan.
7. Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincihan yang
matang sebaiknya dicatat secara
khusus untuk kemudian diserah
terimakan kepada petugas
berikunya.
8. Lama timbang terima untuk tiap
pasien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan keterangan yang
rumit.
1. Duskusi 5 menit Ners PP dan PA
2. Pelaporan untuk timbang terima Station
dituliskan secara langsung pada
Post
format timbang terima yang
Timbang
ditanda tangani oleh PP yang aga
Terima
saat itu dan PP yan jaga
berikutnya diketahui oleh kepala
ruangan.

18
3.7 Evaluasi Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status pasien dan kelompok shift timbang terima.
Kegiatan timbang terima pada shift malam ke pagi dipimpin oleh perawat primer
atau perawat assosiate yang bertugas saat itu.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun
yang akan mengganti shift. Perawat primer malam mengoperkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke bed pasien dan kembali lagi ke nurse
station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus
bila ada. Setiap pasien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke pasien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu
laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan. Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan
informasi mengenai keadaan pasien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan
keperawatan yang optimal.
Pelaksanaan timbang terima pada hari Rabu, 16 September 2020 terhadap
seluruh pasien kelolaan di ruang Perinatologi Rumah Sakit Bali Jimbaran.
Pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai perencanaan dan semua personal
dapat melaksanakan kegiatan sesuai peran masing-masing.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu :
1. Bagi Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan komunikasi terapeutik
perawat terhadap pasien, meningkatkan Pendidikan kesehatan terhadap pasien
dan keluarga, serta dapat meningkatkan penerapan SOP dalam setiap pemberian
asuhan keperawatan.
2. Pelaksanaan MAKP disarankan menggunakan MAKP Primer dengaan kelebihan
diantaranya bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
Adapun persyaratan yang digunakan dalam MAKP Primer adalah semua
anggota menempuh jenjang pendidikan minimal S1 Ners.
3. Bagi Mahasiswa Profesi Ners semoga dapat memberikan gambaran tentang
manajemen keperawatan di Rumah Sakit sehingga dapat diterapkan dalam setiap
pemberian asuhan keperawatan serta dapat diwujudkan nantinya dalam dunia
kerja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Viera., Wijaya, Arif., & Habibi Y.Y. (2014). Nurse Knowledge With
Acceptance Weigh Implementation‟, Nursing Journal of STIKes Insan Cendekia
Medika Jombang, vol.08 no.002, h.2.

Australian Comission on Safety and Quality in Healthcare (ACSQHC). (2009). Guide


To Clinical Handover Improvement. Australia: Australian Comission On Safety
And Quality In Healthcare.

Davey N & Cole A. (2015). Safe Communication Design, Implement And Measure: A
Guide To Improving Transfers Of Care And Handover. Quality Improvement
Clinic Ltd. (1-60)

D.F.A, Lestari., Suryani., & Maria M.W. (2014). Pengaruh Operan dengan Metode
SBAR Terhadap Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi Asuhan
Keperawatan‟, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.

Friesen, M.A.White,V.S & Byers F.J. (2008). Handsoffs : Implication For Nurse.
Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/. Di unduh 18 September 2020.

Hidayaturrahman. (2016). Hubungan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Timbang


Terima Di Ruang Kencono Wungu RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto,
Skripsi Skep., STIKes Insan Cendekia Medika Jombang, h.65- 66.

Kassean, H. K., & Jagoo, Z. (2012). Managing Change In The Nursing Handover From
Traditional To Bedside Handover – A Case Study From Mauritius. Mauritius:
BMC Nurcing.

Manopo, Quiteria., Marasmis, Frangky R.R., Sinolungan, Jehosua S.V. (2013).


Hubungan Antara Penerapan Timbang Terima Pasien dengan Keselamatan
Pasien oleh Perawat Pelaksanaan Di RSU GMIM Kalooran Amurang, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi, Manado h.1-2.

Mastini, I GST.A.A. Putri. (2013). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Beban Kerja
dengan Kelengkapan Pendokumentasi Asuhan Keperawatan IRNA Dirumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, tesis Mkes, Universitas Udayana,
Denpasar, hh.41-42.

Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Salemba
Medika : Jakarta

Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional, 3 edn., Salemba Medika : Jakarta.

21
Putra, A.A., Rejeki, Sri., Kristina, T.N. (2016). Hubungan Persepsi Perawat Tentang
Karakteristik Pekerjaan dengan Kepatuhan Dalam Pendokumentasian Asuhan
Keperawatan, tesis Mkes, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang, h.3.

Suarli. S & Bahtiar Yanyan. (2010). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan


Praktis. Erlangga : Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai