Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

A. Konsep Dasar Patent Ductus Arteriosus (PDA)


1. Pengertian Patent Ductus Arteriosus
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetapnya terbuka duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih
tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah)(Adi & Wiwin, 2015). Duktus
Arteriosus (DA) merupakan pembuluh darah yang menghubungkan aorta desendens
proksimal dan arteri pulmonalis. duktus yang masih terbuka tersebut juga
menyebabkan peningkatan aliran darah paru dan penurunan aliran darah ke organ
usus, kulit, otot dan ginjal sehingga menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung,
asidosis metabolik, necrotizing enterocolitis (NEC) dan edema paru/perdarahan
(Cahyono, 2020).
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang
dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau
telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI, 2006 : 1134).
Ductus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus
tersebut menutup secara fungsional 10-15 jam setelah lahir dan secara anatomis
menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut
Duktus Arteriosus Persistent (Persistent Ductus Arteriosus : PDA) (FKUI, 2006 :
227).
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kegagalan menutupnya duktus
arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu
pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah (Suriadi, 2004 : 235).
2. Penyebab Patent Ductus Arteriosus
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada angka kejadian
penyakit jantung bawaan (Patent Ductus Arteriosus):
a. Faktor prenatal
1) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella
2) Ibu alkoholisme
3) Usia ibu lebih dari 40 tahun
4) Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin
5) Ibu meminum obat – obatan penenang atau jamu
b. Faktor genetik
1) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
2) Ayah/Ibu menderita penyakit jantung bawaan
3) Kelainan kromosom seperti Sindrom Down
4) Lahir dengan kelainan bawaan lain
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan pembuluh
darah Nasional Harapan Kita, 2008 : 109)
3. Patofisiologi Patent Ductus Arteriosus
Normalnya, duktus arteriosus menutup pada saat kadar postragladin yang
dihasilkan plasenta menurun dan kadar oksigen meningkat. Proses penutupan ini
harus segera di mulai ketika bayi menarik nafas yang pertama tetapi bias saja
memerlukan waktu 3 bulan pada beberapa anak. Pada PDA, resistensi relative pada
pembuluh darah pulmoner serta sistemik dan ukuran duktus menentukan jumlah darah
mengalami pemintasan aliran atau shunt dari kanan ke kiri karena peningkatan dalam
aorta, darah bersih akan mengalami shun dari aorta melalui duktus arteriosus ke
dalam arteri pulmonaris. Darah akan kembali ke dalam jantung kiri dan dipompa
sekali lagi ke dalam aorta. Atrium kiri dan ventrikel kiri harus menampung aliran
balik vena aliran pulmonaris sehingga terjadi kenaikan tekanan pengisian dan beban
kerja jantung kiri. Keadaan akan mengadakan hipertrofi ventrikel kiri dan mungkin
pula gagal jantung. Pada stadium akhir PDA yang tidak dikoreksi shun kiri ke kanan
yang akan menimbulkan hipertensi arteri pulmonaris yang kronis dan kemudian
menjadi resisten serta tidak responsive terhadap terapi. Hal ini menyebabkan
pembalikan shunt sehingga darah kotor ini memasuki sirkulasi sistemik dan
menimbulkan sianosis.

a. Mekanisme Sirkulasi Darah Janin Dalam sistem peredaran darah janin tidak
hanya melibatkan pembuluh darah saja tetapi juga melibatkan organ tubuh
janin di antaranya sebagai berikut :
1) Plasenta Tempat terjadinya pertukaran darah bersih dengan yang kotor.
2) Umbilikalis Mengalirkan darah dari plasenta ke janin dan dari janin ke
plasenta.
3) Hati Terdapatnya percabangan antara vena porta dengan duktus venosus
arantii.
4) Jantung Terdapatnya foramen ovale yang langsung menyalurkan darah dari
atrium dekstra ke atrium sinistra.
5) Paru-paru Terdapatnya duktus arteriosus bothalli. Mekanisme sirkulasi darah
janin/ Peredaran darah janin digambarkan langsung sebagai berikut : Mula-
mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta
masuk ke janin melalui vena umbilikus yang bercabang dua setelah memasuki
dinding perut yaitu :
a) Cabang yang kecil bersatu dengan vena aorta, darahnya beredar
dalam hati dan kemudian diangkut melalui vena hepatika ke vena
cava inferior.
b) Cabang satunya lagi duktus venosus arantii yang langsung masuk ke
dalam vena cava inferior. Darah dari vena cava inferior masuk ke
atrium kanan dan sebagian besar darah dari atrium kanan akan
dialirkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Sebagian kecil darah
dari atrium kanan masuk ke ventrikel kanan bersama-sama dengan
darah yang berasal dari vena cava superior.
c) Darah dari ventrikel kanan ini dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis, karena adanya tahanan dari paru-paru yang belum
mengembang maka darah yang terdapat pada arteri pulmonalis
sebagian akan dialirkan ke aorta melalui duktus arteriosus bothalli
dan sebagian kecil akan menuju paru-paru dan selanjutnya ke atrium
sinistra melaui vena pulmonalis. Sementara itu darah yang terdapat
pada atrium kiri kemudian dialirkan ke ventrikel kiri dan diteruskan
ke seluruh tubuh melaui aorta guna memberikan oksigen dan nutrisi
bagi tubuh bawah. Cabang aorta bagian bawah ini menjadi 2 (dua)
arteri hipograstika interna yang mempunyai cabang arteri umbilikalis.
Darah yang miskin nutrisi dan banyak karbondioksida serta sisa
metabolisme akan dikembalikan ke plasenta melalui arteri umbilikalis
ke plasenta melalui arteri umbilikalis untuk diteruskan ke ibu.
b. Mekanisme Sirkulasi Darah Pada Bayi Baru Lahir. Setelah janin dilahirkan,
bayi menghisap udara dan menangis kuat, hal ini menyebabkan paru-parunya
berkembang, tekanan dalam paru-paru mengecil dan darah akan terisap ke
dalam paru-paru, dengan demikian duktus arteosus botali tidak berfungsi dan
karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka foramen ovale akan
tertutup dan menjadi tidak berfungsi lagi. Ketika tali pusat dipotong dan diikat,
arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan mengalami obiliterasi,
dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh
udara yang dihisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan
yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri. Perubahan sirkulasi pasca
lahir :
a) Tahanan vascular paru menurun dan tahanan sistemik meningkat
sehingga aliran darah ke paru meningkat. Ketika bayi menangis untuk
pertama kalinya akan mengakibatkan paru-paru berkembang, hal itu
akan mengakibatkan tahanan vaskular paru berkurang dengan cepat
tapi tidak segera diikuti penurunan tekanan arteri pulmonalis.
Penurunan tekanan arteri pulmonalis disebabkan perubahan pada
dinding arteiol paru.
b) Tahanan sistemik meningkat Tekanan darah sistemik tdk segera
meningkat tapi berangsur-angsur bahkan bisa terjadi penurunan
tekanan darah dulu dalam 24 jam pertama. Pengaruh hipoksi di sini
tidak bermakna.
c) Penutupan Duktus arteosus Penutupan anatomis dimulai segera
setelah lahir tapi penutupan sempurna . sebagian besar bayi baru
terjadi setelah beberapa bulan, .pada sebagian kecil sampai umur satu
tahun. Secara fungsional DA kiri dan kanan masih dilewati darah
sampai beberapa jam bahkan beberapa hari. Pada hipoksia, pirau
kanan ke kiri bertambah. DA persisten sering terjadi pada keadaan
yang menyebabkan hipoksia seperti sindrom gangguan pernafasan,
prematuritas dan bayi lahir di dataran tinggi.
d) Penutupan Foramen ovale Tidak menutup secara fungsinal pada jam-
jam pertama setelah lahir. Pirau kanan ke kiri masih dapat terjadi pada
50% bayi yang menangis sampai usia 8 hari paska lahir. Meski
foramen ovale masih paten sampai usia sampai usia 5 tahun (50%)
dan masih tetap terbuka pada umur lebih dari 25 tahun (25%) tetapi
FO tidak berfungsi lagi setelah satu minggu. Bila FO menutup
sebelum janin lahir akan menyebabkan kardiomegali in utero yang
bisa menyebabkan gagal jantung kanan.
e) Penutupan Duktus venosus Bila semua perubahan fisiologis
berlangsung normal maka sirkulasi ekstra uterin yang terjadi akan
berlangsung normal yaitu darah dari paru menuju ke atrium kiri lalu
ke ventrikel kiri selanjutnya menuju aorta ke seluruh tubuh kemudian
darah dari perifer melalui vena kava superior dan inferior menuju
atrium kanan, ventrikel kanan dan melalui arteri pulmonalis masuk
lagi ke dalam paru.
f) Pada sirkulasi fetal (paru belum berfungsi) aliran darah dari vena
umbilikalis menuju ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis
kemudian melalui duktus ke aorta. Bila pada sat lahir masih terbuka,
terjadi aliran darah yang terbalik dengan sirkulasi fetal, yaitu dari
ventrikel kiri ke aorta melalui duktus ke arteri pulmonalis (shunt dari
kiri ke kanan melalui duktus). Aliran dalam duktus terjadi pada saat
sistole dan diastol maka terdengar bising kontinyu. Adanya aliran
darah dari aorta ke duktus mempunyai sifat seperti insufisiensi katup
aorta yaitu menyebabkan ventrikel kiri harus bekerja lebih kuat dan
tekanan diastolik rendah dan terjadi nadi dengan amplitudo besar,
pada kapiler tampak denyutan (Waterhammer pulse).
4. Pathway Patent Ductus Arteriosus

Ibu terinfeksi rubella, alkoholism, usia saat hamil > Penyakit jantung bawaan dr ortu, kelainan
40 th, DM, mengkonsumsi obat2 penenang/ jamu kromosom (sindrom down)

Faktor prenatal Bayi lahir premature Faktor genetik

Percampuran darah yg
Kelainan ductus arteriosus Merangsang pelepasan
teroksigenasi dg darah yg
hormon erythropoetin
blm teroksigenasi (Sindrome
Eisenmenger)
Aliran darah ke Darah dr Aorta melalui PDA
sirkulasi sistemik (bertekanan )
Eritrosit (polisitemia)

O2 dlm darah
Stimulasi s.s simpatis Shunting / pirau kanan ke
Shunting / pirau kiri ke ke sirkulasi
HR kiri (dr a.pulmonalis ke Distensi kapiler perifer
kanan (dr aorta ke sistemik
aorta)
a.pulmonalis)
Kompensasi O2
Kerja ventrikel kiri dg napas cepat Clubbing finger
Perfusi O2 ke sel
Murmur sistolik
Aliran darah arteri
pulmonalis (bertekanan)
Thromboplebitis
Tekanan paru > Aorta Sianosis sentral Takipnea
Hipertropi ventrikel
kiri
Aliran darah ke paru
(hipertensi pulmonal) Beban ventrikel kanan Perfusi
Perifer Sesak napas
Tidak Efektif Pola Nafas
(0009) Tidak Efektif
Aliran darah ke atrium kiri
Hipertropi ventrikel kanan (0005)
melalui katup mitral Sulit minum dan makan
Respirasi anaerob

Gang.
Seolah2 stenosis Kelelahan Pmbentukan energi Tumbuh BB dan TB
Kembang
(0106)
Murmur mid diastolik
Intoleransi Defisit Nutrisi
Aktivitas ( (0019)

Aliran darah ke ventrikel kiri


5. Tanda Gejala Patent Ductus Arteriosus
Tanda gejala PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat
selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-
tanda gagal jantung kongestif (CHF)
a. Gawat nafas di sertai tanda tanda gagal jantung pada bayi
khususnya yang lahir premature
b. Bising gibson (machinery murmur yang klasik) bising yang terus
menurus yang terdengar sistol dan diastol pada anak yang lebih
besar dan dewasa akibat pemintasan aliran darah dari aorta ke
dalam arteri pulmonalis pada saat sistol dan diastol. (Bising ini
terdengar paling jelas pada daerah basis kordis, yaitu pada ruang
sela iga kedua kiri di bawah klavikula kiri, Bising tersebut dapat
mengaburkan bunyi  S2 namun bising ini pada shunt kanan ke kiri
mungkin tidak ada).
c. Vibrasi yang teraba saat melakukan palpasi pada tepi kiri sternum ;
gejala ini disebabkan oleh pemintasan aliran darah dari aorta ke
arteri pulmonalis
d. Impuls ventrikel kiri yang nyata akibat hipertrofi ventrikel kiri
e. Denyut nadi perifer yang memantul ( nadi corrigan ) akibat
keadaan aliran yang tinggi
f. Tekanan nadi yang melebar akibat kenaikan tekanan sistolik dan
terutama akibat penurunan tekanan diastolik pada saat darah
memintas melauli PDA dan demikian mengurangi tahanan tepi.
g. Perkembangan motorik yang lambat akibat gagal jantung.
h. Kegagalan tumbuh kembang akibat gagal jantung.
i. Kelitihan dan dispnea pada saat melakukan kegiatan yang dapat
terjadi pada dewasa yang mengalami PDA yang tidak
terdeteksi. (Kowalak et al., 2011).
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan B1 (Breath) Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan
( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi,
retraksi.
b. Kardiovaskuler B2 ( Blood) Jantung membesar, hipertropi
ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai,
clubbing finger, sianosis.
c. Persyarafan B3 ( Brain) Otot muka tegang, gelisah, menangis,
penurunan kesadaran.
d. Perkemihan B4 (Bladder) Produksi urin menurun (oliguria).
e. Pencernaan B5 (Bowel) Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi
makan tidak habis.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone) Kemampuan pergerakan
sendi terbatas, kelelahan, kebiruan saat menangis
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kowalak, dkk (2011), beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada pasien PDA, antara lain :
a. Foto thorax
Pemeriksaan foto thorax atau rontgen dada dilakukan untuk melihat
kondisi paru-paru dan jantung bayi. Gambaran foto toraks PDA tergantung
besar kecilnya PDA yang terjadi.
1) Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru
normal
2) Bila PDA cukup besar, maka gambaran radiologinya :
a) Aorta descedens dan arkus tampak normal atau membesar sedikit
dan nampak menonjol pada proyeksi PA
b) A. pulmonalis tampak menonjol lebar di samping aorta
c) Pembuluh darah paru dan hilus nampak melebar, karena volume
darah yang bertambah
d) Pembesaran atrium kiri
e) Pembesaran ventrikel kanan dan kiri.
Pada orang dewasa, gambaran radiologi ini tampak jelas, tetapi
pada anakanak tidak khas dan sulit dinilai, karena biasanya
jantung anak-anak masilh berbentuk bulat. Pelebaran pembuluh
darah paru untuk sebagian radiografi PA tidak nampak karena
tertutup oleh jantung, terutama di bagian sentral
b. Ekhokardiografi
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara, guna menghasilkan
gambaran jantung dengan detil. Melalui ekokardiografi, dokter akan
memeriksa kemampuan jantung dalam memompa darah, dan melihat
apakah terjadi pembesaran pada bilik jantung. Ekokardiografi juga bisa
membantu dokter mendeteksi kelainan lain pada jantung, seperti kelainan
katup jantung.
c. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi kelainan jantung atau gangguan
irama jantung, dari hasil perekaman aktivitas elektrik jantung. Hasil EKG
bervariasi sesuai tingkat keparahan, PDA kecil tidak ada abnormalitas,
hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
d. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna
e. Kateterisasi jantung
Akan mengungkapkan tekanan normal atau meningkatkan dalam ventrikel
kanan dan arteri pulmonalis. Adanya darah yang telah di oksigenisasi
dalam arteri pulmonalis memastikan adanya pintasan kiri ke kanan, seperti
juga dengan kurva hidrogen dan pengenceran indikator. Contoh- contoh
darah yang diambil dari ke dua vena cava, atrium kanan dan ventrikel
kanan memperlihatkan kandungan oksigen yang sebanding. Dengan
insufisiensi katup pulmonal mungkin dijumpai peningkatan kandungan
oksigen dalam darah ventrikel kanan. Kateter tersebut akan melewati
duktus dan masuk ke dalam aorta desendens. Penyuntikan bahan kontras
ke dalam aorta asenden memperlihatkan opasitas arteri pulmonalis berasal
dari aorta dan dapat mengenali duktus.
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mulyadi, M D, Bambang M. (2012), penatalaksanaan medis dengan
PDA antara lain :
a. Pembedahan untuk ligasi duktus jika penatalaksanaan medis tidak bisa
mengendalikan gagal jantung (bayi dengan PDA Asimptomatik tidak
memerlukan penanganan segera. Apabila gejala ringan, ligasi PDA dengan
pembedahan biasanya baru dilakukan setelah usia 1 tahun)
b. Untuk kasus PDA pada bayi prematur, dokter akan memberi indomethacin
(inhibitor prostaglandin). Obat ini dapat membantu menyempitkan otot
dan menutup bukaan ductus arteriosus.
c. Terapi profilaksis dengan antibiotik untuk melindungi bayi dari
endokaditis infeksiosa
d. Penangganan gagal jantung melalui pembatasan cairan, pemeberian
diuretic dan digoksin.
e. Terapi lain termasuk kateterisasi jantung, untuk menaruh sumbat atau
umbrella (benda seperti payung) dalam ductus arteriosus yang akan
menghentikan pemintasan. 

B. Konsep Dasar AsuhanKeperawatan


1. PengkajianKeperawatan
a) Identitas
1) Anak
2) Orang Tua
b) Genogram
Berisikan susunan keluarga pasien, tandai apabila dalam pasien ada yang
memiliki
riwayat penyakit yang sama
c) Alasan Dirawat
Biasanya pada pasien PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara
fungsional menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan
secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak
dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar
15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang
menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
3) Keluhan Utama
Pada pasien dengan PDA akan mengalami keluhan seperti lelah dan
sesak
nafas
4) Riwayat Penyakit
Kaji apakah dalam keluarga ada yang memiliki penyakit yang sama
sebelumnya, karena penyakit PDA biasanya berawal dari genetik yang
diturunkan oleh keluarga.
5) Riwayat Anak
a) Perawatan Masa Kandungan
Kaji bagaimana selama perawatan anak dalam kandungan, apakah
ibu pasien mengalami beberapa penyakit yang akan berpengaruh
pada kehamilannya atau tidak, kaji mengenai masalah apa saja
yang dialami ibu saat hamil.
b) Perawatan Waktu Kelahiran
Kaji bagaimana perawatan yang diberikan oleh keluarga pasien
saat pasien dilahirkan
d) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Umumnya pada anak PDA akan rentan mengalami gangguan
nafas karena suplai oksigen tidak seimbang
2) Makan dan minum
Pada anak dengan PDA akan sering mengalami penurunan berat
badan dikarenakan anak cepat lelah dan tidak mau makan dan
terkadang makanan yang masuk tidak dapat diserap nutrisinya
dengan baik
3) Eliminasi BAB/BAK
Biasanya anak akan mengalami beberapa masalah pencernaan
karena asupan nutrisi yang kurang
4) Aktifitas
Anak dengan PDA akan rentan mengalami kelelahan sehingga
akan sulit dan enggan melakukan aktivitas
5) Rekreasi
Pada pengkajian rekreasi, anak biasanya sulit bermain karna cepat
lelah
6) Istirahat dan tidur
Umumnya anak dengan PDA jarang mengalami gangguan
istrihatat tidur
7) Kebersihan diri
8) Pengaturan suhu tubuh
9) Rasa nyaman
10) Rasa Aman
11) Belajar
12) Prestasi
13) Hubungan sosial anak
14) Melaksanakan ibadah
e) Pengawasan Kesehatan
f) Penyakit Yang Pernah Diderita
Kaji apakah sebelumnya anak menderita penyakit lain yang berdampak
pada penyakit bawaan yang sekarang
g) Kesehatan Lingkungan
h) Perkembangan Anak
i) Pemeriksaan Fisik
Pada anak dengan PDA akan rentan mengalami perubahan kondisi fisik,
seperti gelisah, menangis,penurunan kesadaran, penggunan otot bantu
nafas, serta adanya kebiruan saat anak menangis
j) Pemeriksaan Penunjang
k) Hasil Observasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. (0056) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
tirah baring, imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
b. (0009) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
hiperglikemia, penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan
tekanan darah, kekurangan volume cairan, penurunan aliran
arteri dan/atau vena, kurang terpapar informasi tentang faktor
pemberat, kurang terpapar informasi tentang proses penyakit,
kurang aktivitas fisik.
c. (0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mencerna makanan, ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan
kebutuhan metabolism, faktor ekonomi, faktor psikologis
d. (0106) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik, keterbatasan lingkungan, inkonsistensi
respon, pengabaian, terpisah dari orang tua dan/atau orang
terdekat, defisiensi stimulus
e. (0005) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi
pusat pernafasan, hambatan upaya nafas, deformitas dinding
dada, deformitas tulang dada, gangguan neuro muskular,
gangguan neurologis, imaturitas neurologis, obesitas, posisi
tubuh menghambat ekspansi paru, sindrom hipoventilasi,
kerusakan inervasi diafragma, cedera pada medula spinalis,
efek agen farmakologis, kecemasan.
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.
Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas
perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan
bukann merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosis keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua
tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaitu
evaluasi respons (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain,
bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan atau
hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga dengan
evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera timbul setelah
intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang digunakan adalah
SOAP. S (Subjective) yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien, O
(Objective) yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga, A
(Analisys) yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P (Planning) yaitu
rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis (Dinarti,
Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany, 2013).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN By. J DENGAN PATENT
DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
DI RUANG DURIAN
RSUD KLUNGKUNG
PADA TANGGAL 2 OKTOBER 2020

A. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Pasien :
a. Nama : By. J
b. Anak yang ke : Kedua
a. Tanggal lahir/usia : Selat, 30-06- 2020/ 3 bulan 2 hari
c. Jenis kelamin : Laki - laki
d. Agama : Hindu
2. Orang Tua:
a. Ayah
1) Nama : Tn. C (ayah kandung)
2) Usia : 40 tahun
3) Pekerjaan : Pegawai swasta
4) Pendidikan : Diploma III
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Selat, Klungkung
b. Ibu
1) Nama : Ny. D (Ibu kandung)
2) Usia : 39 tahun
3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4) Pendidikan : Sarjana
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Selat, Klungkung
B. Genogram

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan

= Kawin
= Hubungan dengan keluarga
= Tinggal satu rumah
= Pasien yang diidentifikasi

= Laki – laki meninggal

= Perempuan meninggal

Deskripsi genogram :
An. J usia 3 bulan 2 hari merupakan anak ketiga dari
pasangan Tn. C yang usianya 40 tahun anak ketiga dari empat
bersaudara dan Ny. D berusia 39 tahun anak kedua dari tiga
bersaudara. By. J tinggal bersama kedua orang tuanya dan
saudaranya. Keluarga By. J tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan mereka tinggal bersama di Jl. Raya Besakih, No 9x
Klungkung
C. Alasan Dirawat
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya sesak nafas batuk – batuk dan rewel
sejak tiga hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit
Ibu pasien mengatakan anaknya kurang lebih tiga hari sebelum
masuk rumah sakit pasien batuk – batuk, sesak nafas, nafsu makan
yaitu minum ASI dan susu formula berkurang dan mempunyai
riwayat penyakit jantung bawaan sejak lahir, pasien sebelumnya
dibawa ke puskesmas oleh keluarganya dan sempat dirawat inap
selama satu hari, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit karena
Puskesmas tidak lengkap untuk pengobatan jantung.
D. Riwayat Anak (0-6 Tahun)
1. Perawatan dalam masa kandungan
a. Dilakukan pemeriksaan kehamilan/tidak : Ya
b. Berapa kali : Satu kali
c. Kapan : Setiap bulan
d. Tempat di : Bidan
e. Kesan pemeriksaan tentang kehamilan : Normal
f. Obat-obat yang telah diminum : Vitamin (As. Folat, Kalsium)
g. Imunisasi : Lengkap
h. Pemeriksaan lain : Tidak ada
i. Penyakit yang diderita ibu : Tidak ada
j. Penyakit dalam keluarga : Tidak ada
2. Perawatan pada waktu kelahiran
Umur kehamilan 37 minggu dilahirkan di klinik bidan
a. Ditolong oleh: Bidan
b. Berlangsungnya kelahiran (biasa/susah/dengan tindakan): caesar
c. Lamanya proses persalinan: 3 jam
d. Keadaan bayi setelah lahir:
BB lahir : 2,4 kg
PBL : 44 cm
LK/LD : 35,1 cm/32 cm
E. Kebutuhan Bio-Psiko, Sosial, Spiritual dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Bernapas
Pasien mengalami sesak nafas dengan suara napas ronkhi
2. Makan dan Minum
Keadaan sebelum sakit:
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya minum ASI setiap
dua jam sekali dan bila mengatuk serta diselingi minum susu
formal jika ditinggal pergi.
Keadaan saat sakit:
Ibu pasien mengatakan pasien nafsu makan menurun, minum ASI
setiap dua jam sekali hanya sebentar dan tidak mau diberikan susu
formula
3. Eleminasi BAB/BAK
Ibu pasien mengatakan, pasien BAB satu kali sehari.
4. Aktivitas
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit anaknya tidak rewel dan
lebih banyak tidur ketika habis minum ASI. Setelah sakit ibu
pasien mengatakan anaknya rewel dan sudah ditidurkan.
5. Rekreasi
Ibu pasien mengatakan, tidak pernah mengajak anaknya keluar
rumah karena masih kecil.
6. Istirahat tidur
Ibu pasien mengatakan pasien akan tertidur sehabis minum ASI
pada siang maupun malam hari, pasien tidur malam pukul 08.00
WITA dan terbangun sebentar untuk minum ASI kemudian tertidur
lagi dan bangun pagi pukul 07.00 WITA. Tetapi semenjak sakit ibu
pasien mengatakan pasien sering terbangun dimalam hari dan
susah untuk tidur kembali.
7. Kebersihan diri
Ibu pasien mengatakan pasien mandi dua kali sehari pagi dan sore
hari.
8. Pengaturan Suhu tubuh
Suhu tubuh pasien normal S : 37,4 0C
9. Rasa nyaman
Ibu pasien mengatakan pasien rewel karena sesak nafas
10. Rasa aman
Pasien menangis ketika dilakukan pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan.
11. Belajar
Ibu pasien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena
masih bayi.
12. Prestasi
Ibu pasien mengatakan pasien terkadang menoleh ketika diberikan
rangsangan
13. Hubungan Interaksi sosial
Hubungan sosial pasien dengan orang tuanya sangat baik, dan
pasien paling sering dengan ibunya.
14. Melaksanakan Ibadah
Pasien belum mampu melakukan ibadah karena masih bayi.
A. Pengawasan Kesehatan
Bila sehat diawasi di tidak/ya : Ya di puskemas/dokter
Bila sakit minta pertolongan kepada : Puskesmas
Kunjungan ke posyandu : Ibu megatakan anaknya rajin ia ajak ke
posyandu
Pengawasan anak dirumah : Ibu mengatakan anaknya selalu diawasi

Imunisasi (1-5 tahun)


No Jenis Waktu Frekuensi Reaksi setelah Tempat
. imunisasi pemberian (kali) pemberian pemberian
1. BCG Usia 2 bulan 1 - Puskesmas
2. DPT Usia 2 bulan, 1 - Puskesmas
(I,II,III) 4 bulan,
6 bulan
Lahir, usia 2
Polio
3. bulan, 4 bulan, 1 - Puskesmas
(I,II,III,IV)
dan 6 bulan
4. Campak Usia 9 bulan - - Puskesmas
Lahir,
usia 2 bulan,
5. Hepatitis 1 - Puskesmas
4 bulan, dan 6
bulan

B. Penyakit yang pernah diderita


No Jenis Akut/Kronis/ Umur Lamany pertolongan
Penyakit Menular/Tida saat sakit a
k
1. Gagal Akut 0 bulan 18 hari Di RS
jantung
bawaan
2. Sesak Tidak 2 bulan 6 hari Di RS
napas, batuk

C. Kesehatan Lingkungan
Ibu mengatakan lingkungan disekitar rumahnya sehat dan nampak bersih
serta jauh dari polusi karena rumah pasien jauh dari jalan raya.
D. Perkembangan Anak (0-6 Tahun)
(Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)
Pada saat ini An. D berusia 3 bulan 2 hari sehingga KPSP yang digunakan
yaitu KPSP pada anak usia 3 bulan.
 Kesimpulan hasil KPSP By. J yaitu terdapat 5 jawaban ”Ya” sehingga
perkembangan anak sesuai dengan tahap kemungkinan ada
penyimpangan (P) maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasa,
gerak halus, bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
E. Pemeriksaan Fisik
1. Kesan umum
Kebersihan : Anak tampak bersih
Pergerakan : Lemah
Penampilan/postur/bentuk tubuh : Tegak
Status gizi: Baik
2. Warna kulit : Sawo matang
3. Suara waktu menangis : Keras dan pendek
4. Tonus otot : 5/5/4/4
5. Turgor kulit : Menurun
6. Udema : Ada pada tungkai
7. Kepala : Bentuk mesochepal, penyebaran rambut
tidak merata, wajar afek datar
8. Mata : bentuk mata normal, pergerakan mata
normal, pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak iketrik.
9. Hidung : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan
cuping hidung ada, kelainan tidak ada.
10. Telinga : Bentuk normal, keadaan bersih,
pendengaran normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada.
11. Mulut : Mulut bersih, mukosa bibir pucat
12. Leher : Bentuk normal, pembesaran kelenjar
tyroid tidak ada.
13. Paru - Paru :
Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris, terdapat
retraksi, betuk pigeon chest, otot bantu napas saat inspirasi
Perkusi : Sonor
Palpasi : Fremitus vocal raba kanan dan kiri sulit dievaluasi
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi
14. Jantung :
Inspeksi : Icterus Cordis tidak Nampak, hipertropi ventrikel kiri,
sianosis
Palpasi : Icterus Cordis tidak teraba, thrill di apex
Perkusi : Batas jantung sulit dievaluasi
Auskultasi : Bunyi jantung I – II intensitas normal, regular, terdapat
bising sistolik di grade III/VI para mediana II linea para steralis
sinistra
15. Persyarafan : Otot muka tegang dan menagis
16. Abdomen : Bentuk simetris
17. Ekstremitas :
Atas : terpasang infus pada ekstremitas kanan, ADL terbatas, tidak
edema, tidak ada laserasi.
Bawah : ada edema, tidak ada varises
18. Genetalia : Kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan
tidak ada.
19. Anus : Bentuk normal, kebersihan cukup,
haemoroid tidak ada.
20. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
1. BB = 5,5 kg
2. TB = 57 cm
3. Lingkar kepala = 43cm
4. Lingkar dada = 50cm
5. Lingkar lengan = 13 cm

21. Gejala cardinal:


a. Suhu  : 37,4oC
b. Nadi  : 115 x / menit
c. Respirasi : 42 x / menit
d. Tekanan darah : 110/76 mmHg
F. Pemeriksaan Penunjang dan Therapi
1. Pemeriksaan Laboratorium, tanggal 2 Oktober 2020
No Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
1 Hemoglobin 11,2 g/dl L: 14-17, P: 12-16 g/dl
2 Leukosit 11,7 103/µL 5,5-17,0 /µL
3 Hematokrit 33 % 35-43 %
4 Albumin 3,2 g/dl 3,8 – 5,4 g/dl

2. Hasil Rongen, tanggl 2 Oktober 2020


1. Pulmo :
a. Tampak terselubung dengan air
b. Sinus costophrenicus kanan kiri anterior posterior tumpul
c. Restrostrenal dan retrocardio space sebagian tertutup perselubungan
2. Cor : Membesar Cardiothoracic Ratio > 50%
Kesan :
a. Cardiothoracic Ratio (CTR) > 50%
b. Pneumonia
c. Efusi pleura

3. Therapy :
1. Nasal Kanul + O2 2 L/menit
2. Pemasangan NGT
3. Injeksi Ampicilin (IV)
4. Injeksi chloramfenikol (IV)
5. Furosemide
6. Asam folat
7. Vitamin A kapsul merah
8. Digoxin
9. Aldactone
10. Nebulizer NaCl 0.9% 5 cc + atrovent 1 tetes/8 jam
G. Hasil Observasi
1. Interaksi anak dengan orang tua : Sangat baik
2. Bentuk/arah komunikasi : Terjadi 1 arah
3. Ambivalensi/kontradiksi perilaku : Tidak terdapat kontraindikasi pada
perilaku anak
4. Rasa aman anak : Anak terlihat aman digendong
ibunya
I. ANALISA DATA
TGL/JAM DATA FOKUS INTERPRETASI/PENYEBA MASALAH
B
Penyakit jantung bawaan dari
orang tua, kelainan kromosom
2 Oktober 2020 Ds : - Ibu pasien mengatakan Pola Napas
(sindrom down)
anaknya sesak nafas batuk – batuk Tidak Efektif
Jam 15:00
dan rewel sejak tiga hari yang lalu.
Faktor genetik
- Dispnea

Do : - Pasien tampak lemah, pola Pencampuran darah yang


napas abnormal, tekanan inspirasi teroksigenas dengan darah
menurun. yang belum teroksigenasi
( Sindrome Eisenmenger)
S : 37,4 0C
N : 115 x/menit
O2 dalam darah ke sirkulasi
Respirasi : 42 x/menit
sistematik menurun

perfusi O2 ke sel menurun

kompensasi O2 dengan napas


cepat

Takipnea

Pola Napas
Tidak Efktif

Ds : ibu pasien mengatakan anaknya


menjadi rewel dan susah ditidurkan
1 Oktober 2020 setelah sakit. Penyakit jantung bawaan dari Gangguan
orang tua, kelainan kromosom Tumbuh
Jam : 15:00 Do : pasien tampak lesu, nafsu
(sindrom down) Kembang
makan menurun, tidak mampu
melakukan keterampilan atau prilaku
khas sesuai usia, pola tdur tergangu.
Faktor genetik
0
S : 37,4 C
N : 115 x/menit
Pencampuran darah yang
Respirasi : 42 x/menit teroksigenas dengan darah
yang belum teroksigenasi
( Sindrome Eisenmenger)

O2 dalam darah ke sirkulasi


sistematik menurun

perfusi O2 ke sel menurun

kompensasi O2 dengan napas


cepat

Takipnea

Sesak napas

Sulit minum dan makan

BB dan TB menurun

Gangguan
Tumbuh
Kembang
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal TTD


Muncul Teratasi

1 2 Oktober Pola napas tidak efektif berhubungan dengan 5/10/2020


2020 imaturitas neurologis ditandai dengan pola napas
abnormal, tekanan inspirasi menurun,dyspnea.

Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan


2 Oktober inkonsistensi respon ditandai dengan tidak
2 5/10/2020
2020 mampu melakukan keterampilan atau perilaku
khas sesuai usia, nafsu makan menurun, lesu,
pola tidur terganggu
III. RENCANA KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional Nama/Ttd


Keperawatan
Manajemen Manajemen
1 1/10/ Defisit Setelah dilakukan nutrisi : nutrisi
2020 nutrisi intervensi keperawatan Observasi : Observasi :
berhubungan
selama 3 x 24 jam maka
dengan
1. Identifikasi 1. Mengetahui
faktor status nutrisi membaik
status nutrisi kekurangan
psikologis dengan kriteria hasil :
dibuktikan nutrisi klien
2. Identifikasi
dengan nafsu 1. Porsi makan yang 2. A g a r d a p a t
makan makanan yang
dihabiskan meningkat dilakukan
menurun, disukai intervensi
membran 2. Sariawan menurun
mukosa 3. Monitor d a l a m  pemb
pucat, erian
berat badan
terdapat makanan pada
sariawan, 4. Monitor klien
porsi makan
asupan 3. Membantu
menurun dan
terkadang makanan dalam
dimuntahkan identifikasi
Terapeutik :
malnutrisi
1. Lakukan protein kalori
oral hygiene khusunya bila
berat badan
2. Sajikan
kurang dari
makanan normal.
secara menarik 4. Mengidentifi
dan suhu kasi
sesuai ketidakseim
Kolaborasi bangan
kebutuhan
1. Kolaborasi
nutrisi.
dengan gizi
untuk Terapeutik :
menentukan 1. Membantu
jumlah kalori mencegahpe
yang
numpukan
dibutuhkan
plak dan
mencegah
lengketnya
bakteri yang
terbentuk
pada gigi
mencegah
masalah
utama
kesehatan
rongga
mulut.
2. Membantu
dalam
merangsang
indra
penelihatan
sehingga
menimbulka
n selera yang
berkaitan
dengan cita
rasa.
Kolaborasi :

1. Membantu
dalam
membuat
rencana diet
untuk
memenuhi
kebutuhan
individual.

Manajemen
energy
2 1/10/20 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen
aktivitas intervensi keperawatan energi Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam maka
dengan Observasi 1. Mengetahui
kelemahan toleransi aktivitas
fungsi tubuh
dibuktikan meningkat dengan 1. Identifikasi
yang
dengan kriteria hasil : gangguan
pasien mengakibatk
fungsi tubuh
mengeluh 1. Frekuensi nadi an kelelahan
yang
lelah, pasien meningkat 2. Efek
merasa mengakibatka
lemah, pasien leukemia,
2. Keluhan lelah menurun n kelelahan
hanya anemia, dan
berbaring 2. Monitor kemoterapi
ditempat lokasi dan mungkin
tidur
ketidaknyama komulatif
nan selama ( khususnya
melakukan pada fase
aktivitas pengobatan

Terapeutik akut dan


aktif)
1. Sediakan
3. Untuk
lingkungan
mengidentif
nyaman dan
kasi lokasi
rendah
dan
stimulus
ketidaknyam
2. Lakukan anan selama
latihan rentang melakukan
gerak pasif aktifitas
dan/atau aktif Terapeutik :

3. Berikan 1. Mening
aktivitas katkan
distraksi yang istirahat dan
menenangkan meningkatka
n
Edukasi
kemampuan
1. Anjurkan koping
tirah baring 2. Untuk

2. Anjurkan mempertaha

melakukan nkan atau

aktivitas memelihara

secara kekuatan

bertahap otot.
3. Untuk
Kolaborasi
mengalihan
1. Kolaborasi atau
dengan ahli
menjauhi
gizi tentang
cara perahatian
meningkatkan terhadap
asupan sesuatu yang
makanan
sedang
dihadapi,
misalnya
rasa sakit
(nyeri).
Edukasi :

1. Untuk
meminimalk
an fungsi
semua
system
organ tubuh
2. Untuk
meningkatka
n daya tahan
tubuh
Kolaborasi

1. Untuk
mengidentifika
si asupan serta
gizi yang
seimbang.

1.
2.

IV. IMPLEMENTASI

No Tanggal Nomor Jam Implementasi Evaluasi Nama/TT


Diagnosa D
1 1 1 15.00 Mengidentifikasi status DS : Ibu klien
nutrisi klien mengatakan nafsu makan
/10/
klien menurun dan
2020
terkadang dimuntahkan .
sejak seminggu yang lalu
DO : Pasien tampak
lemas dan berat badan
klien turun BB = 15 kg
DS : Ibu klien
mengatakan An.D suka
1 15.10
makan ayam goreng dan
Mengidentifikasi makanan
buah pisang
yang disukai
DO : Klien masih mau
makan buah pisang
1 15.20
DS : Ibu klien
mengatakan berat badan
Memonitor berat badan
turun
DO : BB = 15 kg
1 15.25
DS : Ibu klien
Memonitor asupan makanan mengatakan An.D masih
mau makan buah pisang
dan minum sedikit –
sedikit dan jika diberikan
makanan klien muntah
DO : Pasien tampak
masih lemas

2 15.30
DS : Ibu pasien
Mengidentifikasi gangguan mengatakan tidak ada
fungsi tubuh yang gangguan seperti itu
mengakibatkan kelelahan
DO : Pasien tampak tidur

15.40
DS : Ibu pasien
Memonitor lokasi dan mengatakan setiap
ketidaknyamanan selama melakukan gerakan
melakukan aktivitas pasien mengeluh lelah
DO : Pasien tampak tidur

2 15.50
DS : Ibu pasien
mengatakan sejak masuk
Menganjurkan tirah baring
rumah sakit anaknya lebih
banyak tidur
DO : Pasien tampak tidur
1 16.10
DS : -

Mengkolaborasikan dengan DO : Pasien tampak


ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan lemah
makanan

1 16.30
DS : Ibu Klien
Menyajikan makanan secara mengatakan masih tidak
menarik dan suhu sesuai ingin makan
DO : Klien tampak lemas

2 17.00
DS : Ibu pasien
mengatakan anaknya
Menyediakan lingkungan
tetap saja lemas dan tidak
nyaman dan rendah stimulus
mau berbicara
DO : Pasien tampak
berbaring lemah

1 18.00
Berkolaborasi dengan gizi DS : Klien mengatakan
untuk menentukan jumlah masih tidak ingin makan
kalori yang dibutuhkan klien
DO :Ibu Klien
memberikan makanan
kesukaan pisang dan
Mendelegasikan kepada
ayam goreng dengan diet
perawat jaga malam
TKTP

2 19.30
DS : Ibu pasien
Melakukan latihan rentang mengatakan pasien tidak
gerak pasif dan/atau aktif mau melakukan latihan
tersebut karena mengeluh
lelah
DO : Pasien tampak
menolak dengan melepas
tangan perawat

2 1 08.00
DS : Ibu Klien
2 mengatakan klien sudah
/10/ Menyajikan makanan secara bisa makan sedikit demi
2020 menarik dan suhu sesuai sedikit
DO : Klien makan 2
sendok makan dan buah
pisang habis

1 10.00 DS : Ibu klien


mengatakan nasi habis 2
sendok makan, minum
Memonitor asupan makanan
setengah gelas dan pisang
habis
DO : Klien tampak lemas
dan berbaring di tempat
tidur, klien tidak muntah
setelah makan

1 12.00
DS : Ibu Klien
mengatakan ingin makan
Menyajikan makanan secara
tetapi hanya sedikit
menarik dan suhu sesuai
karena mual
DO : Klien mampu
menghabiskan makanan 4
sendok makan, air
setengah gelas

1 17.00
DS : Ibu Klien
Menyajikan makanan secara mengatakan makan hanya
menarik dan suhu sesuai sedikit
DO : Klien mengalami
muntah setelah makan

1 18.00
DS : Ibu Klien
mengatakan makan hanya
Memonitor asupan makanan sedikit
DO : Klien mengalami
muntah setelah makan

2 20.00
DS : Ibu pasien
mengatakan pasien
Memberikan aktivitas
menolak aktivitas tersebut
distraksi yang menenangkan
DO : Pasien tampak
lemas

2 21.00
DS : Ibu pasien
Menganjurkan melakukan mengatakan masih
aktivitas secara bertahap mencoba untuk
membantu anaknya
melakukan aktivitas
DO : Anak tampak tidur

3 2 06.00
DS : Ibu pasien
3
Memonitor lokasi dan mengatakan setiap
/10/ ketidaknyamanan selama melakukan gerakan
2020 melakukan aktivitas pasien mengeluh lelah
DO : Pasien tampak
lemas dengan wajah yang
lesu, nadi pasien 85
x/menit

1 07.00
Mengkolaborasikan dengan DS : -
ahli gizi tentang cara
DO : Pasien tampak
meningkatkan asupan
lemah
makanan

Mendelegasikan kepada
perawat jaga pagi

1 08.00
Menyajikan makanan secara DS : Ibu Klien
mengatakan klien sudah
menarik dan suhu sesuai
bisa makan sedikit demi
sedikit
DO : Klien makan 2
sendok makan dan buah
pisang habis
1 09.30

DS : Ibu klien
Memonitor asupan makanan mengatakan nasi habis 2
sendok makan, minum
setengah gelas dan pisang
habis
DO : Klien tampak lemas
dan berbaring di tempat
tidur, klien tidak muntah
2 10.00 setelah makan

DS : Ibu pasien
Melakukan latihan rentang
mengatakan pasien belum
gerak pasif dan/atau aktif mau diajak latihan
DO : Pasien tampak
berbaring lemah

1 12.00
DS : Ibu Klien
mengatakan ingin makan
Menyajikan makanan secara tetapi hanya sedikit
menarik dan suhu sesuai karena mual
DO : Klien mampu
menghabiskan makanan 4
sendok makan, air
setengah gelas

13.00
Memberikan aktivitas DS : -
distraksi yang menenangkan
DO : Pasien tampak
menatap perawat
Mendelegasikan dengan
perawat jaga siang
15.00
DS : Ibu pasien
Menganjurkan melakukan mengatakan sudah
melatih anaknya untuk
aktivitas secara bertahap
melakukan aktivitas
sendiri tanpa mengeluh
lelah
DO : Posisi
pasiensemifowler

18.00

Melakukan latihan rentang DS : Ibu pasien


mengatakan pasien mau
gerak pasif dan/atau aktif
diajak latihan rentang
gerak tetapi harus
didampingi ibunya
DO : Pasien tampak
20.00 memperhatikan perawat

Mendelegasikan dengan
perawat jaga malam
DS : Ibu pasien
Memberikan aktivitas mengatakan pasien mau
distraksi yang menenangkan memperhatikan aktivitas
yang diberikan oleh
perawat
DO : Pasien tampak
menatap perawat
21.30

DS : Ibu pasien
mengatakan pasien sudah
melakukan aktivitas
Menganjurkan melakukan
sendiri seperti bermain
aktivitas secara bertahap
tetapi mengeluh sedikit
lelah
DO : Pasien tampak tidur
4 4 1 07.00
/10/
2020
DS : Ibu pasien
Mengkolaborasikan dengan mengatakan nafsu makan
ahli gizi tentang cara pasien sudah meningkat
meningkatkan asupan
makanan DO : Pasien tampak
menghabiskan setengah
piring

2 09.00 Mendelegasikan dengan


perawat jaga pagi

DS : Ibu pasien
Memonitor lokasi dan mengatakan saat pasien
ketidaknyamanan selama bergerak sakitnya mulai
melakukan aktivitas berkurang dan tidak
mengeluh lelah
DO : Pasien tampak
sedikit tersenyum kepada
1 10.00 perawat, nadi pasien
90x/menit
DS : Ibu klien
mengatakan sudah ada
Memonitor asupan makanan peningkatan nafsu makan
sedikit karena masih
merasa mual
DO :Pasien mengabiskan
2 12.00 1/4 porsi makan
DS : Ibu pasien
mengatakan pasien sudah
mampu melakukan
Melakukan latihan rentang aktivitas tanpa mengeluh
gerak pasif dan/atau aktif lelah
DO : Pasien tampak
mengikuti instruksi
perawat

2 13.00

DS : Ibu pasien
mengatakan saat pasien
Memberikan aktivitas bergerak sakitnya mulai
berkurang dan tidak
distraksi yang menenangkan mengeluh lelah
DO : Pasien tampak
bersemangat tidak terlihat
kelelahan, nadi pasien 95
x/menit

2 13.30

DS : Ibu pasien
mengatakan anaknya
Memonitor lokasi dan
sudah mampu melakukan
ketidaknyamanan selama
aktivitas bermain tetapi
melakukan aktivitas
perlu dijaga
DO : Pasien tampak
bersemangat

2 14.30

DS : Ibu pasien
mengatakan pada saat
Melakukan latihan rentang anak bergerak atau
gerak pasif dan/atau aktif dan melakukan aktivitasanak
Memberikan aktivitas tidak mengeluh lelah
distraksi yang menenangkan
DO : Wajah pasien
tampak tidak lesu, nadi
pasien 100 x/menit
1 14.45

DS : Ibu klien
mengatakan An. Dmasih
terlihat lemas, belum ada
Memonitor asupan makanan peningkatan berat badan,
pasien masih dikeluhkan
Memonitor berat badan
lemas dan mual
Berkolaborasi dengan gizi
DO : Klien tampak
untuk menentukan jumlah
terbaring lemah, masih
kalori yang dibutuhkan klien
terdapat sariawan, BB :
15 kg, klien diberikan diet
TKTP dengan
penambahan makanan
kesukaan.
V. EVALUASI
Tgl/Jam No Evaluasi Hasil TTD
Dx
4 Oktober 2020 1 S : Ibu klien mengatakan An. D belum ada peningkatan nafsu
15.00 WITA makan dan masih merasa mual.
O : Pasien tampak lemas dan berbaring di tempat tidur. Klien
tampak masih sariawan dan BB = 15 kg
A : Tujuan pemenuhan nutrisi tercapai
Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Berikan KIE kepada ibu klien untuk selalu menjaga klien dan
mengontrol nutrisi pada klien

S : Ibu pasien mengatakan pada saat anak bergerak atau


4 Oktober 2020 2
melakukan aktivitas anak tidak mengeluh lelah
15.00 WITA
O : Pasien tampak bersemangat, wajah tidak terlihat lesu dan
nadi pasienmeningkat 100 x/menit
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien berikan KIE kepada ibu untuk
selalu menjaga pasien saat melakukan aktivitas

Anda mungkin juga menyukai